UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Transkripsi:

12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri Anugraheni PoncoBudi757@gmail.com indri.anugraheni@staff.uksw.edu Program Studi Pendidikan Guru SekolahDasar FKIP UKSW Salatiga ABSTRAK Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai Ulangan Tengah Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 siswa yang belum tuntas mencapai KKM 70 sebanyak 9 siswa (34%). Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 mencapai KKM 70 melalui penggunaan pembelajaran kooperatif model inquiry. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan, dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 setelah diberikan tindakan pembelajaran kooperatif model inquiry. Pada siklus I diperoleh 6 siswa tidak tuntas (27,6%) dan 19 siswa tuntas (72,4%). Pada siklus II terjadi peningkatan nilai mata pelajaran IPA, sebanyak 22 siswa tuntas (83,0%) dan 3 siswa tidak tuntas (17,0%). Jadi penggunaan pembelajaran kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IIISDN Tegalrejo 02 semester II tahun ajaran 2016/2017. Kata kunci: Inquiry dan hasil belajar

Ponco Budi Raharjo 13 PENDAHULUAN Menurut tujuan Sistem Pendidikan Nasional yang ada dalam UU N0. 20 Tahun 2003 menyebutkan upaya dalam kemampuan berfikir untuk mengembangkan sikap dan berupaya untuk membentuk sebuah karakter watak seseorang dalam peradaban bangsa yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, bernegara bermartabat dan juga untuk mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki siswa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, untuk menjadi warga negara yang baik, demokratis dan memiliki tanggung jawab intelektual, mandiri, sehat dan mempunyai kreatifitas (Depdiknas, 2003:pasal 3). Sedangkan dalam mewujudkan tujuan pendidikan sebagai upaya wahana pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan adanya peningkatan suasana pembelajaran yang kondusif bagi berkembangnya kemampuan dan pemahaman siswa sehingga dapat terwujud sebuah potensi yang sesuai dengan tantangan, perubahan dalam pembangunan nasional. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang sadar dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama. Dalam setiap kegiatan pendidikan menjadikan tingkah laku perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu, tetapi lebih dari semuanya itu diharapkan adanya perubahan ke seluruh aspek pendidikan yang mengarah pada sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dalam setiap kegiatan pembelajaran diharapkan terjadi interaksi pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dari pembelajaran itu sendiri, dimana setelah terjadi proses pembelajaran diharapkan mampu menjadikan peningkatan dan evaluasi hasil belajar siswa. Namun berdasarkan fakta yang terjadi disekolahan, selama kegiatan belajar mengajar masih ditemukan pembelajaran yang bersifat verbal, dimana siswa masih kurang aktif dalam menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Untuk meningkatkan mutu kualitas sebuah pendidikan berbagai upaya dan cara telah dilakukan, salah satunya dengan berbagai inovasi di dalam dunia pendidikan. Dalam pelaksanaan di sekolah, Pendidikan melibatkan langsung antara guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta didik.yang diharapkan terwujud dengan adanya sebuah interaksi pembelajaran pada setiap rutinitas kegiatan belajar mengajar. Upaya yang di lakukan guru dengan menciptakan dan mengupayakan serta meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini guru dengan sadar dan sengaja merancang dalam merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran yang di kemas kedalam suatu kurikulum pendidikan secara sistematis, efektif dan efisien. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran untuk Sekolah Dasar yang ada pada sebuah kurikulum, pada mata pelajaran IPA siswa dapat terlibat langsung dalam menemukan sendiri pengetahuan mengenai sesuatu. Sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat penting diajarkan kepada siswa. IPA sangat erat hubungannya dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas 2006). Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru, pembelajaran IPA yang berlangsung di kelas III SD Negeri Tegalrejo 02 kota Salatiga, pada dasarnya masih menggunakan metode klasikal misalnya, ceramah dan tanya jawab yang pembelajarannya masih berpusat pada guru. Siswa hanya mendengarkan materi dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Sehingga hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai KKM pada materi Energi Dan Gerak Benda. Dari 25 siswa, 16 orang siswa sudah mencapai batas ketuntasan dalam hasil pembelajaran, sedangkan 9 orang siswa belum mencapai ketuntasan minimal yang di terapkan di sekolah. Batas KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Ratarata kelas nilai yang didapat pada materi Energi Dan Gerak Benda adalah 67, dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah adalah 30. Dengan kriteria nilai 70 ada 16 siswa sedangkan nilai 70 adalah 9 siswa. Sedangkan b erdasarkanhasil pengamatan dalam kegiatan

