BAB I PENDAHULUAN. kepada kreditor (si berpiutang)). Berdasarkan Hukum Positif Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK INDONESIA DAN KEPAILITAN

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

PERTANGGUNG JAWABAN PIHAK PERSONAL GUARANTEE YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis keluar dari pasar. Apabila pelaku bisnis sudah tidak mampu lagi untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

Claudia Anjani Zain, Teddy Anggoro. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan modal karena keberadaan modal sangat penting sebagai suatu sarana

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial berkemampuan terbatas yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. berarti adanya interaksi berlandaskan kebutuhan demi pemenuhan finansial.

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen pelaku untuk mencapai tujuan pembangunan itu. Dengan

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

WEWENANG KURATOR DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN PAILIT OLEH PENGADILAN

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. Lazimnya dalam suatu gugatan yang diajukan oleh kreditor terhadap

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan oleh perbankan syari ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-

UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan melakukan barter, yaitu menukarkan barang yang. usaha dibagi menjadi 4 bentuk, yaitu : Perusahaan Perorangan (sole

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi


BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan

REVIEW OF THE LAW AGAINST DEBT ABSORPTION BANKING CREDIT AGREEMENT YUYUK HERLINA / D

BAB I PENDAHULUAN. piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan. terhadap kreditor tak dapat terselesaikan.

BAB I PENDAHULUAN. hukumnya. Oleh karena itu, sewajarnya kita berbenah diri dalam menghadapi

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

SKRIPSI. Oleh. Tantra Agistya Poetra NIM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dana yang diterima dari masyarakat, apakah itu berbentuk simpanan berupa

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM, PIHAK DALAM PROSES KEPAILITAN, DAN AKIBAT HUKUM KEPAILITAN

Lex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. KEWENANGAN PIHAK KETIGA SEBAGAI PENJAMIN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1 Oleh : Sarah D. L.

BAB III PENGAJUAN PERMOHONAN PAILIT PERSONAL GUARANTEE

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam utang-piutang, kreditor bersedia menyerahkan sejumlah uang

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

TINJAUAN HUKUM PENJAMIN DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS

BAB I PENDAHULUAN. modal ( equity) atau utang ( loan). Dana yang berupa modal ( equity) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang menyokong pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kendatipun

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

BAB II KEWENANGAN KURATOR DALAM PROSES KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS. Kurator diangkat dan ditunjuk oleh Hakim Pengadilan Niaga (Pasal 15 ayat

BAB V PENUTUP. hasil penelitian yang dialami Kurator hanya bertujuan untuk menghambat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap beberapa segi kehidupan di Indonesia baik di bidang. sosial,ekonomi,budaya,dan lain-lain.khususnya di bidang

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

Penundaan Pembayaran Utang bagi Debitor yang dinyatakan Pailit dalam Kasus Kepailitan Oleh : Umar Haris Sanjaya 1 ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Heri Hartanto - FH UNS

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pailit merupakan suatu keadaan dimana debitor berhenti melakukan pembayaran atas utang-utangnya kepada para kreditornya. Ketidakmampuan debitor dalam melakukan pembayaran kepada para kreditor ini pada umumnya dikarenakan alasan kesulitan kondisi keuangan. Algra menyatakan bahwa kepailitan adalah Faillissementis een gerechtelijk beslag op het gehele vermogen van een schuldenaar ten behoove va zijin gezamenlijke schuldeiser. 1 (kepailitan adalah suatu sitaan umum terhadap semua harta kekayaan dari seorang debitor (si berutang) untuk melunasi utang-utangnya kepada kreditor (si berpiutang)). Berdasarkan Hukum Positif Indonesia, kepailitan telah didefinisikan dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaan Utang adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Seseorang atau badan usaha dapat dikatakan pailit hanya apabila telah dinyatakan pailit oleh Putusan Pengadilan Niaga dengan pertimbangan bahwa debitor tersebut telah memenuhi syarat untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia 1 Algra, N.E, 1974, Inleiding tot Het Nederlands Privaatrecht, Tjeenk Willink Groningen, h. 425.

2 Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yakni syarat debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan debitor tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, maka debitor dapat dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya. Pada beberapa kasus kepailitan di Indonesia, kepailitan juga melibatkan personal guarantor yang menjadi penanggung atas perikatan yang menimbulkan utang yang dilakukan oleh debitor. Pengertian penanggungan atau personal guarantor berdasarkan Pasal 1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut: Penanggungan ialah suatu persetujuan dimana pihak ketiga (personal guarantor) demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya. Hubungan hukum penanggungan antara penanggung dan kreditur akan menimbulkan hak-hak dan kewajiban baik bagi kreditur maupun penanggung. Sekalipun perjanjian penanggungan kelihatannya hanya membebankan kewajiban-kewajiban bagi penanggung karena penanggung mengikatkan diri untuk memenuhi prestasi/uutang untuk kepentingan kreditur, namun dalam hubungan hukum tersebut juga menimbulkan hak-hak bagi penanggung. 2 Hak-hak demikian oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diberikan kepada penanggung sebagai wujud perlindungan bagi penanggung terhadap perlakukan/tindakan kreditur yang memberatkan 2 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan (1980), Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jmainan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta. h.91

