BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY. Perhitungan Kekuatan Rangka. Menghitung Element Mesin Baut."

Transkripsi

1 BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DESAIN RANGKA DAN BODY.1 Diagram Alir Proses Perancangan Data proses perancangan kendaraan hemat bahan bakar seperti terlihat pada diagram alir berikut ini : Mulai Perhitungan Kekuatan Rangka Menghitung Element Mesin Baut Menghitung Poros Menghitung Bantalan Perhitungan Pegas Perhitungan Kendaraan Berdasarkan Kapasitas Gesek Perhitungan Gaya Hambat Kendaraan Gambar Teknik Kesimpulan Selesai Gambar..1 Diagram Alur Perancangan dan Perhitungan 47

2 . Data dan Spesifikasi Kendaraan Gambar. Kendaraan Hemat Bahan Bakar Perencanaan kendaraan ini menggunakan mesin 4 langkah yang telah dimodifikasi. Spesifikasi rangka kendaraan yang rencana akan dibuat : a. Panjang = 00 cm b. Lebar = 80 cm c. Tinggi = 110 cm d. Jarak sumbu = 14 cm. Penghitungan Rangka Perancangan rangka ini dirancang seringkas mungkin untuk mengurangi beban yang berlebih pada rangka, tapi dalam perancangan tetap memperhitungkan segala aspek yang diperlukan dalam perancangan. Selain itu dalam pembuatan kendaraan ini juga mempertimbangkan proses perawatan yang sangat penting untuk suatu kendaraan. 48

3 Dengan alternatif rangka yang ada, alternatif desain dengan model rangka H merupakan alternatif yang terbaik untuk acuan pembuatan kendaraan hemat bahan bakar. Karena untuk pembuatnnya lebih mudah dan tidak terlalu banyak penyambungan. Dan satu rangka ini menjadi satu rangka utama yang akan menompang mesin dan pengemudi. Gambar. Rencana Rangka Yang dimaksud rangka utama adalah bagian rangka yang memiliki kelurusan dari depan sampai belakang atau tidak terdapat sambungan sehingga akan didapat rangka yang lebih kuat. Rancangan dibuat seperti gambar, dalam perkembangannya rangka dibuat lebih rumit jika analisis kekuatan terbukti kuat maka rancangan riil bisa lebih kuat. Tinjauan yang sesuai keadaan riil sulit dilakukan secara manual dan perlu perangkat lunak. 49

4 Gambar.4 Diagram pembebanan Keterangan gambar: A, B = Titik tumpu beban kendaraan a, b dan c = Titik tumpu penampang Wm = Beban mesin W1 = Beban orang di penampang 1 W = Beban orang di penampang Pada analisis rangka kendaraan ini, data dari rangka dan beban statis utamanya adalah: 1. mesin. pengemudi. chassis Karena beban masing-masing diatas penempatannya simetris sama, maka secara riil tiap-tiap roda baik samping kanan maupun kiri mendapat pembebanan yang sama pula. 50

5 ..1. distribusi beban statis pada frame chassis kendaraan 1. Distribusi beban statis 1) Beban mesin didistribusikan ke sisi kanan dan sisi kiri rangka, dengan data sebagai berikut: Wm = 5 kg l l = 17 cm 1 Wm A1 l 1 C l A ΣMA1 = 0 Wm. l 1 - A. ( l 1 + l ) = A.4 = A = 4 A = 17,5 kg ΣMB = 0 A1 = A = 17,5 kg MC = 1,5.17 = 97,5 kg.cm 51

6 ) Beban pengemudi didistribusikan ke kanan dan ke kiri a) Penampang Beban di penampang adalah beban pengemudi sebesar 56 kg, karena beban ini diterima penampang maka beban dibagi, jadi beban yang digunakan untuk mengkalkulasi beban dipenampang adalah W = 56 kg: =8 kg l 1 l 1cm W B1 l 1 C l B ΣMA = 0 W. l 1 - B. ( l 1 l + ) = B.6 = 0 64 B = 6 B = 14 kg 1. B1= B = 14 kg MC = 14.1 = 18 kg.cm 5

7 b) Penampang 1 Beban yang digunakan adalah beban dari penumpang yang duduk telentang, jadi beban yang didapat adalah beban kaki pengemudi. W1 = 1 kg l 1 l 11,5 cm W1 BR1 l 1 C l BR ΣMA = 0 W. l 1 - BR. ( l 1 l + ) = ,5 BR. = BR = BR BR1 = 6,5 kg = BR = 6,5 kg MC = 6,5.11,5 = 74,75 kg.cm ) Perhitungan reaksi tumpuan rangka utama pada sumbu roda depan dan belakang 5

