TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN KONSULTASI PUBLIK DALAM RANGKA REFORMASI REGULASI

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN...

KONSULTASI PUBLIK NANIK PURWANTI SH., M.POL. ADMIN ASISTEN DEPUTI BIDANG HUKUM KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA JAKARTA, 16 MARET 2016

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

M E M U T U S K A N :

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

RechtsVinding Online. Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 92.

METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force]

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

GAMBARAN UMUM SUBSTANSI RANCANGAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM TENTANG PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 24 TAHUN 2014

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA 17 /PER/M.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS AUDIT INTERNAL GOVERNANCE

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

Memaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Otonomi Daerah melalui Penerapan Good Governance

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi dan kepercayaan yang melanda Indonesia telah

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2015

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

Komite Advokasi Nasional & Daerah

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

No Upaya untuk menyelenggarakan Standardisasi Industri melalui perencanaan, penerapan, pemberlakuan, pembinaan dan pengawasan Standar Nasional

ECD Watch. Panduan OECD. untuk Perusahaan Multi Nasional. alat Bantu untuk pelaksanaan Bisnis yang Bertanggung Jawab

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance dengan

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PANDUAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2017

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BPK RI DAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hasan Bisri Wakil Ketua BPK RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Keynote Speech. Nurhaida Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal

PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH

B A P P E D A ACEH JAYA February 21, 2016 BAB IV PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

PENGENDALIAN INFORMASI BPJS KETENAGAKERJAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

INTERNATIONAL STANDARDS INTOSAI ALTERNATIF RUJUKAN UNTUK MEREVISI SPKN

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

Keynote Address Dalam Seminar Perbaikan Sistem Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia. Jakarta, 23 Agustus 2006

INOVASI PELAYANAN PUBLIK. Lamongan, 7 Juni 2017 BIRO ORGANISASI SETDA PROV. JAWA TIMUR

POLICY BRIEF. Sempitnya Ruang Bicara Peserta BPJS Penyusun: Dini Inayati - Direktur PATTIRO Semarang REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Transkripsi:

TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN KONSULTASI PUBLIK DALAM RANGKA REFORMASI REGULASI Oleh Prof. Dr. I.B.R. Supancana Chairman/Founder Center for Regulatory Research Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Jakarta Disampaikan pada SEMINAR TENTANG GOOD REGULATORY PRACTICES Diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Amerika bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Jakarta, 15-16 Maret 2017

SISTEMATIKA I. PENGANTAR II. III. IV. TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN KONSULTASI PUBLIK PENTINGNYA KONSULTASI PUBLIK DALAM MENDUKUNG REFORMASI REGULASI BERBAGAI PERMASALAHAN PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK DI INDONESIA V. PEMBELAJARAN DARI PRAKSIS INTERNASIONAL VI. VII. PEDOMAN PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK PROSPEK KE DEPAN

I. PENGANTAR A. Saat ini sangat kuat Kemauan Politik yang ditunjukkan oleh Pemerintah Indonesia dalam melakukan Reformasi Regulasi untuk memperbaiki Iklim Bisnis dan Investasi. B. Tools yang harus diperhatikan dalam melaksanakan Reformasi Regulasi meliputi: memahami fenomena dan mengidentifikasi problema pokok, menetapkan tujuan dan kendala, mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan termasuk melalui regulasi, justifikasi melalui CBA, Konsultasi Publik, metode Simplifikasi Regulasi, pengembangan kapasitas dan institusionalisasi. C. Transparansi, Partisipasi dan Konsultasi Publik merupakan Unsur yang sangat penting dalam melaksanakan Reformasi Regulasi untuk menangkap dan mengakomodasikan berbagai kepentingan dan aspirasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah.

II. TRANSPARANSI, PARTISIPASI DAN KONSULTASI PUBLIK A. Transparansi Transparansi merupakan salah satu prinsip utama dalam Pemerintahan yang Baik (Good Governance), di samping prinsip Akuntabilitas dan Fairness. B. Partisipasi Publik Dalam rangka transparansi, maka diperlukan keterlibatan publik dalam perumusan kebijakan dan pembentukan peraturan perundang-undangan.bentukbentuk pelibatan masyarakat meliputi: informasi, komunikasi, konsultasi dan partisipasi. C. Konsultasi Publik Konsultasi Publik merupakan suatu komunikasi yang bersifat dua arah dalam pelibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan dan pembentukan peraturan perundang-undangan.