14 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 pembelajaran siswa kelas III, bahwa di dalam setiap proses pembelajaran pada materi Energi Dan Gerak Benda, siswa cenderung belajar dengan menggunakan penghafalan materi dan masih kurang dalam pengetahuan tentang isi materinya. Dari permasalahan di atas, peneliti akan melakukan pembenahan dalam kegiatan proses pembelajaran. Yang dapat dilakukan peneliti adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam penyampaian setiap konsep materi, sehingga siswa dapat dengan mudah untuk menerima atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai model pembelajaran, maka peneliti untuk memutuskan kesesuaian sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA pada materi Energi Dan Gerak Benda adalah model Inquiry. Menurut Syaiful Sagala (2011:196), metode Inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir kritis dan bersikap pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam setiap proses pembelajaran ini siswa lebih cenderung banyak belajar sendiri mengembangkan kemampuan, kreativitas dalam memecahkan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry materi Gerak Benda Dan Energi kelas III SDN Tegalrejo 02. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (Isjoni,2011:5) mendefinisikan bahwa model pembelajaran dengan system bekerja dan belajar kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang dipilih secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih semangat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Suprijono,Agus (2010:54) pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kegiatan kelompok yang dibentuk dan diarahkan serta dipimpin oleh guru. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi dan perkumpulan manusia. Depdiknas (2003:5) pembelajaran kooperatif merupakan setrategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengacu pada metode, dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Miftahul Huda (2011:29) tujuan pembelajaran kooperatif adalah saling berinteraksinya siswa dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas belajar demi tercapainya tujuan belajar yang akan dilaksanakan. Sedangkan tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan kondisi keberhasilan individu ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran Inquiry Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama (2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3) mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori. Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang dipakai adalah yang disampaikan oleh Hamdayama (2014: 31-33). Adapun langkah pertama adalah orientasi, pada tahap ini guru mengondisikan siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Menumbuhkan

Ponco Budi Raharjo 15 sikap siswa yang responsip agar timbul kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Kemuadian langkah kedua adalah merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, pada tahap ini siswa dengan bimbingan guru merumuskan permasalahan yang harus dipecahkan yang nantinya akan dicari penyelesaiannya dengan mencari data dari berbagai sumber dengan berfikir kritis dan logis. Kemudian langkah yang ketiga adalah mengajukan hipotesis atau jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji sebelum mencari penyelesaian permasalahan yang sudah dirumuskan. Langkah keempat mengumpulkan data, siswa secara aktif mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis dari permasalahan, dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan media atau sumber-sumber untuk membantu siswa mencari sendiri penyelesaian dari masalah yang sudah dirumuskan. Kemudian langkah kelima adalah menguji hipotesis, dalam tahap ini siswa bersama guru menguji hipotesis yang telah dirumuskan berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh dari sumber-sumber ataupun media yang ada. Langkah terakhir merumuskan kesimpulan atas jawaban atau generalisasi. Dalam tahap ini siswa dan guru mengambil kesimpulan dari data ataupun informasi yang telah didapatkan dari berbagai sumber dan hasil pengujian hipotesis. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Purwanto, (2014: 48) hasil belajar merupakan kemampuan yang timbul setelah siswa mendapatkan pengajaran. Menurut Susanto, (2015: 5) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran. Dari pengertian di atas mengenai hasil belajar yang dinyatakan oleh Purwanto, (2014: 48) pada hakikatnya hasil belajar merupakan kemampuan yang muncul pada diri siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar. Hakikat Pembelajaran IPA SD IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), tapi pada perkembangan berikutnya, IPA didapatkan dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berhubungan dan tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk adalah pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif. Sedangkan IPA sebagai proses adalah pengetahuan IPA yang berupa kerja ilmiah. Hakikat IPA menurut Trianto (2011: 136) mengatakan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah. Menurut Usman Samatowa (2010: 2) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Pengertian Pembelajaran Inquiry Menurut Saiful Sagala (2011:196) model Inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai objek belajar. Kalau menurut Aziz Ahmad (2011) Inquiry adalah model pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator membantu siswa untuk menemukan sendiri data, fakta dan informasi dari berbagai sumber agar dapat memberikan pengalaman terhadap siswa. Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

