PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012. Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono. Perdata Agraria ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

PERATURAN JABATAN NOTARIS (PJN/UUJN)

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Negara Indonesia adalah negara hukum,

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

DAFTAR PUSTAKA. Adami,Chazawi,Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Jakarta: Raja Grafindo

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

DAFTAR PUSTAKA , 2010, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, PT. Refika Aditama, Bandung.

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

Pertanggungjawaban Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam Membuat Party Acte

Reynaldo James Yo. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

Kekuatan Pembuktian Akta Notaris yang Mengandung Kesalahan dalam Penulisan Komparisi Abstract: Abstrak: Al-Qānūn, Vol. 20, No.

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I Made Budi Arsika Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Notaris adalah pejabat umum (openbaar ambtenaar) memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

TATA CARA PEMANGGILAN NOTARIS UNTUK KEPENTINGAN PROSES PERADILAN PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA 1 Oleh: Muriel Cattleya Maramis 2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS WILAYAH DALAM MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP PEMANGGILAN NOTARIS OLEH PENEGAK HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. secara tertulis dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG TERINDIKASI TINDAK PIDANA PEMBUATAN AKTA OTENTIK

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PROSES PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN DALAM PEMBUATAN AKTA OLEH NOTARIS 1 Oleh: Gian Semet 2

DAFTAR PUSTAKA., 2011, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Andasasmita Komar, Notaris I, Bandung : Sumur Bandung, 1981

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002.

308 No. 2 VOL. 1 JULI 2016:

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, Yogyakarta, UII Pres, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

DAFTAR PUSTAKA. Adjie, Habib, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung: Refika Aditama, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Adjie, Habib, 2015, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. hukum menjamin adanya kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

DAFTAR PUSTAKA. Arkunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke-13, PT.Asdi Mahasatya, Jakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

Perseroan Terbatas. Berlakunya asas preferensi hukum Lex Specialis

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014 Lumaria Magister Kenotariatan Fakultas Hukum maria.lubenn@gmail.com Abstrak : Notaris tidak bisa secara bebas mengungkapkan atau membocorkan rahasia jabatannya kepada siapa pun kecuali terdapat peraturan perundangundangan lain yang memperbolehkannya untuk membuka rahasia jabatannya, sumpah jabatan tersebut ditegaskan sebagai salah satu kewajiban Notaris yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f yang menyatakan dalam menjalankan jabatanya, Notaris wajib: f. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah atau janji jabatan, kecuali Undang-Undang menentukan lain. Notaris harus dilindungi terkait dengan jabatan yang dijalankannya, untuk kepentingan para pihak menyangkut akta otentik yang dibuatnya. Kata kunci : Perlindungan Hukum Terhadap Notaris Abstrac : Notary can t tell his or her secret of function freely to anyone except if there is other law and rule that enable to let others know it. The oath of office is affirmed as one of the Notary obligation that set by law in Chapter 16:1 letter f states in performing the notarial acts, Notary must be f,conceals everything about the certificate or document that she or he 1

certifies and all information used for the certificate in accordance with the oath of office, except the laws determine other one. Keywords : Legal Protection of The Notary PENDAHULUAN Kehadiran Notaris memegang peranan penting dalam lalu lintas hukum, khususnya yang berkaitan dengan pembuatan alat bukti tertulis yang bersifat otentik. Hal ini bertujuan untuk menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang dibutuhkan masyarakat terkait alat bukti tertulis yang memiliki sifat otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disingkat K.U.H.Per): suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Sebagai jabatan kepercayaan Notaris wajib merahasiakan isi akta dan segala keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatannya. Hal ini sejalan dengan sumpah jabatan yang diucapkan sebelum Notaris melaksanakan jabatannya, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris (untuk selanjutnya disingkat U.U.J.N). Notaris di Indonesia juga mempunyai arti sebagai pejabat yang dalam menjalankan jabatan dituntut profesional di bidangnya yaitu membuat keterangan atau membuat akta sebagai alat bukti tertulis yang mempunyai tugas dan fungsi sosial pula. Notaris tidak bisa secara bebas mengungkapkan atau membocorkan rahasia jabatannya kepada siapa pun kecuali terdapat peraturan perundangundangan lain yang memperbolehkannya untuk membuka rahasia jabatannya, sumpah jabatan tersebut ditegaskan sebagai salah satu 2

