BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pekerja anak di perkebunan kakao Afrika Barat mulai menarik perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun televisi Inggris menayangkan sebuah tayangan dokumenter yang menampilkan pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di perkebunan kakao Afrika Barat (ILO-IPEC, 2005). Tayangan dokumenter dan pemberitaan intens yang menyusul disiarkan di media-media secara global menimbulkan keresahan pada pihak-pihak yang berkecimpung dalam industri kakao dan pemerintah nasional di wilayah Afrika Barat. Mereka khawatir publikasi media sekaligus opini publik yang buruk akan berujung pada pengenaan sanksi atau boikot terhadap industri dan ekspor kakao serta produksi coklat. Oleh karena itu para perwakilan industri kakao, berusaha menemukan jalan keluar dengan mengadakan pertemuan bersama perwakilan pemerintah negara-negara di Afrika Barat, para perwakilan Non Governmental Organization (NGO) terkait, para pengusaha di bidang produksi coklat dan komunitas donor internasional. Hasil dari pertemuan tersebut menghasilkan sebuah protokol yang bernama Protocol for the Growing and Processing of Cocoa Beans and their Derivative Products yang sejalan dengan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai larangan dan tindakan segera untuk menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. 1

2 2 Maksud daripada bentuk-bentuk terburuk ini sendiri adalah pekerja anak yang terlibat dalam segala bentuk perbudakan, prostitusi, penyelundupan obat-obat terlarang dan terlibat dalam situasi pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak. Protokol yang juga disebut dengan nama Protokol Harkin-Engel tersebut ditandatangani pada 19 September 2001 oleh Asosiasi Manufaktur Coklat dan Yayasan Coklat Dunia sebagai upaya untuk mengeliminasi bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak di industri kakao dan coklat (ILO- IPEC, 2005). Sejalan dengan pembentukan Protokol Harkin-Engel, keterlibatan International Labour Organization (ILO) sangat diharapkan untuk turut membantu merealisasikan tujuan protokol. ILO melalui salah satu program bantuan teknisnya, International Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC) mencanangkan program subregional di wilayah Afrika Barat yang bertujuan untuk mengeliminasi dan mencegah pekerja anak di perkebunan kakao dan produksi agrikultur lainnya. Program tersebut adalah West Africa Cocoa and Commercial Agriculture Project to Combat Hazardous and Exploitative Child Labour (WACAP) yang telah berlangsung pada tahun WACAP dijalankan di empat negara penghasil kakao di wilayah Afrika Barat; Ghana, Kamerun, Pantai Gading dan Nigeria, serta satu wilayah penghasil beras, yaitu Guinea (IPEC, 2007). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh ILO-IPEC sebelumnya di keempat negara, jumlah pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di perkebunan kakao diperkirakan sekitar orang. Dari jumlah tersebut, meskipun tidak disebutkan dalam jumlah yang pasti, Pantai Gading dan Ghana merupakan dua

3 3 negara dengan jumlah pekerja anak paling tinggi yang bekerja di perkebunan kakao (Robson, 2010). Disamping itu, menurut penelitian dari Payson Center for the International Development and Technology Transfer (2007) dari Tulane University, Pantai Gading dan Ghana merupakan dua negara yang paling disoroti mengenai masalah pekerja anak yang bekerja pada kondisi berbahaya di perkebunan kakao. Sejalan dengan bertambahnya produksi kakao di kedua negara, penggunaan pekerja anak untuk menunjang industri agrikultur kakao juga semakin meningkat. Dalam perkembangannya, Ghana menjadi fokus ILO-IPEC dalam pelaksanaan WACAP. Menurut laporan ILO-IPEC (2005), selain karena kendala waktu yang singkat, terbatasnya dana dan kendala-kendala yang terjadi di negara lainnya (seperti terjadinya perang sipil di Pantai Gading dan kurang kooperatifnya pemerintah di beberapa negara), Ghana dilihat memiliki potensi keberhasilan yang lebih tinggi untuk penerapan program-program WACAP. Pemerintah Ghana, terutama Kementerian Tenaga Kerja, Pemuda dan Ketenagakerjaan juga menunjukkan sikap yang lebih kooperatif dalam merespon program WACAP yang dijalankan di Ghana. Beberapa program inti dalam WACAP akhirnya dirintis di Ghana sebelum dijalankan di negara lainnya. Meskipun WACAP diinisiasi oleh ILO-IPEC, namun dalam implementasinya juga turut bekerjasama dengan berbagai aktor, baik dari pemerintah Ghana ataupun dari beberapa NGO lokal dan internasional. Keterlibatan berbagai pihak dalam upaya mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja pada perkebunan kakao di Ghana ini telah mampu mengidentifikasi sekitar 6560 pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya serta mengeliminasi dan

