VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

dokumen-dokumen yang mirip
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Pematangan Gonad di kolam tanah

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BAB III BAHAN DAN METODE

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

V. DESKRIPSI TAUFAN S FISH FARM

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari

Bab 3. Budidaya pembenihan ikan konsumsi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

BAB III BAHAN DAN METODE

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

BAB 3 METODE PENELITIAN

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

Lampiran1.Peta Lokasi Penelitian Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

VII. ANALISIS PENDAPATAN

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Benih ikan patin siam di

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 2013 SURVEI RUMAH TANGGA USAHA BUDIDAYA IKAN TAHUN 2014

IV. METODE PENELITIAN. Fish Farm) dilaksanakan di lokasi usaha yang bersangkutan yaitu di daerah

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT NASIONAL XXIII 2015 SERPONG INFORMATION SHEET BIDANG LOMBA FISHERY

A. Sarana & Prasarana Perikanan / Kolam B. Sarana & Prasarana Olahan Ikan Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Program

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

PEMBENIHAN TERIPANG PUTIH (Holothuria scabra)

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Transkripsi:

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 32. Rata-rata Penggunaan Input Produksi Per Siklus Usahatani Pembenihan Ikan Patin di Kota Metro Tahun 2011. Input Produksi Jumlah Satuan Harga Rata-rata Satuan Akuarium 30 Buah 105.000,00 Bak 6 Buah 1.206.178,57 Blower 1 Buah 1.081.212,12 Genset 1 Buah 970.833,33 Skopnet 4 Buah 7.729,17 Serokan 2 Buah 28.041,67 Hapa 3 Buah 64.354,17 Corong tetas 2 Buah 93.750,00 Galon artemia 5 Buah 72.000,00 Indukan 52 Ekor 150.000,00 Paranet 7 Buah 21.074,07 Pakan indukan 39,29 Kilogram 6.626,21 Ovaprim 0,46 Botol 210.434,83 Artemia 0,88 Kaleng 331.739,17 Cacing Sutera 44,70 Liter 14.348,70 Garam 20,15 Kg 1.240,00 Obat 0,95 Bungkus 28.695,70 Gas 0,92 Tabung 14.000,13 Minyak Tanah 11,00 Liter 8.050,00 Oksigen 33,85 Kantong 2.153,04 Tenaga Kerja 11,76 HOK 25.000,00 Listrik 1,00 132.478,30 Alat Suntik 1,23 Buah 1.478,30 Kantong Plastik 6,11 Pak 11.196,52 Karet Gelang 0,43 Kilogram 49.478,28 Cairan infuse 1,00 Botol 6.695,70 Pakan 0,1 10,00 Kilogram 11.750 Pakan 0,2 10,00 Kilogram 11.750 Sumber: Data Primer (2011) 86

Berdasarkan Tabel di atas input produksi pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu input variabel dan input tetap. Penggunaan input yang bersifat tetap diantaranya: a) Akuarium, jumlah akuarium yang digunakan rata-rata berjumlah 30 buah dengan ukuran 80 cm dan 100 cm, harga rata-rata untuk setiap akuarium yaitu Rp105.000. Sehingga untuk investasi akuarium diperlukan uang sebesar Rp3.150.000. Akuraium digunakan sebagai tempat/wadah pemeliharaan larva benih patin setelah larva menetas di corong tetas. Benih ikan patin berada di dalam akuarium rata-ratas selama 14-16 hari. b) Bak semen atau bak terpal, jumlah bak semen atau terpal yang digunakan rata-rata berjumlah enam buah, fungsinya sebagai tempat pemeliharaan benih ikan patin setelah dilepas dari akuarium. Harga rata-rata untuk membuat satu bak semen adalah Rp1.206.178,57. Sehingga total investasi untuk pembuatan bak semen adalah Rp7.237.071. Benih ikan patin akan berada di dalam bak terpal atau bak selem selama 40 hari atau hingga ukuran benih patin sebesar 1,5 inchi. c) Blower atau Hi-blow, jumlah blower yang digunakan rata-rata satu buah dengan kapasitas 100 titk. Blower merupakan alat yang berfungsi sebagai penghasil oksigen yang akan didifusikan ke dalam bak pemeliharaan dan akuarium, hal ini dilakukan agar kadar oksigen di dalam air tetap berada pada kondisi melimpah, sehingga benih ikan patin dapat hidup dalam kondisi normal. Harga Blower yang digunakan adalah Rp1.081.212.12. d) Genset, jumlah genset yan digunakan rata-rata berjumlah satu buah, alat ini berfungsi sebagai pengganti tenaga listrik PLN ketika listrik PLN mati, sehingga kerja blower, tidak terganggu. Harga genset yang digunakan adalah Rp970.833,33 e) Skopnet, jumlah skopnet yang digunakan rata-rata berjumlah empat buah, alat ini berupa jaring yang digunakan sebagai alat bantu menangkap benih ikan patin. Harga skopnet yang digunakan adalah Rp7.729,17. Sehingga total investasi untuk pembelian skopnet adalah Rp30.917. f) Serokan, jumlah serokan yang digunakan rata-rata berjumlah dua buah, serokan memiliki bentuk yang sama dengan skopnet, hanya saja jaringnya 87