8 Dari beban yang dihitung diatas, maka dapat digunakan sebagai perhitungan. Beban yang diterima pada sumbu roda depan dan belakang digambarkan dan dapat dihitung dengan data sebagai berikut: A1 = 17,5 kg l 1 = 45 cm B1 = 14 kg l = 14 cm BR1= 6,5 kg l = 7 cm l 4 = 10 cm A1 B1 BR1 A l 1 C l D l E l 4 B ΣMA = 0 A1. l 1 + B1.( l 1+ l ) + BR1.( l 1+ l + l ) B. ( l 1 + l + l ) = 0 17, ,5.1 B.14 = 0 787, B.14 = 0 B = 471 5, 17, 405 kg 14 ΣMB = 0 A A1.( l + l + l 4 ) + B1.( l + l 4 ) + BR1. l 4 = 0 A 17, = 0 A , = 0 MC = A. l 1 = 0, = 96,775 kg.cm 94 5, A = 0, 595 kg 14 54

9 MD = A. ( l 1+ l ) A1. l = 0, ,5.14 = 970,105kg.cm ME = A. ( l 1+ l + l ) A1. ( l + l ) B1. l = 0, , = 174,04kg.cm Gambar.5 SFD dan BMD beban rangka yang terjadi... Ditinjau dari tegangan geser Bahan rangka alumunium paduan 1100 tegangan tarik MPa = 9,17kg/ mm Angka keamanan : 8, 9,17 1,146kg/ mm 8 Tegangan geser ijin bahan g 0,8. 0,8.1,146 0,9kg/ mm ijin Moment inersia bahan alumunium rangka 55

10 Gambar.6 Bentuk bahan rangka Luas bahan rangka : A , , 67 A 11, Moment inersia : mm Maka moment inersianya adalah: Gambar.7 Menghitung moment inersia I Ay. I Ay. I x 0. Ix 1 I I A B x A AA B x8844, 550 mm BB 8, , 67 8, ,

11 Dimana: I x = Moment inersia I A = Moment inersia bangun A I B = Momnet inersia bangun B y A = Titik berat A y B = Titik berat B Perhitungan tegangan yang terjadi pada rangka utama, maka yang mampu diterima oleh rangka adalah : F max A 14 11, 0,106kg/ mm ijin Dimana: = Tegangan (kg/mm ) Fmax = Gaya normal (kg) A = Luas (mm ) Ditinjau dari tegangan bengkok yang terjadi pada rangka utama Mmax 9701,05 I 8844,55 x 0,115 / kgmm ijin 57

12 ... Analisa titik berat Gambar.8 Titik berat kendaraan Data-data yang didapat: Beban kendaraan kosong Beban pengemudi Beban total Massa gandar depan Massa gandar belakang = 5 kg = 70 kg = 1 kg = 16,5 kg = 5 kg Gambar.9 Analisa titik berat dari samping 58

13 Dimana: TB = Titik berat H = Tinggi titik berat Lf = Jarak titik berat dari poros depan Lr = Jarak titik berat dari poros belakng L = Jarak sumbu roda Wr = Beban di roda belakang Wf = Beban di roda depan Dari data tersebut didapatkan jarak titik berat dari poros roda depan Lf = m r. L m = 1 = 407,47 mm Jarak titik berat dari poros roda belakang Lr = m f.l m = 16, = 19,05 mm Tinggi titik berat H = r+hf 59

14 Dimana, hf = m. L m. L f m.tan r sin = r/l= 0,/1,4 =0,1, Sehingga, m f. L m. L hf = m.tan 16,5.1,4 1.0,19 = 1. tan 0,1 0,5 = 0, 05 m 0,45 H = r + hf = 0,+0,05= 0,5 m r.4 Penghitungan Sambungan Rangka.4.1 Sambungan untuk penampang mesin Beban mesin dan chassis Beban di titik A = 5 kg = 17,5 kg = 171,675 N Spesifikasi baut : Baja liat dengan kandungan karbon 0,(%)C Tegangan tarik ijin 6 / mm a kg Tegangan geser ijin a 5,0(,075 ). a 60

15 a 6kg/ mm a 0,5.6 kg/ mm Model penyambungan adalah baut yang dibebani sejajar dan tegak lurus sumbu baut. Gambar.10 Sambungan baut (Sitanggang, N) Pada rangka nyatanya penyambungan akan dilakukan seperti gambar dibawah 61

16 Gambar.11 Pembebanan sambungan Penyambungan dengan menggunakan plat profil L ukuran 5 x 5 x yang memiliki tegangan tarik (terlampir) untuk menyambungkan penampang dengan rangka utamanya.. Gambar.1 Plat L penyambung Dengan penyambungan seperti itu maka baut mengalami gaya resultan, maka: Gambar.7 Gaya resultan 6

17 P s Gambar.1 Gaya resultan baut karena penyambungan terdapat di sisi kanan dan kiri maka beban yang diterima tiap bagian sambungan: P 171, A , 87 N Dan untuk gaya gesernya adalah P Ps 85, 87 Ps 4,918 N Torsi yang terjadi di tiap baut sebesar: TP. 5 T, , 944 N. mm Gaya ( F 1 ) yang terjadi terhadap baut: Lebar plat 5 mm, karena sumbu baut berada tepat ditengah plat penyambung, maka 5 : = 1,5 mm F1 T.(1,5 1,5 ) 1,5 1,5. F1 145,944 1,5 684,97 F1 1,5 F 85,87N 1 6

