Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN"

Transkripsi

1 Analisis, Desember 2014, Vol.3 No.2 : ISSN IMPLIKASI HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU- X/2012 TERHADAP PEMERIKSAAN NOTARIS SEBAGAI SAKSI DALAM PROSES HUKUM Legal Implications of the Constitutional Court Decision Number 49/PUU-X/2012 Concerning Notary as A Witness in Litigation Armayulita, Syamsul Bachri, Anshori Ilyas Program Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin ( armayulita88@gmail.com) ABSTRAK Notaris sebagai pejabat umum tidak jarang mengalami proses hukum sehingga pemeriksaan Notaris pasca putusan Mahkamah Konstitusi dengan persetujuan MPD tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan prosedur pemeriksaan Notaris dalam proses hukum dan implikasi hukumnya pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU- X/2012 dan untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan kewenangan kelembagaan antara Majelis Pengawas Notaris dengan penyidik kepolisian dalam pemeriksaan Notaris pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2012. Penelitian ini berbentuk penelitian normatif. Data diolah dengan menggunakan metode kualitatif dengan mendiskripsikan data berupa data primer dan data sekunder untuk kemudian dilakukan penafsiran dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prosedur pemeriksaan Notaris dalam proses hukum pasca putusan Mahkamah Konstitusi sudah tidak melalui persetujuan MPD. Hal ini berimplikasi hukum terhadap perlindungan keluhuran jabatan Notaris dan dokumen minuta akta sebagai protokol Notaris serta lebih mengutamakan pada proses hukum baik ditingkat penyelidikan, penyidikan dengan mengabaikan kepentingan-kepentingan khusus bagi Notaris sehingga perlindungan protokol Notaris sebagai dokumen negara kurang dipertimbangkan. Hubungan kewenangan kelembagaan antara MPN dengan penyidik kepolisian setelah putusan Mahkamah Konstitusi sudah tidak ada hubungan kewenangannya karena tidak ada lagi koordinasi antara MPN dengan penyidik kepolisian, jika ada Notaris dan atau minuta akta asli yang dibutuhkan dalam proses hukum yang selama ini hanya diperkenankan jika di bawah sendiri oleh Notaris yang dipanggil. Kata Kunci: Mahkamah Konstitusi, Notaris, Putusan ABSTRACT Notary as public official is not uncommon to experience the legal process so that the Notary examination after the Constitutional Court decision with the approval of the MPD does not have binding legal force. This study aims to identify and explain the procedures Notary examination in legal proceedings and legal implications of the post-verdict of the Constitutional Court No. 49/PUU- X/2012 and to identify and explain the shape of the relationship between the institutional authority of the Supervisory Council of Notary Public Notary police investigators in the examination after Court Ruling Constitutional 49/PUU-X/2012. This study form a normative study. The data were processed using qualitative methods to describe the data in the form of primary data and secondary data and then do the interpretation and conclusions. The results showed that the Notary examination procedure in the proceedings after the Constitutional Court had not gone through the approval of the MPD. This has implications for the protection of the law against the nobility and the Notary office documents as protocol notary deed minuta and more emphasis on the legal process both at the investigation, the investigation by ignoring special interests so that the protection protocol for Notary Notary less considered as the document states. The relationship between MPN institutional authority by police investigators after the decision of the Constitutional Court has no authority relationship because there is no coordination between the MPN with police investigators, if there is a Notary and 195