lebih besar. Alat ini berfungsi sebagai alat bantu menangkap indukan patin. Harga rata-rata serokan yang digunakan adalah 28.041,67. Sehingga total investasi untuk pembelian serokan adalah Rp56.083. g) Hapa, jumlah hapa yang digunakan rata-rata berjumlah tiga buah, alat ini befungsi sebagai alat untuk memisahkan indukan yang sudah ditangkap untuk disuntik, dengan indukan lain. Harga hapa yang digunakan rata-rata Rp64.354,17. Sehingga total investasi untuk pembelian hapa adalah Rp193.063,00. h) Corong tetas, jumlah rata-rata corong tetas yang dipunyai pembenih adalah dua buah, alat ini berfungsi sebagai wadah penetasan telur ikan patin, sistem kerja alat ini menggunakan sistem sirkulasi, sehingga telur ikan patin tetap steril, dan kandungan oksigennya tetap terjaga. Harga rata-rata corong tetas yang digunakan adalah 93.750,00. Sehingga total investasi untuk pembelian corong tetas adalah Rp187.500,00. i) Galon artemia, jumlah rata-rata galon yang digunakan berjumlah lima buah, alat ini berfungsi sebagai tempat penetasan artemia. Harga untuk setiap galon adalah Rp72.000,00. Sehingga total investasi untuk pembelian galon artemia adalah Rp360.000,00. j) Paranet, jumlah paranet yang digunakan untuk setiap pembenih rata-rata berjumlah tujuh buah, alat ini berfungsi sebagai alat untuk mengurangi panas matahari yang masuk ke dalam bak pemeliharaan. Harga untuk setiap paranet adalah 21.074,07. Sehingga total investasi untuk pembelian paranet adalah Rp147.518,49. Penggunaan input variabel dalam pembenihan di Kota Metro, diantaranya: a) Pakan indukan Pakan indukan yang digunakan merupakan pakan jenis apung, rata-rata jumlah indukan yang dimiliki oleh pembenih adalah 52 ekor. Sistem pemberian pakan tidak menggunakan standar feeding rate, pakan diberikan kepada indukan ikan patin dengan cara ditabur, dan ditinggal. Metode ini lebih mengandalkan pengalaman dalam pemberian pakan. Pakan yang dihabiskan pembenih dalam satu bulan atau satu siklus adalah 39,29 kg 88

dengan harga per kilogramnya Rp6.626,21. Sehingga dalam satu siklus diperlukan uang sebesar Rp260.343,74 untuk pembelian pakan indukan. b) Ovaprim Ovaprim merupakan kelenjar hipofisa yang telah diolah, diawetkan, dan dikemas dalam botol. Untuk satu kali penyuntikan digunakan dosis 1 ml/kg indukan. Dengan rata indukan yang disuntik sebanyak 2 indukan dengan bobot 2,5 kg, maka jumlah ovaprim yang digunkan adalah 5 ml. Satu botol ovaprim berisi 10 ml, dengan harga per botol 210.434,83. Sehingga dalam satu siklus dikeluarkan uang sebesar Rp96.800,02. c) Artemia dan garam Artemia merupakan sejenis kutu air yang menjadi makanan bagi larva ikan patin setelah telur menetas. Artemia dijual dalam kemasan kaleng yang berisi satu kilogram telur artemia, sehingga perlu proses pengkulturan artemia sebelum artemia diberikan kepada larva ikan patin. Proses pengkulturan dilakukan selama 24 jam di dalam galon artemia yang dialiri aerasi, kondisi kultur artemia terjadi pada salinitas tertentu sehingga dibutuhkan garam sebanyak 250 gram garam untuk 25 liter air dan 100 gram artemia. Artemia diberikan secara periodik selang tiga jam, dan dihari kedua selang empat jam, dan seterusnya sesuai kondisi larva ikan patin. Dalam satu siklus untuk jumlah benih sebanyak 71.875 ekor diperlukan 0,88 kaleng artemia, dengan harga satuannya Rp331.739,17. Sehingga dalam satu siklus dikeluarkan biaya sebesar Rp291.930,45. Dan garam yang dibutuhkan persiklusnya adalah 20,15 kg atau seharga Rp24.986,00. d) Cacing sutera Cacing sutera merupakan pakan benih ikan patin setelah lepas dari pakan artemia. Pada fase ini bukaan mullut dari benih ikan patin sudah lebih besar. Cacing sutera digunting-gunting agar berukuran lebih kecil sebelu diberikan kepada benih ikan patin. Pakan berupan cacing sutera sutera diberikan selama 15 hari, dalam periode tersebut cacing yang dihabiskan mencapai 44,7 liter, dengan harga per liternya Rp14.348,70. Sehingga dalam satu siklus dibutuhkan biaya sebesar Rp641.386,89. 89

