II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

Pemanfaatan Limbah buah menjadi Jelly Kering. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Jurusan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd PEMANFAATAN LIMBAH BUAH MENJADI JELLY KERING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbentuk padat, dibuat dari gula atau campuran gula dengan pemanis, diberi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN GULA, GARAM DAN ASAM. Disiapkan oleh: Siti Aminah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).tiga perempat dari luas wilayah

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

I. PENDAHULUAN. kembang gula merupakan produk sejenis gula-gula (confectionary) yang dibuat

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan yoghurt adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Buah kelapa

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hidangan penutup atau populer disebut dessert. Bahan utama dari es. emulsifier, stabilizer dan perasa (Chan, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. Cactaceae dan subfamili ini terdapat beberapa genus, sedangkan buah naga

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Buah naga merupakan tanaman kaktus dari famili Cactaceae dengan subfamily

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Pengawetan bahan pangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Buah kersen merupakan buah yang keberadaannya sering kita jumpai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

Minuman sari buah SNI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber genetik tanaman jagung berasal dari benua Amerika. Konon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Komposisi Kimia Pepaya (Carica papaya L.)

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia (Anonim 2, 2010). Buah naga memiliki warna kulit yang menyala, kulitnya juga tidak mulus, melainkan berlapis sehingga mirip sisik ular besar atau naga. Isi buahnya berwarna putih, merah atau ungu dengan taburan biji-biji berwarna hitam. Tekstur isinya seperti selasih dengan cita rasa seperti buah kiwi (Arta, 2009). Dibalik rasanya yang manis dan menyegarkan, buah naga juga kaya akan manfaat. Kandungan seratnya bermanfaat sebagai pengikat zat karsinogenik penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan. Selain itu juga, kandungan betakaroten sangat berguna dalam proses penglihatan (Anonim 1, 2009). Gambar 1. Buah Naga

7 Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar sebagai penghilang dahaga, karena buah naga mengandung kadar air tinggi sekitar 83 % dari berat buah. Rasanya cukup manis karena mengandung kadar gula mencapai 13-18 briks (Anonim 1, 2009). Adapun komposisi gizi per 100 gram daging buah naga dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Komposisi gizi per 100 gram daging buah naga Komponen Kadar Air (g) 82,5 83,0 Protein (g) 0,16 0,23 Lemak (g) 0,21 0,61 Serat/dietary fiber (g) 0,7 0,9 Betakaroten (mg) 0,005 0,012 Kalsium (mg) 6,3 8,8 Fosfor (mg) 30,2 36,1 Besi (mg) 0,55 0,65 Vitamin B1 (mg) 0,28 0,30 Vitamin B2 (mg) 0,043 0,045 Vitamin C (mg) 8 9 Niasin (mg) 1,297 1,300 Sumber: Taiwan Food Industry Develop & Reearch Authorities (2005) dalam Anonim 1 (2009). B. Permen Jelly Permen merupakan bahan pangan yang cukup digemari oleh masyarakat. Dari berbagai jenis permen yang beredar dimasyarakat salah satunya adalah permen jelly. Permen jelly merupakan suatu produk yang berbentuk padat yang teksturnya relatif lunak bila dikunyah, jernih dan elastis, terbuat dari gula, glukosa, gula jagung atau pemanis lain dengan cara mencampur sari buah dan bahan pembentuk

8 gel yang diolah dengan teknik dan perlakukan tertentu (Widawati, 2010). Pada saat ini permen jelly sudah cukup populer dikalangan masyarakat. Permen jelly yang khususnya menggunakan gelatin pertama kali berkembang di Eropa pada abad ke-15. Permen jelly yang telah banyak beredar dipasaran harus memenuhi standar mutu yag telah ditetapkan. Adapun mutu dari permeen jelly dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat diamati secara langsung yang merupakan sifat organoleptik dari permen jelly tersebut seperti rasa, aroma, warna, dan kekenyalan. Penentuanya didasarkan pada kesukaan kosumen.

