DINAS KESEHATAN PROVINSI DIY DALAM PENURUNAN AKI DAN AKB

dokumen-dokumen yang mirip
Work di Propinsi DIY. Bondan Agus Suryanto

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KERANGKA KERJA MUTU PELAYANAN KESEHATAN WALIKOTA YOGYAKARTA,

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

Visi RS PONEK di Jawa Tengah. Sebuah Hipotesis dalam rangka usaha penurunan angka kematian Ibu

BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN PENGALAMAN MENGELOLA BADAN MUTU: MENJAGA MUTU SARANA PELAYANAN KESEHATAN. Jakarta, 30 Juni 2005

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

KESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

suplemen Informasi Jampersal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

MANUAL RUJUKAN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Tingginya jumlah

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Dimana MDGs adalah. Millenium Summit NewYork, September 2000 (DKK Padang, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ajarmah dan Hashem (2015) mendefinisikan kepuasan pasien sebagai penilaian

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian

PENGEMBANGAN PELAYANAN PONED DI PUSKESMAS MERGANGSAN, TEGALREJO, DAN JETIS BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UGM/RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. AKI (Angka Kematian Ibu) adalah jumlah kematian ibu selama

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

Berilah tanda centang ( ) pada checklist data dokumen di bawah ini! Dokumen Telusur Internal No. Dokumen Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

PENGALAMAN PENGEMBANGAN KESEHATAN DI DINKES PROV DIY

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG

Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl : INDIKATOR DAN STANDART MUTU KLINIS. Ditetapkan Kepala Puskesmas Parigi IA SOLIHAT NIP:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka. Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan mempunyai akibat, yaitu tercapainya tujuan kebijakan. Implementasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

I. LANGKAH LANGKAH KE DEPAN

SK AKREDITASI BAB I EP NAMA DOKUMEN ADA TDK ADA SK Ka Puskesmas ttg jenis pelayanan yang

Prosedur pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan

Mengembangkan Public Private Partnership untuk Menurunkan AKI-AKB

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

BAB 1 PENDAHULAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan hasil Survei

Studi Kasus Perkembangan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

STANDAR PELAYANAN MINIMAL UPT PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

mutu pelayanan rumahsakit mengatakan: adakan on the job training yang modern, hilangkan hambatan yang mencegah karyawan untuk menjadi bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR

Oleh : dr. Johanes Don Bosco Do, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ende

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kepemimpinan Kadinkes Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Neonatus

DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TABA

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

HEALTH CARE REGULATION (Nihal Hafez, 1997)

- SOP tentang monitoring pelaksanaan kegiatan UKP dan UKM - SK dan SOP tentang pemberian informasi kepada masyarakat kegiatan UKM dan UKP - Bukti

di RSUD Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur, dengan subjek penelitian adalah bidan-bidan praktek swasta dan pasien yang dirujuk ke RSUD Pare maupun ke

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Identifikasi Masalah

RENCANA STRATEGI PONEK RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CATHERINE BOOTH MAKASSAR

TENTANG BUPATI SERANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PENGGUNAAN ANGKA ABSOLUT KEMATIAN IBU DAN BAYI UNTUK PENILAIAN KINERJA

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

Pengawasan dan Perijinan Tenaga Kesehatan: Peran berbagai stakeholder dengan studi kasus di Yogyakarta Konsultan Regulasi PHP-1, Bank Dunia

Transkripsi:

QUALITY AND REGULATION FRAMEWORK DINAS KESEHATAN PROVINSI DIY DALAM PENURUNAN AKI DAN AKB

Quality Frame work dan Regulasi Fokus komitmen stakeholder terhadap konsep atau dimensi mutu pelayanan kesehatan yang menjadi prioritas, pengukuran dan sistem manajemen mutu Rencana stratejik yang mendeskripsikan visi, misi, sasaran strategi serta program-program perbaikan mutu dan keselamatan pasien serta regulasi pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan di masa depan Pedoman kerja bagi Dinas Kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, organisasi profesi dan lembaga lain dalam menyusun program perbaikan mutu dan pelaksanaan regulasi di suatu wilayah

