PENDAHULUAN. Keyword : Trans Metro Bandung, optimum headway, revenue

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

STUDI KELAYAKAN SECARA EKONOMI PADA PROYEK MONOREL KOTA BANDUNG KORIDOR TRANS CIKAPUNDUNG

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota

ANALISIS PEMILIHAN SKENARIO PENGEMBANGAN TRANSPORTASI UMUM KOTA BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE EMME3 ABSTRAK

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

MAHASISWA : DANANG IDETYAWAN DOSEN PEMBIMBING: IR HERA WIDIYASTUTI, MT.PHD ISTIAR, ST.MT

BAB VIII APLIKASI MODEL

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

KINERJA OPERASI TRANS METRO BANDUNG KORIDOR III CICAHEUM-SARIJADI DITINJAU DARI WAKTU PERJALANAN DAN FAKTOR MUAT

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

Sumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

METODOLOGI PENELITIAN. Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR SURABAYA SIDOARJO ( LEWAT JALAN AHMAD YANI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

MERCYANO FEBRIANDA Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT.

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

KECEPATAN BUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR ELANG - CIBIRU ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Rencana Operasi. Suatu bagian bagian dari manajemen Sistem transportasi

KAJIAN DAMPAK SKENARIO PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

STUDI KINERJA OPERASI DAMRI DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Render bakti Diputra Dosen pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Faktor Muat Trans Pakuan Bogor Koridor Terminal Bubulak Cidangiang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 FORMAT KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam sejarah

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

IDENTIFIKASI KINERJA BEBERAPA RUAS JALAN RAYA UTAMA MENUJU PUSAT KOTA DEPOK TAHUN 2007 SKRIPSI

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil survei kuisioner memberikan hasil sebagai berikut:

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN DI HALTE ELANG TRANS METRO BANDUNG (TMB) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pembangunan disegala bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

Manajemen Angkutan Umum Perkotaan

PENGARUH CYCLE TIME TERHADAP KAPASITAS JALUR DAN BIAYA POKOK JASA ANGKUTAN STUDI KASUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR CICAHEUM-CIBEUREUM

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KINERJA MODEL PEMBEBANAN LALULINTAS FUZZY DALAM BERBAGAI TINGKAT RESOLUSI SISTEM JARINGAN

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

Transkripsi:

EVALUASI KEBUTUHAN FREKUENSI PELAYANAN BUS TRANS METRO BANDUNG DENGAN MENGKAJI PERMINTAAN JANGKA MENENGAH (10 TAHUN) STUDI KASUS KORIDOR II CICAHEUM CIBEREUM Renita Gutawa Program Studi Rekayasa Transportasi-FTSL Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia Tel. +62 22 250 4952 renita.gutawa@gmail.com abstract Trans Metro Bandung currently operates two routes, first route is Cibiru Cibereum and second route is Cicaheum Cibereum. The second route is being developed nowadays. This studi aims to forecast demand in ten years planning and evaluate the optimum headway that give the maximum revenue. Modelling is done by software EMME 4 by assigning origin destination matrixof the passenger with different headway, and also doing the traffic assignment to do the validation test. Performance of transit network examined are load factor and total passenger boarding in Trans Metro Bandung transit line. From the result, number of passenger /hour was gradually increased and from the number of passenger/rit, the revenue of each headway could be determined. Keyword : Trans Metro Bandung, optimum headway, revenue PENDAHULUAN Di Kota Bandung permasalahan transportasi sudah bukan hal yang baru lagi. Salah satu permasalahan yang paling utama adalah kemacetan yang terjadi karena tingginya permintaan akan transportasi yang tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana transportasi yang ada. Transportasi publik adalah salah satu jawaban dari permasalahan kemacetan yang terjadi, namun banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar moda transportasi publik lebih dipilih dibandingkan kendaraan pribadi. Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik adalah dengan Trans Metro Bandung yang berbasis bus dengan sistem pembelian pelayanan bus terjadwal dan berhenti di halte-halte khusus. Maksud pengoperasian Trans Metro Bandung adalah reformasi sistem angkutan umum perkotaan melalui manajemen pengelolaan maupun penyediaan sarana angkutan massal sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu aman, nyaman, mudah, tepat waktu, dan murah. Trans Metro Bandung baru dioperasikan pada 2 rute yaitu : Cicaheum Cibereum dan Cibiru Cibereum. Trans Metro Bandung koridor II dengan rute Cicaheum Cibereum adalah rute baru yang akan