kewajiban Notaris yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f yang menyatakan dalam menjalankan jabatanya, Notaris wajib: f. merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah atau janji jabatan, kecuali Undang-Undang menentukan lain. Notaris harus dilindungi terkait dengan jabatan yang dijalankannya, untuk kepentingan para pihak menyangkut akta otentik yang dibuatnya. Dalam penulisan tesis ini ada dua permasalahan, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah yaitu terdiri dari: 1. Mengapa dalam proses peradilan penyidik, penuntut umum, atau hakim wajib dengan persetujuan Majelis Kehormatan? 2. Apakah bentuk perlindungan hukum terhadap Notaris apabila penyidik, penuntut umum, atau hakim mengambil fotokopi minuta akta dan memanggil Notaris untuk diperiksa tanpa persetujuan Majelis Kehormatan? Dan tujuan penulisan tesis ini antara lain: memaparkan pentingnya persetujuan Majelis Kehormatan untuk pemanggilan Notaris terkait dengan rahasia jabatan Notaris dan melindungi para pihak yang berkaitan langsung dengan akta. Memberikan kepastian hukum tentang perlindungan hukum kepada para Notaris apabila penyidik melakukan pemeriksaan dan pengambilan fotokopi minuta akta tanpa persetujuan Majelis Kehormatan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach). Dengan sumber 3

data utama adalah data sekunder dengan metode analisis logis normatif, silogisme, dan kualitatif. Dalam penelitian ini yuridis normatif, karena secara yuridis penelitian didasarkan pada pendekatan terhadap asas-asas dan aturanaturan hukum yang berhubungan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (U.U.J.N), Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (K.U.H.Perdata), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (K.U.H.P), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (K.U.H.A.P) dan mengutip dari buku-buku hukum yang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh asas-asas hukum, penemuan hukum terhadap suatu permasalahan tertentu dengan bertumpu pada data sekunder. HASIL DAN PEMBAHASAN Hak Ingkar atau hak menolak sebagai imunitas hukum Notaris untuk tidak berbicara atau memberikan keterangan apapun yang berkaitan dengan akta (atau keterangan lainnya yang berkaitan dengan akta) yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris. Sebagai saksi dalam penuntutan dan pengadilan merupakan Verschoningsrecht atau suatu hak untuk tidak berbicara atau tidak memberikan informasi apapun didasarkan pada Pasal 170 K.U.H.A.Per dan Pasal 1909 ayat (3) K.U.H.Perdata. Bahwa Notaris mempunyai kewajiban dan hak ingkar bukan untuk kepentingan diri Notaris, tapi untuk kepentingan para pihak yang telah mempercayakan kepada Notaris bahwa Notaris dipercaya oleh para pihak mampu menyimpan semua keterangan atau pernyataan para pihak yang 4

pernah diberikan di hadapan Notaris yang berkaitan dalam pembuatan akta. Dalam Pasal 170 K.U.H.A.Per ditegaskan bahwa : Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat diminta dibebaskan dari kewajibannya untuk memberikan keterangan sebagai saksi yaitu tentang hal yang dipercaya kepada mereka. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut. Kewajiban Ingkar suatu kewajiban untuk tidak bicara yang didasarkan pada Pasal 4 ayat (2), Pasal 16 ayat (1) huruf e dan Pasal 54 U.U.J.N. Dalam Pasal 4 ayat (2) U.U.J.N ditegaskan bahwa Notaris telah bersumpah/berjanji antara lain: bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan saya. Pasal 16 ayat (1) huruf e U.U.J.N menegaskan pula bahwa Notaris wajib: merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali Undang-Undang menentukan lain.penjelasannya bahwa: kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang berhungungan dengan akta dan surat-surat lainnya adalah untuk melindungi kepentingan sesama pihak yang terkait dengan akta tersebut. Kemudian dalam Pasal 54 U.U.J.N bahwa: Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi akta, grosse akta,salinan akta atau kutipan akta, kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. 5

Perlindungan terhadap Notaris baik sebagai saksi, tersangka ataupun terdakwa berdasarkan U.U.J.N diatur secara khusus pada Pasal 66 ayat (1) yang berbunyi: (1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan majelis kehormatan Notaris berwenang: a. Mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan b. Memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Majelis Kehormatan menggantikan peran Majelis Pengawas Daerah pada Undang-Undang yang lama, perubahan terhadap Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 bahwa permohonan tidak disampaikan lagi kepada M.P.D ataupun tidak bisa secara langsung memanggil dan mengambil fotokopi minuta akta Notaris tetapi harus melalui surat permohonan kepada Majelis Kehormatan Notaris. Apabila M.K.N tidak memberi keterangan apapun atau tidak menjawab permohonan tersebut dalam jangka waktu 30 (tigapuluh) hari sejak diterimanya surat permintaan persetujuan sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 66 ayat (3), maka Penyidik dapat menganggap M.K.N telah menyetujui atau menerima persetujuan tersebut atas pemanggilan Notaris yang bersangkutan hal ini diatur dalam Pasal 66 ayat (4) U.U.J.N. Apabila permohonan itu ditolak oleh M.K maka Penyidik tidak dapat melakukan pemanggilan terhadap Notaris untuk dilakukan pemeriksaan. 6