Manfaat Utama dari Quality Frame work Dinas Kesehatan Propinsi i DIY Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten-Kota dapat memfokuskan upaya perbaikan mutu dan pelaksanaan regulasinya untuk mencapai visi i peningkatan mutu pelayanan kesehatan

Manfaat Quality Frame work Masyarakat pengguna Praktisi Kesehatan Dinas Kesehatan

Manfaat Quality Frame work Ketersediaan informasi Masyarakat pengguna Meningkatkan Kepercayaan dan rasa aman Meningkatkan daya Pilih masyarakat

Manfaat Quality Frame work Praktisi /Manager Pelayanan Kesehatan memotivasi sarana pelayanan Kesehatan untuk mengembangkan sistem manajemen mutu

Manfaat Quality Frame work memacu pengembangan monitoring dan surveilans mutu Meningkatkan upaya Standarisasi Pelayanan dan sarana kesehatan Dinas Kesehatan merupakan tools untuk mengevaluasi Kesenjangan dalam mutu pelayanan

Penyusunan kerangka kerja mutu melalui tahapan: Penetapan etapa tujuan penyusunan kerangka mutu, visi, misi dimensi mutu prioritas Validasi dimensi mutu oleh stakeholder dan pakar Penyusunan sasaran mutu, strategi, kebijakan, program serta indikator keberhasilannya

Visi dan misi perbaikan mutu dan regulasi pelayanan kesehatan Propinsi DIY Terjaminnya mutu dan keselamatan dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui upaya perbaikan mutu dan pelaksanaan regulasi

Misi pembangunan kesehatan Meningkatkan keamanan, akses, dan akuntabilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta Menyediakan tenaga kesehatan yang kompeten dalam memberikan pelayanan kesehatan Menyediakan pelayanan kesehatan dan sistem regulasi pelayanan yang efektif

Strategi perbaikan mutu dan regulasi Dimulai dari Pelaksanaan peran Dinas Kesehatan sebagai penetap kebijakan regulasi dengan implementasi regulasi oleh Dinas kesehatan ataupun bekerja sama dengan badan independen (Badan Mutu Pelayanan Kesehatan) Penyusunan rencana pengembangan Penyusunan rencana pengembangan sumber daya manusia kesehatan untuk memenuhi persyaratan kompetensi dan registrasi

Strategi perbaikan mutu dan regulasi dilanjutkan dengan Penyusunan standar dan prosedur pelaksanaan regulasi, melalui perijinan, sertifikasi dan akreditasi Pelaksanaan uji kompetensi dikaitkan dengan kewenangan propinsi untuk mengeluarkan surat penugasan bagi tenaga kesehatan dan rekomendasi oleh organisasi profesi, dsb

Perangkat yang digunakan dalam perbaikan mutu Standard dan uji kompetensi tenaga kesehatan Indikator kinerja pelayanan Puskesmas Indikator kinerja dan indikator mutu klinis untuk rumah sakit Standar-standar pelayanan Standard dan instrumen perijinan sarana pelayanan kesehatan,dll

Peningkatan infrastruktur sebagai fondasi pelayanan kesehatan 1. Perbaikan kegiatan surveilens, sistem informasi dan fasilitas pelayanan kesehatan 2. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dengan anggaran kesehatan pemerintah 3. Peningkatan koordinasi pemerintah di berbagai lini 4. Peningkatan SDM kesehatan 5. Penyusunan regulasi kesehatan

Program perbaikan mutu yang dilaksanakan di Propinsi DIY Penyusunan standar perijinan bagi sarana pelayanan kesehatan Penyelenggaraan uji kompetensi dan perijinan tenaga kesehatan Pengembangan indikator kinerja sarana pelayanan kesehatan Penerapan sistem manajemen mutu di setiap sarana pelayanan kesehatan Pelaksanaan akreditasi bagi sarana pelayana kesehatan rumah sakit maupun pelayanan medik dasar

Dimensi mutu prioritas untuk Propinsi DIY Komunikasi interpersonal (Interpersonal communication, respect and caring) Akses (accessibility) Kompetensi teknis (technical competence) Kenyamanan (amenities) Efektivitas (effectiveness) Keselamatan (safety) Akuntabilitas (accountability)

