BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara Indonesia dengan Jepang telah dimulai sejak kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STIE DEWANTARA Lembaga Keuangan Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

HALAMAN JUDUL PENGARUH OFFICIAL DEVELOPMENT ASSISTANCE (ODA) JEPANG TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pasca perang Dunia II, Jepang telah menekankan kawasan Asia sebagai

Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Pendidikan akan melahirkan orang-orang terdidik yang akan menjadi

BAB II SEJARAH BANTUAN LUAR NEGERI JEPANG PASCA PERANG DUNIA KE-2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR

BAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

PENGANGARAN BERBASIS KINERJA DAN UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini kerjasama antar negara sudah tidak asing lagi didengar. Hampir di

Sejarah AusAID di Indonesia

BAB II. Penerapan Program Official Development Assistance (ODA) di Indonesia

CHAPTER 14. Asrofi Rama Saputra 11/316615/EK/18639

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL. World Bank, IMF, ADB, Eurobank

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

FOREIGN DIRECT DIRECT INVESTMENT

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dibalik penundaan ratifikasi ini. Kesimpulan yang penulis sampaikan

DAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

KEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN ODA (Official Development Assistance) JEPANG

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

SINGKATAN DAN ISTILAH...

IDENTIFIKASI KEGIATAN KSST UNTUK PENYUSUNAN STANDAR BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB III PERGESERAN PRIORITAS DISTRIBUSI ODA KE AFRIKA. pergeseran prioritas ODA Jepang ke negara-negara Kawasan Afrika. Subbab

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK. Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas Oleh: Elsa Safira Hestriana Ilmu Hubungan Internasional 2013

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

KESIAPAN INDONESIA DALAM MENARIK INVESTASI ASING MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menteri Basuki Menerima Penghargaan Dari Perhimpunan Insinyur Sipil Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bisa bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

Japan International Cooperation Agency

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis tersebut menjadi salah satu hal yang sangat menarik mengingat terjadinya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dalam dunia bisnis, isu-isu terkait tata kelola

DUKUNGAN PROYEK SREGIP DALAM PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kemampuan atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan return di. strategi bisnis agar terhindar dari kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Dua Sisi Investasi Catatan tentang Investasi Langsung Luar Negeri dan Kerja-kerja Advokasi

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat perang dan kerja sama reparasi ekonomi. Kemudian di tahun 1970-an, Jepang terkena imbas Oil Shock atas harga minyak dari Timur Tengah, sehingga Jepang memberikan solusi demi tetap berjalannya hubungan dagang antara Timur Tengah dengan cara meningkatkan intesitas pemberian bantuan ODA. Termasuk ke dalamnya pemberian ODA ke wilayah Afrika (bagian utara khususnya) 2 terkait isu pembangunan ekonomi di sana. Namun kemudian pada tahun 1992, pemerintah Jepang menetapkan Japan s ODA Charter yang mana ODA Jepang mulai memperhatikan isu humanitarian dalam pemberian ODA-nya ke negara-negara berkembang dan menjadikan Afrika sebagai prioritas kawasan kedua sebagai sasaran ODA Jepang. 3 Setahun setelahnya, Jepang dengan Afrika membentuk TICAD (Tokyo International Conference on African Development) di tahun 1993 dengan harapan dapat menangani permasalahan yang ada di Afrika melalui pendekatan kerja sama politik dan ekonomi internasional bersama dengan pemerintah masing-masing negara di Afrika dan negara pendonor lainnya. Kemudian hal tersebut menjadi menarik untuk dapat dibahas lebih lanjut mengenai ODA Jepang di mana Jepang menyasarkan ODA-nya untuk benua Afrika secara khusus melalui pengadaan TICAD tersebut. 4 Bisa dikatakan menarik karena TICAD yang sudah diadakan sebanyak 6 (enam) kali ini menandakan bahwa Jepang sebagai salah satu negara pendonor ODA tersebesar memperlihatkan komitmennya untuk membangun kerja sama secara intensif dalam pemberian bantuan ODA walaupun kawasan Afrika tidak termasuk prioritas utama Jepang dalam politik luar negerinya. 1 Dimulai saat Jepang menandatangani Perjanjian San Fransisco. 2 Ministry of Foreign Affairs of Japan, Official Development Asistance (ODA) (daring), <http://www.mofa.go.jp/policy/oda/summary/1994/1.html>, diakses 29 Agustus 2016. 3 Minsitry of Foreign Affairs of Japan, Japan s Official Development Assistance Charter (daring), 30 Juni 1992, <http://www.mofa.go.jp/policy/oda/summary/1999/ref1.html>, diakses 30 Agustus 2016. 4 M. Matsutani, The evolution of TICAD since its inception in 1993, The Japan Times (daring), 01 Juni 2013, <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