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan: - Sebagai jabatan kepercayaan Notaris wajib merahasiakan isi akta dan segala keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatannya. Hal ini sejalan dengan sumpah jabatan yang diucapkan sebelum Notaris melaksanakan jabatannya, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 Ayat 2 Undang-Undang Jabatan Notaris (U.U.J.N). Merahasiakan isi akta juga merupakan salah satu kewajiban Notaris yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f U.U.J.N yang mengatakan bahwa Notaris wajib: merahasiakan segala sesuatu menganai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan kecuali Undang-Undang menentukan lain. Kembali ditekankan di dalam Pasal 54 U.U.J.N bahwa Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan atau memberitahukan isi akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta kepada yang berkepentingan langsung pada akta atau orang yang memperoleh hak kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Pasal-Pasal yang disebutkan diatas merupakan suatu kewajiban ingkar yaitu 7

suatu kewajiban untuk tidak bicara. Dengan demikian batasannya hanya Undang-Undang saja yang dapat memerintahkan Notaris untuk membuka rahasia isi akta dan keterangan atau pernyataan yang diketahui Notaris yang berkaitan dengan pembuatan akta yang dimaksud. Perlindungan terhadap Notaris terkait dengan segala keterangan akta yang dibuatnya juga dapat berupa Hak Ingkar dan Kewajiban Ingkar. Hak Ingkar atau hak menolak sebagai imunitas hukum Notaris untuk tidak berbicara atau memberikan keterangan apapun yang berkaitan dengan akta (atau keterangan lainnya yang berkaitan dengan akta) yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris. Sebagai saksi dalam penuntutan dan pengadilan merupakan Verschoningsrecht atau suatu hak untuk tidak berbicara atau tidak memberikan informasi apapun didasarkan pada Pasal 170 K.U.H.A.Perdata dan Pasal 1909 ayat (3) K.U.H.Perdata. Jika Notaris menggunakan kewajiban ingkar atau hak ingkarnya, apakah penyidik, penuntut umum dan hakim ataupun pihak lain akan memaksakan kehendaknya kepada Notaris dan mengancam Notaris dengan ancaman menghalangi proses penyidikan atau peradilan. Atas hal tersebut Notaris tidak perlu khawatir, karena berdasarkan Pasal 117 ayat (1) K.U.H.A.P bahwa: keterangan 8

tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari apapun dan atau dalam bentuk apapun. - Undang-Undang memberikan pengaturan dan perlindungan terhadap Notaris secara khusus dalam hal pengambilan fotokopi minuta akta dan pemanggilan Notaris dalam Pasal 66 ayat 1 yang pengaturan terdahulu diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 pengambilan dan pemanggilan Notaris harus dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah terlebih dahulu kemudian dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU- X/2012 yang menyatakan bahwa Pasal 66 ayat 1 Nomor 30 Tahun 2004 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat maka penyidik, penuntut umum dan hakim dapat memanggil dan mengambil fotokopi minuta akta Notaris tanpa persetujuan Majelis Pengawas Daerah. Perubahan kembali terjadi setelah Undang-Undang Jabatan Notaris diubah menjadi Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 66 ayat 1 diubah harus dengan permintaan persetujuan kepada Majelis Kehormatan terlebih dahulu. Majelis Kehormatan menggantikan peran Majelis Pengawas Daerah pada Undang-Undang yang lama, perubahan terhadap Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 memanggil dan mengambil fotokopi minuta akta Notaris harus 9

melalui surat permohonan kepada Majelis Kehormatan Notaris (M.K.N). Apabila M.K.N tidak memberi keterangan apapun atau tidak menjawab permohonan tersebut dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya surat permintaan persetujuan sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 66 ayat (3), maka Penyidik dapat menganggap M.K.N telah menyetujui atau menerima persetujuan tersebut atas pemanggilan Notaris yang bersangkutan hal ini diatur dalam Pasal 66 ayat (4) U.U.J.N. Apabila permohonan itu ditolak oleh M.K.N maka Penyidik tidak dapat melakukan pemanggilan terhadap Notaris untuk dilakukan pemeriksaan. 2. Saran Bedasarkan uraian diatas dapat diberikan saran sebagai berikut: - Notaris sebagai Pejabat Umum yang ditunjuk untuk membuat alat bukti tertulis wajib dilindungi. Dalam hal ini penyidik, penuntut umum, dan hakim harus menyadari akan hal itu. Kode Etik Notaris harus ditegakkan dalam menjalankan jabatan Notaris. Diberikan sanksi yang tegas kepada Notaris yang membuka rahasia jabatannya kepada orang yang tidak berkepentingan langsung terhadap akta kecuali Undang-Undang menentukan lain. Secepatnya disahkan aturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 untuk memberikan kepastian pelaksanaan Undang-Undang tersebut. 10