terus dikembangkan. Adanya rencana pengembangan lebih lanjut Trans Metro Bandung koridor II ini maka akan dilakukan forecasting permintaan pelayanan Trans Metro Bandung 10 tahun mendatang dan melakukan evaluasi kebutuhan frekuensi pelayanan yang optimum dengan memaksimalkan revenue yang didapat dengan bantuan program pemodelan EMME 4. METODOLOGI DAN ANALISIS WILAYAH STUDI Wilayah studi yang ditinjau dan dimodelkan adalah Kota Bandung yang mencakup151 zona kelurahan dengan fokus pada Trayek Trans Metro Bandung koridor II. Moda pesaing lain yang ikut dimodelkan adalah Mobil pribadi, Angkutan Kota, bus DAMRI, dan Kereta api. SUMBER DATA 1. Peta jaringan jalan dan trayek angkutan umum di Kota Bandung didapat dari Dinas Perhubungan Kota Bandung 2. Data jaringan jalan yang digunakan adalah hasil dari skripsi berjudul Studi Kelayakan Secara Ekonomi pada Proyek Monorel Kota Bandung Koridor Trans Cikapundung oleh Sasiji Prabu Ningrat tahun 2013. 3. Data Survey Traffic Counting didapat dari Survey primer yang dilakukan pada hari kerja segmen waktu sore, dan data survey lainnya didapat dari on bus survey. 4. Data matriks asal tujuan didapat dari data rekaman Laboratorium Rekayasa Jalan dan Lalu lintas Institut Teknologi Bandung. 5. Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung didapat dari Badan Pusat Statistik Bandung. RUANG LINGKUP 1. Pemodelan jaringan dan rute angkutan umum dan pembebanan untuk mengolah data-data berdasarkan setiap skenario dilakukan dengan paket program EMME 4 2. Laju pertumbuhan pergerakan pada wilayah kajian diasumsikan sama dengan laju pertumbuhan PDRB Kota Bandung 3. Kondisi pada tahun rencana dengan tanpa adanya pengembangan jaringan transportasi dan penambahan moda transportasi baru 4. Kajian dilakukan pada tahun 2013 sebagai tahun eksisting dan dalam jangka waktu 10 tahun rencana dengan meninjau per 5 tahun. 5. Biaya operasional kendaraan dan tarif angkutan umum pada tahun rencana diasumsikan sama dan tidak terjadi perubahan (inflasi). 6. Prediksi yang dilakukan pada tahun rencana untuk memperkirakan permintaan pelayanan Bus Trans Metro Bandung tanpa memperhitungkan perpindahan pergerakan pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna transportasi publik.

TEKNIK ANALISIS DATA Sebelum menganalisis data dan mengevaluasi kebutuhan frekuensi pelayanan Trans Metro Bandung tahun rencana, peneliti melakukan terlebih dahulu traffic dan transit assignment pada jaringan jalan yang telah disesuaikan di program EMME4. Pemodelan moda angkutan lain sebagai pesaing Trans Metro Bandung juga telah diinput dan disesuaikan data-datanya. MAT yang digunakan untuk melakukan assignment diprediksi terlebih dahulu dengan menggunakan metode Furness untuk proyeksi tahun rencana 2018 dan 2023. Assignment dilakukan dengan satuan orang/jam dan untuk transit assignment MAT total yang didapat displit terlebih dahulu dengan menggunakan persentase distribusi angkutan umum dan pengguna kendaraan pribadi.validasi dilakukan terlebih dengan melakukan traffic assignment pada tahun eksisting hingga perbandingan hasil program EMME 4 dan hasil traffic counting mempunyai nilai R square mendekati satu. Analisis permintaan pelayanan pada tahun rencana dapat dilakukan setelah mendapatkan output total boarding dan load factor pada setiap hasil assignment yang dilakukan dengan berbagai headway. Evaluasi kebutuhan frekuensi pelayanan dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pendapatan dengan biaya operasional kendaraan yang dibutuhkan dengan beragam banyaknya frekuensi pelayanan dalam satu jamnya. DATA Gambar daerah studi dan trayek eksisting beserta rute Trans Metro Bandung koridor II hasil pemodelan pada program EMME 4 dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1 Jaringan jalan Kota Bandung dan Trayek TMB koridor II Berikut ini adalah rute pergi dan rute pulang Trans Metro Bandung koridor II.