Dalam setiap pertemuan TICAD tersebut, Jepang bersama negara-negara Afrika dan melibatkan negara bahkan aktor lainnya untuk membicarakan target yang harus dipenuhi oleh Jepang dalam pemberian ODA berupa Foreign Direct Investment (FDI), pinjaman, beserta bantuan lainnya melalui technical assistance sebagai konsentrasi utama Jepang dalam TICAD. Dalam pengimplementasiannya, Jepang mengadakan program-program terkait dengan target yang sudah ditetapkan. Tentunya diharapkan implementasi ini dapat mengatasi isu-isu di negara-negara Afrika yang perlu ditangani dengan cita-cita akan membuat pembangunan ekonomi di Afrika semakin baik dan dapat terciptakan sesuai target yang dicanangkan. Melihat keseriusan Jepang dalam kebijakan ODA-nya di Afrika melalui TICAD tersebut, penulis ingin menelaah lebih dalam mengenai alasan Jepang yang memutuskan untuk memberikan ODA kepada Afrika. Kemudian akan dipaparkan pula implementasi TICAD ke-i tahun 1993 hingga ke-v tahun 2013 oleh Jepang beserta alasan Jepang memilih technical assistance sebagai basis pelaksanaan ODA Jepang kepada Afrika melalui TICAD. 1.2 Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang sudah dipaparkan, dalam skripsi ini penulis ingin mengangkat dua buah pertanyaan, yakni Mengapa Jepang memberikan ODA kepada Afrika setelah ditetapkannya Japan s ODA Charter 1992? dan Bagaimana implementasi kebijakan ODA Jepang dijalankan melalui Tokyo International Conference on African Development (TICAD) ke-i tahun 1993 hingga ke-v tahun 2013? 1.3 Landasan Konseptual Perubahan Orientasi Kebijakan ODA Jepang Konsep perubahan orientasi kebijakan ODA Jepang ini akan berkaitan dengan gaiatsu sebagai basis dari perubahan tersebut. Gaiatsu merupakan sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menjelaskan proses pembentukan kebijakan Jepang yang sering kali di pengaruhi oleh tekanan dari luar Jepang. Baik tekanan dari situasi maupun aktor internasional yang terjadi saat itu. Dari adanya tekanan tersebut, menjadikan gaiatsu sebagai fenomena di mana Jepang berusaha menyesuaikan kebijakannya untuk menanggapi tuntutan eksternal terhadap sikap Jepang, terutama

dalam politik luar negerinya. 5 Berangkat dari gaiatsu ini, penulis akan mengaitkannya dengan perubahan dalam pergeseran orientasi kebijakan ODA Jepang yang mulanya hanya berorientasi pada isu pembangunan ekonomi pada tahun 1950-an yang kemudian mengarahkan orientasinya ke isu humanitarian juga. Pergeseran tersebut dapat dilihat dari penetapan Japan s ODA Charter tahun 1992. Dari pemaparan keterkaitan tersebut, penulis akan menelaah hal apa saja yang menjadi alasan Jepang memutuskan untuk memberikan ODA kepada Afrika setelah pemerintah Jepang menetapkan Japan s ODA Charter. Alasan ini akan dilihat dari respon internal pemerintah Jepang dalam proses pembuatan atau perubahan kebijakannya yang dipengaruhi oleh tekanan dari luar Jepang (gaiatsu). Sehingga Jepang memutuskan untuk melakukan perubahan pada pergeseran orientasi kebijakan ODA Jepang yang kemudian menjadi basis alasan Jepang memberikan ODA kepada Afrika setelah penetapan Japan s ODA Charter 1992. Technical Assistance Menurut Bank Dunia, technical assistance atau technical cooperation dapat didefinisikan sebagai mengirim atau mengadaptasikan ide, pengetahuan, pelatihan, teknologi, atau kemampuan untuk membantu pembangunan ekonomi. Bentuk lain dari pemberian ODA ini dilakukan untuk menanggapi isu-isu di negara berkembang yang perlu ditangani oleh negara pendonor dengan melakukan pendekatan kepada pemerintah dan masyarakat secara langsung. Technical Asisstance memiliki konsentrasi utama pada pembangunan infrastruktur, baik melalui pinjaman (loan) atau FDI. Tujuan dari technical assistance digolongkan sebagai berikut: (a) pengembangan kebijakan; (b) pembangunan institusional; (c) pengembangan kapasitas; dan (d) dukungan proyek atau program. 6 Keempat tujuan ini akan dijadikan sebagai indikator kesesuaian implementasi ODA Jepang melalui proses TICAD dalam mencapai setiap target untuk pembangunan ekonomi di Afrika. Lalu, melalui konsep ini penulis akan menelaah implementasi kebijakan ODA Jepang dalam menyalurkan bantuan berupa technical assistance dalam TICAD dilihat empat 5 A. Miyashita, Gaiatsu and Japan s Foreign Aid: Rethinking the Reactive-Proactive Debate, Wiley of The International Studies Association, vol. 43, no. 4, 1999, p. 696 6 World Bank, Managing Technical Assistance in the 1990s: Report of the Technical Assistance Review Task Force, Government and Social Development Research Center, Washington DC, 1991, p. 1

