BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan dengan manusia di muka bumi. Hutan menjadi pemenuhan kebutuhan manusia dan memiliki fungsi sebagai penyangga kehidupan. Pada perkembangannya, hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat potensial dalam memberikan keuntungan finansial. Kebutuhan kayu semakin meningkat, hal ini menjadi alasan bagi manusia untuk mengoptimalkan hutan sebagai penghasil kayu. Sejak diluncurkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan (HPH), industri kehutanan di Indonesia mulai berkembang pesat. Sejak saat itu banyak pengusaha yang menanamkan modal dalam industri kehutanan tersebut. Hal tersebut diharapkan dapat memberi dampak positif dalam industri kehutanan. Namun kenyataannya pembangunan HPH (IUPHHK-HA) lebih memfokuskan pada pemungutan kayu (eksploitasi) tanpa diikuti oleh kegiatan ataupun usaha yang bersifat perlindungan dan pelestariannya. Sehingga dampak yang timbul adalah kerusakan hutan yang menghasilkan lahan terbuka. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan untuk mengantisipasi kondisi diatas yaitu dengan mengeluarkan dan 1
memperkenalkan suatu program Hutan Tanaman Industri (HTI) pada tahun 1984. Pengeluaran program HTI (IUPHHK-HT) ini bertujuan untuk melakukan kegiatan rehabilitasi areal hutan non produktif serta lahan kritis. Realisasi dari pemerintah mengenai pembangunan IUPHHK-HT ini diwujudkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1990. Pada dasarnya pembangunan IUPHHK-HT difokuskan sebagai penghasil industri dalam pengusahaan hutan sehingga memerlukan suatu pengelolaan yang intensif baik secara teknis maupun ekonomis, sehingga fungsi penyediaan hasil hutan secara optimal dan lestari dapat dipertahankan tanpa melupakan fungsi hutan yang lain. Perencanaan yang matang dalam pembangunan IUPHHK-HT adalah suatu hal yang penting. Salah satu aspek yang penting tersebut adalah sarana dan prasarana yang mendukung, seperti sarana pengendalian kebakaran, sarana transportasi, sarana pembangunan, dan sarana lain berupa jembatan, gorong-gorong, pembukaan wilayah hutan berupa jalan hutan. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan hutan. Fungsi Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) diusahakan tidak hanya untuk kegiatan eksploitasi, tetapi mencakup seluruh aspek pengelolaan hutan seperti perencanaan penanaman, pemeliharaan dan pengawasan serta pengamanan untuk jangka panjang. Dalam eksploitasi hasil hutan, transportasi merupakan hal yang penting dalam pemindahan hasil hutan. Transportasi memiliki beberapa komponen agar dapat berjalan dengan baik. Jalan merupakan 2
salah satu komponen dalam transportasi yang dapat menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Jaringan jalan memiliki keuntungan dalam pengelolaan, yaitu kemudahan dalam menjangkau potensi hutan, meminimalkan biaya pemanenan hasil hutan, meningkatkan pengembangan wilayah daerah serta meminimalkan terjadinya kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan. Karakteristik jaringan jalan baik di IUPHHK-HA maupun IUPHHK-HT memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Sistem silvikultur, sistem tebangan, jenis tegakan, kondisi topografi merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam karakteristik jaringan jalan. Karakteristik jaringan jalan antara IUPHHK- HT satu dengan IUPHHK-HT yang lain juga memiliki perbedaan. Jenis alat penyaradan dan sistem penyaradan akan berbeda karena tergantung jenis tanaman dan ketersediaan tenaga kerja yang ada. 1.2. Rumusan Masalah Karakteristik jaringan jalan sangat bervariasi. Perusahaan satu dengan perusahaan lain juga memiliki karakteristik jaringan jalan yang berbeda pula. Sistem silvikultur, sistem tebangan, kondisi topografi, jenis tegakan, kondisi lingkungan, kelerengan merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam karakteristik jaringan jalan. Karakteristik jaringan jalan yang berbeda, tentunya akan berpengaruh terhadap jalan sarad yang berbeda juga. Jaringan jalan dapat digambarkan dengan menggunakan 3
beberapa parameter. Pengambilan parameter tersebut penting karena penyediaan jaringan jalan hutan merupakan kegiatan awal di dalam pengelolaan hutan terutama dalam pembangunan IUPHHK-HT. Perhitungan persen pembukaan wilayah hutan merupakan salah satu kegiatan evaluasi yang penting agar mengetahui efektifitas dari seluruh kegiatan pengelolaan hutan. Pembukaan wilayah hutan merupakan penunjang utama terciptanya kegiatan pengelolaan hutan. Pembangunan prasarana PWH dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti erosi, sedimentasi, dan gangguan terhadap satwa liar. Perencanaan dan pembuatan jalan harus dilakukan sebaik mungkin agar kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Sehingga perlu dilakukan analisis jaringan jalan yang telah direncanakan untuk mengetahui efektifitas maupun kesanggupan jalan yang sudah ada dan mampu mendukung seluruh kegiatan pengelolaan hutan. Analisis jaringan jalan yang dilakukan yaitu dengan cara menghitung persentase pembukaan wilayah hutan. 1.3. Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Mengetahui karakteristik jaringan jalan hutan di IUPHHK-HT PT.INHUTANI II Unit Pulau Laut, Kalimantan Selatan. 2. Menghitung besarnya persentase pembukaan wilayah hutan di IUPHHK-HT PT. Inhutani II Unit Pulau Laut, Kalimantan Selatan. 4
1.4. Manfaat Manfaat dari penulisan ini adalah : 1. Memberikan informasi tentang kondisi jaringan jalan angkutan yang sudah dibuat di IUPHHK-HT PT. INHUTANI II Unit Pulau Laut, Kalimantan Selatan sehingga dapat mendorong pihak perusahaan untuk meningkatkan optimalisasi jaringan jalan angkutan yang akan memberikan pengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan pengelolaan hutan. 2. Memberikan bahan pertimbangan dalam perencanaan PWH selanjutnya di wilayah IUPHHK-HT PT. INHUTANI II Unit Pulau Laut, Kalimantan Selatan. 5