18 F F F 1,5 F1. 1,5 85, ,87N Gaya resultan yang terjadi: F R F R PF F95, 969 N R s 1 4, 91885, 87 Diameter baut FR. d. 4 FR.4 d. 95,969.4 d,14. d 40,75 6,8mm Dengan demikian baut yang akan digunakan adalah M8 dengan spesifikasi baut sebagai berikut: d = 8 mm d 1 = 6,647 mm d = 7,188 mm P = 1,5 mm H 1 = 0,677 mm Gaya akibat pengencangan = 10%.171,675 = 17,1675 N 64

19 Gaya total = 171, ,1675 = 188,5 N Faktor keamanan = 1, Maka W adalah = 188,5.1, = 5,99 N Jumlah baut (n) untuk mengikat di rangka utama pada penampang mesin adalah 8 baut, maka beban yang diterima baut (Ws): Wtotal Ws n 5,99 Ws 8,5N 8 Maka jumlah ulir ( z ) adalah: Ws z. dhq. 1 a 8, 5 z,06 mm,14,7. 188, Tinggi mur: H = z.p = 0,6.1,5 = 0,775 mm Ukuran standar H = 0,8.p H = 0,8.1,5 = 1 mm 65

20 Besar tegangan geser yang terjadi, K untuk ulir metris 0,84 b Ws... dkzp 1 8, 5, 08, 14,6.647,0.84,1.5,0.6 b Nmm / Pembebanan tegangan geser aksial murni Ws t. d1 4 8,5 t, ,647 0,8 / N mm.4. Sambungan untuk penampang pengemudi Beban pengemudi total = 70 kg Beban diterima penampang, 56: = 8 kg Maka W adalah: = m. f c = 8.1, =,6 kg Beban di titik A = 14 kg 17,4 N Spesifikasi baut : Baja liat dengan kandungan karbon 0,(%)C Tegangan tarik ijin 6 / mm a kg 66

21 Tegangan geser ijin a 5,0(,075 ). a a 6kg/ mm a 0,5.6 kg/ mm Sambungan yang digunakan untuk menyabung bagian ini berbeda dengan sambungan sebelumnya. Sambungan ini model sambungan baut dengan 1 irisan (tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut). Gambar.14 Pembebanan sambungan (Sitanggang, N) Diameter inti baut d = = 4. m. 4.,6 = 4, mm,14. Untuk keamanan dipilih baut dengan diameter lebih besar, yaitu baut M6. d = 6 mm d 1 = 4,917 mm d = 5,50 mm P = 1 mm H 1 = 0,541 mm 67

22 Karena penyambungan terdapat di sisi kanan dan kiri maka beban yang diterima tiap bagian sambungan: P 17, 4 A 68, 67 N Gaya akibat pengencangan f = 10%.68,67 N = 6,867 N Gaya total = 68,67 + 6,867 = 75,57 N Jumlah baut ( n ) 5, maka beban yang akan diterima baut adalah W s = W total n 75, 57 = 15, 107 N 5 Maka jumlah ulir ( z ) adalah: Ws z. d H. 1 q a 15,107 z 0,55mm,14.5,50.0,541. Tinggi mur: H = z.p = 0,55.1 = 0,55 mm 68

23 Menurut standar: H = 0,8.p H = 0,8.1 = 0,8 Besar tegangan geser yang terjadi, K untuk ulir metris 0,84 b b Ws... dkpz 1 15, 107, 14,4. 917,0. 84,0.1., 1 55 Nmm / Pembebanan tegangan geser aksial murni t t Ws. d1 4 15, 107,14 4.4,917 0,7959 Nmm /.5 Perencanaan dan Perhitungan Poros Poros adalah bagian dari elemen mesin yang sangat penting. Bukan hanya dalam permesinan produksi saja, pada kendaraan pun poros sangat dibutuhkan untuk mendistribusikan tenaga ke roda supaya kendaraan dapat berjalan sesuai harapan. Dalam perancangan kendaraan ini terdapat dua poros yang perlu direncanakan, yaitu: 69

24 .5.1 Perencanaan poros utama ( poros belakang ) Gambar.15 Desain poros belakang Perhitungan poros belakang jika dengan melihat dari pembebanan dan kecepatan asumsi. Massa yang akan diterima poros belakang 5 kg. F = massa. grafitasi F = 5 kg x 9,81 = 4,5 N Maka W adalah: W W f 4,5 l 5 1,74N / cm Berikut gambar dari gaya yang bekerja terhadap poros belakang kendaraan W A l 1 C l D l B 70