basis kebijakan ODA yang tercantum dalam Japan s ODA Charter 2003 7, di antaranya: mendukung usaha self-help negara-negara berkembang didasarkan oleh good governance dengan memperluas kerja sama untuk pengembangan serta pembangunan yang berkaitan dengan aspek ekonomi dan sosial; perspective of human security dalam menghadapi berbagai tantangan; jaminan keadilan terutama dalam memformulasikan dan mengimplementasikan asistensi kebijakan; dan menggunakan pegalaman dan keahlian yang dimiliki oleh Jepang dalam pembangunan ekonomi dan sosial melalui kerja sama ekonomi dengan negara berkembang. Dari implementasi tersebut, kemudian penulis akan memaparkan pencapaian yang direncanakan dan dilaporkan dalam setiap pertemuan TICAD. 1.4 Argumentasi Utama Argumentasi utama sementara untuk menjawab kedua rumusan masalah di atas adalah alasan Jepang memberikan ODA kepada Afrika karena adanya kritik dari negara pendonor lainnya, terutama Amerika Serikat terkait ketidaktepatan sasaran ODA Jepang yang kemudian mempengaruhi perubahan kebijakan ODA Jepang di tahun 1992 melalui penetapan Japan s ODA Charter. Di mana perubahan kebijakan tersebut terdapat pergeseran ke arah isu humaniter yang merujuk pada urgensi bantuan ODA untuk Afrika dan kondisi internasional yang menekan Jepang selaku negara pendonor perlu mempromosikan isu HAM dan demokrasi pasca Perang Dingin. Lalu mengenai implementasi kebijakan ODA Jepang terhadap Afrika melalui TICAD ke-i tahun 1993 hingga ke-v tahun 2013 adalah sudah sesuai dengan tujuan technical assistance dan empat basis kebijakan ODA. Pada proses TICAD tersebut, Jepang sudah melakukan seluruh target dari ketiga action plans yang dibuat saat konferensi TICAD. Di mana Jepang dan TICAD sudah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi di Afrika secara makro. 1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode desk research dengan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data-data kualitatif primernya dengan melihat Japan s ODA Charter, Annual Report dari TICAD, 7 Ministry of Foreign Affairs Economic Co-operation Bureau, Japan s Official Development Assitance Charter, 29 Agustus 2003, diunduh dari <http://www.mofa.go.jp/policy/oda/reform/revision0308.pdf>, diakses pada 07 Oktober 2016, pp. 2-3

administrasi mengenai kebijakan ODA Jepang, laporan terbitan organisasi yang mengawasi TICAD (UNDP, OECD, dan lainnya). Kemudian report kebijakan Kementerian Luar Negeri Jepang dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Ditambah pula dengan sumber lainnya, seperti buku, jurnal, maupun laporan terbitan pemerintah baik dari online maupun cetak yang kredibel. Sedangkan data kuantitatif dilihat dari Annual Report TICAD meeting, laporan terbitan UNDP dan OECD mengenai pembangunan ekonomi di Afrika, dan sebagainya. Data dari berbagai sumber ini dapat dijadikan sebagai pembuktian atas analisa dari kedua pertanyaan penelitian yang dikaitkan dengan landasan konseptual yang digunakan. 1.6 Jangkauan Penelitian Skripsi ini dibahas dengan jangkauan penelitian mengenai peran Jepang bagi pembangunan ekonomi di Afrika melalui Tokyo International Conference on African Development yang difokuskan di bidang kerja sama ekonomi di sektor infrastruktur, investasi, perdagangan, privat sektor, dan agrikultur beserta pencapaian yang dipengaruhi TICAD terhadap pembangunan ekonomi di Afrika. Kemudian dalam pembahasannya dimulai dari TICAD ke-i tahun 1993 hingga yang ke-v tahun 2013 untuk proses TICAD tahun 1993-2016. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab kesatu berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumentasi utama, metode penelitian, jangkauan penelitian, dan sistematika pnulisan. Kemudian pada bab kedua akan dipaparkan terkait awal mula terbentuknya kebijakan ODA Jepang, diadopsinya Japan s ODA Charter 1992, pemaparan hubungan antara Jepang dan Afrika dalam kebijakan ODA, disertai analisis adanya pergeseran orientasi kebijakan ODA Jepang sebagai alasan Jepang memberikan ODA kepada Afrika. Lalu pada bab ketiga akan dipaparkan terbentuknya TICAD beserta pencapaiannya dari TICAD ke-i tahun 1993 hingga ke-v tahun 2013 beserta implementasi dan pencapaian TICAD bagi pembangunan ekonomi di Afrika. Yang terakhir pada bab keempat adalah penutup dari skripsi ini berisikan kesimpulan dari jawaban pertanyaan penelitian sesuai dengan pemaparan yang ditelah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.