III. PENTINGNYA KONSULTASI PUBLIK DALAM MENDUKUNG REFORMASI REGULASI A. Konsultasi Publik merupakan persyaratan bagi perbaikan kualitas regulasi B. Konsultasi Publik yang baik akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-undangan C. Konsultasi Publik yang baik akan meminimalkan dampak (negatif) regulasi dan mengoptimalkan dampak (positif) regulasi D. Konsultasi Publik yang baik menjamin akuntabilitas regulasi E. Konsultasi Publik yang baik akan mengoptimalkan efektivitas regulasi F. Konsultasi Publik yang baik akan meningkatkan prediktabilitas regulasi

IV. BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK DI INDONESIA A. Lebih bersifat Formal-Prosedural B. Tidak terkawal secara Substantif C. Tidak terkawal secara Proses D. Lemahnya proses pengarsipan hasil Konsultasi Publik E. Lemahnya Proses untuk menindaklanjuti hasil Konsultasi Publik F. Lemahnya Teknis dan Metode Pelaksanaan Konsultasi Publik G. Seringkali bersifat Satu Arah

V. PEMBELAJARAN DARI PRAKSIS INTERNASIONAL A. Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) B. European Union (EU) C. The United States of America (USA) D. The United Kingdom (UK) E. Hasil Pembelajaran yang dapat dipetik

V.A. OECD 1. Bentuk Konsultasi Publik 2. Prinsip Pengambilan Kebijakan yang Terbuka dan Inklusif 3. Media yang Digunakan 4. Keterbukaan dalam Proses Konsultasi

V.A.1. Bentuk Konsultasi Publik a. Pertemuan Publik yang Formal b. Konsultasi Informal dengan Kelompok Tertentu c. Penyebarluasan Proposal untuk mendapatkan Komentar d. Melalui Advisory Groups e. Melalui Komite Persiapan (Preparatory Public Commission) f. Melalui Internet (Web-Based)

V.A.2. Prinsip-prinsip tentang Pengambilan Kebijakan yang Terbuka dan Inklusif Komitmen Politis dari Pimpinan Senior Jaminan hukum atas hak masyarakat bagi informasi dan untuk berperan serta Sifat inklusif yang menjamin keterlibatan masyarakat melalui berbagai instrumen yang tersedia Ketersediaan pejabat publik, SDM, teknis dan pendanaan yang memadai serta kultur organisasi Koordinasi lintas sektor dan lintas tingkatan pemerintah yang koheren Akuntabilitas dalam menindaklanjuti masukan masyarakat Adanya evaluasi terhadap kinerja Pemerintah mengefektifkan partisipasi publik Dukungan aktif Pemerintah untuk pengembangan kapasitas pemecahan masalah serta mendorong partisipasi masyarakat.

V.A.3. Media Yang Digunakan a. Media Tatap Muka Meliputi, antara lain: dengar pendapat, pertemuan konsultatif, wawancara, dll. b. Media Cetak Meliputi, antara lain: surat kabar, majalah, jurnal, kuesioner,dll. c. Media Elektronik Meliputi, antara lain: internet (web-based), radio, televisi, telepon dan sarana elektronik lainnya.

V.A.4. Keterbukaan dalam Proses Konsultasi Terbukanya partisipasi bagi semua anggota masyarakat Pandangan para peserta dalam proses konsultasi publik bersifat terbuka Persyaratan untuk merenspons secara terbuka pihak yang menyampaikan komentar dalam proses konsultasi Pandangan yang disampaikan dalam proses konsultasi diintegrasikan dalam proses analisis dampak regulasi Adanya proses untuk memantau kualitas proses konsultasi

V.B. European Union 1. Bentuk Panduan Konsultasi Publik dan Pemberlakuannya 2. Tujuan Konsultasi Publik 3. Isi Panduan Konsultasi Publik 4. Standar Minimum Konsultasi Publik

V.B.1. Bentuk Panduan Konsultasi Publik dan Pemberlakuannya Panduan Konsultasi Pubik ditetapkan oleh European Commission dan dipublikasikan sebagai dokumen dengan judul: Toward a reinforced Culture of Consultation and Dialog- General Principles and Minimum Standards for Consultation of Interested Parties by the Commission (2002). Panduan in diberlakukan bagi semua Komite dan Institusi di bawah European Commission.