25 ΣMA = 0 l lw.( l1 ) RB.( l1 l l) = 0. 5, ( RB )4.( 4 5 )4 = 0 1, , RB 7 = 0 15, 75 RB = 171, 675 N 7 ΣMA = 0 RA = RB = 171,675 N MA = 0 MB = 0 MC = RA.4 = 171,675.4 = 410, N.cm MD = RA.49 - W.5.1,5 =171, ,74.5.1,5 =410, N.cm Momentnya sama besar, karena beban terdistribusi secara merata ditengah-tengah poros, besarnya moment yaitu: 410,N.cm Spesifikasi bahan poros: Bahan = ST 60 Tegangan tarik ( σ ) = 60 kg/ cm 71

26 Massa jenis ( ) = 7,89. 10kg / m Faktor keamanan ( Sf 1) = 6 Faktor keamanan ( Sf ) = 1, Tegangan geser ijin ( τ ) = (0,5-0,75). σ τ = 60 6,7 kg / (. Sf Sf ),1.6 1 mm Maka tegangan geser ijin ( τ ) = (0,5-0,75). σ τ =,8.5,7 = 1,9 kg/ mm = 18,69 N/ mm Kecepatan (V) = 50 km/jam = 8,5 m/menit Massa: a) Mesin = 5 kg b) Pengemudi = 70 kg c) Chassis = 17 kg Massa total W = 1 kg = 1.9,81 = 1196,8 N Maka daya yang dihasilkan adalah: W.V = 1196,8.8,5 = 166,8N m s = 16,6 kw,598 Hp 7

27 Maka torsi yang terjadi adalah: T = W.r = 1196,8. 0, = 59,046 N.m Maka putaran yang dihasilkan jika kendaraan melaju dengan kecepatan 50km/jam ( 8,5 cm/menit ) adalah: Jika n = kecepatan putar dalam rpm, maka kecepatan sudut dari roda adalah: = V r = 8,5 0, = 777,8 rad/min Karena perbandingan roda giginya adalah : 14 =,8 : 1, maka kecepatan sudut roda tersebut adalah: = 777,8..8 = 6,45 rad/menit Dan putaran dalam rpm : n =. = 6,45.,14 = 1008,5 rpm 7

28 Moment puntir ekuivalen Te M T 41,0 59,05 61,40.Nm Perhitungan diameter poros yang diijinkan : 16. Te d =. = ,14.18,64 = ,56 = 98800,5 = 46, mm.5. Perencanaan poros depan ( gandar ).16 Perencanaan gandar 74

29 Data gandar: Pengemudi di penampang = 1 kg Pegas daun Maka totalnya =,5 kg = 16,5 kg Karena diterima gandar maka 16,5 : = 8,5 kg Panjang = 160 mm Bahan = ST 60 Tegangan tarik ( σ ) = 60 kg/ cm Massa jenis = 7,89. 10kg / m Faktor keamanan ( Sf 1) = 6 Faktor keamanan ( Sf ) = 1, Tegangan geser ijin ( τ ) = (0,5-0,75). σ σ = 60 7,6 ( SfSf. ) 6.1, kg/ mm 1 Maka tegangan geser ijin ( τ ) = (0,5-0,75). σ τ =,8.5,7 = 1,9 kg/ mm = 18,69 N. mm Maka moment yang terjadi pada poros adalah M = W.L 75

30 = 8,5.160 =10 kg.mm Maka diameternya adalah M =. b. d 10 = 0,098.7,6. d d = 10:0,7448 d = 1 mm.6 Perencanaan dan Perhitungan Bantalan Poros.6.1 Perencanaan bantalan poros utama ( poros belakang ) Diameter poros = 45 mm Nomor seri bantalan = 6009 Diameter dalam ( d ) = 45 mm Diameter luar ( D ) = 75 mm Lebar bantalan ( B ) = 16 mm Radius bantalan ( r ) = 1,5 mm Kapasitas nominal dinamis spesifik ( C ) Kapasitas nominal statis spesifik ( Co ) = 1640 kg = 10 kg Putaran (n) = 1008,5 rpm Bantalan pada poros utama : Bantalan pada titik A (RA) = 76

31 RA = 1,45N = 17,5 kg RA17 5,,0015 Co10 (Lampiran. Tabel factor V, X, Y pada bantalan) V = 1, X = 0,56 Y =,0 Beban ekuivalen Pr = X.V.Fr + Y.Fa Pr = 0,56.1,.17,5 +,0.0 Pr = 11,76 kg Perhitungan umur bantalan Faktor keamanan: f n 1. n f f n n. 1008,5 0,4 1 0, Faktor umur: C fh fn. P 1640 fh 0,4. 1,9 11,76 77

32 Umur nominal bantalan: L n = 500. f h L n = 500.1,9 = 10744,5 jam Umur bantalan C L = Pa p x10 6 L = ,76 6 = 7114, Umur bantalan menrut sularso L h = 60Ḷ N = , ,5 = 44800,9 jam Keandalan umur bantalan, jika mengambil 99 % : L n = a 1. a. a. L h = (0,1) (44800,9) = 9414,5 jam 78