2 Armayulita ISSN the original deed or minuta required in legal proceedings which had only allowed if under its own by Notary called. Keywords: Constitutional Court, Notary, Decision PENDAHULUAN Notaris adalah pejabat umum yang oleh Undang-undang diberi kewenangan membuat akta otentik dan kewenangan lainnya. Seorang Notaris biasanya dianggap sebagai seorang pejabat tempat seseorang dapat memperoleh nasihat yang boleh diandalkan (Kie, 2011). Notaris adalah orang semi swasta, karena ia tidak bisa bertindak bebas sebagaimana seorang swasta (Nusyirwan, 2000). Kebutuhan hukum dalam masyarakat dapat dilihat dengan semakin banyaknya bentuk perjanjian yang dituangkan dalam suatu akta Notaris, dimana Notaris merupakan salah satu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang (Dewi, 2011). Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum (Adjie, 2008). Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pejabat umum tidak jarang Notaris mengalami proses hukum. Pada proses hukum ini Notaris harus memberikan keterangan dan kesaksian menyangkut isi akta yang dibuatnya. Oleh karenanya sangat diperlukan adanya pengawasan. Pada dasarnya yang mempunyai wewenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam pelaksanaannya Menteri membentuk Majelis Pengawas Notaris (Adjie, 2009). Munculnya kewenangan MPN yang diamanatkan oleh Undang-undang secara tidak langsung memberikan tugas dan tanggung jawab yang besar kepada MPN untuk memberikan pengawasan secara serius kepada Notaris dalam menjalankan profesinya. Masih mengenai pengawasan Notaris, dalam Pasal 66 UUJN telah memberikan penegasan mengenai wewenang MPD. Pertama, mengenai wewenang MPD yang harus memberi persetujuan jika ada pemeriksaan bagi Notaris untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim. Kedua, mengambil fotokopi minuta akta dan surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris. Ketiga atau yang terakhir, memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Pada prinsipnya norma tersebut hendak memberi penegasan bahwa jika terjadi proses peradilan yang melibatkan Notaris maka penyidik kepolisian tidak dapat dapat langsung memeriksa Notaris melainkan terlebih dahulu harus melalui persetujuan MPD. Tegasnya penyidik dapat melanjutkan proses hukum setelah mendapat persetujuan dari MPD. Pada kenyataannya banyak kalangan khususnya advokat menilai bahwa eksistensi Pasal 66 UUJN merupakan norma yang dijadikan tempat berlindung bagi Notaris dari upaya proses hukum kepolisian karena seorang Notaris diduga melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran etika. Namun demikian Notaris yang bersangkutan tidak dapat langsung diperiksa oleh penyidik kepolisian melainkan menunggu persetujuan dari MPD. Fakta terkini yang dapat dijadikan acuan terkait dengan problematika Pasal 66 UUJN adalah upaya hukum Kant Kamal melalui para kuasanya yakni Tomson Situmeang, Jupryanto Purba, Charles Hutagalung, Mengajukan permohonan Uji Materil Pasal 66 UUJN 196

3 Mahkamah Konstitusi, Notaris, Putusan ISSN terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD NRI 1945), Salah satu alasan hukum pemohon adalah dengan berlakunya ketentuan Pasal 66 angka (1) UUJN sepanjang frasa dengan persetujuan MPD, menjadikan penyidik kepolisian terkendala dalam melakukan proses penyidikan dikarenakan permintaan izin untuk memanggil Notaris, untuk menjadi saksi, tidak diberikan oleh MPD Notaris Cianjur, sehingga telah melanggar hak konstitusional Pemohon untuk mendapatkan persamaan kedudukan dalam hukum dan perlindungan kepastian hukum yang adil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 angka (1) dan Pasal 28 D angka (1) UUD NRI Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi terkait judicial review Pasal 66 UUJN, keputusan Nomor 49/PUU- X/2012 mengenai Pengujian UUJN terhadap UUD NRI 1945 yang amar putusannya menyatakan bahwa frasa dengan persetujuan MPD dalam Pasal 66 angka (1) UUJN tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan prosedur pemeriksaan Notaris dalam proses hukum dan implikasi hukumnya pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU- X/2012 serta bentuk hubungan kewenangan kelembagaan antara Majelis Pengawas Notaris dengan penyidik kepolisian dalam pemeriksaan Notaris pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2012. METODE PENELITIAN Daerah Penelitian Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dan informasi dari daerah penelitian di Kota Makassar. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian normatif yaitu penelitian hukum terhadap asas-asas hukum, kaedah hukum, peraturan hukum perundang-undangan dan pendapat para ahli. Informan Penelitian Penggunaan informan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguatkan teori-teori serta pendapat-pendapat yang digunakan dalam penelitian. Adapun informan tersebut yakni: MPD sebanyak 3 (tiga) orang, MPW sebanyak 3 (tiga) orang, Notaris sebanyak 3 (tiga) orang, Ikatan Notaris Indonesia sebanyak 2 (dua) orang, Penyidik Kepolisian sebanyak 3 (tiga) orang, dan Pakar Hukum sebanyak 2 (dua) orang. Teknik Pengumpulan Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara kepada informan yang terkait dengan judul penelitian. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia terhadap Notaris yang pernah menjadi saksi dan tersangka. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder kemudian dilakukan penafsiran dan kesimpulan. HASIL Pemeriksaan Notaris baik sebagai saksi maupun tersangka sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi telah diatur dalam Pasal 66 UUJN, yang menyatakan untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan persetujuan MPD berwenang mengambil fotokopi minuta akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan oleh Notaris. Disamping itu juga untuk memanggil Notaris hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya 197