4 4 mencegah 2312 pekerja anak agar tidak kembali bekerja di perkebunan kakao. WACAP merupakan program pertama dari ILO-IPEC yang dijalankan di Ghana terkait masalah pekerja anak. Pada saat berakhirnya WACAP, pemerintah Ghana mengadopsi salah satu program WACAP untuk dilanjutkan pelaksanaannya karena dilihat memiliki potensi jangka panjang untuk mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja anak (ILO-IPEC, 2005). Maka dari itu penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut upaya ILO-IPEC melalui WACAP dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana upaya ILO-IPEC melalui WACAP dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada upaya ILO-IPEC yang bekerjasama dengan pemerintah Ghana, beberapa NGO serta komunitas lokal dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak di Ghana. Pekerja anak yang menjadi fokus adalah pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di perkebunan kakao. Pengambilan fokus tersebut dikarenakan WACAP sendiri merupakan program yang bertujuan untuk mengeliminasi bentuk-bentuk terburuk pekerja anak pada perkebunan kakao dan sektor agrikultur komersil lainnya. Lokus tahun yang

5 5 digunakan dalam penelitian ini adalah pada saat berlangsungnya WACAP di Ghana, yaitu antara tahun Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan ILO- IPEC melalui WACAP dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana pada tahun Manfaat Penelitian Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi akademisi, khususnya mahasiswa jurusan Hubungan Internasional yang juga mengkaji isu serupa terkait upaya organisasi internasional dalam menangani masalah pekerja anak Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi bagi masyarakat publik atau pihak-pihak lainnya mengenai isu terkait upaya organisasi internasional dalam menangani masalah pekerja anak. 1.6 Sistematika Penulisan bab, yaitu: Untuk mempermudah penulisan, penelitian ini akan dibagi menjadi lima

6 6 BAB I : Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kajian pustaka dan kerangka konseptual dalam penelitian ini. BAB III: Pada bab ini penulis akan menguraikan metodologi penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, sumber data, tingkat analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian data. BAB IV: Pada bab ini penulis akan membagi pembahasan kedalam beberapa sub bab. Sub bab pertama akan memaparkan gambaran umum objek penelitian yang terdiri atas gambaran umum mengenai Ghana sebagai produsen kakao, yang membuat negara tersebut mempekerjakan anak-anak di perkebunan kakao. Hal tersebut kemudian terkait pada sejarah pekerja anak hingga kondisi pekerja anak di Ghana. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai gambaran umum masuknya ILO- IPEC ke Ghana melalui WACAP. Sub bab kedua akan memaparkan upaya-upaya ILO-IPEC melalui WACAP untuk mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana. Dalam menganalisis hasil temuan pada sub bab selanjutnya akan menggunakan teori bantuan luar negeri dengan konsep humanitarian development aid dan technical assistance of foreign aid. BAB V: Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan penelitian. Kesimpulan akan ditulis dalam bentuk rangkuman secara singkat berdasarkan fakta dan data seperti yang telah dipaparkan dalam bab empat sebelumnya. Selain itu penulis juga akan memberikan saran terkait hasil bahasan penelitian.