V.B.2. Tujuan Konsultasi Publik Untuk mendorong keterlibatan publik dalam perumusan kebijakan serta meningkatkan akuntabilitas Komisi. Untuk menetapkan Prinsip-prinsip dan Standar agar membantu Komisi untuk merasionalkan prosedur konsultasi serta untuk melaksanakannya dengan cara yang sistematis dan bermafaat. Untuk membangun kerangka kerja yang lebih koheren dan luwes bagi konsultasi. Untuk mendorong pembelajaran timbal balik serta saling mempertukarkan praksis terbaik bagi Komisi.

V.B.3. Isi Panduan Konsultasi Publik Alasan rasional proses konsultasi. Langkah-langkah untuk memperbaiki prosedur konsultasi. Hasil-hasil konsultasi mengenai kerangka konsultasi diantara berbagai pihak yang berkepentingan. Prinsip-prinsip umum sebagai pedoman bagi konsultasi yang efektif. Standar Minimum Konsultasi

V.B.4. Standar Minimum Konsultasi Publik Menyajikan informasi tentang proses konsultasi. Mendefinisikan kelompok target dan menjamin agar pihak-pihak yang relevan memperoleh kesempatan untuk menyampaikan pandangannya. Menjamin publisitas yang memadai. Menyediakan waktu yang cukup (misalnya 8 minggu) bagi kelompok target untuk merancang dan mempersiapkan pandangan secara tertulis. Mengakui dapat menerima (kontribusi) pandangan yang disampaikan. Meng up-load hasil-hasil konsultasi publik pada website.

V.C. The United States of America 1. Kelembagaan. 2. Administrative Procedure Act (APA). 3. Persyaratan Minimal Konsultasi Publik bagi peraturan yang bersifat Substantif.

V.C.1. Kelembagaan Di USA, Reformasi Regulasi yang di dalamnya terdapat proses Konsultasi Publik dilaksanakan oleh lembaga yang terkait seperti: Office of Management of Budget (OMB); Office of Information and Regulatory Assessment (OIRA); dan Environmental Protection Agency (EPA).

V.C.2. Administrative Procedure Act (APA) APA yang diundangkan pada tahun 1946 merumuskan hak hukum dari setiap warganegara untuk berpartisipasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan oleh Pemerintah Federal atas dasar akses bagi semua (warganegara). Ketentuan tersebut merupakan dasar pembentukan peraturan perundang-undangan yang wajib dipatuhi oleh semua badan-badan Pemerintah di USA. Setiap jenjang pembentukan peraturan perundangundangan sejak tahap proposal awal sampai dengan aturan final wajib memberikan kesempatan bagi semua pihak yang kemungkinan terkena dampak.

V.C.3. Persyaratan Minimal Konsultasi Publik bagi Peraturan yang bersifat Substantif Harus mempublikasikan suatu pemberitahuan (notice) dalam Federal Register. Memberi kesempatan bagi semua orang yang berkepentingan, baik warganegara maupun bukan warganegara untuk berpartisipasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan melalui data tertulis, pandangan, atau argumentasi terhadap rancangan peraturan tersebut. Mempublikasikan suatu pemberitahuan (notices) atas draft suatu peraturan (regulasi) minimal 30 hari sebelum berlakunya peraturan tersebut.

V.D. The United Kingdom 1. Prinsip-prinsip pelibatan publik yang efektif. 2. Code of Practice on Written Consultation. 3. Red Tape Challenge sebagai bentuk E-Public Consultation

V.D.1. Prinsip-prinsip Pelibatan Publik yang Efektif Strategi dan Perencanaan Kejelasan Rumusan Transparansi dan Cepat Tanggap Integritas Proses Akses bagi prinsip-prinsip pelibatan