4 Armayulita ISSN atau protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris. Menurut salah satu anggota MPD di kota Makassar Ibu Illia bahwa sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi dalam pemeriksaan Notaris dalam proses hukum, laporan yang masuk dari penyidik kepolisian diproses di MPD sesuai standar operasional prosedur yang berlaku. Dan sesudah putusan Mahkamah Konstitusi penyidik kepolisian langsung memanggil Notaris yang bersangkutan untuk diperiksa. Senada dengan hal tersebut menurut Penyidik Polrestabes Kota Makassar Bapak Awaluddin menyatakan bahwa pemeriksaan Notaris sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi dari penyidik kepolisian meminta persetujuan kepada MPD karena sebelumnya ada MOU ditingkat Mabespolri. Setelah putusan Mahkamah Konstitusi dari penyidik kepolisian tidak lagi meminta persetujuan MPD. jadi penyidik kepolisian langsung memanggil Notaris yang bersangkutan untuk diperiksa dengan surat panggilan. Menurut data yang penulis peroleh dari Polrestabes kota Makassar, pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Penyidik Polrestabes kota Makassar telah melakukan panggilan pemeriksaan terhadap Notaris tanpa persetujuan MPD dalam kurun waktu Juni 2013-Januari 2014 sebanyak 15 Notaris. Semua atas dugaan tindak pidana terkait dengan Pasal 378 KUHP, Pasal 372 KUHP, Pasal 263 KUHP, dan 266 KUHP. Implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut menurut Ketua INI Provinsi Sulawesi Selatan Bapak Ahmad Yulias menyatakan bahwa Notaris dipanggil langsung oleh penyidik kepolisian tanpa persetujuan MPD. Selain itu, menurut salah seorang Notaris di Kota Makassar Ibu Ria Trisnomurti menyatakan bahwa implikasi putusan Mahkamah Konstitusi yaitu kembali lagi ke UUJN terkait tata cara menggunakan akta otentik sebagai alat bukti yang sempurna dalam pasal 4, 16, 54 dan 57 UUJN. Menurut pakar hukum Universitas Hasanuddin Bapak Ahmadi Miru menyatakan bahwa sesudah putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan tidak mengikat Pasal 66 UUJN baik MPN maupun penyidik kepolisian sudah tidak ada hubungan kewenangan kelembagaan dalam pemeriksaan Notaris. Pada hal sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi ada kerjasama dalam menegakkan hukum. Bentuknya dalam penyelesaian setiap permasalahan dalam proses hukum, penyidik kepolisian menyampaikan kasusnya ke MPD. PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan bahwa pasca putusan Mahkamah Konstitusi prosedur pemeriksaan Notaris oleh penyidik kepolisian sudah tidak melalui ketentuan dalam Pasal 66 UUJN maupun Permenkumham 03/2007. Sehingga penyidik kepolisian dapat langsung memanggil Notaris tanpa perlu meminta persetujuan dari MPD. Hal ini tentu saja akan mempermudah kinerja bagi penyidik kepolisian dalam memanggil Notaris untuk diperiksa baik sebagai saksi atau tersangka. Karena sudah tidak memerlukan persetujuan dari MPD. Sehingga proses hukum tidak akan mengalami kendala. Akan tetapi perlu digarisbawahi disini ialah ada ketentuanketentuan lain yang masih mengikat terkait jabatan Notaris sebagai pejabat negara yang termuat dalam UUJN, bahwa Notaris merupakan pejabat umum perlu mendapatkan perlindungan terkait dengan jabatannya. Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan (Mer tokusumo, 2005). Karena jabatan Notaris berkaitan dengan menjaga kerahasiaan akta yang telah dipercayakan terhadapnya yang merupakan dokumen Negara jadi perlu mendapat perlindungan hukum. Terkait dengan perlindungan Notaris, bahwa Notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan jabatannya seharusnya 198

