ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Pabrik Kerupuk Kresna. Chriselda Destio 3EB

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD. MEBEL JEPARA PUTRA. Nama : Lely Yunita Sari NPM :

ANALISIS SELISIH HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA SARI RASA BAKERY

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR DENGAN BIAYA SESUNGGUHNYA UNTUK PENGENDALIAN BIAYA PADA HOME INDUSTRI DI S COOKIE SELAMA BULAN JANUARI 2015

Analisis Selisih Biaya Standar Dengan Biaya Sesungguhnya Untuk Pengendalian Biaya Pada Ranti Toko Roti dan Kue Selama Bulan Februari 2016

ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALIAN BIAYA PADA SILFIANA BAKERY & CAKE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Selisih Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Biaya Pada Usaha Rumahan Kerupuk Barokah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISIS EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA KEDAI RESEP NYAI

ANALISIS BIAYA STANDAR UNTUK MENGENDALIKAN BIAYA PRODUKSI PADA UMKM PRIMA DONUTS KEDIRI

PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI BAKERY. Nama : Dalila Rahmawati Ester Kelas : 3 EB 19 NPM :

ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA BOLU RASA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode

ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menganalisis masalah ini digunakan metode deskriptif analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu

ANALISIS EFISIENSI BIAYA TENAGA KERJA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBERIAN GAJI PADA DEPARTEMEN PRODUKSI USAHA KONVEKSI BARAKA OUTSTANDING WORKSHOP

ACTIVITY BASED COSTING

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman membuat tingkat persaingan semakin ketat. Persaingan

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang)

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PABRIK KACANG SANGRAI JAYA RAYA

BAB II LANDASAN TEORITIS

Nama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

ANALISIS BIAYA PRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENYUSUN ANGGARAN FLEKSIBEL PADA PR. SEMANGGIMAS AGUNG TULUNGAGUNG

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

Standard Costing. 1

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA KONVEKSI KAOS LOB

1 STANDARD COSTING

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS SELISIH BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PD. ADITYA JAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk

ANALISIS BIAYA STANDAR DALAM RANGKA PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PUSRI PALEMBANG

SUATU TINJAUAN BIAYA STANDAR DALAM MENETAPKAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal-hal yang terjadi di dunia usaha yang begitu kompleks menuntut

ANALISIS BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP PENGENDALIAN BIAYA MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PERUSAHAAN NURISA BAKERY

Prosedur Penentuan Biaya Bahan Baku Standar

Standar Costing PENDAHULUAN

ANALISIS SELISIH SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN PETIS IKAN UD. PANTAI MAS DI KEC. PANARUKAN KAB. SITUBONDO

PENERAPAN METODE STANDARD COSTING DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (STUDI KASUS: UKM TAHU ECO SEMARANG)

Standard Costing. Harga Pokok Standar. 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti ini, rintangan dalam dunia bisnis semakin

EVALUASI BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PABRIK ROTI GANHYSA KEDIRI SKRIPSI

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. IJO

PERTEMUAN KE-6 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

PERTEMUAN KE-7 BIAYA STANDAR : SUATU ALAT PENGENDALIAN MANAJERIAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. variasi pada nilai (Sekaran, 2006:115). Adapun yang menjadi variabel dalam. Tabel 3.1.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN. 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dari definisi biaya tersebut mengandung empat unsur penting biaya yaitu: 1. Pengorbanan sumber-sumber ekonomi.

METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

Biaya Overhead Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan umumnya ditentukan oleh kemampuan manajemen

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

Biaya Overhead Pabrik

SISTEM HARGA POKOK STANDAR

PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) STANDAR DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi pada PT. Sigi Multi Sejahtera Pasuruan Tahun 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT KONTROL EFISIENSI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAPIOKA RJB LAMPUNG TIMUR

PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA. PRODUKSI (Studi Kasus: UKM Lumpia Gang Lombok Semarang)

ANALISIS PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI BLANGKON DENGAN METODE FULL COSTING

BAB II LANDASAN TEORI

HARGA POKOK STANDAR Karakteristik Harga Pokok Standar : Proses penentuan harga pokok standar

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA

BAB VIII AKUNTANSI BIAYA OVERHEAD PABRIK

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN BIAYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT. PANCA USAHA PALOPO PLYWOOD HASBIAH, M. RISAL, SALJU SANUDDIN ABSTRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Untuk Menentukan Harga Jual Dengan Metode Full Costing Pada PD. Karya Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar. Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan

PENENTUAN BIAYA PROSES: AKUNTANSI KERUGIAN PRODUKSI

langsung dan biaya overhead pabrik.