3 penanggung. 3 Hak hak yang dimiliki oleh seorang personal guarantor sebagaimana telah ditentukan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata biasanya disebut sebagai hak hak istimewa. Hak hak istimewa tersebut terdiri dari: hak untuk menuntut lebih dahulu (voorecht van uitwinning), hak untuk membagi hutang (voorecht van schuldsplitsing), hak untuk mengajukan tangkisan gugatan (Pasal 1849, 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan hak untuk diberhentikan dari penanggungan karena terhalang melakukan subrogasi akibat perbuatan kesalahan kreditur. 4 Hak istimewa personal guarantor yang berupa hak untuk menuntut lebih dahulu sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1831 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut; Penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai membayar utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi hutangnya. Ketentuan pasal tersebut berarti bahwa penanggung baru berkewajiban untuk membayarkan hutang debitor kepada kreditor setelah debitor lalai untuk memenuhi prestasinya sendiri, sehingga personal guarantor memiliki hak untuk menuntut agar harta benda yang dimiliki debitor disita dan dijual terlebih dahulu untuk melunasi utang debitor kepada kreditor. Jadi personal guarantor hanya berkewajiban membayarkan sisa utang debitor yang belum terbayar setelah semua harta dan benda debitor disita dan dijual. Menjadi suatu pertanyaan ketika personal guarantor 3 Ibid 4 Ibid

4 melepaskan hak istimewa sebagaimana diatur dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut lantas apakah personal guarantor menjadi tidak dapat menuntut agar harta benda debitor disita dan dijual terlebih dahulu untuk pelunasan hutangnya, dengan kata lain harta benda miliki personal guarantor dapat langsung digunakan bersamaan dengan harta benda debitor untuk pelunasan utang debitor atau bahkan harta benda milik personal guarantor dapat langsung digunakan untuk melunasi utang debitor tanpa harus menyita dan menjual harta benda milik debitor. Apabila dikaitkan dengan kepailitan, maka debitor yang memenuhi syarat pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang harta bendanya akan dimasukan dalam boedel pailit dan kurator akan melakukan pengurusan terhadap harta benda debitor pailit tersebut. Ketika debitor tersebut didampingi oleh seorang personal guarantor yang melepaskan hak hak istimewanya sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka personal guarantor dapat dinyatakan pailit bersamaan dengan debitor maupun tanpa menyatakan pailit debitornya terlebih dahulu. Penjatuhan putusan pailit terhadap personal guarantor yang melepaskan hak-hak istimewa terjadi pada beberapa kasus di Indonesia, antara lain kasus Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) terhadap Ilmu Intiswadaya (debitor), Linda Januarita Tani (personal gaurantor), dan PT. Optimal Teknindo Internasional (penjamin perusahaan), kasus Citibank NA melawan personal guarantor PT Fit-U Garment Industry

5 yakni Danny Lukita, dan kasus antara PT Rabobank International Indonesia melawan personal guarantor PT Pratama Jaringan Nusantara yakni Gunawan Tjandra. Penulisan hukum ini bertujuan untuk membahas sejauh mana personal guarantor dapat dituntut pertanggungjawabannya apabila ia melepaskan hakhak istimewanya. Selain itu, perlu juga diketahui bagaimana pengaruh pelepasan hak-hak istimewa tersebut terhadap kedudukan seorang personal guarantor dan apakah personal guarantor tersebut dapat dimohonkan pailit bersamaan dengan debitornya maupun tanpa harus menyatakan pailit debitornya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsekuensi pelepasan hak-hak istimewa oleh personal guarantor terhadap kedudukan hukumnya dalam kepailitan? 2. Apakah seorang personal guarantor dapat dinyatakan pailit bersamaan dengan debitur utama maupun tanpa memailitkan debitur utama karena melepaskan hak-hak istimewanya?

6 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: 1) Tujuan Subjektif Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data sekaligus menjawab persoalan yang sedang diteliti oleh peneliti dan kemudian akan dituangkan dalam bentuk penulisan hukum yang merupakan salah satu syarat kelulusan sehingga peneliti dapat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Gadjah Mada. 2) Tujuan Objektif Sedangkan tujuan objektif dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui konsekuensi pelepasan hak-hak istimewa personal guarantor terhadap kedudukan hukumnya dalam kepailitan. b. Untuk mengetahui apakah seorang personal guarantor dapat dinyatakan pailit bersamaan dengan debitor utama maupun tanpa kepailitan debitor utama karena melepaskan hak-hak istimewanya. D. Keaslian Penelitian Setelah peneliti melakukan studi kepustakaan, peneliti menemukan beberapa penulisan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang hampir sama seperti yang diteliti oleh penulis, yakni terkait hukum kepailitan dan personal guarantor. Pertama, peneliti menemukan penulisan hukum dengan judul Peranan dan Tanggung Jawab Penjamin (Personal Guarantee) di Dalam Permohonan Perkara Pailit yang ditulis oleh Anju Ciptani Putri