5 Mahkamah Konstitusi, Notaris, Putusan ISSN memang diberikan perlindungan. Pertama, untuk tetap menjaga keluhuran harkat dan martabat jabatannya termasuk ketika memberikan kesaksian dan berproses dalam pemeriksaan dan persidangan. Kedua, merahasiakan akta dan keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta. Ketiga, menjaga minuta atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris. Sejak kehadiran institusi Notaris di Indonesia pengawasan terhadap Notaris selalu dilakukan oleh lembaga peradilan dan pemerintah, dimana tujuan dari pengawasan agar para Notaris ketika menjalankan tugas jabatannya memenuhi semua persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris, demi untuk pengamanan dari kepentingan masyarakat karena Notaris diangkat oleh pemerintah bukan untuk kepentingan diri sendiri, tapi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya (Adjie, 2011). Selain itu akan memberikan kepastian hukum terhadap Notaris itu sendiri. Kepastian hukum sudah menjadi semacam ideologi dalam kehidupan berhukum, sehingga diperlukan suatu pemahaman yang kritis mengenai kata tersebut (Ali, 2009). Notaris merupakan sebuah jabatan kepercayaan. Masyarakat mempercayakan kepada Notaris untuk membuat perjanjian yang termuat dalam akta Notaris. Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN (Adjie, 2011). Akta otentik merupakan alat bukti yang sempurna yang artinya bahwa akta otentik tidak memerlukan lagi penambahan pembuktian (Subekti, 2005). Dalam menjalankan tugas dan jabatannya, Notaris wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini UUJN dan Kode Etik Notaris. Dengan adanya ketentuan dalam putusan Mahkamah Konstitusi, hal ini juga membawa dampak hukum pada Permenkumham 03/2007. Sehingga standar opersional prosedur yang digunakan untuk memeriksa Notaris baik sebagai saksi maupun tersangka dengan persetujuan MPD sudah tidak dapat dipakai lagi. Hal ini akan berimplikasi pada perlindungan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik. Pasalnya hal ini akan berakibat pada pemeriksaan Notaris nantinya baik sebagai saksi maupun tersangka. Penyidik kepolisian dapat kapan saja memanggil Notaris untuk diperiksa, selain itu minuta akta Notaris bagian dari protokol Notaris yang juga merupakan dokumen negara dapat begitu mudah untuk diperiksa. Padahal Notaris berkewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya. Dan apabila dilanggar oleh Notaris, maka Notaris tersebut dapat terkena sanksi. Sebelum adanya putusan Mahkamah Konstitusi, MPN dan penyidik kepolisian mempunyai hubungan dalam rangka pemeriksaan Notaris. Bentuk hubungan kewenangan tersebut terkait dengan pemeriksaan Notaris yang mana sebelum penyidik kepolisian memanggil Notaris untuk diperiksa terlebih dahulu penyidik kepolisian meminta persetujuan kepada MPD. Pasca putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan tidak mengikat Pasal 66 UUJN, menjadikan belum jelasnya bentuk hubungan kewenangan antara MPN dan penyidik kepolisian. Dinyatakan tidak mengikat Pasal 66 UUJN dan tidak berlakunya lagi Permenkumham 03/2007 menjadikan penyidik kepolisian sudah tidak meminta persetujuan MPD untuk memeriksa Notaris. Meskipun sudah ada putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan Pasal 66 UUJN tidak memiliki kekuatan hukum mengikat lagi. Sebagai rekomendasi diperlukan adanya sinergitas kewenangan antara MPN dengan penyidik kepolisian, yaitu dengan diwadahi melalui MOU. Dengan adanya UUJN baru yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, 199

6 Armayulita ISSN diatur kembali ketentuan Pasal 66 UUJN yaitu kewenangan dalam hal pemeriksaan Notaris dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris (MKN). Diharapkan dengan ketentuan ini bentuk hubungan terkait kewenangan antara MKN dan penyidik kepolisian dapat terjalin dengan baik. Diharapkan juga adanya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang baru terkait munculnya Pasal 66 ini sehingga baik MPN maupun penyidik kepolisian tetap bisa berkoordinasi terkait dengan pemeriksaan Notaris. KESIMPULAN DAN SARAN Prosedur pemeriksaan Notaris dalam proses hukum pasca putusan Mahkamah Konstitusi sudah tidak melalui persetujuan MPD. Hal ini berimplikasi hukum terhadap perlindungan keluhuran jabatan Notaris dan dokumen minuta akta sebagai protokol Notaris serta lebih mengutamakan pada proses hukum baik ditingkat penyelidikan, penyidikan dengan mengabaikan kepentingankepentingan khusus bagi Notaris sehingga perlindungan protokol Notaris sebagai dokumen negara kurang dipertimbangkan. Hubungan kewenangan kelembagaan antara MPN dengan penyidik kepolisian setelah putusan Mahkamah Konstitusi sudah tidak ada hubungan kewenangannya karena tidak ada lagi koordinasi antara MPN dengan penyidik kepolisian, jika ada Notaris dan atau minuta akta asli yang dibutuhkan dalam proses hukum yang selama ini hanya diperkenankan jika di bawah sendiri oleh Notaris yang dipanggil. Harus ada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai peraturan pelaksanaan dari Pasal 66 UUJN baru sehingga ada mekanisme yang jelas terkait prosedur pemeriksaan Notaris nantinya. Selain itu, MPN dan INI harus aktif melakukan sosialisasi dan koordinasi baik terhadap Notaris maupun terhadap instansi-instansi yang terkait dengan pekerjaan Notaris diantaranya penyidik kepolisian. Hendaknya permintaan penyidik kepolisian dalam pemeriksaan Notaris untuk menjadi saksi terkait dengan proses hukum yang berjalan seyogyanya tetap ditembuskan kepada MPD, karena bagaimanapun MPD sebagai Majelis Pengawas memegang fungsi pengawasan dan pembinaan terhadap Notaris. DAFTAR PUSTAKA Ali Achmad. (2009). Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence): Termasuk Interpretasi Undang- Undang (Legisprudence). Kencana: Jakarta. Adjie Habib. (2008). Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, cet.1.refika Aditama: Bandung. Adjie Habib. (2009). Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Refika Aditama: Bandung. Adjie Habib. (2011). Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris. Refika Aditama: Bandung. Adjie Habib. (2011). Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara. Refika Aditama: Bandung. Dewi Santia; Diradja Fauwas. (2011). Panduan Teori & Praktik Notaris. Pustaka Yustisia: Yogyakarta. Kie Tan Thong. (2011). Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris. PT.Ichtiar Baru Van Hoeve: Jakarta. Mertokusumo Sudikno. (2005). Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, cet ketiga. Bumi Aksara: Jakarta. Nusyirwan. ( 2000). Membedah Profesi Notaris. Universitas Padjadjaran: Bandung. Subekti R. (2005). Hukum Pembuktian. Pradnya Paramita: Jakarta. 200