- Penyidik, penuntut umum dan hakim harus memahami dan mendapatkan penyuluhan mengenai tanggung jawab dan peranan Notaris dalam hukum perdata khususnya sebagai pembuat alat bukti tertulis. Diberikan sosialisasi agar penyidik, penuntut umum dan hakim memahami dan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Penyidik, penuntut umum dan hakim melaksanakan tanggung jawabnya harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang dan diberikan batasan yang jelas mengenai peran Badan Pengawasan dan Pembinaan dengan Peraturan Menteri. DAFTAR PUSTAKA Buku: Adjie, Oemar Seno. 1991. Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana Dokter, Jakarta: Erlangga. Adjie, Habib. 2008. Hukum Notaris Indonesia, Bandung: PT. Refika Aditama. Adjie, Habib. 2008. Sanksi Perdata dan Administrasi Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, Bandung: Refika Aditama. Adjie, Habib. 2009. Meneropong Khasanah Notaris dan PPAT Indonesia,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Adjiie, Habib. 2011. Kebatalandan Pembatalan Akta Notaris (selanjutnya disebut Habib Adjie III), Bandung: Refika Aditama. Andi, Hamzah. 2009. Delik-Delik Tertentu (SpecialeDelicten) didalam K.U.H.P, Jakarta: Sinar Grafika. 11

Andi Prajitno, A.A.2010. Apa dan Siapa Notaris di Indonesia, Surabaya: Putra Media Nusantara. Budiono, Herlien.2013.Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI. Daeng Naja, H.R. 2012. Teknik Pembuatan Akta, Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Fuady, Munir. 2009. Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat), Bandung: PT. Refika Aditama. Ghofur Anshori, Abdul. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Yogyakarta: UII Press. Harahap, Yahya, M. 1988. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Pustaka Kartini. Hartono, 2010. Penyidikan & Pengakuan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika. Hatta, H. Moh. 2009. Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum & Pidana Khusus, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Kuffal, Hma. 2007. Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Lamintang, P.A.F. 1991. Delik-Delik Khusus, Bandung: Cv. Mandar Maju. Lumban Tobing, G.H.S. 1980. Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga. Mandiri Hadjon, Philipus. 2007. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia Edisi Khusus Peradaban, Jogjakarta. Muhammad, Abdulkadir. 2006. Etika Profesi Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. 12

Prakorso, Djoko. 1988.Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana, Yogyakarta: Liberty. Purnomo, Bambang. 1986. Pokok-Pokok Tata Acara Peradilan Pidana Indonesia Indonesia Dalam Undang-Undang R.I. No. 80 Tahun 1981, Yogyakarta : Liberty. R. Soesilo, M.Karyadi. 1997. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Bogor: Politea. Sulihandari, Hartanti. Dkk. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Jakarta Timur: Dunia Cerdas. Tedjosaputro, Liliana. 2003. Etika Profesi dan Profesi Hukum, Semarang: Aneka Ilmu. Thong Kie, Tan. 2000. Studi Notariat dan Serba-Serbi Praktek Notaris, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoven. Putusan : Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 49/PUU-X/2012 Undang Undang : - Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris - Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang perubahan Jabatan Notaris - Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana - Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 13

Website : - http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37324/3/chapter%20ii. pdf diakses pada tanggal 17 Januari 2014. - http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dde135c2e3a4/urgensi pendampingan-saksi-oleh-advokat-broleh--bobby-r-manalu- diakses pada tanggal 22 Januari 2014. - http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5135/unsur-unsur-pidanayang-dihadapi-notaris-dalam-menjalankan-jabatannya diakses pada tanggal 25 Februari - http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl5135/unsur-unsur-pidanayang-dihadapi-notaris-dalam-menjalankan-jabatannya diakses pada tanggal 28 Februari 2014. - http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d50ebf7377d9/penyalahg unaan-jabatan-notaris diakses pada tanggal 28 Februari 2014. 14