e) Obat-obatan Obat-obatan yang dipakai biasanya bluecover dan infrolock, kedua obat tersebut bersifat penyembuh bukan sebagai pencegah. Penggunaan obat tersebut dilakukan jika terdapat karat dan lendir pada benih ikan patin. Biasanya penyakit yang timbul hanya salah satu dari dua penyakit di atas. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat tersebut adalah Rp28.695,70 f) Gas atau minyak tanah Gas atau minyak tanah digunakan sebagai pemanas ruangan yang digunakan ketika suhu ruangan dibawah 28-30 C. Rata-rata suhu di Kota Metro adalah 28 C, sehingga minim sekali penggunaan gas ataupun minyak tanah, rata penggunaan gas adalah adalah 0,9 tabung atau setara dengan 11 liter minyak tanah. Untuk gas menghabiskan biaya Rp12.880,12 dan minyak tanah Rp88.550,00. g) Kemasan Perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengemas benih ikan patin diantaranya kantong plastik, oksigen, dan karet gelang. Gas oksigen dimasukan secara perlahan ke dalam plastik yang di dalamnya terdapat benih dan air. Untuk setiap kemasan rata-rata membutuhkan dua kantong plastik, gas setengah plastik, dan karet secukupnya, sehingga rata-rata biaya setiap kemasan adalah Rp3.500. h) Alat suntik dan cairan infus Alat suntuk digunakan untuk memasukan ovaprim ke dalam tubuh indukan ikan patin, sedeangkan cairan infus digunakan sebagai campuran antara sperma dan sel telur sebelu diaduk menggunakan bulu aya. Suntikan dan cairan infus yang dibutuhkan dalam satu kali penyuntikan adalah 1 buah suntikan, dan 1 botol cairan infus. Sehingga dibutuhkan biaya sebesar Rp8.514,01 i) Pakan 0,1 dan 0,2 Pakan 0,1 dan 0,2 merupakan jenis pakan yang doberikan ketika benih patin sudah berumur 20 hari, pada saat itu kondisi benih ikan patin sudah cukup kuat, dan bukaan mulutnya sudah cukup besar. Pakan 0,1 berbentuk 90

butiran kecil (serbuk), dan pakan 0,2 berbentuk butiran yang lebih besar dari pakan 0,1. Harga untuk kedua pakan tersebut sama, sehingga dalam satu siklus dibutuhkan uang sebesar Rp235.000,00 7.2 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani pada umumnya terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan yang langsung diterima oleh petani dalam bentuk uang tunai dari hasil penjualan benih ikan patin. Sedangkan penerimaan non tunai merupakan penerimaan yang diperoleh petani tidak dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk seperti konsumsi atau stock benih, namun dalam usahatani ini penerimaan tidak tunai hanya bersumber dari stock benih ikan patin. Penerimaan usahatani didapatkan dari hasil penjualan jumlah benih patin yang dihasilkan dikalikan dengan harga benih ikan patin. Jumlah benih ikan patin yang dihasilkan didapat dari memijahkan indukan dengan jumlah rata-rata dua indukan dan rata-rata dipanen diukuran 1,5 inchi dengan harga jual Rp150/ekor. Jumlah benih yang dihasilkan rata-rata menghasilkan 71.875 ekor, sehingga penerimaan rata-rata per siklus panen benih ikan patin adalah Rp10.781.250,00. Sehingga apabila dalam satu tahun terdapat 11-20 kali siklus panen, maka penerimaan pembenih ikan patin di Kota Metro dalam satu tahun adalah berkisar antara Rp118.593.750-Rp215.625.000. 7.3 Pengeluaran Usahatani Pengeluaran usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk menghadirkan input produksi dalam menjalankan usahatani. Pengeluaran dalam usahatani dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pengeluaran atas biaya tunai dan dan biaya diperhitungkan. Pengeluaran atas biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai dari kegiatan usahatani sampai penjualan produk usahatani dalam hal ini adalah benih ikan patin berukuran 1,5 inchi. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani secara tidak tunai, misalnya tenaga kerja dalam keluarga, biaya sewa lahan, dan penyusutan alat-alat penbenihan. 91