9 Tabel 2. Syarat mutu permen jelly (SNI 3547.2-2008) N0 Kriteria Uji Satuan Syarat Mutu 1 Keaadaan Bau Normal Rasa Normal Warna Normal Tekstur Normal 2 Kadar air % fraksi Maks. 20 massa 3 Kadar abu % fraksi Maks. 3 massa 4 Gula reduksi % fraksi Maks. 25 massa 5 Sakarosa % fraksi Min. 27 massa 6 Cemaran logam Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2 Timah (Sn) mg/kg Maks. 4 Raksa mg/kg Maks. 0,03 7 Cemaran Arse (As) mg/kg Maks. 10 8 Cemaran mikroba Angka lempeng total koloni/g Maks. 5 x 10 4 Bakteri coliform APM/g Maks. 20 E.coli koloni/g <3 Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 10 2 Salmonella Negatif/25g Kapang/Khamir koloni/g Maks. 1 x 10 2 Sumber : Badan Standardisasi Nasional (2008) Untuk mendapatkan permen jelly yang baik juga harus diperhatikan formulasi bahan pembentuk permen jelly yang digunakan. Komposisi bahan yang optimum akan menghasilkan permen jelly dengan penerimaan konsumen yang terbaik. Adapun komposisi bahan baku yang optimal pada pembuatan permen jelly berbahan baku sari buah nanas dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.

10 Tabel 3. Komposisi Optimum Bahan Pembentuk Permen Jelly Bahan Baku Jumlah(%) Gelatin 17,28 HFS 41,96 Sukrosa 14,81 Sari buah nanas (0,67 gram nanas/ml) 25,29 Essence buatan 0,32 Asam sitrat 0,20 Natrium propionate 0,13 Penghilang busa 0,01 Sumber: Ali (1987) dalam Suparjo (2002). Salah satu bahan pembuat permen jelly adalah gelatin. Gelatin ini berfungsi untuk membentuk gel pada permen jelly. Sifat gelatin yang reversible (bila dipanaskan akan terbentuk cairan dan sewaktu didinginkan akan terbentuk gel lagi) dibutuhkan dalam pembuatan permen jelly (Widiantoko, 2010). C. Bahan Baku Pembuatan Permen Jelly C. 1. Sari Buah Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari buah-buahan yang sehat dan masak, dan digunakan sebagai minuman segar (Anonim 3, 2012). Sebagian besar sari buah dikehendaki berpenampakan keruh, misalnya sari buah jeruk, tomat, mangga, dan sebagian lagi diinginkan dalam keadaan jernih, misalnya sari buah anggur dan apel. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap jenis buah meskipun ada sedikit perbedaan, tetapi prinsipnya sama. Menurut Esti dan Sediadi (2000), pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah yaitu, sari buah encer dan sari buah pekat atau sirup. Sari buah encer yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan

11 daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir. Sedangkan sari buah pekat atau sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air). C. 2. Gula Penambahan sukrosa dalam pembuatan produk makanan berfungsi untuk memberikan rasa manis, dan dapat pula sebagai pengawet, yaitu dalam konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menurunkan aktivitas air dari bahan pangan (Widiantoko, 2010). Gula mampu untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang (Anonim 3, 2010). Suparjo (2002) menambahkan, kelarutan sukrosa dalam air sangat tinggi dan jika dipanaskan kearutannya semakin bertambah tinggi.

12 C. 3. High Fructose Syrup (HFS) Sirup fruktosa atau High Fructose Syrup (HFS) salah satu jenis gula yang manisnya hampir sama dengan gula pasir (sukrosa) (Bastian, 2009). High Fructose Syrup (HFS) merupakan gula cair yang dihasilkan dengan cara mengubah gula cair yang dihasilkan dengan cara mengubah sebagaian glukosa yang diperoleh dari hidrolisa pati melalui proses isomerisasi. Tahapan reaksi meliputi likuifikasi (pengolahan pati menjadi dekstrin), sakarifikasi (pemecahan dekstrin menjadi glukosa), dan isomerisasi (pengubahan glukosa menjadi fruktosa). HFS merupakan larutan pekat dengan derajat kamurnian yang amat tinggi, bebas dari ion-ion logam maupun ion-ion beracun laiinya, misalnya timah hitam, besi, tembaga, sulfat, sianida, dan sebagainya (Tjokroaadikoesoemo, 1986). Tekanan osmosa dari larutan HFS pada konsentrasi yang sama dengan sukrosa adalah dua kali lipatnya (berat molekul HFS = ½ berat molekul sukrosa = ½ berat molekul maltosa). Karena tekanan osmosa yang tinggi tersebut, maka perkembangbiakan bakteri, jamur, dan kapang dapat dibatasi. Dengan demikian produk HFS akan tetap segar meskipun telah disimpan dalam waktu yang lama (Bastian, 2009). Kelarutan HFS sebanding dengan kelarutan gula invert, lebih cepat larut dari dekstrosa, serta sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan sukrosa. Oleh karena kemurnian dan sifat-sifat kimia/fisika yang dimilikinya, HFS sangat tepat jika dipergunakan sebagai bahan pemanis dan doctoring agent pada industri-industri pengalengan buah-buahan, minuman ringan, yogurt, limun, kue, permen dan lainlain (Richana dan Suarni, 2008). Dalam pembentukan gel, fruktosa dan sukrosa