Rute pergi : Terminal Cicaheum Jl. Jend. Ahmad Yani Jl. Ibrahiem Aji Jl. Jakarta Jl. Ahmad Yani Jl. Asia Afrika Jl. Jend. Sudirman Jl. Elang Cibereum Rute pulang : Cibereum Jl. Elang Jl. Rajawali Barat Jl. Rajawali Timur Jl. KebonJati Jl. Suniaraja Jl. Stasiun Timur Jl. Perintis Kemerdekaan (Viaduct) Jl. Braga Jl. Lembong Jl. Veteran Jl. Jend. Ahmad Yani Terminal Cicaheum. Untuk karakteristik moda dan atributnya yang dimodelkan pada EMME4 ini berbeda-beda setiap modanya. Tabel 1 Atribut Moda yang dimodelkan Transit time function yang didefinisikan pada module emme prompt juga berbeda-beda untuk setiap moda transportasi publik yang dimodelkan. Pendefinisian transit time function untuk setiap moda transportasi publik membantu calon pengguna transportasi publik untuk memilih moda transportasi publik dengan metode optimation strategy. Fungsi ini terdiri dari waktu tempuh kendaraan pribadi yang didefinisikan dengan volume delay function pada setiap link jaringan jalan; tarif moda yang mendefinisikan harga tarif setiap transportasi publik; dan waktu in vehicle time yang mendefinisikan waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan menggunakan setiap transportasi publik. Dalam fungsi ini value of time diasumsikan Rp100,-/menit. Tabel 2 Transit time function yang didefinisikan pada EMME4 PEMBEBANAN MATRIKS KE JARINGAN JALAN Proses pembebanan matriks pada jaringan jalan menghasilkan arus pergerakan pada ruas-ruas jalan dan dapat dilakukan validasi untuk menentukan tingkat ketepatan pemodelan yang telah dibuat dengan keadaan eksisting. Validasi dilakukan dengan

membandingkan volume arus lalu lintas pada beberapa titik yang telah dilakukan traffic counting. Setelah melakukan validasi, transit assignment dilakukan untuk mengetahui naik Trans Metro Bandung dan load factornya. Transit assignment dilakukan pada tahun 2013; 2018; dan 2023 dengan membedakan frekuensi pelayanannya mulai dari 1kali hingga 10kali dalam satu jamnya. HASIL PERHITUNGAN PROSES VALIDASI Pada validasi pertama kali nilai selisih hasil assignment program EMME4 dengan data lapangan pada volume arus lalu lintas masih jauh dari yang diharapkan. Sehingga pada validasi-validasi selanjutnya dilakukan perubahan pada jaringan jalan yang dimodelkan dan perubahan pada centroid connector di sekitar wilayah yang ditinjau. Tabel 3 Perbandingan hasil transit assignment dengan traffic counting Hasil pembebanan pada 5 titik ini dibandingkan dengan data traffic counting dan kemudian dicari nilai koefisien korelasinya untuk melihat kecocokan hasil assignment dengan data. Hasil emme (smp/jam) 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 R² = 0,986 0 1000 2000 3000 4000 Hasil TC (smp/jam) validasi Linear (validasi) Gambar 2 Grafik hasil validasi Dari table dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi R 2 nya adalah 0,986 sehingga dapat dikatakan bahwa pemodelan yang telah dibuat mendekati dengan keadaan yang sebenarnya.

ANALISIS PERMINTAAN PELAYANAN TRANS METRO BANDUNG Traffic assignment dilakukan dengan menggunakan data MAT tahun rencana yang telah diprediksi dan transit assignment dilakukan dengan menggunakan data MAT tahun rencana yang telah dipilah menjadi data MAT angkutan umum. Transit assignment dilakukan 10 kali dengan headway yang berbeda setiap tahunnya untuk mendapatkan per siklus yang nantinya akan dimasukkan dalam perhitungan untuk mendapatkan frekuensi pelayanan yang optimum. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa /jam diprediksi akan terus mengalami peningkatan sesuai dengan frekuensi pelayanan yang terus ditingkatkan walaupun peningkatannya semakin lama semakin tidak signifikan. Peningkatan yang terjadi pada tahun rencana memang diharapkan terjadi karena pada daerah studi trayek Cicaheum Cibereum tidak ada trayek saingan lain yang melayani rute ini secara langsung.