Biaya tunai dalam pembenihan ikan patin diantaranya digunakan untuk membayar pakan indukan, ovaprim, artemia, cacing sutera, garam, obat, gas/minyak tanah, oksigen, listrik, alat suntik, kantong plastik, karet gelang, cairan infus, pakan pelet 0,1, dan pakan pelet 0,2. Besar biaya tunai yang dibutuhkan oleh pembenih ikan patin di Kota Metro adalah Rp2.215.974,49. Sedangkan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp1.030.716,47 terdiri dari biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya sewa lahan. Sehingga total biaya yang dikeluarkan pembenih dalam satu siklus adalah jumlah biaya tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan yaitu Rp3.246.690,96. Berikut ini Tabel mengenai pengeluaran usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro. Tabel 33. Pengeluaran Usahatani Pembenihan Ikan Patin di Kota Metro Tahun 2011 No Input Produksi Jumlah Biaya A Biaya Tunai 1 Pakan indukan 260.315,48 2 Ovaprim 97.565,24 3 Artemia 291.930,46 4 Cacing Sutera 641.341,04 5 Garam 24.983,18 6 Obat 27.391,35 7 Gas 12.923,20 8 Minyak Tanah 88.550,00 9 Oksigen 72.877,26 10 Listrik 132.478,30 11 Alat Suntik 1.814,28 12 Kantong Plastik 68.451,46 13 Karet Gelang 21.196,95 14 Cairan infus 6.695,70 15 Pakan pelet 0,1 117.500,00 16 Pakan pelet 0,2 117.500,00 B Total Biaya Tunai 2.215.974,49 C Biaya Diperhitungkan 1 Penyusutan Alat 579.573,61 2 Tenaga Kerja dalam Keluarga 294.000,00 3 Sewa lahan 357.142,86 D Total Biaya Diperhitungkan 1.030.716,47 E Total Biaya 4.219.454,40 Sumber: Data Primer (2011) 92

7.4 Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih dari penerimaan usahatani dengan pengeluaran usahatani. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh oleh pembenih ikan patin setiap siklusnya adalah Rp8.565.375,51, nilai tersebut didapat dari pengurangan antara penerimaan dengan biaya tunai. Sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah Rp7.534.595,04, nilai tersebut didapat dari pengurangan antara penerimaan dengan pengeluaran atas biaya total. Berikut ini Tabel mengenai penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani pembenihan ikan patin di Kota Metro. Tabel 34. Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan Pendapatan Usahatani Pembenihan Ikan Patin di Kota Metro Tahun 2011 No Komponen Nilai (Rp) A Penerimaan 10.781.250,00 B Biaya Tunai 2.215.974,49 C Biaya Diperhitungkan 1.030.716,47 D Biaya Total 3.246.690,96 E Pendapatan Atas Biaya Tunai 8.565.275,51 F Pendapatan Atas Biaya Total 7.534.559,04 Sumber: Data Primer (2011) 7.5 Analisis R/C Rasio Analisis R/C rasio merupakan salah satu indikator kelayakan suatu usahatani. R/C rasio dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Dalam usahatani pembenihan ikan patin yang dilakukan oleh pembenih di Kota Metro, didapatkan hasil R/C rasio pada Tabel 35 berikut ini. 93

Tabel 35. Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan R/C Rasio Usahatani Pembenihan Ikan Patin Di Kota Metro Tahun 2011 No Komponen Nilai A Penerimaan Rp10.781.250,00 B Biaya Tunai Rp 2.215.974,49 C Biaya Diperhitungkan Rp1.030.716,47 D Biaya Total Rp3.246.690,96 E R/C Atas Biaya Tunai 4,87 F R/C Atas Biaya Total 3,32 Sumber: Data Primer (2011) Berdasarkan Tabel di atas, nilai R/C rasio atas biaya tunai dari usahatani pembenihan ikan patin adalah 4,87, artinya setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya tunai akan memberikan penerimaan sebesar Rp4,87. Sedangkan nilai R/C rasio atas biaya total adalah 3,32, artinya setiap satu rupiah pengeluaran atas biaya total akan memberikan penerimaan sebesar Rp3,32. Nilai R/C rasio yang dihasilkan atas biaya tunai dan biaya total adalah 4,87 dan 3,32 hal ini menunjukan bahwa usahatani pembenihan ikan patin ini menguntungkan untuk diusahakan karena memiliki R/C rasio yang bernilai lebih dari satu. 94