METODE BIAYA STANDAR SEBAGAI PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus : UKM Gula Jawa Masin Kudus)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembimbing : Mella Sri Kencanawati, SE., MMSI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada Perusahaan Meubel WIJAYANTI, Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk Tahun 2013)

VARIABEL COSTING SBG ALAT BANTU MANAJEMEN

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS VARIANS BIAYA PRODUKSI DENGAN PERHITUNGAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI. Oleh Fitri Wulandari Agus Dwi Atmoko

Transkripsi:

http://www.karyailmiah.polnes.ac.id ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 E. Retno Maninggarjati (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak E. RETNO MANINGGARJATI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya selisih yang terjadi pada Moulding Ryan, dimana selisih tersebut dihitung dengan menggunakan biaya standar, dan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya selisih biaya standar pada produk Moulding Ryan. Variabel-variabel dalam penelitian ini melibatkan Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik, yang dijabarkan dalam Selisih Biaya Standard. Hasil Penelitian ini menujukan bahwa Selisih Biaya Bahan baku adalah selisih laba dimana Biaya Standard lebih besar dari Biaya Bahan Baku Sesungguhnya sebesar Rp. Rp 15.082.000,00. Pada periode April 2010, demikian pula dengan selisih Harga Bahan Baku Yang Dipakai terjadi selisih laba sebesar Rp 340.000,00. Karena harga beli bahan baku dan pemakaian bahan baku yang relative rendah. Juga Selisih Kuantitas Bahan Baku terjadi selisih laba sebesar Rp 14.742.000,00, yang disebabkan oleh banyaknya ketersediaan bahan dari pemasok dari pada penggunaan bahan baku untuk proses produksi. Selisih Biaya Tenaga Kerja mengalami selisih laba sebesar Rp 695.000., karena biaya tenaga kerja sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Pada analisis selisih tarif upah terjadi laba sebesar Rp 745.000,00. karena perhitungan tarif upah dalam operasi normal menurun kemungkinan adanya persetujuan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan karyawan, serta kemungkinan disebabkan oleh jam kerja karyawan yang menurun. Sedangkan Pada analisis efisiensi upah perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 50.000,00. Karena karena unit sesungguhnya yang dihasilkan oleh tenaga kerja lebih banyak dibanding unit standar, sehingga upah tenaga kerja tidak sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Demikian pula pada Selisih Biaya Overhead Pabrik perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 5.262.200,00., karena biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Dan Pada analisis selisih terkendali perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 1.804.200,00. Pada analisis selisih volume perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 3.458.000,00 karena biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar lebih besar daripada biaya overhead pabrik standar. Serta kemungkinan disebabkan oleh perusahaan yang lebih banyak menganggarkan biaya-biaya tersebut, sehingga volume biaya overhead pabrik meningkat. Kata Kunci: Selisih Baiaya Standard, Produk, Bahan Baku, BTK, BOP. PENDAHULUAN Pada umumnya tujuan utama perusahaan adalah profit oriented yaitu menghasilkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan tersebut diharapkan terus meningkat untuk setiap periode. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meningkatkan kesejahteraan karyawan maupun untuk membayar kewajiban-kewajiban perusahaan. Keuntungan perusahaan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal dimana faktor JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181 Riset / 2176