V.D.2. Code of Practice on Written Consultation Menyediakan waktu konsultasi yang cukup Menetapkan kelompok target, merumuskan tujuan konsultasi, memformulasikan pertanyaan-pertanyaan serta menyiapkan time schedule Membuat dokumen konsultasi yang sederhana tetapi menyeluruh (concise) yang memberikan kesempatan bagi pembacanya untuk menanggapi, melakukan kontak dan bahkan mengajukan keluhan (complaint) Memastikan dokumen konsultasi tersedia melalui berbagai cara Memberikan waktu yang cukup untuk menyampaikan tanggapan Menganalisis tanggapan dan mencoba mengakomodasi substansi Memantau dan mengevaluasi hasil konsultasi Menetapkan seorang koordinator konsultasi, untuk memastikan kepatuhan kepada panduan konsultasi.

V.D.3. Red Tape Challenge sebagai bentuk E-Public Consultation Dalam program Red Tape Challenge terdapat suatu Website Publik yang memberikan kesempatan kepada dunia bisnis dan pembayar pajak untuk menyampaikan pandangannya tentang regulasi yang membebani yang mereka hadapi. Niatnya adalah untuk mencabut regulasi yang tidak perlu (unnecessary) serta sangat kompleks (over complicated) yang menghambat dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi, sementara itu tetap mempertahankan regulasi yang masih dibutuhkan. Regulasi dikelompokkan ke dalam tema-tema dan semua komentar yang masuk akan diperhatikan. Untuk setiap tema diberikan jangka waktu tertentu, dimana dalam jangka waktu tersebut para pemangku kepentingan dapat menyampaikan pandangannya tentang regulasi tertentu.

V.E. Pembelajaran yang dapat Dipetik 1. Menerapkan Prinsip-Prinsip Dasar Konsultasi Publik 2. Menetapkan Tujuan Konsultasi Publik yang Jelas 3. Mengembangkan Panduan Konsultasi Publik yang berstandar Internasional dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Indonesia

VI. Pedoman Pelaksanaan Konsultasi Publik bagi Indonesia A. Dasar Hukum B. Prinsip-prinsip C. Waktu Pelaksanaan D. Penyelenggara E. Pihak-pihak yang dilibatkan F. Alat dan sarana yang digunakan dalam Konsultasi Publik G. Mekanisme Penyelenggaraan

VI.B. Prinsip-Prinsip Dilakukan sedini mungkin dan terus dikawal dalam keseluruhan proses pembentukan peraturan perundang-undangan Dilakukan dalam jangka waktu yang memadai Melibatkan sebanyak mungkin pihak yang terkait Akses publik yang maksimal Dilakukan secara sistematis dan transparan Kejelasan target (kelompok sasaran).

VI.E. Pihak-Pihak yang Dilibatkan The most affected (pihak yang paling memperoleh manfaat maupun paling terkena dampak negatif) Main Stakeholders (inisiator, instansi yang terkait secara langsung, pihak yang mempunyai kepentingan secara langsung) Interest Group (LSM, asosiasi, pakar, media massa) Public at Large (konsumen, kelompok lingkugnan dan kelompok advokasi lainnya, masyarakat asli, kelompok minoritas, kelompok etnis, masyarakat madani, organisasi kemasyarakatan berbasis keyakinan).

VI.F. Alat dan Sarana yang Digunakan dalam Konsultasi Publik Konsultasi Formal Konsultasi Informal Penyebaran draft regulasi untuk memperoleh komentar Notifikasi dan komentar publik Dengar pendapat publik Badan-badan penasehat (advisory bodies).

VI.G. Mekanisme Penyelenggaraan Penyiapan Agenda Daftar Peserta Rekaman dan catatan atas pandangan, komentar dan aspirasi yang diajukan Penjelasan mengenai tindak lanjut kegiatan

VII. Prospek Ke Depan A. Indonesia perlu segera memberlakukan Panduan Konsultasi Publik dalam pembentukan peraturan perundang-undangan B. Panduan konsultasi publik harus mencerminkan standar internasional namun sesuai dengan kebutuhan dan karakter Indonesia.

TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA Jakarta, 16 Maret 2017

SHORT BIOGRAPHY Nama: Ida Bagus Rahmadi Supancana Pendidikan Terakhir: Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Leiden, Belanda (promosi tahun 1998) Pekerjaan: - Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya- Jakarta - Chairman/Founder of Center for Regulatory Research