16 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Phillips (dalam Arnyana, 2007:39) mengemukakan inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran dengan pendekatan ini sangat terintegrasi meliputi penerapan proses sains yang menerapkan proses berpikir logis dan berpikir kritis. Dari berbagai pandangan ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa model inquiry adalah suatu cara penyampaian pembelajaran yang mengembangkan dan meletakkan permasalahan pembelajaran sebagai cara pandang siswa untuk berfikir kritis, analitis dan berfikir ilmiah cara penyelesaiannya. Menurut Schmidt dalam Amri,dkk (2010: 85) menyatakan bahwa inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inquiry Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry menurut Hamdayama (2014: 31-32) memiliki ciri-ciri yaitu 1) menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang dipertanyakan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri; 3) mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Berdasarkan pada ciri-ciri yang dikemukakan oleh Hamdayama maka guru sebagai seorang pendidik harus berusaha untuk melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir karena mereka terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran secara mental maupun fisik, seperti trampil menggunakan alat, terampil merangkai peralatan percobaan dan sebagainya. Menurut Amri dkk (2010: 104) mengemukakan bahwa pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan trampil secara fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya ketrampilan proses ilmiah sekaligus terbentuknya sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum dan teori. Pada model pembelajaran inquiry memiliki empat karakteristik utama siswa dalam pembelajaran (Amri dkk 2010: 105) yaitu 1) Secara aktif siswa selalu ingin tahu, 2) Didalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya, 3) Dalam membangun atau mengkonstruksi siswa selalu ingin membuat sesuatu, 4) siswa selalu mengekspresikan seni. Dari pemaparan ciri-ciri dan karakteristik diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dan mengkomunikasikan idenya dalam proses pembelajaran. Kerangka Berpikir Dalam pembelajaran IPA di SD teori pembelajaran perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa. Untuk itu sebagai guru sangat penting mengembangkan berbagai macam model pembelajaran yang dapat berdampak pada peningkatan hasil belajar siswanya. Salah satunya adalah model pembelajaran Inquiry yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA di SD sebagai wahana ajang demontrasi dan eksperimen dalam mengembangkan teori IPA yang berkaitan dengan alam semesta.

Ponco Budi Raharjo 17 METODE Seting dan bentuk penelitian ini adalah penelitian perbaikan pembelajaran tindakan kelas. Di mana penelitian ini merupakan sebuah proses. Di mana sebuah proses harus dilakukan sesuai dengan mekanisme dan tujuan sebagai penelitian. Setrategi pembelajaran dilakukan untuk mendeskripsikan kegiatan penelitian di kelas. Menurut Kurt Lewin Penelitian Tindakan Kelas dibedakan menjadi empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini termasuk kedalam penelitian kualitatif. Meskipun data yang dikumpulkan bisa saja beruapa data kuantitatif, dimana datanya bersifat deskriptif berupa uraian kata-kata. Di dalam proses penelitian, peneliti dibantu guru kelas III SDN Tegalrejo 02. Subjek dan setting penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Tegalrejo 02 yang berjumlah 25 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2016/ 2017. Prosedur yang diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan pada penelitian tindakan kelas. Pelaksanaan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan antara lain: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) observasidan d) refleksi. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data selama proses penelitian menggunakan alat pengumpulan data yaitu: 1) tes, 2) observasi dan 3) dokumentasi. Teknik Analisis Data Teknik pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah data hasil tes belajar siswa dengan analisa deskriptif kuantitatif berbentuk angka dari soal pilihan ganda dan deskriptif kualitatif dari hasil membandingkan nilai pada siklus I dan penilaian pada siklus II kemudian menarik kesimpulan berdasarkan analisa deskripsi pengambilan data. Untuk menganalisa keberhasilan dan presentase siswa setelah mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, pada setiap akhir pembelajaran baik pada siklus I dan siklus II, peneliti memberikan tes evaluasi pada setiap akhir putaran. Indikator keberhasilan penelitian Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas mengacu pada ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas III dengan model Inquiry pada materi Energi dan Gerak benda dengan kriteria, minimal KKM 70 dari 80% jumlah siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siklus I Dari pemaparan hail belajar siklus I menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Gerak benda di SDN Tegalrejo 02. Dari 25 siswa, sebanyak 19 siswa sudah mencapai batas ketuntasan pada siklus I sedangkan 6 siswa belum mencapai batas ketuntasan dan akan diperbaiki pada proses kegiatan pembelajaran pada siklus II. Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 72,4%. Dari analisa data diatas bahwa ketuntasan hasil belajar siswa belum mencapai presentase 80% maka pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry akan dilanjutkan kepelaksanaan siklus ke II.