eksternal seperti minat konsumen, kondisi ekonomi serta perusahaan lain yang sulit dikendalikan oleh perusahaan. Dalam hal ini maka harapan perusahaan tertumpu pada kemampuan internal perusahaan dalam mengendalikan unsur-unsur yang dapat memberikan manfaat dalam usahanya, misalnya dengan melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap beban atau biaya. Dalam pengeluaran biaya produksi harus dilakukan pengendalian untuk menghindari pemborosan, agar keuntungan dan kemajuan perusahaan tersebut dapat tercapai. Pengendalian biaya ini penting sekali untuk biaya produksi yang timbul dari awal pelaksanaan proses sampai selesainya proses produksi, tentunya dengan memperhatikan kualitas produk. Dengan biaya yang mengacu pada rencana atau anggaran biaya, maka akan menghasilkan laba yang maksimal, sebab laba yang maksimal adalah tujuan utama perusahaan. Dalam industri manufaktur, salah satu upaya yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan berusaha menciptakan suatu produksi yang efisien. Selain itu pihak manajemen harus bekerja seoptimal mungkin dalam pengeluaran biaya produksi yaitu melakukan perencanaan yang matang serta senantiasa melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap biaya. Disamping itu, perusahaan manufaktur juga diharapkan mampu meningkatkan penjualan. Peningkatan penjualan terjadi karena adanya kepuasan dari pelanggan sehingga menimbulkan loyalitas pelanggan atas perusahaan. Hal ini diwujudkan oleh perusahaan melalui kualitas produk yang baik dengan penetapan standar yang harus dipenuhi selama pelaksanaan proses produksi sampai produk dihasilkan. Jika pengendalian atas pelaksanaan standar ini dilakukan dengan baik, niscaya perusahaan akan menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan permintaan konsumen dengan harga yang bersaing. Jika perusahaan telah menjalankan hal-hal yang telah dijadikan standar seperti besarnya biaya produksi yang boleh terjadi, maka perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain dengan keunggulan yang dimilikinya dalam price dan quality. Perusahaan dapat menekan biaya produksinya, sehingga menetapkan harga jual yang lebih rendah tanpa mengurangi kualitas produknya. Untuk melakukan proses produksi dalam suatu perusahaan, diperlukan adanya beberapa input faktor produksi untuk sistem produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Beberapa input yang diperlukan untuk sistem produksi dalam perusahaan antara lain adalah bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut, tenaga kerja langsung yang diperlukan, dan dana yang tersedia untuk modal kerja. Hal lain yang juga diperlukan antara lain bahan pembantu, perlengkapan pabrik dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan biaya produksi, maka perusahaan seharusnya melakukan perencanaan dan pengendalian. Moulding Ryan adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri yang memproduksi pintu, jendela kayu, serta kusen. Unsur yang terpenting dan terbesar dari biaya Moulding Ryan adalah harga pokok produksi. Ketepatan perhitungan harga pokok produksi akan sangat mempengaruhi laba perusahaan dan penilaian persediaan, serta diperlukan untuk penetapan harga jual yang tepat pula. Produk-produk Moulding Ryan merupakan produk yang sangat bervariatif sesuai dengan pesanan konsumen yang produksinya ditujukan untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi persediaan di gudang, tetapi ada beberapa produk yang diproduksi secara kontinyu dalam waktu yang relatif lama bukan hanya untuk memenuhi pesanan melainkan untuk persediaan di gudang, sehingga dapat menggunakan sistem perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan biaya standar. Dengan menggunakan sistem biaya standar dalam penentuan harga pokok maka perusahaan tersebut dapat menentukan harga jual sebelum barang yang diproduksi selesai, sehingga perusahaan dapat menawarkan produk dengan harga yang sudah pasti. Permasalahan yang sering terjadi di dalam perusahaan Moulding Ryan yaitu tidak menggunakan perhitungan harga pokok dalam setiap produksi. Perusahaan juga tidak melakukan analisis untuk biaya-biaya yang telah digunakan seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Perusahaan tidak dapat mengetahui selisih biaya-biaya standar dan biaya sesungguhnya. Oleh karena itu, perusahaan sangat kesulitan mengetahui apakah memperoleh laba atau bahkan mengalami kerugian. Dengan menggunakan metode biaya standar perusahaan dapat melaksanakan pengendalian biaya produksi dan juga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kebijaksanaan, yang lebih dapat mendorong tercapainya peningkatan laba dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar selisih yang terjadi pada Moulding Ryan, dimana selisih tersebut dihitung dengan menggunakan biaya standar, dan untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya selisih biaya standar pada produk Moulding Ryan. METODE PENELITIAN Variabel-variabel penelitian yang dioperasionalkan meliputi : Riset / 2177 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181