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 diperbaharui dan dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris yang untuk selanjutnya dalam penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah mengalami beberapa kali revisi sejak pengajuannya pada tahun 2011, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30

Lebih terperinci

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN Vol. 18, No. 1, (April, 2016), pp. 37-49. KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS TERKAIT ASPEK PIDANA DIBIDANG KENOTARIATAN THE AUTHORITY OF HONOUR BOARD OF NOTARY IN REGARD WITH CRIMINAL IN THE FIELD OF

Lebih terperinci

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS A. Kedudukan Notaris Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum, dimana hukum mempunyai kedudukan paling tinggi dalam segala hal. Keberadaan hukum tersebut juga termasuk mengatur hal-hal

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan I. PEMOHON Kan Kamal Kuasa Hukum: Tomson Situmeang, S.H., dkk

Lebih terperinci

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS WILAYAH DALAM MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP PEMANGGILAN NOTARIS OLEH PENEGAK HUKUM

KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS WILAYAH DALAM MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP PEMANGGILAN NOTARIS OLEH PENEGAK HUKUM Vol. 4 No. 3 September 2017 Kewenangan Majelis Kehormatan Notaris Wilayah (Udi Hermawan) KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS WILAYAH DALAM MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP PEMANGGILAN NOTARIS OLEH PENEGAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris [Pasal 66 ayat ( 1)] terhadap

Lebih terperinci

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK TIM PENELITI Prof. DR. I WAYAN PARSA, SH., M.Hum. (19591231 198602 1 007) KADEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Prinsip Negara hukum menjamin kepastian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Undang-undang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PEMBATASAN KEWENANGAN PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris)

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PEMBATASAN KEWENANGAN PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris) Fiat Justisia Journal of Law ISSN 1978-5186 Volume 10 Issue 1, January-March 2016: pp. 1-220. Volume 10 No. 1, January-March 2016. Copyright 2015-2016 FIAT JUSTISIA. Faculty of Law, Lampung University,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Notaris sebagai pejabat umum dipandang sebagai pejabat publik yang menjalankan profesinya dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, untuk membuat akta otentik dan

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA Herianto Sinaga 1 ABSTRACT Notary public officials prosecuted as responsible for the deed he had done, even though the notary protocol

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HUKUM NOTARIS DALAM MENJAGA KERAHASIAAN AKTA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 JO UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 RAHMI DWIYANA / D 101 10 014 ABSTRAK Notaris adalah pejabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum. berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Keberadaan

Lebih terperinci

Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I Made Budi Arsika Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT :

Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I Made Budi Arsika Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT : PENGATURAN MENGENAI KEWAJIBAN NOTARIS DALAM MELEKATKAN SIDIK JARI PENGHADAP PADA MINUTA AKTA NOTARIS TERKAIT DENGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS ABSTRACT : Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. otentik, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yaitu: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Keberadaan lembaga Notariat di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan akan alat bukti otentik yang sangat diperlukan, guna menjamin kepastian hukum serta kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi di bidang hukum merupakan profesi luhur yang terhormat atau profesi mulia ( nobile officium) dan sangat berpengaruh di dalam tatanan kenegaraan. Profesi

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS PENCABUTAN PASAL 66 AYAT (1) UUJN NO. 30 TAHUN 2004 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012) DAN KELUARNYA UU NO

