BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga. Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. warung-warung kecil, pasar tradisional, swalayan sampai mall sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital

PROSPEK TANAMAN PANGAN

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1. Tingkat partisipasi konsumsi rumah tangga di DIY menurut wilayah tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang dapat dicerminkan dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, merata, terjangkau dan aman. Ketahanan pangan mengandung makna yang mencakup dimensi fisik (ketersediaan), ekonomi (daya beli), gizi (pemenuhan kebutuhan gizi individu), nilai budaya dan religius, keamanan pangan (kesehatan), dan waktu (tersedia secara berkesinambungan) (Hardinsyah et al., 2001) artinya, ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam pembangunan karena pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga pangan sangat berperan dalam ekonomi nasional. Dengan kata lain, ketahanan pangan tidak hanya mencakup tingkat rumah tangga tetapi juga nasional (Ariani, 2005). Salah satu indikator dalam mengukur tingkat ketahanan pangan rumah tangga yaitu dapat menggunakan perhitungan pangsa pengeluaran pangan. Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga dapat dihitung dengan cara pembagian antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan pengeluaran total rumah tangga perbulan (Maxwell et al., 2000). Pangsa pengeluaran pangan ini, layak dijadikan indikator ketahanan pangan karena memiliki hubungan yang erat dengan ukuran ketahanan pangan yang mencakup tingkat konsumsi, keaneragaman pangan, dan

9 pendapatan (Ilham dan Sinaga, 2008). Kurva dibawah ini menunjukkan keterkaitan antara pangsa pengeluaran pangan dengan ketahanan pangan : Ilustrasi 1. Hubungan Pendapatan dan Permintaan terhadap Barang dengan Asumsi Harga Barang Tetap, Kasus Barang Normal (Q1) dan Barang Mewah (Q2) (Sumber : Varian, 1992). Hukum Engel menyatakan bahwa pengeluaran pangan terhadap pengeluaran rumah tangga akan semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan dengan asumsi harga pangan yang dibayar rumah tangga yaitu sama (Deaton dan Muellbauer, 1980). Hukum tersebut dijelaskan pada kurva Engel pada ilustrasi 1. Kurva diatas menunjukkan bahwa Q1 adalah barang normal dan Q2 adalah barang mewah, KI menunjukkan kurva indiferensi dan BL menunjukkan budget line atau garis anggaran serta garis biru menunjukkan kurva engel. Budget line menunjukkan jumlah barang yang dapat diperoleh dengan dana yang dimiliki sehingga garis BL menunjukkan suatu tingkat pendapatan dan jika

10 pendapatan itu dihabiskan semua maka setara dengan jumlah barang sesuai titiktitik digaris BL. Jika pendapatan meningkat maka kurva BL akan bergerak dari BL1 ke BL2, karena dengan pendapatan yang lebih besar maka jumlah barang Q1 dan Q2 yang dapat diperoleh juga lebih banyak. Kurva indiferensi adalah tingkat kepuasan yang sama dari konsumsi dua kombinasi barang (Q1 dan Q2). Pergerakan KI1 ke KI2 adalah peningkatan jumlah barang yang dikonsumsi dan juga peningkatan kepuasan, artinya KI2 memberikan kepuasan lebih dari KI1 dan KI3 memberikan kepuasan lebih dari KI2. Tingkat kepuasan maksimal adalah saat KI menyinggung BL seperti yang ditunjukkan oleh gambar diatas yaitu ketiga kurva indiferensi adalah tingkat kepuasan maksimal pada tingkat pendapatan BL1, BL2 dan BL3. Garis biru menunjukkan kurva Engel yang menghubungkan tingkat kepuasan maksimal (titik-titik persinggungan BL1, BL2 dan BL3). Kurva Engel diatas menunjukkan bahwa jika pendapatan meningkat yang ditunjukkan oleh garis anggaran yang bergeser kekanan atas maka semakin kecil presentase konsumsi akan barang normal (Q1) dan presentase akan konsumsi barang mewah (Q2) semakin meningkat. Pada kasus ini barang normal adalah kebutuhan untuk makanan dan barang mewah adalah kebutuhan untuk non makanan. Kesejahteraan yang meningkat dapat ditandai oleh pendapatan yang naik maka konsumsi akan barang normal seperti konsumsi untuk pangan cenderung menurun dan konsumsi untuk barang mewah seperti non pangan cenderung naik. Hal ini dapat disebabkan karena kebutuhan pangan yang meningkat lambat dibandingkan pendapatan. Hukum Engel juga merupakan sebuah penemuan