Tabel 4 Prediksi permintaan pelayanan pada tahun rencana 2013 2018 2023 frekuensi pelayanan ( rit) Load factor /rit /jam /segmen Load factor /rit /jam /segmen Load factor /rit /jam /segmen 1 0,040 27 27 108 0,069 44 44 176 0,087 67 67 268 2 0,161 66 131 524 0,261 104 208 832 0,332 148 296 1184 3 0,292 124 371 1484 0,420 178 533 2132 0,605 264 792 3168 4 0,309 148 590 2360 0,489 223 890 3560 0,751 330 1320 5280 5 0,322 158 792 3168 0,499 242 1209 4836 0,722 332 1658 6632 6 0,311 168 1010 4040 0,479 250 1500 6000 0,697 344 2063 8252 7 0,293 165 1156 4624 0,454 247 1726 6904 0,686 380 2657 10628 8 0,283 162 1297 5188 0,421 238 1900 7600 0,648 359 2870 11480 9 0,265 158 1418 5672 0,396 232 2089 8356 0,598 341 3071 12284 10 0,252 155 1545 6180 0,365 225 2250 9000 0,561 329 3291 13164

Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan load factor sesuai bertambahnya frekuensi pelayanan, tetapi pada frekuensi pelayanan ke-sekian load factor tersebut akan mencapai titik puncak lalu menurun seiring bertambahnya frekuensi pelayanan. Hal ini disebabkan karena frekuensi pelayanan yang sudah mencapai batas lebih dari cukup sedangkan permintaan pelayanan bus Trans Metro Bandung sudah terlayani secara keseluruhan. EVALUASI KEBUTUHAN FREKUENSI PELAYANAN Prediksi permintaan pelayanan Trans Metro Bandung dilakukan agar dapat mengoptimalkan frekuensi pelayanan yang diberlakukan sesuai dengan revenue maksimum yang didapatkan. Biaya operasional kendaraan dibagi menjadi biaya langsung dan tidak langsung, juga dibagi lagi menjadi biaya per siklus, biaya per jam, dan biaya per bus yang dibutuhkan Pendapatan per siklus akan dikurangi dengan biaya operasional total sehingga didapat pendapatan per siklusnya. Tabel 5 Revenue tahun 2013 Tabel 6 Revenue tahun 2018

Tabel 7 Revenue tahun 2023 Pada tahun 2013 keuntungan terbesar didapat saat frekuensi pelayanan yang diberlakukan adalah sebanyak 6 kali dalam satu jam atau berarti mempunyai headway 10 menit. Pada tahun prediksi 2018 didapat frekuensi pelayanan yang optimumnya adalah 6 kali dalam satu jamnya ataupun sama dengan memberlakukan headway 10 menit. Pada tahun prediksi 2023 didapat frekuensi pelayanan optimumnya adalah sebanyak 7 kali dalam satu jam ataupun sama dengan memberlakukan headway 8,57 menit. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Terjadi peningkatan permintaan pelayanan akan Bus Trans Metro Bandung koridor II pada tahun rencana 2018 dan 2023. Pada tahun eksisting 2013, per jamnya 1545 orang pada frekuensi pelayanan 10 kali dalam satu jam atau memiliki headway 6 menit. Pada tahun rencana 2018 dan 2023 berturutturut mencapai 2250 orang per jam dan 3291 orang per jam dengan headway 6 menit. 2. Revenue yang didapat pada tahun rencana mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun eksisting 2013 revenue yang didapat adalah Rp 391.851,- per bus nya pada frekuensi pelayanan yang optimal sebanyak 6 bus per jamnya. Pada tahun rencana 2018 revenue terbesar sebanyak Rp 636.851,- terjadi pada frekuensi pelayanan optimal sebanyak 6 bus per jamnya. Dan pada tahun 2023 revenue terbesar Rp 1.033.510,- per busnya terjadi pada frekuensi pelayanan optimal sebanyak 7 bus per jamnya. SARAN 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Trans Metro Bandung koridor II memiliki peningkatan permintaan pelayanan pada tahun rencana dan disarankan pengembangan lebih lanjut untuk Trans Metro Bandung koridor II.

DAFTAR PUSTAKA ANGELINA, SYNTHIA (2012). Penggunaan Program EMME/3 Untuk Pengembangan Angkutan Perkotaan Trans Jogja. The 15 th FSTPT International Symposium Paper, Bekasi. ALHAQ, MUHAMMAD FAJRI (2011). Pengembangan Jaringan Angkutan Umum Bandung Metropolitas Area. Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. SETIADI, KENT. INDRAPRATAMA, PUTRA (2009). Analisis Rencana Monorail Kota Bandung Segmen Ir.H. Djuanda-Gasibu-Merdeka dengan Pendekatan Pemodelan Multimoda. Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.