18 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 Hasil Belajar Siklus II Dari pemaparan hasil belajar pada siklus II dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 jumlah siswa terdapat 22 orang siswa mencapai batas ketuntasan sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan minimal. Siswa yang dulunya pasif sekarang sudah menjadi aktif. Pembelajaran kooperatif model inquiry di akui salah satu siswa memang menyenangkan, dikarenakan siswa dapat mengemukakan pendapat tentang materi yang belum diketahui. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa pencapaian proses pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil dan tidak akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus II ketuntasan mencapai 83,0%, dengan kata lain pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif model inquiry mencapai peningkatan sebesar 10,6% dibandingkan siklus. Tabel 1. Perbandingan Hasil Penelitian Tindakan dari Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No Hasil Belajar Prasiklus Siklus I Siklus II 1 Nilai tertinggi 90 90 100 2 Nilai terendah 30 50 60 3 Nilai rata- rata 66,6 72,4 83,0 4 Ketuntasan belajar 64% 76% 88% Dari analisa data diatas, bahwa pada setiap pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III SDN Tegalrejo 02 dapat meningkatkan hasil belajar. Dari 25 orang siswa sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai batas KKM yang ditetapkan sedangkan hanya 3 orang siswa yang belum mencapai batas ketuntasan. Dengan demikian penelitian ini dinyatakan berhasil dan tidak dilanjutkan pada penelitian berikutnya. Dari data diatas tingkat ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II sebesar 10,6%. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SDN Tegalrejo 02 Kelas III pada mata pelajaran IPA materi gerak benda dan energi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model inquiry dengan berbantuan benda konkrit sangat memuaskan. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 anak atau sebesar 66,6 %, sedangkan pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 19 orang siswa atau sebesar 72,4%. Berarti terjadi peningkatan sebesar 5,8% dari pra siklus ke siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan dengan ketuntasan hasil belajar lebih dari 80%, karena dalam penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry siswa masih bingung dan belum terbiasa apa yang harus dilaksanakan. Setelah melakukan refleksi siklus I, maka dilakukan perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II agar peneliti dapat mencapai indikator keberhasilan belajar yang sudah ditentukan. Setelah dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II, ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 83,0%, ini membuktikan bahwa peningkatan yang terjadi antara pembelajaran siklus I dan siklus II sebesar 10,6%. Ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Ponco Budi Raharjo 19 Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry yang dilakukan peneliti dinyatakan berhasil. Pembelajaran dengan model inquiry ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar serta tidak menimbulkan rasa kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar IPA pada materi gerak benda dan energi kelas III menjadi meningkat. PENUTUP Kesimpulan Menurut data yang ada selama melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model inquiry, pada pelaksanaan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di kelas III SDN Tegalrejo 02 terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Dikarenakan bahwa pembelajaran kooperatif model inquiry lebih mengutamakan kemampuan individu siswa dalam berkelompok untuk mencapai ketuntasan belajar. Dari 25 orang siswa pada awal pembelajaran yang dapat mencapai batas ketuntasan 70 hanya 16 orang siswa sedangkan 9 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan nilai yang ditetapkan. Dengan kriteria nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada siklus I sudah terbukti Nampak adanya peningkatan hasil belajar. Dari 25 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa sudah mencapai KKM dan 6 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Ini yang menjadikan dasar peneliti untuk meningkatkan kinerja perbaikan pembelajaran pada siklus ke II. Dengan menerapkan pembelajaran yang sama pada siklus ke I terbukti hasil belajar siswa meningkat dengan perolehan hasil dari 25 orang siswa, sebanyak 22 orang siswa sudah mencapai KKM sedangkan 3 orang siswa belum mencapai batas ketuntasan belajar. Dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 60. Dengan demikian bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga semester 2 Tahun ajaran 2016/ 2017 dinyatakan berhasil. Saran Setelah terbukti bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model inquiry pada mata pelajaran IPA kelas III di SDN Tegalrejo 02 kota Salatiga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti memberikan sumbang dan saran yang dapat dijadikan referensi antara lain: a) Bagi guru hendaknya lebih kreatif dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan supaya proses kegiatan belajar mengajar menjadi tidak membosankan.kemudian guru supaya mengembangkan model pembelajaran yang lain dengan mata pelajaran selain IPA untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dapat meningkat. b) Untuk siswa yang belum tuntas belajar, sebagai guru harus lebih memberikan perhatian ekstra apa yang menjadi penyebab siswa dalam kesulitan belajar supaya prestasi belajarnya tidak ketinggalan dengan teman- teman yang lainya. c) Kemudian untuk siswa harus lebih giat lagi dalam belajar supaya dapat mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolahan. d) Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan himbauan kepada guru-guru untuk menerapkan sebuah model pembelajaran yang lain supaya menciptakan suasana pembelajaran kreatif, efektif dan menyenangkan untuk menarik minat siswa dalam mengikuti semua proses kegiatan pembelajaran di sekolah supaya dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar yang diharapkan.

20 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 DAFTAR PUSTAKA Daryanto. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. Huda, M. (2011). COOPERATIVE LEARNING. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. Sulistyowati, A. W. (2014). METODOLOGI PEMBELAJARAN IPA. Jakarta: Bumi Aksara. Wardani, N. S. (2012). ASESMEN PEMBELAJARAN SD. SALATIGA: Widya Sari Press. dkk, Z. M. (2012). ILMU PENGETAHUAN ALAM SD/MI kelas III. Jakarta: CV Djatnika. Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Ramaja Rosdakarya. Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani. Sanjaya, W. (2012). Setrategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sudrajat, A. (2011, 09 12). Akhmadsudrajat. Retrieved 02 20, 2017, from Akhmad Sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/Pembelajaran Inkuiri/ Hamdayama, J. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.