http://www.karyailmiah.polnes.ac.id 1. Selisih adalah perbedaan nilai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dimana biaya-biaya tersebut digunakan dalam proses produksi. 2. Harga pokok adalah harga yang diperhitungkan dari setiap biaya-biaya produksi, seperti biaya bahan baku (kayu), biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (bahan penolong, gaji kepala tukang, penyusutan, dan biaya-biaya lainnya). 3. Harga pokok standar adalah harga pokok yang ditentukan dimuka dan digunakan sebagai jumlah biaya suatu kesatuan unit harga produk pintu yang telah diproduksi selama satu bulan. 4. Kapasitas normal adalah kemampuan pembatas dari unit produksi pintu untuk dapat berproduksi dalam waktu normal yaitu 250 jam kerja dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran per satuan waktu. 5. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang digunakan dalam pembuatan atau memproduksi moulding, terutama produk pintu. 6. Biaya bahan baku adalah biaya pemakaian bahan baku kayu yang digunakan untuk memproduksi pintu. 7. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dibutuhkan untuk pembiayaan tenaga kerja yang bekerja secara langsung mulai dari pemotongan kayu sampai penyelesaian akan produk pintu yang telah dikerjakannya selama satu hari atau satu bulan. 8. Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dimana biaya tersebut digunakan dalam pembiayaan bahan penolong, kepala tukang, penyusutan mesin, penyusutan pemeliharaan mesin, dan biaya listrik. 9. Selisih biaya bahan baku adalah selisih yang terjadi antara biaya bahan baku standar (kayu) yang telah ditentukan dimuka dengan biaya bahan baku yang sesungguhnya terjadi setelah produk pintu selesai diproses selama satu bulan. 10. Selisih biaya tenaga kerja adalah selisih antara biaya tenaga kerja langsung menurut tarif standar produk pintu dengan biaya tenaga kerja langsung yang sesungguhnya yang telah dikerjakan selama satu bulan. 11. Selisih biaya overhead pabrik adalah selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik standar seperti biaya gaji kepala tukang, biaya bahan penolong, biaya reparasi, dan biaya listrik dalam pemakaian produksi pintu dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan dalam biaya produksi selama satu bulan. Data utama dalam penelitian ini meliputi : Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja da Biaya Overhead Pabrik yang akan menghasilkan produk Pintu pada Moulding Ryan Samarinda. Analisis Data Untuk menganalisa data yang berkaitan dengan pengujian laporan ini, maka alat analisis yang dimaksud adalah dengan menggunakan metode selisih biaya. (Mulyadi, 2005 : 410-413), yaitu: A. Selisih Biaya Standard Rumus : Selisih Biaya Stadard = Biaya Standard Biaya Sesungguhnya 1. Selisih Biaya Bahan Baku Rumus : SBB = BBSt BBS SBB = Selisih biaya bahan baku BBS = Biaya bahan baku yang sesungguhnya BBSt = Biaya bahan baku sesuai standar / seharusnya Bila BBSt > BBS disebut selisih laba Bila BBSt < BBS disebut selisih rugi a. Selisih Harga Bahan Baku Rumus : SHBB = (HSt HS) KSD SHBB = Selisih harga bahan baku HSt = Harga standar bahan baku HS = Harga sesungguhnya bahan baku KSD = Kuantitas sesungguhnya yang dipakai b. Selisih Kuantitas Bahan Baku Rumus : SKBB = (KSt KS) HSt SKBB = Selisih kuantitas bahan baku KSt = Kuantitas standar /seharusnya dipakai KS = Kuantitas standar bahan baku HSt = Harga standar bahan baku Bila KSt > KS disebut selisih laba Bila KSt < KS disebut selisih rugi 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Rumus : SBTK = (BTKSt BTKS) SKBB = Selisih kuantitas bahan baku KSt = Kuantitas standar /seharusnya dipakai KS = Kuantitas standar bahan baku HSt = Harga standar bahan baku Bila KSt > KS disebut selisih laba Bila KSt < KS disebut selisih rugi JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181 Riset / 2178