KAJIAN YURIDIS PENCABUTAN PASAL 66 AYAT (1) UUJN NO. 30 TAHUN 2004 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012) DAN KELUARNYA UU NO MEYATY 1 KAJIAN YURIDIS PENCABUTAN PASAL 66 AYAT (1) UUJN NO. 30 TAHUN 2004 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI (PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012) DAN KELUARNYA UU NO.2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN UU NO.30 TAHUN 2004

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012. Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono. Perdata Agraria ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012. Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono. Perdata Agraria ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH PUTUSAN MK NO. 49/PUU-X/2012 Dinny Fauzan, Yunanto, Triyono Perdata Agraria ABSTRAK Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi

Lebih terperinci

308 No. 2 VOL. 1 JULI 2016:

308 No. 2 VOL. 1 JULI 2016: 308 No. 2 VOL. 1 JULI 2016: 308-321 Konstruksi Ideal Pengaturan Hak Ingkar Notaris Pasca Berlakunya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/Puu-X/2012 dan Perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN TAHUN 2014 Lumaria Magister Kenotariatan Fakultas Hukum maria.lubenn@gmail.com Abstrak : Notaris tidak bisa secara bebas

Lebih terperinci

Sri Utami Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sri Utami Mahasiswa Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurnal Repertorium, ISSN:2355-2646, Edisi 3 Januari-Juni 2015 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM PROSES PERADILAN PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Sebagai negara hukum pemerintah negara

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANGGILAN NOTARIS UNTUK KEPENTINGAN PROSES PERADILAN PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA 1 Oleh: Muriel Cattleya Maramis 2

TATA CARA PEMANGGILAN NOTARIS UNTUK KEPENTINGAN PROSES PERADILAN PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA 1 Oleh: Muriel Cattleya Maramis 2 TATA CARA PEMANGGILAN NOTARIS UNTUK KEPENTINGAN PROSES PERADILAN PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA 1 Oleh: Muriel Cattleya Maramis 2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mngetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu dasar pertimbangan penting dari lahirnya Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu dasar pertimbangan penting dari lahirnya Undang-Undang Jabatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dasar pertimbangan penting dari lahirnya Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) No. 30 Tahun 2004 diantaranya adalah bahwa untuk menjamin kepastian, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan perlindungan hukum menuntut

Lebih terperinci

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I; RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 72/PUU-XII/2014 Pembatasan Kewenangan Hakim, Jaksa Penuntut Umum dan Penyidik dalam hal Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris I. PEMOHON Tomson Situmeang,

Lebih terperinci

POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS 182 No. 2 VOL. 1 JULI 2016: 182-200 POLITIK HUKUM PEMBENTUKAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS Winda Ayu Swastika Program Magister Kenotariatan Universitas Islam Indonesia Jl. Cik Di Tiro No.1 Yogyakarta Windaswastika99@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara berkembang yang masih berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan merupakan salah satu bentuk

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan I. PEMOHON Barisan Advokat Bersatu (BARADATU) yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan profesi yang terhormat dan selalu berkaitan dengan moral dan etika ketika menjalankan tugas jabatannya.saat menjalankan tugas jabatannya, Notaris

Lebih terperinci

Anna Sari Dewi (Mahasiswa S2 Program MKN FH UNS)

Anna Sari Dewi (Mahasiswa S2 Program MKN FH UNS) FUNGSI DAN KEDUDUKAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH MOTARIS SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NO 30 TAHUN 2004 Anna Sari Dewi (Mahasiswa S2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang; 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum memiliki peranan yang sangat berguna bagi penyelenggaraan negara maupun masyarakat, karena kedudukan notaris merupakan organ negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Notaris bertindak sebagai pelayan masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

PERATURAN JABATAN NOTARIS (PJN/UUJN)

PERATURAN JABATAN NOTARIS (PJN/UUJN) KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : PERATURAN JABATAN (PJN/UUJN) Fakultas/Program Studi : Hukum/Magister Kenotariatan. Kode Mata Kuliah : 533008 Dosen Pengampu : Dr. Henny Tanuwidjaja S.H., Sp.N. Bobot SKS

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang mempunyai berbagai macam profesi yang bergerak di bidang hukum. Profesi di bidang hukum merupakan suatu profesi yang ilmunya

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS

TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA SEBAGAI BAGIAN DARI PROTOKOL NOTARIS Tanggung Jawab Notaris terhadap Penyimpanan Minuta Akta Kanun Jurnal Ilmu Hukum Cut Era Fitriyeni No. 58, Th. XIV (Desember, 2012), pp. 391-404. TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENYIMPANAN MINUTA AKTA