Scope Dimensi Mutu Prioritas Scope Dimensi Mutu Komunikasi interpersonal Akses Dimensi Yang Diukur Kompetensi teknis Kenyamanan Efektivitas Safety Akuntabilitas Profesional Manajer Klien

Indikator monitoring mutu dan penilaian i keberhasilan Pelaksanaan akreditasi bagi sarana pelayana kesehatan rumah sakit maupun pelayanan medik dasar % tenaga kesehatan yang mempunyai sertifikat t kompetensi % tenaga kesehatan yang mempunyai ijin praktek % sarana kesehatan yang berijin % sarana kesehatan yang mempunyai sistem manajemen mutu % sarana kesehatan yang terakreditasi

Sasaran-sasaran mutu dan regulasi pelayanan kesehatan yang akan dicapai dalam periode lima tahun mendatang Semua sarana kesehatan mempunyai ijin pada akhir tahun 2010 Semua sarana kesehatan menerapkan sistem manajemen mutu pada akhir tahun 2010 80% sarana kesehatan mempunyai tenaga klinis sesuai standar yang dipersyaratkan pada akhir tahun 2010 80% sarana kesehatan mempunyai tenaga klinis yang teregistrasi pada akhir tahun 2010 Dinas kesehatan mengembangkan dan menggunakan indikator-indikator bagi sarana pelayanan kesehatan mengacu pada dimensi mutu prioritas

Dimensi mutu dan area untuk pengembangan indikator mutu Dimensi Mutu Prioritas Scope Pengukuran Lokasi/JenisKegiatan Regulasi Standar acuan Aksesibilitas Jarak, biaya, Coverage insurance Rawat inap, Rawat Jalan (RS). KIA (K1-K4), Gizi (D/S), keterjangkauan lokasi fasilitas (Puskesmas, IRD) Ketersediaan mobile unit, alokasi anggaran untuk masy tidak mampu Standard dan instrumen Perijinan sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit umum, rumah sakit khusus, sarana pelayanan medik dasar) Akuntabilitas Waktu tunggu, jam pelayanan, ketepatan pelayana IRD (response time IGD), kamar operasi (waktumtunggu operasi), rawat jalan (jam pelayanan) Ketidaksesuaian jam Danpenyedia pelayanan (hukum administrasi) Indikator kinerja dan indikator mutu klinis untuk rumah sakit, disusun oleh Departemen Kesehatan Indikator kinerja pelayanan Puskesmas Keselamatan Patient Safety KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), kalibrasi i alat K3, Inos, UP, angka Kuman udara, kualitas air, baku mutu limbah Standar-standar pelayanan Kompetensi Sesuai profesi Masing-masing Uji kompetensi STR, SIP, SIK, SIPP, % Tenaga yang berijin Standard dan uji kompetensi Tenaga kesehatan Kenyamanan Fisik iik dan privasi i VCT, KIA IMB (ada denah, HO), Informed consent kesepakatan konselor klien Standard dan instrumen Perijinan sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit umum, rumah sakit khusus, sarana pelayanan medik dasar) Efektivitas Pengobatan,program pencegahan DRG,pengobatan,TBC, Ketersediaan formularium Standar-standar pelayanan Hubungan interpersonal dan respect caring Komunikasi provider pasien KIE, dll Kode etik profesi,identifikasi keluhan, hak-hak pasien, hak dan kewajiban profesi Standar akreditasi pelayanan medik dasar

