300 mm 900 mm. ΣF = 0 : Rv 20 kn + 10 kn 40 kn = 0 Rv = 50 kn. δ = P L / A E. Maka δ akan berbeda untuk P, L, A, atau E yang berbeda.

dokumen-dokumen yang mirip
Resume Mekanika Struktur I

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Pertemuan IV II. Torsi

TEGANGAN DAN REGANGAN

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

PUNTIRAN. A. pengertian

Tujuan Pembelajaran:

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

Catatan Materi Mekanika Struktur I Oleh : Andhika Pramadi ( 25/D1 ) NIM : 14/369981/SV/07488/D MEKANIKA STRUKTUR I (Strengh of Materials I)

TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION)

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

Besarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II STUDI PUSTAKA

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

XI. BALOK ELASTIS STATIS TAK TENTU

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

IV. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE INTEGRASI GANDA

III. TEGANGAN DALAM BALOK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

Semoga Tidak Mengantuk!!!

Kuliah 8 : Tegangan Normal Eksentris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

DAFTAR NOTASI. A cp. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

DESAIN BATANG TEKAN PROFIL C GANDA BERPELAT KOPEL

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut.

RANCANG BANGUN MESIN COPY CAMSHAFT (SISTEM RANGKA)

PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN BALOK KANTILEVER STATIK TERTENTU DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Perencanaan Interior 2. Perencanaan Gedung 3. Perencanaan Kapal

Tegangan Dalam Balok

PROPOSAL TUGAS AKHIR DAFTAR ISI

BebanAksial(lanjutan)

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRACT

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

BAB 7 ANALISA GAYA DINAMIS

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV TEGANGAN, REGANGAN, DAN DEFLEKSI

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

Ahmad Tusi ( 1

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB 5 ANALISIS. pemilihan mekanisme tersebut terutama pada proses pembuatan dan biaya. Gambar 5-1 Mekanisme Rack Gear

Transkripsi:

300 mm 900 mm 600 mm Solusi PR 1. Sebuah batang baja bulat mempunyai luas penampang 0,0003 m2 terpasang tetap pada ujung sebelah atas dan mendapat tiga gaya aksial seperti terlihat dalam gambar. Hitunglah defleksi yang terdapat di ujung bebas yang disebabkan oleh gaya-gaya tersebut. Ambil E = 200 GPa. Jawab: DBB keseluruhan: R V 20 kn 10 kn Semua gaya-gaya yang diketahui memiliki arah vertical (ke arah atas maupun ke bawah). Sehingga gaya reaksi dinding yang perlu dihitung adalah gaya reaksi arah vertical. ΣF = 0 : Rv 20 kn + 10 kn 40 kn = 0 Rv = 50 kn Untuk menghitung defleksi (pertambahan panjang) batang di ujung kita harus melihat bahwa defleksi ini terjadi akibat terjadinya tegangan di sepanjang batang. Pertambahan panjang batang dengan modulus elastisitas E pada luas penampang A sepanjang L akibat gaya P dihitung menurut rumus : δ = P L / A E 40 kn Maka δ akan berbeda untuk P, L, A, atau E yang berbeda. Karena ada beberapa gaya di atas maka gaya-gaya ini membuat batang terbagi-bagi karena factor-faktor di atas (P, L, A, dan E). Kita harus menghitung pertambahan panjang setiap bagian yang akan memberikan pertambahan panjang total (defleksi ujung bebas). Kita bisa telusuri gaya tarik/tekan yang dialami batang dengan merunut dari ujung atas.

300 mm 600 mm 900 mm Rv Rv Pada bagian ini, batang mengalami tarikan dengan P = Rv = 50kN. Gaya belum berpengaruh pada bagian ini. Sehingga pertambahan panjang pada bagian ini dihitung sebagai berikut: δ 1 = P L / A E = 20 kn. 900 mm / (0,0003 m 2. 200 GPa) = 0,0003 m = 0,3 mm Rv=50kN Bagian kedua terletak setelah gaya dan sebelum gaya 10 kn. Di sini gaya tarik sama dengan 30kN (=Rv-). Akibat perbedaan gaya tarik dengan bagian sebelumnya maka tegangan di bagian ini pun berbeda. Sehingga pertambahan panjangnya: 30kN δ 2 = P L / A E = 30 kn. 600 mm / (0,0003 m 2. 200 GPa) = 0,0003 m = 0,3 mm (sama dengan δ 1 ) 30kN Rv=50kN Bagian terakhir adalah setelah gaya 10 kn sampai dengan ujung bebas. Pada bagian ini gaya tarik yang bekerja sama dengan (perhatikan statika atau keseimbangan gaya totalnya). Sehingga pada bagian ini pertambahan panjangnya adalah: δ 3 = P L / A E = 40 kn. 300 mm / (0,0003 m 2. 200 GPa) = 0,0002 m = 0,2 mm Sehingga defleksi ujung bebas adalah: δ = δ 1 + δ 2 + δ 3 = 0,3 mm + 0,3 mm + 0,2 mm = 0,8 mm Contoh lain:

300 mm 500 mm Berapakah pengurangan panjang bagian yang besar apabila luas penampang yang kecil adalah 0,0003 m2 dan luas penampang bagian besar 0,0004 m2. Diketahui E = 200 GPa. Untuk kasus ini analisis akan dilakukan dalam 2 bagian karena terdapat perbedaan luas penampang (luas penampang A termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan/pengurangan panjang akibat beban tarik/tekan). 300 mm 500 mm R H = Bagian 1: 300 mm δ 1 = P L / A E = 40 kn. 300 mm / (0,0003 m 2. 200 GPa) = 0,0002 m = 0,2 mm Bagian 2: 500 mm R H = δ 2 = P L / A E = 40 kn. 500 mm / (0,0004 m 2. 200 GPa)=0,00025 m = 0,25 mm Sehingga δ = δ 1 + δ 2 = 0,2 mm + 0,25 mm = 0,45 mm

2. Soal ini terkait dengan gambar berikut: 250 mm 150 mm 150 mm 250 mm 40π Nm 50 mm 30 mm Diketahui G = 84.000 MN/m 2. a. Berapakah tegangan geser maksimum? b. Berapa sudut puntiran di ujung poros? Jawab: Penggambaran torsi dapat menggunakan tanda panah ganda. Dalam soal ini torsi berlawanan arah jarum jam diberi tanda positif. Gunakan secara konsisten. 250 mm 150 mm 150 mm 250 mm 40π Nm 30 mm 50 mm T E A Torsi reaksi oleh tembok : ΣT = 0 : -40 π + 15 π -25 π + TE = 0 TE = 50 π Nm Seperti halnya di soal nomor 1, kita perlu merunut torsi yang bekerja pada setiap bagian: Bagian D-E: T D-E= 50 π Nm Bagian C-D : T C-D= 25 π Nm Bagian B-C: Sama dengan C-D karena di sini torsi tidak berubah. Hanya bentuk poros yang berubah menjadi berlubang.

T B-C= 25 π Nm Bagian A-B: T A-B= 40 π Nm Perhitungan momen inersia polar: Bagian C-D, dan D-E memiliki momen inersia polar yang sama IpC-D =IpD-E = π d 4 /32 = π (0,05) 4 /32 = π 1,95.10-7 m 4 Bagian A-B, dan B-C memiliki momen inersia polar yang sama IpA-B =IpB-C = π c 4 /32 - π b 4 /32= π (0,05) 4 /32 - π (0,03) 4 /32 = π 1,7.10-7 m 4 a. Rumus tegangan geser maksimum: τ max = T r / Ip Karena poros ini memiliki diameter luar yang sama maka r = d/2 = 0,025m Tegangan geser setiap bagian: τ A-B = TA-B r / IpA-B = 40 π Nm 0,025m / π 1,7.10-7 m 4 = 5,8 MN/m2 = 5,8 MPa τ B-C = TB-C r / IpB-C = 25 π Nm 0,025m / π 1,7.10-7 m 4 = 3,6 MN/m2 = 3,6 MPa τ C-D = TC-D r / IpC-D = 25 π Nm 0,025m / π 1,95.10-7 m 4 = 3,2 MN/m2 = 3,2 MPa τ D-E = TD-E r / IpD-E = 50 π Nm 0,025m / π 1,95.10-7 m 4 = 6,4 MN/m2 = 6,4 MPa Sehingga tegangan geser maksimum adalah 6,4 MPa yang terjadi pada poros bagian D- E b. Sudut puntiran di ujung poros adalah sudut puntiran total semua bagian. Untuk itu, perlu dihitung sudut puntiran setiap bagian: φa-b = TA-B LA-B / IpA-B G= 40 π Nm 0,25m / (π 1,7.10-7 m 4. 84000 MN/m2) = 7.10-4 radian φb-c = TB-C LB-C / IpB-C G= 25 π Nm 0,15m / (π 1,7.10-7 m 4. 84000 MN/m2) = 2,6.10-4 radian φc-d = TC-D LC-D / IpC-D G= 25 π Nm 0,15m / (π 1,95.10-7 m 4. 84000 MN/m2) = 2,3.10-4 radian φb-c = TB-C LB-C / IpB-C G= 50 π Nm 0,25m / (π 1,95.10-7 m 4. 84000 MN/m2) = 7,6.10-4 radian φ = φa-b+ φb-c+ φc-d+ φd-e = 7.10-4 + 2,6.10-4 + 2,3.10-4 + 7,6.10-4 = 1,95.10-3 radian Dengan demikian, ujung poros tersebut akan berputar sebesar posisi asalnya. 1,95.10-3 radian terhadap