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM MENYELENGGARAKAN PENGAWASAN, PEMERIKSAAN, DAN PENJATUHAN SANKSI TERHADAP NOTARIS

TUGAS DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS DAERAH DALAM MENYELENGGARAKAN PENGAWASAN, PEMERIKSAAN, DAN PENJATUHAN SANKSI TERHADAP NOTARIS Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2, November 2017, 127-140 Available Online at https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/notariil DOI: 10.22225/jn.2.2.353.127-140 TUGAS DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi posisinya sangat penting dalam membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat Notaris harus

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM PEMBINAAN TERHADAP NOTARIS

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM PEMBINAAN TERHADAP NOTARIS KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM PEMBINAAN TERHADAP NOTARIS POSITION AND AUTHORITY OF THE HONORARY COUNCIL OF NOTARY IN GUIDANCE OF NOTARIES Evi Apita Maya Magister Kenotariatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak 1 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari keterikatan dengan sesamanya. Setiap individu mempunyai kehendak dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT 27 BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT 1. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara Di dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 Menentukan : (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Hubungan antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal sejak masyarakat mengenal hukum itu sendiri, sebab hukum itu dibuat untuk mengatur kehidupan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 49/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris [Pasal 66 ayat ( 1)] terhadap

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN JABATAN DAN PEKERJAANNYA

PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN JABATAN DAN PEKERJAANNYA PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN JABATAN DAN PEKERJAANNYA IMPLEMENTATION GUIDANCE AND SUPERVISION BY THE BOARD OF SUPERVISORS OF NOTARY IN IMPLEMENTING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat memerlukan kepastian hukum. Selain itu, memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang, seiring meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari arti pentingnya sebuah jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari, sehingga banyak orang yang menuangkannya

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017 PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN TUGAS KEWAJIBAN NOTARIS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS 1 Oleh: Sri Susanti Mokodongan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari kehidupan tradisional kekehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sistem hukum. Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hal yang sangat diperlukan adalah ditegakkannya

Lebih terperinci

Reynaldo James Yo. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

Reynaldo James Yo. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM PROSES PERADILAN PIDANA BERKAITAN DENGAN AKTA YANG DIBUATNYA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS Reynaldo James Yo Magister Kenotariatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia kenotariatan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup diminati oleh masyarakat. Lembaga Kenotariatan adalah salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat.

Lebih terperinci

Azisia Pancapuri SH, Dr. Rachmad Safa at SH, M.Si., Dr. Istislam, SH, M.Hum. Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

Azisia Pancapuri SH, Dr. Rachmad Safa at SH, M.Si., Dr. Istislam, SH, M.Hum. Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 1 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS YANG DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA TERKAIT DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PUU-X/2012 (STUDI DI KANTOR POLISI RESORT

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015 KAJIAN YURIDIS PELANGGARAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA AUTENTIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 JO. UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 1 Oleh : Cicilia R. S. L. Tirajoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Negara sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga negaranya. Di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum. Oleh karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, ini berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Notaris adalah pejabat umum yang diberi kewenangan menjalankan sebagian dari kewenangan negara untuk membuat alat bukti tertulis secara otentik dalam

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Magister Kenotariatan. Oleh : ANNA SARI DEWI S

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Magister Kenotariatan. Oleh : ANNA SARI DEWI S 0 FUNGSI DAN KEDUDUKANMAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANGNOMOR 2 TAHUN 2014TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NOMOR 30 TAHUN 2004 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D 101 07 404 ABSTRAK Notaris dihadirkan untuk melayani kepentingan masyarakat yang membutuhkan alat bukti

Lebih terperinci

Muhammad Haris Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Jl. A. Yani Km. 4,5 Banjarmasin

Muhammad Haris Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Jl. A. Yani Km. 4,5 Banjarmasin Pengawasan Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris setelah berlakunya Undang- Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Muhammad Haris Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika pembangunan nasional salah satunya adalah dengan menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di Indonesia pembangunan dilaksanakan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan bab-bab sebelumnya, maka. kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan bab-bab sebelumnya, maka. kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 88 BAB V P E N U T U P A. K e s i m p u l a n Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkan MPD Kabupaten

Lebih terperinci

Keywords: Authority, Notary Public, Notary Substitute, Notary Protocol, UUJN

Keywords: Authority, Notary Public, Notary Substitute, Notary Protocol, UUJN Perbedaan Kewenangan Dan Syarat Tata Cara Pengangkatan (Estikharisma Harnum) Vol. 4 No. 4 Desember 2017 Perbedaan Kewenangan Dan Syarat Tata Cara Pengangkatan Antara Notaris Dan Notaris Pengganti Estikharisma