7 Manik seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tahun 2007. Letak perbedaan antara penulisan hukum tersebut dengan penulisan hukum yang ditulis oleh peneliti ini adalah bahwa penulisan tersebut hanya menitikberatkan pada tanggungjawab penjamin dalam kepailitan dan tidak membahas terkait kedudukan maupun harta penjamin yang melepaskan hak-hak istimewanya sebagaimana permasalahan yang diteliti oleh penulis. Penulisan hukum yang kedua yang membahas permasalahan yang hampir sama dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti adalah artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa yang berjudul Kedudukan Hukum Penjamin (Personal Guarantee) dengan Pembebanan Hak Tanggungan dan Akibat Hukum Kepailitan Perseroan Terbatas (Studi Putusan Pengadilan Niaga No. 31/Pailit/2011/PN.Niaga.Sby) yang ditulis oleh Tantra Agistya Poetra, Iswi Hariyan dan Dyah Ochtorina Susanti dari Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jember (UNEJ) pada tahun 2013. Adapun perbedaan antara penulisan hukum tersebut dengan penulisan hukum yang ditulis oleh peneliti yakni bahwa artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa tersebut lebih membahas tentang kedudukan hukum penjamin dengan pembebanan hak tanggungan di dalam perkara pailit, akibat hukum kepailitan perseroan terbatas dan cara eksekusi harta jaminan yang dibebani dengan hak tanggungan sampai dengan pembahasan mengenai cara penjualan benda jaminan yang dibebani hak tanggungan di dalam perkara pailit. Sedangkan penulisan hukum yang ditulis oleh peneliti ini hanya fokus membahas terkait

8 dengan pengaruh pelepasan hak-hak istimewa oleh personal guarantor terhadap kedudukan hukum dan status harta kekayaannya dalam kepailitan serta kapan seorang personal guarantor dapat dinyatakan pailit tanpa membahas bentuk jaminan lainnya baik itu jaminan kebendaan ataupun jaminan khusus lainnya. Penulisan hukum yang ketiga yang membahas permasalahan yang hampir sama dengan permasalahan yang dibahas oleh peneliti adalah penulisan hukum skripsi yang berjudul Tanggungjawab Jaminan Perorangan (Personal Guarantee) dalam Hal Debitur Dinyatakan Pailit (Studi Putusan Pengadilan Niaga Nomor 72/PAILIT/2010/ PN.NIAGA.JKT.PST) yang ditulis oleh Nadia Reinatha, seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang pada tahun 2013. Pembahasan dalam penulisan hukum tersebut memiliki persamaan dengan pembahasan yang ditulis oleh peneliti dalam penulisan hukum ini, yakni sama-sama membahas terkait dengan kedudukan hukum seorang penjamin yang melepaskan hak istimewanya dalam kepailitan, namun dalam pembahasannya jelas terdapat perbedaan dengan pembahasan yang ditulis oleh peneliti dalam penulisan hukum ini. Perbedaan tersebut terletak pada fokus dari penulisan hukum, penulisan hukum yang ditulis oleh Nadia Reinatha tersebut fokus membahas persoalan personal guarantor pada Putusan Pengadilan Niaga No: 72/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST sedangkan pembahasan yang ditulis oleh peneliti tidak hanya terfokus pada satu kasus, melainkan mencoba

9 mencari jawaban atas rumusan masalah dengan mengkaji teori dan beberapa kasus sekaligus. E. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, manfaat yang akan diperoleh antara lain: 1. Manfaat Teoritis Peneliti berharap penelitian ini nantinya dapat memperkaya khasanah dibidang ilmu pengetahuan hukum khususnya pengetahuan hukum yang berkaitan dengan hukum kepailitan dan hukum jaminan perorangan. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian yang berkaitan dengan kepailitan. Peneliti berharap nantinya penelitian ini dapat menjadi pedoman dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi berbagai pihak, tidak hanya bagi penulis itu saja. Manfaat praktis yang diharapkan dari adanya penelitian ini antara lain: a. Manfaat bagi Peneliti Bagi peneliti, penelitian ini memiliki manfaat karena menambah wawasan pengetahuan dan referensi peneliti dalam bidang hukum dagang khususnya hukum kepailitan. Penelitian ini selain bermanfaat dalam memperoleh gelar sarjana dan memberikan manfaat bagi

10 peneliti karena mengasah kemampuan penalaran masalah, analisis hukum dan melatih peneliti agar dapat berpikir kritis dan sistematis. b. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya dan menjadi tambahan literatur dalam bidang hukum dagang khususnya yang berkaitan dengan hukum kepailitan dan hukum jaminan perorangan. c. Manfaat bagi Pelaku Usaha Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada pelaku usaha khususnya bagi para pelaku usaha yang sering mengadakan perjanjian utang-piutang akan manfaat dan pentingnya penggunaan jaminan berupa personal guarantor. d. Manfaat bagi Penegak Hukum Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penegak hukum, khususnya penegak hukum yang menangani perkara kepailitan dalam menjatuhkan putusan pernyataan pailit kepada personal guarantor.