berfungsi untuk membentuk tekstur yang liat dan menurunkan kekerasan permen jelly yang terbentuk. 13 C. 4. Gelatin Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh prolin dan hidroksiprolin (Chaplin, 2005 dalam Junianto dkk, 2006). Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol, propilen glycol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbon tetraklorida, benzen, petroleum eter dan pelarut organik lainnya (Junianto dkk, 2006). Menurut Norland (1997), gelatin mudah larut pada suhu 71,1 o C dan cenderung membentuk gel pada suhu 48,9 o C. Pemanasan yang dilakukan untuk melarutkan gelatin sekurang-kurangnya 49 o C atau biasanya pada suhu 60 70 o C (Montero and Gomez, 2000 dalam Junianto dkk, 2006). Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke gel, membengkak atau mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid. Menurut Utama (1997) dalam Junianto (2006), sifat-sifat seperti itulah yang membuat gelatin lebih disukai dibandingkan bahan-bahan semisal dengannya seperti gum, xantan, keragenan, dan pektin. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang

14 di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk. Penggunaan gelatin sangat luas antara lain adalah berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi (emulsifier), pengikat, pengendap, serta pemerkaya gizi (Hidayati, 2007). Dalam reaksi pembentukan gel oleh gelatin ini bersifat reversible karena bila gel dipanaskan akan terbentuk sol dan bila didinginkan akan terbentuk gel kembali. Sifat seperti ini dibutuhkan dalam pembuatan permen gelatin. D. Bahan Pengawet Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Menurut Firdauz (2011), bahan pengawet suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda. Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau membunuh

mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebab keracunan pangan) (Syamsir, 2007). 15 Syamsir (2007) menambahkan, beberapa senyawa mempunyai kemampuan untuk menghambat beberapa jenis mikroba, tetapi penghambatan suatu mikroba kadangkadang menyebabkan mikroba lain didalam produk tersebut menjadi dominan. Oleh karena itu, senyawa antimikroba untuk suatu produk harus besifat aktif untuk semua mikroba yang tidak diinginkan didalam produk itu. E.1. Asam Propionat Asam propionat (CH 3 CH 2 COOH) yang mempunyai struktur yang terdiri dari tiga atom karbon tidak dapat dimetabolisasi oleh mikroba, akan tetapi hewan tingkat tinggi dan manusia dapat memetabolisasi asam propionat ini seperti asam lemak biasa (Winarno, 1992). Asam propionat umumnya digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Winarno, 1992 juga menambahkan, asam propionat pada umumnya digunakan dalam bentuk garam natrium dan kalsium. Asam propionat lebih efektif menyerang kapang, sedikit menghambat bakteri akan tetapi tidak mempunyai aktivitas menyerang khamir. Asam propionat mempunyai aktivitas optimum sampai ph 5,0 walaupun dalam beberapa makanan mempunyai aktivitas sampai ph 6,0 atau sedikit lebih tinggi (Tranggono dkk, 1990). Ratnasari (2000) menambahkan, jumlah natrium propionat yang ditambahkan pada produk permen adalah 0,1-0,2%.

16 E. 2. Asam Benzoat Asam benzoat atau (C 6 H 5 COOH) merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan. Asam benzoat dan natrium benzoat digunakan terutama untuk menghambat khamir dan bakteri dan kurang efektif menghambat kapang. Peranan anti mikroba natrium benzoat disebabkan oleh gangguan permeabilitas membrane sel atau persaingan dengan koenzim (Tranggono dkk, 1990). Menurut Winarno (1992), benzoat efektif pada ph 2,5-4,0. Winarno (1992) menambahkan, karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasanya digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat. Hayati (2009) menambahkan, bahan pengawet asam benzoat ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Puspitasari (2011) menambahkan, secara alami asam benzoat terdapat pada buah-buahan dan sayuran seperti pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan saus), kayu manis, dan lain-lain. F. Bahan Pengemas Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya (Nurminah, 2002). Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi

17 promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton. Setelah melalui proses pengolahan, makanan menjadi tidak stabil, dia akan terus mengalami perubahan, sehingga sangat diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat untuk itu sehingga masa simpan bahan pangan dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan. Produk permen jelly juga akan cepat mengalami kerusakan apabila tidak dikemas. Pada penelitian Suparjo (2002), pengemas permen jelly yang digunakan adalah polipropilen. Menurut Nurminah (2002), polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.