MODEL QUALITY FRAME WORK PROPINSI DIY Strategi perbaikan mutu dan regulasi - Penyusunan rencana pengembangan sumber daya manusia kesehatan untuk memenuhi persyaratan kompetensi dan registrasi - Penyusunan standar dan prosedur pelaksanaan regulasi baik melalui perijinan, sertifikasi dan akreditasi - Pelaksanaan uji kompetensi dikaitkan dengan kewenangan propinsi untuk mengeluarkan surat penugasan bagi tenaga kesehatan dan rekomendasi oleh organisasi profesi - Pelaksanaan peran Dinas Kesehatan sebagai penetap kebijakan regulasi dengan implementasi regulasi oleh Dinas kesehatan ataupun bekerja sama dengan badan independen (Badan Mutu Pelayanan Kesehatan) Perubahan yang dapat dilakukan 1. Pelayanan kesehatan harus dapat menjamin keselamatan pasien melalui diterapkannya manajemen risiko 2. Regulasi pelayanan kesehatan diterapkan secara konsisten untuk sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dengan standar yang baku 3. Kinerja pelayanan kesehatan dimonitor dan dievaluasi secara berkesinambungan melalui indikator-indikator yang disepakati bersama 4. Pelaksanaan regulasi dimonitor dan dievaluasi secara periodik 5. Komitmen seluruh jajaran kesehatan untuk melaksanakan kerangka kerja mutu dan regulasi yang dievaluasi secara periodik Indikator perbaikan yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan Pelaksanaan akreditasi bagi sarana pelayanan kesehatan rumah sakit maupun pelayanan medik dasar % tenaga kesehatan yang mempunyai sertifikat kompetensi % tenaga kesehatan yang mempunyai ijin praktek % sarana kesehatan yang berijin % sarana kesehatan yang mempunyai sistem manajemen mutu % sarana kesehatan yang terakreditasi Kondisi yang ingin dicapai 1. Semua sarana kesehatan mempunyai ijin pada akhir tahun 2010 2. Semua sarana kesehatan menerapkan sistem manajemen mutu pada akhir tahun 2010 3. 80% sarana kesehatan mempunyai tenaga klinis sesuai standar yang dipersyaratkan pada akhir tahun 2010 4. 80% sarana kesehatan mempunyai tenaga klinis yang teregistrasi pada akhir tahun 2010

Dimensi Mutu Prioritas Upaya Pemantauan Scope Pengukuran Indikator Keberhasilan Organisasi Pelaksana Aksesibilitas Perijinan,Akreditas i, Sertifikasi Jarak,biaya, Coverage insurance % sarana kesehatan yang terakreditasi % sarana kesehatan yang berijin Badan Mutu, Lembaga eksternal lain Akuntabilitas Akreditasi, Sertifikasi Waktu tunggu, jam pelayanan, Ketepatan Pelayanan % sarana kesehatan yang terakreditasi Lembaga eksternal lain Keselamatan Perijinan Patient Safety % tenaga kesehatan yang Mempunyai ijin praktek % sarana kesehatan yang berijin Badan Mutu Kompetensi Perijinan Sesuai profesi Masing-masing % tenaga kesehatan yang Mempunyai ijin praktek Badan Mutu dan Organisasi profesi Kenyamanan a a Perijinan Fisik dan privasi % sarana kesehatan yang berijin Badan Mutu Efektivitas Akreditasi, Sertifikasi Pengobatan, Program pencegahan % sarana kesehatan yang terakreditasi Lembaga eksternal lain Hubungan interpersonal dan respect-caring Akreditasi, Sertifikasi Komunikasi provider Pasien % sarana kesehatan yang terakreditasi Lembaga eksternal lain

Pengorganisasian mutu di Sektor kesehatan Bentuk pengorganisasian g mutu Seksi/Unit Tim atau Kelompok Jaminan Mutu atau Pokja Komite Person in charge (contact person) Jenis Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten-Kota BP4, RB-BP, Lab Puskesmas, Praktek kelompok/ klinik Lembaga mutu ekterna (Badan Mutu)l, Rumah sakit & RSK Apotek, praktek berkelompok, praktek mandiri Tupoksi 1. Perencanaasistem mutu 2. Menyusun Rencana tindak lanjut 3. Menyusun Kebijakan Peningkatan mutu 4. Menyusu Pedoman dan indikator capian Mutu - Menyusun dokumen mutu - Monitoring evaluasi sistem mutu - Bertanggung jawab terhadap sistem manajemen mutu - Bertanggung g jawab terhadap sistem manajemen mutu Kualifikasi Pernah mengikuti pelatihan mutu Hasil Kegiatan - Sistem Kesehatan Provinsi, Daerah - Kebijakan peningkatan mutu - Pedoman perijinan - Indikator kinerja - Prosedur kerja - Standar pelayanan minimal - Hasil monitoring dan rencana tindak lanjut - Instrumen pemantauan mutu - Prosedur kerja