33 .6. Perencanaan bantalan poros depan (gandar) Diameter poros = 1 mm Nomor seri bantalan = 6001 Diameter dalam ( d ) = 1 mm Diameter luar ( D ) = 8 mm Lebar bantalan ( B ) = 8 mm Radius bantalan ( r ) = 0,5 mm Kapasitas nominal dinamis spesifik ( C ) Kapasitas nominal statis spesifik ( Co ) = 400 kg = 9 kg Bantalan pada poros utama Bantalan pada titik A (RA): WA = 8,5kg RA,8 5,006 Co9 (Lampiran. Tabel factor V, X, Y pada bantalan) V = 1, X = 0,56 Y = 1,71 Beban ekuivalen: Pr = X.V.Fr + Y.Fa Pr = 0,56.1,.8,5 +,0.0 Pr = 5,544 kg 79

34 Perhitungan umur bantalan Faktor keamanan: 1/. fn 0, , f0,4 n Faktor umur: C fh fn. P 400 fh 0,4. 0,0 jam 5,544 Umur nominal bantalan: L n = 500. f h L n = 500.0,0 = ,5 jam Umur bantalan C L = Pa p x10 6 L = ,54 6 = ,

35 Umur bantalan menrut sularso L h = 60Ḷ N = , ,5 = 6051, jam Keandalan umur bantalan, jika mengambil 99 % : L n = a 1. a. a. L h = (0,1) (6051,) = 1067,78 jam.7 Perhitungan Komponen-Komponen Shock Absorber dan Pegas Daun Kendaraan.7.1 Shock absorber Besarnya diameter kawat yang dipilih harus mampu untuk menahan beban kejut maksimum dari kendaraan serta mampu untuk meredam getaran atau lendutan-lendutan yang terjadi pada kendaraan tersebut sehingga pengendara dapat berkendara dengan nyaman dan nyaman 1) Mencari luasan diameter kawat Diketahui: Beban pengemudi Beban mesin dan chassis belakang = 70 kg = 5 kg 81

36 0,65. w tarik w, , kg.mm M P. D w kg.mm Mengingat bahwa Sedangkan M W. w w w M w ( ). d.,0 d 16 Maka besarnya diameter kawat pegas adalah: M W. w w w Maka: D W. 0,.. w d D ,. d.97, D 0,. d.97,5 d d d d 105. D. 0, D 0, , , 4. 97, 5. d, 5. 8, 5, 5 8

37 d d d 840 0,4.97, ,54 d 4,4mm 5mm Diameter lilitan pegas D = 8.d D = 8.5 D = 40 mm ) Jumlah lilitan aktif pegas Perhitungan jumlah lilitan untuk jenis-jenis jumlah gulungan yang tak aktif (ND) pada pegas tekan: 1 a) kedua ujung pegas polos, putaran kekanan, ND = b) kedua ujung pegas persegi dan digerinda, putaran kekanan, ND =1 c) kedua ujung pegas persegi dan digerinda, putaran kekiri, ND = d) kedua ujung pegas polos dan digerinda, putaran kekiri, ND = 1 Jenis ujung yang dipakai menghasilkan gulungan-gulungan yang mati atau tak aktif pada setiap ujung pegas tersebut, dan ini harus 8

38 dikurangi dari jumlah gulungan total untuk mendapatkan jumlah gulungan yang aktif. Maka: NN T N N1 1 N1 D ) Konstanta pegas Untuk mencari konstanta dan lendutan yang terjadi pada pegas maka harus diketahui terlebih dahulu diameter rata-rata lilitan pegas. Maka, mencari diameter lilitan rata-rata: D D D rata rata rata rata rata rata Dd 405,5 mm` Maka untuk mencari konstanta pegas dapat dicari dengan menggunakan rumus: GD. K 8. nd. 4 rata 84

39 Gambar.17 Pegas spiral ,5 K K 1000 K1, kgmm / Defleksi/lendutan yang disebabkan oleh beban sebesar W 1(kg) 8. W 1. d rata. n 4 d. G , ,96 mm 85

40 Panjang pegas spiral sewaktu dibebani beban sebesar 105 kg Dimana: L 8. dnd. 1 L L 66mm 1 p L 1= Panjang pegas sewaktu dibebani (mm) D = 8.d = Diameter pegas (mm) Panjang pegas sebelum diberi beban Dimana: L L 0 L 0 66,96 L 88,96mm 0 1 L 0 = Panjang pegas sebelum diberi beban (mm) L 1= panjang pegas sewaktu dibebani (mm) = lendutan/defleksi (mm) Jika diameter kawat adalah ds (mm), maka besarnya moment tahanan puntir kawat adalah: W w ( ). d 16 D T ( ). W1 86

41 Maka tegangan gesernya adalah: a a a a T W w 16. d 8. D. W1 kg / mm. d ,14.7 1,19kg / mm D. W. 1 Mencari tegangan tekan yang dijinkan pada bahan, maka didapat dengan menggunakan rumus: Dimana: tekan tekan tekan max V 1,19 1,6( kg/ mm) tekan = tegangan tekan yang diizinkan pada bahan (kg/ mm ) max =tegangan maksimal bahan V = factor keamanan Tegangan tekan yang terjadi pada bahan F tekan A 87