11 empiris dari para ekonom yang menyarankan agar proporsi pendapatan untuk konsumsi pangan dapat digunakan sebagai indikator kemiskinan, sehingga secara tidak langsung pangsa pengeluaran pangan yaitu perhitungan rasio pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total dapat dijadikan indikator kesejahteraan. 2.2. Pendapatan Petani Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian rumah tangga, karena pendapatan dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat dalam waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi (Soediyono, 1992). Secara umum, pendapatan setiap rumah tangga berbeda-beda tergantung jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga (Susilowati, 2014). Terdapat dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahatani/ternak dan buruh tani. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari usaha non pertanian, professional atau pekerjaan lainnya di sektor non pertanian. Pendapatan petani adalah sejumlah uang yang didapatkan oleh petani dari aktivitas bekerja sebagai petani maupun pekerjaan lainnya yang nantinya akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani tersebut. Umumnya, pendapatan yang diterima akan mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga tersebut, misalnya meningkatnya pendapatan petani akan mempengaruhi

12 pengeluaran rumah tangga, termasuk pola konsumsi pangan keluarga. Apabila pendapatan meningkat, maka konsumsi pangan akan lebih beragam sehingga konsumsi pangan yang memiliki nilai gizi tinggi juga akan meningkat (Yudaningrum, 2011). Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan, karena pendapatan merupakan faktor utama dalam pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga (Ayu et al., 2012). Pendapatan petani umumnya dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki, pendidikan petani, umur, teknologi yang digunakan. 2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah dan mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah baik karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya (Susilowati, 2014). Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah. Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan rumah tangga. secara umum, jumlah tanggungan keluarga dapat menentukan batas tertentu jumlah pangan yang akan dikonsumsi, ukuran ruang rumah tempat tinggal, pengeluaran untuk pakaian, pendidikan, kesehatan serta rekreasi (Sicat dan Arndt, 1991). Pengeluaran pangan dan non pangan yang dikeluarkan rumah tangga setiap bulannya dipengaruhi oleh faktor jumlah tanggungan keluarga. Semakin kecil jumlah tanggungan keluarga petani maka akan mempermudah petani tersebut untuk menyusun anggaran belanja keluarga sesuai pendapatan yang

13 diterima, bahkan mungkin masih dapat menabung atau menginvestasikan ke usaha tertentu. Namun, bagi petani yang jumlah tanggungan keluarganya relatif cukup besar maka akan terbatas menyusun anggaran belanja rumah tangga, karena bagi keluarga tersebut mungkin pendapatannya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangannya saja, sehingga kesejahteraan petani tersebut kurang (Djiwandi, 2002). Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi pangsa pengeluaran pangan rumah tangga dan ketahanan pangan rumah tangga (Sianipar et al., 2012). 2.4. Pendidikan Petani Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan pengetahuan dan kepribadiannya dengan jalan membina wawasan serta potensi yang ada pada pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk menetapkan cita cita atau tujuan dari pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga pendidikan umumnya meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan, 2005). Tujuan dari pendidikan adalah untuk pembentukan pribadi seseorang, pola pikir dan pendewasaan dalam berpikir. Hal tersebut merupakan modal utama untuk terjun dimasyarakat serta untuk mendapatkan hidup yang lebih sejahtera. Tingkat pendidikan sekolah di Indonesia umunya terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Pendidikan petani merupakan tingkat pengetahuan petani yang didapat dari sekolah formal. Pendidikan umumnya akan mempengaruhi pola pikir petani

14 dalam menyikapi suatu masalah. Semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka taraf hidupnya akan semakin sejahtera, misalkan petani yang memiliki pendidikan tinggi pasti akan menyusun anggaran belanja sesuai dengan kebutuhan baik anggaran untuk pangan maupun non pangan. Umumnya, anggaran yang dikeluarkan petani untuk konsumsi pangan akan cenderung memperbaiki kualitas makanan yang dipilih, baik dari segi jumlahnya maupun gizinya, sehingga akan menunjukkan tingkat ketahanan pangan yang tinggi karena petani sudah mampu memperbaiki kualitas hidupnya lewat pemenuhan gizi yang dibutuhkan (Sianipar et al., 2012). Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan berdampak pada pendapatan yang juga akan semakin tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena petani yang memiliki pendidikan tinggi mulai menerapkan ilmunya agar hasil dari usahataninya meningkat, sehingga pendapatannya akan meningkat pula dan akan semakin sejahtera (Djiwandi, 2002). 2.5. Harga Bahan Pokok Harga bahan pokok adalah harga yang berlaku ditempat petani berdominisili. Bahan makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam setiap harinya yang merupakan sumber karbohidrat dan mengenyangkan, serta didapatkan dari hasil alam daerah setempat. Makanan pokok masyarakat Indonesia bermacam-macam yaitu berasal dari padi, jagung, singkong, sagu, maupun yang lainnya (Kristiastuti dan Ismawati, 2004). Umumnya, masyarakat Indonesia tidak bisa terlepas dari sembilan bahan pokok atau yang lebih dikenal dengan sembako. Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat

15 yang terdiri dari berbagai bahan-bahan makanan maupun minuman. Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan no 115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998, menyatakan bahwa kesembilan bahan pokok itu adalah beras, sagu atau jagung, gula pasir, sayur-sayuran serta buah-buahan, ayam dan daging sapi, telur, susu, minyak goreng atau margarin, minyak tanah atau gas elpiji, garam beryodium dan bernatrium. Harga bahan pokok ditempat tinggal petani berdomisili sangat mempengaruhi kesejahteraan petani. Semakin tinggi harga bahan pokok maka bahan pokok itu sulit untuk ditemukan atau langka. Hal ini membuat petani tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi untuk keluarganya sehingga kesejaheraan petani akan semakin rendah (Darwanto, 2005), sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga bahan pokok seperti beras, gula, sayur, telur, ikan, daging dan minyak goreng menyebabkan pangsa pengeluaran pangan menjadi lebih tinggi sehingga ketahanan pangan rumah tangga petani semakin rendah (Sianipar et al., 2012). 2.6. Pengetahuan Gizi Gizi adalah suatu pemanfaatan makanan untuk pemeliharaan fungsi organ tubuh, pertumbuhan reproduksi serta sebagai penghasilan energi (Almatsir, 2002). Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang berbagai zat gizi dan makanan, sumber-sumber zat gizi yang ada pada makanan serta makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara bagaimana mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana

16 cara hidup sehat (Notoatmojo, 2003). Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan akan gizi dan pangan juga akan semakin baik. Ibu merupakan seseorang yang bertanggung jawab akan penyusunan pola makan rumah tangga. Seorang ibu memegang peran penting terhadap gizi rumah tangga. Tingkat pendidikan seorang ibu sangat berpengaruh dalam menetukan sikap pengetahuan serta ketrampilannya dalam menentukan makanan keluarga (Hidayat, 2007). Semakin baik pengetahuan gizi ibu semakin dapat memperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilihnya untuk dikonsumsi. Mereka yang tidak memiliki pengetahuan gizi akan cenderung memilih makanan yang menarik panca indra dan tidak mempertimbangkan makanan berdasarkan nilai gizi. Sebaliknya mereka yang baik pengetahuan gizinya lebih banyak mempergunakan pertimbangan dan pengetahuan tentang nilai gizi dalam memilih makanan (Warih, 2012). 2.7. Konsumsi Protein Nabati dan Hewani Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Protein berfungsi sebagai : a) membangun sel tubuh, b) mengganti sel tubuh, c) membuat air susu, enzim dan hormon, d) membuat protein darah, e) menjaga keseimbangan asam basa cairan tubuh dan f) pemberi kalori (Djoko, 2006). Sumber protein di dalam makanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu protein nabati yang meliputi kacang-kacangan, tahu, tempe, kacang kedelai dan gandum, dan protein hewani meliputi daging, telur, susu, keju, ikan dan lain-lain (Poedjiadi, 1994).

17 Kebutuhan protein adalah konsumsi akan protein yang diperlukan oleh tubuh. Kekurangan energi protein dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi makanan sehari-hari yang mengandung protein sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Tanda-tanda tubuh kekurangan gizi protein dan energi yaitu pada awalnya akan menyebabkan rasa lapar dan dalam kurun waktu tertentu berat badan menurun disertai penurunan produktivitas kerja. Apabila tidak ada perbaikan gizi akan konsumsi energi dan protein yang mencukupi, maka tubuh akan lebih mudah terserang penyakit infeksi yang mana selanjutnya dapat menyebabkan kematian (Hardinsyah, 1992). Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan (per orang perhari) Golongan Berat Badan Tinggi badan Protein -----umur----- -----kg----- -----cm----- -----gr----- - 0 6 bulan 5,50 60,00 12,00-7 -12 bulan 8,50 71,00 15,00-1 3 tahun 12,00 90,00 23,00-4 6 tahun 18,00 110,00 32,00-7 9 tahun 24,00 120,00 37,00 Pria - 10-12 tahun 30,00 135,00 45,00-13-15 tahun 45,00 150,00 64,00-16-19 tahun 56,00 160,00 66,00-20-45 tahun 62,00 165,00 55,00-46-59 tahun 62,00 165,00 55,00-60 tahun 62,00 165,00 55,00 Wanita - 10-12 tahun 35,00 140,00 54,00-13-15 tahun 46,00 153,00 62,00-16-19 tahun 50,00 154,00 51,00-20-45 tahun 54,00 156,00 48,00-46-59 tahun 54,00 154,00 48,00-60 tahun 54,00 154,00 48,00 Sumber : Almatsier, 1989.