1. Selisih Tarif Upah Rumus: STU = (TUSt TUS) JKSt STU = Selisih tarip upah TUSt = Tarip upah standar TUS = Tarip upah sesungguhnya JKS = Jam kerja sesungguhnya 2. Selisih Efisiensi Upah Rumus : SEU = (JKSt JKS ) TUS Dimana: SEU = Selisih efisiensi upah JKSt = Jam kerja standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarip upah standar Bila JKSt > JKS disebut selisih laba Bila JKSt < JKS disebut selisih rugi B. Selisih Biaya Overhead Pabrik (Metode 2 Selisih) a. Selisih Terkendali : BOP yang sesungguhnya = XX BOP yang dibudgetkan pada kapasitas standar: : Tetap Variabel Selisih terkendali = KN x TT = xx = KSt x TV = xx XX(-) XX Dimana: KN = Kapasitas Normal KSt = Kapasitas standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarip upah standar Bila BOP sesungguhnya > BOP yang dianggarkan disebut selisih rugi Bila BOP sesungguhnya < BOP yang dianggarkan disebut selisih laba b. Selisih Volume : BOP yang dianggarkan pada Kapasitas Standard = XX BOP yang dibebankan: KSt x Tarip BOP Standard = XX Selisih Volume = XX Dimana: Bila BOP dianggarkan > BOP yang bebankan disebut selisih rugi Bila BOP dianggarkan < BOP yang dibebankan disebut selisih laba HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Selisih 1. Selisih Biaya Bahan Baku Produk Ekuivalen bahan baku = (150-5) + 5(0%) + 3(100%) = 148 unit a) Selisih harga bahan baku dipakai SHBB dipakai = (HSt HS) KS = (Rp1.170.000 Rp1.150.000)17m³ = Rp 340.000,00 (L) b) Selisih kuantitas bahan baku SKBB dipakai = (KSt-KS) HSt = (29,6 m³ - 17 m³) Rp 1.170.000,00 = Rp 14.742.000,00 ( L ) 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Produk ekuivalen = (150-5) + 5(20%) + 3(100%) = 149 unit BTK Sesungguhnya: = Rp 50.000,00 x 150 = 7500000 BTK Standard: = Rp 55.000 x 149 = Rp 8.195.000 Selisih biaya tenaga kerja=rp 695.000 (L) a) Selisih tarip upah STU = (TUSt TUS) KSt = (Rp 55.000 Rp 50.000) x 149 = Rp 745.000,00 (L) b) Selisih efisiensi upah SEU = (KSt KS) TUS = ( 149 150 ) Rp 50.000 = Rp 50.000,00 (R) 3. Selisih Biaya Overhead Pabrik (Metode 2 Selisih) Produk ekuivalen BOP = (150-5) + 5(20%) + 3(100%) = 149 unit BOP sesungguhnya = 149 x Rp 67.200,00 = Rp.15.275.000 BOP standar = 10012800 Selisih BOP = Rp 5.262.200,00 a) Selisih terkendali BOP sesungguhnya = Rp. 15275000 BOP yang dianggarkan pada kapasitas standar : Tetap = : 240 x Rp 38.000 = Rp. 9.120.000 Variabel = : 149 x Rp 29.200 = Rp. 4.350.800 Riset / 2179 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181