Upaya Pelayanan Garis besar program perbaikan mutu yang akan dilaksanakan RS & RSK BP4 Puskesmas BP/RB Praktek kelompok/ Klinik Praktek mandiri Apotek Lab Upaya Pemantauan (Regulasi) Lembaga Pelaksana Lembaga Penanggung jawab Lisensi Akreditasi Wajib untuk semua jenis sarana Tidak wajib Kegiatan pendataan wilayah - Badan Mutu Badan Mutu/ Eksternal lain Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten- Kota Sertifikasi Tidak wajib - Eksternal Peraturan internal organisasi Tidak wajib Lisensi Awal Badan Mutu Prosedur kerja Instruksi kerja SP Minimal Lisensi ulang/ Perpanjangan Pola tarif Std kompetensi SDM Lisensi Awal Badan Mutu Pengukuran efektivitas Pelayanan Monitoring pelayanan Evaluasi Upaya perbaikan Lisensi ulang/ Perpanjangan; Akreditasi; Sertifikasi Lisensi ulang/ Perpanjangan; Akreditasi; Sertifikasi Badan Mutu/ Eksternal lain

Pengembangan Mutu dalam rangka percepatan penurunan AKI dan AKB Pelatihan l untuk tenaga kesehatan Uji kompetensi terhadap tenaga kesehatan (bidan dan perawat) PengembanganPuskesmas g g PONED Pengembangan RS PONEK Sistem Mata Rantai Rujukan

Puskesmas PONED PONED Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan / menangani kasus-kasus kegawatadaruratan obstetri neonatal. Merupakan Rujukan awal dari sistem mata rantai rujukan

Rumah sakit PONEK Adalah RS yang dapat memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif secara efektif (cepat, tepat, t cermat dan purna waktu)

Gambar 2 MEKANISME RUJUKAN PONED PONEK PONED * SELEKSI KASUS * KEG. PRA RUJUKAN PKM NON PONED * SELEKSI KASUS * KEG. PRA RUJUKAN BdD * SELEKSI KASUS * KEG. PRA RUJUKAN - IBU HAMIL/IBU BERSALIN DAN IBU NIFAS. - MASYARAKAT : KADER/ DUKUN * SELEKSI KASUS SESUAI PROTAP KEG. PRA RUJUKAN STABILISASI PX } RUJUKAN UMPAN BALIK RUJUKAN Lokakarya MPS, PIT I HOGSI - Malang, 3 April 2003434348 28

Permasalahan AKI dan AKB di DIY sudah cukup rendah, tapi bila di bandingkan dengan negara Asia Tengara masih cukup tinggi Puskesmas PONED belum tentu mampu PONED (tidak berjalan dengan baik) Belum semua RS belum mampu PONEK Sistem matai rantai rujukan belum berjalan sesuai alur yang diinginkan (rujukan tidak ke RS mampu PONEK)

Tabel 1. Kasus Kematian Ibu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Tahun Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Yogyakarta 7 3 9 3 4 1 Bantul 10 8 12 9 6 18 Kulonprogo 12 4 5 7 6 4 Gunung Kidul 10 5 4 8 7 7 Sleman 9 11 9 11 13 11 Jumlah 48 33 39 38 36 41 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008

Tabel 2. Kasus Kematian Bayi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Kota Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Yogyakarta 23 18 37 15 3 Bantul 89 134 11 98 48 Kulonprogo 38 62 84 107 27 Gunung Kidul 57 57 63 45 5 Sleman 14 30 27 52 49 Jumlah 221 301 222 317 132

Pemecahan Masalah Pembentukan Task Force KIA Evaluasi Puskesmas PONED & RS PONEK Mendorong semua RS menjadi RS mampu PONEK Melakukan Grading terhadap semua RS di DIY Membuat sistem mata rantai rujukan yang baru (Protap rujukan) Reward and punishment Reward : mengumumkan hasil grading Punishment : perpanjangan ijin praktek? k?