BAB IV. Bantuan Pembangunan Humaniter dan Bantuan Teknis Organisasi Buruh. Internasional Untuk Mengatasi Pekerja Anak di Pantai Gading

BAB IV. Bantuan Pembangunan Humaniter dan Bantuan Teknis Organisasi Buruh. Internasional Untuk Mengatasi Pekerja Anak di Pantai Gading BAB IV Bantuan Pembangunan Humaniter dan Bantuan Teknis Organisasi Buruh Internasional Untuk Mengatasi Pekerja Anak di Pantai Gading Kerjasama internasional di dunia sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERAN WEST AFRICA COCOA AGRICULTURAL PROJECT (WACAP) DALAM MENGELEMINASI PEKERJA ANAK PANTAI GADING

PERAN WEST AFRICA COCOA AGRICULTURAL PROJECT (WACAP) DALAM MENGELEMINASI PEKERJA ANAK PANTAI GADING PERAN WEST AFRICA COCOA AGRICULTURAL PROJECT (WACAP) DALAM MENGELEMINASI PEKERJA ANAK PANTAI GADING Oleh : Ranny Penita Putri Email : rannypenita@gmail.com Dosen Pembimbing : Irwan Iskandar, S.IP, M.A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurnal karya Reed Wood tahun 2014 dengan judul Aiding Labor: Foreign Aid and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurnal karya Reed Wood tahun 2014 dengan judul Aiding Labor: Foreign Aid and 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka pertama yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari jurnal karya Reed Wood tahun 2014 dengan judul Aiding Labor: Foreign Aid and the Promotion

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iii. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR SINGKATAN... vi. ABSTRAK... viii. ABSTRACT... ix BAB I...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iii. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR SINGKATAN... vi. ABSTRAK... viii. ABSTRACT... ix BAB I... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR SINGKATAN... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix BAB I... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan Masalah...

Lebih terperinci

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) Tugas Makalah Masalah Sosial Anak Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA) Disusun Oleh : Muhammad Alhada Fuadilah Habib (NIM. 071114030) DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (2015) luas wilayah hutan tropis terbesar ketiga

Lebih terperinci

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak RESUME Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak seperti tingginya angka kematian anak, perawatan kesehatan yang buruk,terbatasnya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA DAN HAMBATAN ILO DALAM MENANGGULANGI KASUS PEKERJA ANAK DI THAILAND

BAB IV UPAYA DAN HAMBATAN ILO DALAM MENANGGULANGI KASUS PEKERJA ANAK DI THAILAND BAB IV UPAYA DAN HAMBATAN ILO DALAM MENANGGULANGI KASUS PEKERJA ANAK DI THAILAND Pada bab IV ini penulis akan membahas mengenai penyebab ketidakefektifan upaya ILO dalam menangani kasus pekerja anak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Tahun 1967 telah mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Deklarasi tersebut memuat hak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang banyak dialami oleh negara-negara di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah satunya adalah masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013 BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO Jakarta, 18 September 2013 Kebijakan Tata Niaga Komoditi MEKANISME PASAR Harga dan ketersediaan barang tergantungpadasupply-demand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5931 PENGESAHAN. Konvensi. 2006. Maritim. Ketenagakerjaan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 193) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG 2010 NO: 27 SERI: E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 27 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK DI KABUPATEN KARAWANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2000 (1/2000) TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD

Lebih terperinci

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur Organisasi Perburuhan Internasional - Jakarta International Labour Organization Jakarta Senin, 29 Juli 2013 UNTUK DIBERITAKAN SEGERA Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR THE ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR ( KONVENSI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan

Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan Simposium Kepatuhan Strategis di Indonesia melalui Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Nancy Leppink Ketua Administrasi Ketenagakerjaan / Pengawasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, yang sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli mengungkapkan banyak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa praktek mempekerjakan anak pada berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi atau perusahaan membutuhkan seorang public relations karena peran dan fungsinya yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya tersebut. Dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu

BAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu BAB IV KESIMPULAN IV.1. Kesimpulan Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu HIV/AIDS, Acquired Immunodeficiency Syndrome yang pertama kali dikenal dan disadari keberadaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam berlimpah tentunya memiliki peluang dan potensi untuk menciptakan sistem industrialisasi yang baik dengan cara mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