http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Selisih Terkendali = Rp1.804.200,00 b) Selisih Volume BOP yang dianggarkan pada kapasitas standar = Rp. 13.470.800 BOP standar 149 x Rp 67.200,00 = Rp.10.012.800 Selisih volume Rp 3.458.000,00 PEMBAHASAN 1. Selisih Biaya Bahan Baku Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui berapa besar laba ataupun rugi yang telah dialami oleh perusahaan Moulding Ryan. Dalam pemakaian bahan baku, perusahaan telah menggunakan kayu sebesar 1m³, dimana perusahaan dapat menghasilkan 5 unit pintu. Pemakaian bahan baku ini dapat menimbulkan adanya selisih antara biaya bahan baku standar dengan biaya bahan baku sesungguhnya. Adapun selisih yang terjadi pada biaya bahan baku adalah selisih laba, dimana biaya standar lebih besar daripada biaya bahan baku sesungguhnya yaitu sebesar Rp 15.082.000,00. a. Selisih Harga Bahan Baku Yang Dipakai Pada analisis selisih harga terlihat bahwa pada bulan April tahun 2010 terdapat selisih laba sebesar Rp 340.000,00. Hal ini terjadi karena harga beli ke pelanggan relatif lebih kecil dan bahan baku yang dipakai pun tidak melebihi kuantitas bahan baku yang dibeli, sehingga perusahaan mengalami keuntungan. b. Selisih Kuantitas Bahan Baku Pada analisis kuantitas terlihat bahwa pada bulan April tahun 2010 terdapat selisih laba sebesar Rp 14.742.000,00. Hal ini terjadi karena kuantitas bahan baku yang diperoleh dari pemasok lebih banyak daripada penggunaan bahan baku untuk proses produksi, sehingga perusahaan memperoleh kelebihan bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi pintu A di waktu yang lain. 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja Pada analisis selisih biaya tenaga kerja perusahaan mengalami laba sebesar Rp 695.000,00. Hal ini disebabkan karena biaya tenaga kerja sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan beberapa uraian yang menunjukkan bahwa perusahaan mengalami keuntungan. a. Selisih Tarif Upah Pada analisis selisih tarif upah terlihat bahwa perusahaan mengalami laba sebesar Rp 745.000,00. Hal ini disebabkan karena perhitungan tarif upah dalam operasi normal menurun kemungkinan adanya persetujuan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dengan karyawan, serta kemungkinan disebabkan oleh jam kerja karyawan yang menurun. b. Selisih Efisiensi Upah Pada analisis efisiensi upah perusahaan mengalami rugi sebesar Rp 50.000,00. Hal ini disebabkan karena unit sesungguhnya yang dihasilkan oleh tenaga kerja lebih banyak dibanding unit standar, sehingga upah tenaga kerja tidak sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. 3. Selisih Biaya Overhead Pabrik Pada analisis selisih overhead pabrik perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 5.262.200,00. Hal ini disebabkan karena biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi lebih besar dibandingkan dengan yang dianggarkan oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut penulis sajikan beberapa uraian penyebab terjadinya selisih laba. a. Selisih terkendali Pada analisis selisih terkendali perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 1.804.200,00. Hal ini disebabkan karena biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih besar dibanding biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar. b. Selisih volume Pada analisis selisih volume perusahaan mengalami selisih rugi sebesar Rp 3.458.000,00. Hal ini disebabkan karena biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas standar lebih besar daripada biaya overhead pabrik standar. Serta kemungkinan disebabkan oleh perusahaan yang lebih banyak menganggarkan biaya-biaya tersebut, sehingga volume biaya overhead pabrik meningkat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan biaya standar dalam pengendalian biaya produksi pada Moulding Ryan Samarinda telah memadai, hal ini dapat dilihat dari : 1. Dalam penetapan standar harga bahan baku perusahaan telah memperhatikan hal-hal yang menyangkut penetapan standar harga bahan baku seperti pemilihan pemasok yang tepat yang akan mempengaruhi dalam pertimbangan JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181 Riset / 2180