PembentukanTask Force KIA Level Kebijakan: Kadinkes, Direktur RS, Ketua Organisasi Profesi, Dekan Fakultas Kedokteran Level e e operasional: o a Unsur di Dinas Kesehatan, anggota POGI, IAAI, IDAI, IBI, PPNI

Evaluasi Puskesmas PONED Evaluasi terhadap semua Puskesmas mampu PONED Dilakukan oleh BMPK (independen) Aspek k yang dinilai il i adalah aspek manajemen dan aspek pelayanan: Cakupan pelayanan Kebidanan Perkiraan jumlah komplikasi obstetri neonatral yang akan terjadi pertahun Ketenagaan Adanya kerjasama dengan Dinkes Kab/kota

lanjutan. Aspek yang dinilai: Logistik dan sarana pendukung Adanya dana khusus Adanya alur pelayanan dan rujukan kasus kegawatdaruratan obstetri neonatal Adanya pencatatan dan pelaporan Adanya evaluasi terhadap input, proses dan output Administrasi Penugasan

lanjutan. Aspek p yang dinilai: Adanya fasilitas yang menunjang PONED Tersedianya peralatan dan bahan dan obat untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan normal dan kegawatdaruratan. Ketenagaan dan sarana komunikasi Adanya tindakan resusitasi bayi Adanya tindakan prarujukan

Evaluasi RS PONEK Evaluasi terhadap semua RS di DIY Apakah memenuhi kriteria minimal RS PONEK Evaluasi dilakukan oleh BMPK Aspek yang dinilai: Pelayanan di RS PONEK Kinerja Gawat darurat obstetri neonatal 24 jam di RS PONEK Sarana dan prasarana RS PONEK

Aspek pelayanan Aspek yang dinilai IGD Administrasi Staffing /penugasan Kesediaan tenaga minimal pelayanan maternal neonatal di RS Fasilitas

Kinerja Gawat darurat obstetri neonatal 24 jam di RS PONEK Aspek yang dinilai: Fasilitas Kesiapan Kegawatdaruratan Ketenagaan Peralatan bahan dan obat Anestesi Pencegahan Infeksi Rekam medis dan pendaftaran

Sarana dan prasarana RS PONEK Aspek p yang dinilai: Ketersediaan alat di IGD, ruang pemeriksaan, ruang resusitasi dan ruang khusus lain. Ketersediaan obat obat Ketersediaan troley dan peralatannyaa Kesiapan Ro Thorax 24 jam Kesiapan laboratorium Ketesediaan bank darah Kesiapan ambulance

Grading RS Grading dilakukan berdasar hasil evaluasi/penilaian thd RS PONEK Grading menujukan kemapuan RS dalam menangani kasus kegawatan obstetri neonatal Akan digunakan sebagai dasar dalam pembentukan sistem mata rantai rujukan.

Protap Rujukan Membuat sistem mata rantai rujukan yang baru Ditetapkan sebagai protap rujukan Protap secara lebih detail mengatur ke RS mana suatu kasus kegawatan obstetri neonatal harus dirujuk Akan dilakukan k evaluasi terhadap kepatuhan pelaksanaan protap

Reward and punishment Bagi RS reward berupa deklarasi/pengumuman status RS sebagai tempat rujukan (promosi) Punishment dapat berupa pertimbangan dalam perpanjangan ijin/pemberian lisensi

Upaya terobosan lain Memberikan bantuan biaya perawatan bumil, bulin dan bufas lewat GARBA Melakukan perjanjian kerjasama dengan bidan dalam pelaksanaan GARBA Memberikan insentif pada bidan bila merujuk pasien yang tidak mampu ditangani (bidan tidak kehilangan pasien) Memberikan punhismen pada bidan bila tidak patuh pada perjanjian kerja sama dan protap rujukan.

Upaya terobosan lanjutan.. Kesepakatan kerjasama antar RSUP Dr. Sardjito, FK UGM dan IAAI untuk menyediakan tenaga anestesi di RSUD yang siap 24 jam Mengoptimalkan Program P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dengan mengembangkan sistem komunikasi cepat: Pengadaan HP untuk menintensifkan pemantauan bumil risti di masyarakat

Kesimpulan Penerapan Quality Frame work merupakan bukti akuntabilitas Dinas Kesehatan dalam merencanakan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu dan mengembangkan pengukuranpengukuran mutu klinis yang lebih terinci untuk melakukan perbaikan mutu secara berkesinambungan P i i t dih k d t Pengorganisasian mutu diharapakan dapat mempercepat penurunan kasus AKI dan AKB di DIY