42 Dimana: A. d 4 A 0,785.5 A19,65mm Maka: Dimana: tekan tekan tekan F A ,65 5,( km/ mm) tekan = tegangan tekan yagn terjadi (kg/ mm ) F = beban maksimal (kg) A = Luas penampang ( mm ) Dari perhitungan yang telah dilakukan ternyata tekan < tekan atau (,6 kg/ mm ) < (5, kg/ mm ), maka bahan cukup kuat dan aman untuk digunakan. Poros Untuk mencari dimensi poros yang akan digunakan sebagai peredam pada suspensi maka harus menghitun terlebih dahulu luas 88

43 penampang atau diameter poros yang akan digunakan dengan asumsi bahwa poros yang akan digunakan terbuat dari bahan baja S0C, maka: F A ,785. d 0,785. d d d 105 0,785 1,67 mm.48 4 mm Ternyata dengan beban 105 kg dengan bahan poros yang sama tidak memerlukan diameter yang besar seperti pada poros sepeda motor yang berdiameter 10 mm. Mencari panjang poros L = 10.d L = L = 100 mm Dimana: L = Panjang poros (mm) d = Diameter poros (mm) Mur dan baut Perhitungan mur dan baut dilakukan untuk mengetahui diameter minimum dari mur. Faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan adalah gaya yang bekerja pada mur baut. 89

44 menentukan diameter mur pada batang penghubung d (mm), besarnya nilai tegangan yang diijinkan a 6 kg/ mm atau sama dengan 58,8 N/ mm. d d 4 F. a 4.105,14.6 d 4,7 mm Perancang memilih baut M6 untuk keamanan Keterangan: a =Tegangan geser yang diijinkan (kg/ mm ) F = Beban (kg) d = Diameter (mm) Gaya yang terjadi pada suspensi Gambar.18 Gaya pembebanan 90

45 yp cos phip. = cos = 10,4 kg Dimana: Py Cosphi P = Gaya yang terjadi pada sumbu y terhadap beban P = Besarnya susut yang terjadi terhadap sumbu y = Beban yang terjadi.7. Perhitungan pegas daun Dengan inovasi perancang, penggunaan pegas daun dapat digunakan untuk menjadi pegas yang multi fungsi. Selayaknya fungsi pegas daun, perancang juga merancangnya untuk dapat digunakan sebagai lengan ayun kendaraan. Berikut perhitungan untuk pegas daun. Direncanakan: Beban = 16,5 kg Panjang pegas daun (L)= 70 cm Lebar (b) Tebal (t) = 5 cm = 0, cm Spesifikasi pegas daun: = 50 MPa E = 10 x 10 N/ mm 91

46 Maksimum bebab terletak ditengah, maka: Tegangan bengkoknya adalah: M = W.L = 16,5.5 = 577,5 kg.cm Section modulus b. t Z = 6 = 5.0, 6 = 0,45 0,075 6 cm Untuk tegangan bengkoknya σ = M Z = 6.557,5 0,075 = 46kg/m Dan untuk defleksinya adalah: Momen inersia Lb. I = 1 =

47 =79,16 cm 4 Defleksinya. WL.. EI. 16,5.70 = ,16 x = x10 =1,.10 cm.8 Perhitungan Kendaraan Berdasarkan Kapasitas Gesek Dalam menentukan gaya gesek maksimum antara ban dengan jalan dapat dtentukan dari koefisien adhesi jalan dan parameter berat kendaraan..8.1 Gaya traksi kendaraan Gambar.19 Titik berat kendaraan Dimana: TB = Titik berat H = Tinggi titik berat 9

48 Lf = Jarak titik berat dari poros depan Lr = Jarak titik berat dari poros belakng L = Jarak sumbu roda Wr = Beban di roda belakang Wf = Beban di roda depan Diketahui sebelumnya: L = 140 mm Lf = 407,47 mm Lr = 19,05 mm H = 0,5 m. = 0,75 (lampiran) Fr = 0,014 (lampiran) Untuk gaya traksinya adalah: F X = =. W.( Lf fr. H ) / L. H 1 L 0, ,8.(0,40 0,014.0,5) /1,4 0,75.0,5 1 1,4 = 06,9 N 94

49 .8. Analisa perancangan rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut hukum newton II untuk sumbu x, persamaannya dapat dilihat di bawah ini: F = m.a F rem - F X = m.a Maka F rem = F X + m.a V= V 0 - a.t Dimana: a = Perlambatan linier (m/s ) V 0 = Kecepatan Awal (m/s) V = Kecepatan akhir (m/s) t = Waktu perlambatan (s) F rem = Gaya pengereman (N) F X = Gaya normal kendaraan Sehingga jika V 0 =50 km/jam = 1,89 m/detik V = 0 m/s t = s (diasumsikan) V = V 0 - a.t 95