Pe n g e m b a n g a n

Pe n g e m b a n g a n Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 9 Jember 68118 Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao

Lebih terperinci

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2. PEKERJA ANAK Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2. PASAL 68 Pengusaha dilarang mempekerjakan anak Pasal 69 1. Ketentuan sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal ILO dan ILS Memahami prinsip-prinsip dan hak-hak mendasar di tempat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa praktek

Lebih terperinci

BAB 2 PRAKTIK PERBUDAKAN ANAK DI PANTAI GADING. 2.1 Gambaran Umum dan Sejarah Produksi Kakao Pantai Gading

BAB 2 PRAKTIK PERBUDAKAN ANAK DI PANTAI GADING. 2.1 Gambaran Umum dan Sejarah Produksi Kakao Pantai Gading BAB 2 PRAKTIK PERBUDAKAN ANAK DI PANTAI GADING 2.1 Gambaran Umum dan Sejarah Produksi Kakao Pantai Gading Pantai Gading adalah negara yang terletak di Afrika Barat dengan ibu kotanya bernama Yamoussoukro.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompas Sport merupakan sebuah program berita olahraga baik dari luar maupun dalam negeri yang dikemas secara ringan dan lengkap. Dalam Kompas Sport berita olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah bagi suatu negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan

Lebih terperinci

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA 26 Februari 2014 GLOBAL IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA International Rice Research Institute (IRRI) dan mitranya merilis 44 varietas padi baru dan unggul pada tahun 2013. Ini termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG KOMITE AKSI KOTA SURAKARTA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENANDATANGANAN UNIDO-INDONESIA COUNTRY PROGRAMME JAKARTA, SENIN, 16 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENANDATANGANAN UNIDO-INDONESIA COUNTRY PROGRAMME JAKARTA, SENIN, 16 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENANDATANGANAN UNIDO-INDONESIA COUNTRY PROGRAMME 2016-2020 JAKARTA, SENIN, 16 MEI 2016 Yang Mulia, Direktur Jenderal United Nations Industrial Development Organization,

Lebih terperinci

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam BAB II Organisasi Buruh Internasional Kesejahteraan buruh saat ini masih menjadi pembicaraan di khalayak publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan hukum ketenagakerjaan.

Lebih terperinci

KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK.BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK.BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OO1 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK.BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang t4, bahwa praktek mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pekerja anak merupakan tantangan di setiap Negara. Anak merupakan anugerah yang begitu besar dari Tuhan yang selayaknya dirawat dan dijaga hak-haknya dalam

Lebih terperinci

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000 A. BIAYA IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK 1. JASA PENYIARAN RADIO 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,460,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 1,030,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun

Lebih terperinci

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016 PEMENUHAN KONVENSI PERBURUHAN INTERNASIONAL Kami berkomitmen untuk mematuhi semua hukum dan peraturan terkait Ketenagakerjaan yang berlaku. Disamping itu praktek ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk meningkatkan pertambahan tenaga kerja itu sendiri, dimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) merekomendasikan supaya bayi mendapat inisiasi menyusu dini (IMD) dan air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT (KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kakao merupakan bahan baku utama pembuat cokelat merupakan sebuah hasil poduksi khas Indonesia. Namun jarang orang mengetahui fakta tersebut karena cokelat itu sendiri lebih terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan bagi setiap bangsa dan negara yang ingin maju khususnya dalam bidang ekonomi. Dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini melibatkan aktor lain seperti organisasi internasional untuk mengatasi

BAB V PENUTUP. ini melibatkan aktor lain seperti organisasi internasional untuk mengatasi BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kelaparan di Korea Utara merupakan permasalahan domestik yang telah lama terjadi semenjak 1990 yang masih belum terselesaikan oleh pemerintah. Hal ini melibatkan aktor lain

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal 17-20 September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta Yang Terhormat, 1. Menteri Perekonomian RI; 2. Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perkembangan media Televisi sekarang ini yang semakin maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perkembangan media Televisi sekarang ini yang semakin maju dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perkembangan media Televisi sekarang ini yang semakin maju dan berkembang memiliki tingkat persaingan yang cukup besar di khalangan masyarakat. Sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk menyampaikan pesan kepada pihak terkait dan membentuk citra dan opini yang baik agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk

BAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk BAB V KESIMPULAN Islamic Relief Worldwide merupakan salah satu organisasi Islam Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk merespon kelaparan yang terjadi di Afrika

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG KOMITE AKSI ACEH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG KOMITE AKSI ACEH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG KOMITE AKSI ACEH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK GUBERNUR ACEH Menimbang : a. bahwa anak adalah amanah dan karunia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. Australian Greens, Our Story, <http://greens.org.au/our-story> diakses pada Senin 4 Mei

BAB I : PENDAHULUAN. Australian Greens, Our Story, <http://greens.org.au/our-story> diakses pada Senin 4 Mei BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Australia adalah sebuah negara yang unik, terutama terkait isu lingkungan. Baik pemerintah maupun masyarakat Australia memiliki perhatian yang besar terhadap

Lebih terperinci

Oleh : Amin Budiamin

Oleh : Amin Budiamin Oleh : Amin Budiamin BAGIAN I ISU GLOBAL PEKERJA ANAK Laporan SIMPOC (27-29 Juni 2007) : 218 juta tenaga kerja anak di seluruh dunia 126 juta anak bekerja sangat membahayakan kesehatan 8 juta anak dalam

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) PARA PIHAK DALAM KONVENSI MEMPERHATIKAN arti penting yang tercantum dalam beberapa konvensi mengenai pemberian

Lebih terperinci

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA 1 K 138 - Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris sudah tidak diragukan lagi hasil buminya, baik dari sisi buah-buahan maupun sayur-sayurannya. Salah satu yang menjadi andalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara sedang berkembang (NSB) yang memiliki berbagai masalah ekonomi. Kemiskinan adalah salah satu masalah ekonomi di Indonesia yang sulit dipecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB III. Pekerja Anak di Pantai Gading. masalah ekonomi rumah tangga melainkan juga menyangkut masalah sumber

BAB III. Pekerja Anak di Pantai Gading. masalah ekonomi rumah tangga melainkan juga menyangkut masalah sumber BAB III Pekerja Anak di Pantai Gading Masalah perdagangan atau perbudakan sudah ada dan berkembang sejak ribuan tahun yang lalu. Masalah perbudakan atau perdagangan merupakan masalah yang sangat kompleks

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO.182 CONCEMING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR THE ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO.138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT (KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, kasus kejahatan begitu marak terjadi dalam hitungan detik dan meniti di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pemberitaan di berbagai media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan besar ingin menghasilkan output yang terbaik demi tercapainya tujuan perusahaan, di mana tujuan tersebut pada umumnya adalah, menciptakan

Lebih terperinci

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENGESAHAN. KONVENSI. Rotterdam. Bahan Kimia. Pestisida. Berbahaya. Perdagangan. Prosedur Persetujuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 72)

Lebih terperinci

SINGKATAN DAN ISTILAH...

SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2010 telah dicanangkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Biodiversity (keanekaragaman hayati) dengan tema Biodirvesity is life, Biodirvesity is Our

Lebih terperinci

Masih banyaknya masalah yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilih at bahwa India membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkan prinsip

Masih banyaknya masalah yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilih at bahwa India membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkan prinsip BAB IV KESIMPULAN Perdagangan manusia atau yang dikenal dengan sebutan human trafficking merupakan bentuk kejahatan transnasional baru yang semakin marak terja di namun sulit untuk dideteksi. Kejahatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN ROTTERDAM CONVENTION ON THE PRIOR INFORMED CONSENT PROCEDURE FOR CERTAIN HAZARDOUS CHEMICALS AND PESTICIDES IN INTERNATIONAL TRADE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian yang sangat penting bagi Indonesia. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi kemajuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu PERATURAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG OPTIMALISASI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan dalam melakukan penelitian, batasan terhadap penelitian serta sistematika penulisan laporan

Lebih terperinci