kualitas barang dan harga barang yang akan diterima perusahaan. 2. Selisih biaya bahan baku pintu bulan April memperoleh selisih laba. 3. Selisih biaya tenaga kerja langsung bulan April memperoleh selisih laba. 4. Selisih biaya overhead pabrik bulan April memperoleh selisih rugi. 5. Secara keseluruhan selisih biaya produksi pintu pada bulan April 2010 memperoleh laba karena penerapan biaya standar telah diperhitungkan. 6. Biaya standar Moulding Ryan yang telah diperhitungkan dapat berfungsi dalam proses pengendalian biaya produksi, hal ini dapat dilihat dari : a) Standar yang ditetapkan oleh perusahaan telah dimanfaatkan dalam pengendalian biaya produksi karena penyusunannya dimaksudkan sebagai tolok ukur penilaian terhadap pelaksanaan operasi perusahaan dan kebijakan yang telah ditetapkan dalam anggaran dijadikan pedoman oleh pihak perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang seharusnya dikeluarkan. b) Setelah biaya standar ditetapkan, biaya standar itu kemudian dibandingkan dengan biaya sesungguhnya untuk mengetahui timbulnya selisih atau tidak. c) Standar yang ditetapkan dapat memberikan pedoman pada manajemen dalam memperbaiki kinerja, karena varians yang terjadi mengharuskan manajemen melakukan tindakan perbaikan untuk menghindari penyimpangan yang terjadi selanjutnya. 7. Biaya standar yang telah diperhitungkan pada Moulding Ryan sangat berperan dalam pengendalian biaya produksi, karena telah terbukti tercapainya tujuan pengendalian yaitu : a) Tercapainya efisiensi biaya produksi dilihat dari proses produksi dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan dimana penyimpangan yang terjadi pada hasil produksi sedikit. b) Tercapainya target produksi yang terlihat dari hasil produksi yang dihasilkan perusahaan setiap bulannya cukup besar. c) Tercapainya produk yang berkualitas dalam artian dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat terlihat dari kualitas pintu yang dihasilkan cukup baik, yaitu sesuai dengan standar mutu perusahaan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan beberapa saran perbaikan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan perusahaan di masa mendatang. Adapun saran-saran tersebut yaitu : 1. Sebaiknya biaya standar yang ada di perusahaan lebih diterapkan dan diperhatikan lebih detail agar pengendalian biaya dalam perusahaan dapat menjadi lebih baik. 2. Apabila perusahaan menerapkan biaya standar, dalam penentuan selisih biaya overhead pabrik sebaiknya perusahaan menentukannya tidak secara menyeluruh atau hanya membandingkan biaya overhead menurut standar dengan biaya overhead sesungguhnya saja karena hal ini menyulitkan manajemen dalam mencari penyebab penyimpangan yang terjadi dan tidak korektif. Oleh karena itu sebaiknya perusahaan melakukan analisis selisih biaya overhead pabrik dengan memilih satu dari tiga metode perhitungan selisih yang ada agar hasil dari selisih lebih luas dan pengendalian perusahaan lebih baik serta mengadakan tindakan korektif atas penyimpangan dapat lebih terarah. 3. Sebaiknya juga perusahaan menetapkan batas toleransi yang dianggap wajar pada penyimpangan yang terjadi. Hal ini akan mempermudah manajemen dalam melakukan analisis dan tindakan korektif. 4. Diharapkan adanya pengembangan suatu sistem koordinasi yang baik antara departemen produksi (pabrik) agar pemanfaatan penggunaan mesin yang ada untuk pelaksanaan produksi dapat optimal. 5. Diharapkan perusahaan dapat memperhatikan biaya tenaga kerja sesuai dengan jam kerja, sehingga tarif upah dapat sebanding dengan pekerjaan yang telah dilakukan tenaga kerja. DAFTAR PUSTAKA Dunia, Ahmad Firdaus dan Wasilah Abdullah, 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2, Penerbit Salemba Empat Ifotek. Jakarta. Halim, Abdul. 1999. Dasar-Dasar Akuntansi Biaya, Edisi 4. Penerbit BPFE UGM, Yogkarta. Mardiasmo. 2001. Akuntansi Keuangan Dasar, Edisi 3, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat & Rekayasa, Edisi 3, Penerbi Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Simamora, Hendry. 1999, Akuntansi Manajemen, Edisi 1, Penerbi Salemba Empat, Jakarta. Soemarso, 2001. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 4, Jilid 1 Penerbit PT Renika Cipta, Jakarta. Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, Edisi Revisi, Penerbit AMUS dan Mahenoko Total Desain, Yogyakarta. Riset / 2181 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181