50 Maka percepatan yang dialami a = = V0 V t 1,89 0 = 6,95 m/s Gaya pengeramannya adalah: F rem = F X + m.a = 49,09+1.6,95 = 49,99 N.8. Analisa gaya gesek ban Gaya kendaraan yang terjadi adalah N = m.g F = = 1.9,81 = 1196,8 N k.n = 0, ,8 = 897,6 N Maka gaya yang diterima tiap ban adalah 897,6 F = 4,41N 4 96

51 Gaya yang terjadi ditiap permukaan ban jika luas permukaan ban yang bersinggungan dengan jalan adalah L = p.l = 8. = 4 cm Maka gayanya adalah = 4,41.4 =585,84 N.cm.9 Perhitungan Gaya Hambat yang Terjadi Pada Kendaraan Gambar.0 Rencana Desain Body Kendaraan Secara sederhana perancang memperhitungkan gaya hambat yang terjadi pada kendaraan yang dialami kendaraan dengan kecepatan 50 km/jam. Dengan data sebagai berikut, maka: 97

52 Direncanakan: Beban: a. Beban pengemudi = 70 kg b. Beban mesin = 5 kg c. Lain-lain = 17 kg k roda Total = 0,75 (lampiran) = 1 kg Kecepatan (V) = 50 km/jam = 1,89 m/detik udara = 1,18 kg/ m ( 5 C) Maka untuk gaya kendaraan yang terjadi adalah N = m.g F 1= = 1.9,81 = 1196,8 N k.n = 0, ,8 = 897,6 N Maka daya kendaraan tanpa hambatan adalah = F 1.V = 897,6.1,89 = 1467,94 N.m/detik 98

53 Untuk gaya hambat angin atau tekanan yang terjadi pada permukaan datar jika kecepatan anginnya rata-rata kecepatan angin lingkungan adalah P = V.. g. g 1,89 =.1,18.9, 81.9,81 = 11,8 N/m Dimana: P: Tekanan (N/m ) V: Kecepatan (km/jam) g : Kecepatan grafitasi (m/detik) : Berat jenis udara (kg/ m ) Gaya hambat yang terjadi pada saat permukaan diam adalah Gambar.1 Ukuran permukaan Perhitungan gaya jika tekanan udara menekan pada permukaan datar dengan kecepatan yang telah ditentukan 99

54 Gambar. Gaya pada permukaan datar 1) Permukaan 1 F = P.A = 11,8.(0,67.0,8) = 61,01 N/m ) Permukaan F = P.A = 11,8.(0,6.0,8) =,78 N/m ) Permukaan F = P.A 100

55 = 11,8.(0,5.0,8) =,76 N/m Gaya kendaraan jika terjadi hambatan pada saat kendaraan melaju adalah 1) Permukaan 1 = (F 1+ F ).V = (897,6 + 61,01). 1,89 = 115,7 N/m ) Permukaan = (F 1+ F ).V = (897,6 +,78). 1,89 = 19,6 N/m ) Permukaan = (F 1+ F ).V = (897,6 +,76). 1,89 = 1784,08 N/m Hambatan yang terjadi di permukaan jika permukaan tersebut dibuat sudut sesuai dengan aergonomi kendaraan adalah 101

56 Gambar. Ukuran sudut permukaan Gaya hambat pada permukaan 1 = F.cos 4 = 61,01.0,7 = 44,54 N/m Gaya hambat pada permukaan = F.cos 70 =,78.0,4 = 11,15 N/m Gaya hambat pada permukaan = F.cos 0 =,76.0,98 =, N/m 10

57 Gaya kendaraan jika melaju dengan permukaan yang bersudut adalah 1) Permukaan 1 = (F 1+ F ).V = (897,6 + 44,54). 1,89 = 1086,6 N/m ) Permukaan = (F 1+ F ).V = (897,6 + 11,15). 1,89 = 16,8 N/m ) Permukaan = (F 1+ F ).V = (897,6 +,). 1,89 = 1777,75 N/m Maka dengan perubahan sudut yang dilakukan perancang ternyata bisa menurunkan hambatan angin yang dapat mempengaruhi laju kendaraan. 10

58 104

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II

ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II ELEMEN MESIN II PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2014 169 BAGIAN VII PEGAS (Spring) Pegas adalah suatu benda elastis, yang jika diberi beban maka akan

Lebih terperinci

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah: Contoh soal: POROS:. Tentukan diameter sebuah poros bulat untuk meneruskan daya 0 (kw) pada putaran 450 rpm. Bahan diambil baja dingin S45C. Solusi: Daya P = 0 kw n = 450 rpm f c =,0 Daya rencana = f c

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN Hasil Evaluasi Desain Frame Pesawat Paratrike

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN Hasil Evaluasi Desain Frame Pesawat Paratrike BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Evaluasi Desain Frame Pesawat Paratrike Berdasarkan hasil evaluasi desain di lapangan ditemukan beberapa permasalahan yaitu gandar roda mengalami patah

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Pertimbangan Desain Pada umumnya pesawat paratrike merupakan sebuah alat bantu olahraga, paratrike ini merupakan hasil modifikasi dari paramotor yang diracang untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI Suatu sistem penggerak yang terdapat dalam sebuah mobil tidak lepas dari peranan motor penggerak dan transmisi sebagai penghantar putaran dari motor penggerak sehingga mobil