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH BERAKHIR MASA JABATANNYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 JO UNDANG-UNDANG NO

TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH BERAKHIR MASA JABATANNYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 JO UNDANG-UNDANG NO IRWANDA 1 TANGGUNG JAWAB NOTARIS SETELAH BERAKHIR MASA JABATANNYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 2004 JO UNDANG-UNDANG NO. 2 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN NOTARIS IRWANDA ABSTRACT A notary is a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum faham terhadap pengertian, tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana yang menjadi

Lebih terperinci

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA

DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA DASAR HUKUM KEWENANGAN PRAPERADILAN DALAM MEMUTUS PENETAPAN TERSANGKA oleh Cok Istri Brahmi Putri Biya Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Article titled

Lebih terperinci

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum...

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... IMPLIKASI HUKUM BERLAKUNYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS

Lebih terperinci

DEVI PRAMITHA KURNIASARI, S.H. NIM.

DEVI PRAMITHA KURNIASARI, S.H. NIM. ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA TESIS STUDI KOMPARASI KEWENANGAN ORGANISASI IKATAN NOTARIS INDONESIA (INI) DAN IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (IPPAT) DALAM PENEGAKAN KODE ETIK DAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002.

DAFTAR PUSTAKA. Achmad, Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU Achmad, Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002. Abdulkadir, Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan notaris dalam kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana termuat dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD RI 1945).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang Notaris harus memiliki integritas dan bertindak

Lebih terperinci

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN Oleh : I Gede Ngurah Mas Wiranata I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum...

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum... PERAN DAN TANGGUNGJAWAB NOTARIS DALAM KEPUTUSAN PEMEGANG SAHAM DILUAR RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) BERDASAR UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013

QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013 91 QUA VADIS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 49/PPU-X/2013 TERTANGGAL 28 MEI 2013 H. Saripudin Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama

Lebih terperinci

MEKANISME DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PROSES HUKUM SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 76/PUU-XII/2014

MEKANISME DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PROSES HUKUM SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 76/PUU-XII/2014 JURNAL ILMIAH MEKANISME DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM PROSES HUKUM SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 76/PUU-XII/2014 Oleh : TERESIA RISKY KURNIA ANGGIATI D1A 012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat, perlu

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin kepastian, ketertiban,

Lebih terperinci

Pertanggungjawaban Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam Membuat Party Acte

Pertanggungjawaban Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam Membuat Party Acte 162 No. 1 VOL. 2 JANUARI 2017: 162-176 Pertanggungjawaban Hukum dan Perlindungan Hukum bagi Notaris dalam Membuat Party Acte Vina Akfa Dyani Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

EKSISTENSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM MENJALANKAN JABATAN

EKSISTENSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM MENJALANKAN JABATAN EKSISTENSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NOTARIS DALAM MENJALANKAN JABATAN Oleh : I Ketut Banesa Wahyu Pradana NPM : 1310121145 Pembimbing I : I Nyoman Sumardika,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.3, 2014 HUKUM. Notaris. Jabatan. Jasa Hukum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5491) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman sekarang ini kebutuhan alat bukti tertulis yang bersifat otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, dan

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA

BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA 30 BAB II KETENTUAN HUKUM DAN PELAKSANAAN PROSES PENYIDIKAN TERHADAP NOTARIS SEBAGAI SAKSI DAN TERSANGKA DALAM TINDAK PIDANA A. Ketentuan Hukum Proses Penyidikan Terhadap Notaris Sebagai Saksi dan Tersangka

Lebih terperinci

RESUME FUNGSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS SEBAGAI PEMBINA UNTUK MELINDUNGI NOTARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JABATAN

RESUME FUNGSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS SEBAGAI PEMBINA UNTUK MELINDUNGI NOTARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JABATAN RESUME FUNGSI MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS SEBAGAI PEMBINA UNTUK MELINDUNGI NOTARIS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JABATAN OLEH : DODY HENDRO KURNIAWAN 12213043 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN Oleh : I Gusti Ngurah Ketut Triadi Yuliardana I Made Walesa Putra Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

Oleh Ni Made Desika Ermawati Putri I Made Tjatrayasa Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Ni Made Desika Ermawati Putri I Made Tjatrayasa Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana IMPLIKASI PUTUSAN NOMOR 26/PUU-XI/2013 MENGENAI JUDICIAL REVIEW PASAL 16 UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PROFESI ADVOKAT Oleh Ni Made Desika Ermawati Putri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang jabatan notaris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya sangat penting dalam membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. Notaris harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta. Akta yang dibuat notaris mempunyai peranan penting dalam menciptakan kepastian hukum di dalam

Lebih terperinci