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR BAB III PROSES PERANCANGAN DAN GAMBAR 31Skema dan Prinsip kerja Prinsip kerja mesin penggiling serbuk jamu ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke diskmill menggunakan dan pulley dan

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Merencanakan girder Sturktur perencanaan crane dengan H-beam atau Wide Flange untuk kepastian 5 (lima) ton terdiri atas dua girder utama memanjang yang ujungnya diikatkan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat BAB II LANDASAN TEORI.. Pengertian Umum Kebutuhan peralatan atau mesin yang menggunakan teknologi tepat guna khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat diperlukan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI Diajukan kepada untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana Teknik Mesin Oleh : HAFIZH ARDHIAN PUTRA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Perancangan Rem Persamaan umum untuk sistem pengereman menurut Hukum Newton II untuk sumbu x. Perasamaannya dapat dilihat di bawah ini : F = m. a Frem- F x = m.

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR A III PERENCANAAN DAN GAMAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat BAB III PERANCANGAN 3.1 Rangkaian Rem Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat yang cukup sederhana. Rangkaian rem ini dibuat untuk mengetahui analisis tekanan hidrolik pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT 4.1 Perhitungan Rencana Pemilihan Motor 4.1.1 Data motor Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah: Merek Model Volt Putaran Daya : Multi Pro :

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERANCANGAN

BAB IV PROSES PERANCANGAN BAB IV PROSES PERANCANGAN 4.1 Rancangan Teoritis Rancangan teoritis yang ideal perlu ditetapkan sebagai acuan perancangan dan pemilihan bahan. Dengan mempertimbangkan kondisi pembebanan dan spesifikasi

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Menurut Supriyadi dan Muntohar (2007) dalam Perencanaan Jembatan Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan mengumpulkan data dan informasi

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM

ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN WINCH PADA SALUTE GUN 75 mm WINCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto (07), TRANSMISI, Vol-3 Edisi-/ Hal. 57-68 Abstraksi ANALISA STRUKTUR RANGKA DUDUKAN INCH PADA SALUTE GUN 75 mm INCH SYSTEM Rizky Putra Adilana, Sufiyanto, Ardyanto

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Girder Crane Kerangka girder crane adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk mendukung semua mekanisme operasi, perlengkapan listrik, motor dan peralatan pengendali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KASUS

BAB III ANALISIS KASUS A. Analisis BAB III ANALISIS KASUS Penulis mengumpulkan data-data teknis pada mobil Daihatsu Gran Max Pick Up 3SZ-VE dalam menganalisis sistem suspensi belakang untuk kerja pegas daun (leaf spring), dimana

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangan transporter tandan buah segar tipe trek kayu dapat dilihat pada Gambar 39. Transporter ini dioperasikan oleh satu orang operator dengan posisi duduk. Besar gaya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser] X. TEGNGN GESER 10.1. engertian Tegangan Geser Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja sejajar atau menyinggung permukaan. erjanjian tanda untuk tegangan geser sebagai berikut: Tegangan geser yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN 3.1 Metode Perancangan Metode yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode sistematis. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah : 1. Penjabaran

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

Mulai. Pengumpulan Data

Mulai. Pengumpulan Data 15 BAB III PERANCANGAN 3.1 Ketentuan Umum Perancangan teknik merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan, teknologi, dan penemuan-penemuan baru untuk membuat mesin-mesin yang dapat melakukan berbagai pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek DAFTAR NOTASI A g = Luas bruto penampang (mm 2 ) A n = Luas bersih penampang (mm 2 ) A tp = Luas penampang tiang pancang (mm 2 ) A l =Luas total tulangan longitudinal yang menahan torsi (mm 2 ) A s = Luas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL 16 BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL 3.1 Definisi Rem Rem adalah elemen mesin untuk memperlambat atau menghentikan putaran poros, dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek pengereman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN LIFT UNTUK KEPERLUAN GEDUNG PERKANTORAN BERLANTAI SEPULUH Oleh : R O I M A N T A S. NIM : 030421007 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara

Lebih terperinci

Surya Hadi Putranto

Surya Hadi Putranto TUGAS AKHIR Rancang Bangun Speed Bump dan Analisa Respon Speed Bump Terhadap Kecepatan Kendaraan Dosen Pembimbing : Ir. Abdul Aziz Achmad Surya Hadi Putranto 2105100163 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Penulisan ini didasarkan atas survey literatur, serta didukung dengan data perencanaan dengan berdasarkan pertimbangan effisiensi waktu pengerjaan dengan tahapan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan

BAB III ANALISA PERHITUNGAN. 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Analisa Perhitungan/ 413041-051 BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Putaran yang dibutuhkan dan waktu yang diperlukan Mesin pembersih burry system kerjanya sama dengan mesin bor jenis peluassecara garis besar

Lebih terperinci