BAB V HASIL PENELITIAN. Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti

BAB VI PEMBAHASAN. itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada

Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

BAB IV METODE PENELITIAN. komprehensif mengenai hubungan hubungan antar variabel variabel yang

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. convergent validity yaitu apakah loading factor indikator untuk masing-masing konstruk sudah

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Kantor Keluarga Berencana Kota Administrasi Jakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu sifat-sifat, ciri-ciri, atau hal-hal yang dimiliki oleh suatu elemen. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh penerapan empat karakteristik SIAM yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap Awal. Tahap Analisis Variabel - variabel Penerimaan SAP. (Model UTAUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

BAB III METODE PENELITAN

STRUCTURAL EQUATION MODELING - PLS. SPSS for Windows

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kepuasan pelanggan berbelanja di Tokopedia. Proses penelitian akan

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. menjelaskan keadaan pada objek penelitian yaitu dengan penelitian asosiatif. Penelitian

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penerapan Self Assessment System dan Kualitas Pelayanan Pajak terhadap

2 METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2010:13), definisi dari objek penelitian yaitu sasaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sakit yang terdiri dari tenaga medis (para dokter), tenaga paramedis (para

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada PT. First Media Production yang beralamat di

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi dan sampel, variabel dan indikator, serta teknik analisis data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan dan Achmad,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dan pernah melakukan pembelian produk secara online di Bukalapak.com. pusat perkantoran yang berada di Jakarta.

I. PENDAHULUAN. karbohidrat. Produk hortikultura terbesar adalah buah-buahan dan sayuran.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAB III METODE PENELITIAN. semua pengguna akhir sistem (end-user) pada Dinas Pendapatan, Pengelola

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berlangsung selama periode Juli 2017.

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka untuk melaksanakan proyek riset

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian eksplanatori adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dengan pengertian objek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012:38)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil obyek penelitian di

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah semua pimpinan di lingkungan Satuan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. asosiatif. Menurut Sugiyono (2010:55) penelitian yang bersifat asosiatif merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Hipotesis (hypothesis testing). Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen, yang terletak di Jl.

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terdapat di pemerintah Kabupaten/Kota se-provinsi Lampung. Pemilihan dinas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu untuk dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan pendekatan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel kualitas

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan nilai dari variabel variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan adalah explanative research dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. ditempat yang akan digunakan sebagai, perumusan masalah yang

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Google Apps for Edu. Menggunakan konsep hybrid learning, pembelajaran bukan

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

D. Statistik Deskriptif. Tabel 5 Statistik Deskriptif Variabel Gaya Kepemimpinan Transformasional Gaya Kepemimpinan Transformasional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bintaro Jaya Sektor IV Tangerang Selatan pondok betung no. 88 bintaro jaya sektor IV Tangerang Selatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. Bab ini merupakan hasil analisis data dan pembahasan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah explanative research dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Sukawati merupakan salah satu dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar,adapun batas-batas wilayah Kecamatan Sukawati adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kecamatan Tampaksiring - Sebelah Selatan : Samudra Indonesia - Sebelah Barat : Kecamatan Ubud dan Kota Denpasar - Sebelah Timur : Kecamatan Blahbatuh Luas wilayah Kecamatan Sukawati adalah 55,02 Km 2 yang terdiri dari 12 Desa yaitu : 1) Desa Kemenuh, 2) Desa Batuan Kaler, 3) Desa Batuan, 4) Desa Sukawati, 5) Desa Celuk, 6) Desa Guwang, 7) Desa Ketewel, 8) Desa Batubulan Kangin, 9) Desa Batubulan, 10) Desa Singapadu, 11) Desa Singapadu Tengah dan 12) Desa Singapadu Kaler (BPP Sukawati, 2013 ). 5.1.2 Karakteristik Lahan Ketersediaan air yang ada di Kecamatan Sukawati meliputi suhu berkisar antara 25,5 26,5 0 C, bulan kering 4 sampai 5 bulan, curah hujan pada tahun 2013 rata-rata 1560 mm (Pemetaan Potensi Wilayah Kab. Gianyar, 2013). Media perakaran tanah seperti drainase sedang sampai baik, tekstur tanah termasuk tanah berlempung sampai lempung berliat dan memiliki kedalaman efektif rata-rata 103 57

58 cm. Ketersediaan retensi unsur hara seperti KTK (me/100g) rata -rata 23,18, PH 6,5, KB 85,44 %, dan C-organik 1,79 %, ketersediaan unsur hara N total 0,09, P2O5 tersedia 13,53 dan K2O (HL 25%) 59,68 dengan tingkat kemiringan 0 sampai 8 %. (Bappeda Kabupaten Gianyar, 2013 ). 5.1.3 Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2012 di Kecamatan Sukawati Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan suatu tempat pendidikan non formal petani untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha tani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan dapat mengadopsi atau menerapkan teknologi sesuai dengan kondisi sumber daya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Sasaran produksi Kabupaten Gianyar untuk tahun 2012 adalah 187,429,01 ton dengan sasaran tanam 12,69 juta ha, sasaran panen 12,45 juta ton. Upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2012 difokuskan pada peningkatan produktivitas padi di kawasan areal tanam seluas 5000 Ha, melalui kegiatan SL- PTT yang tersebar di 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar. Dengan kegiatan SL-PTT padi non-hibrida diharapkan dapat meningkatkan produktivitas 10-15 Kw / Ha Gabah Kering Giling. Kecamatan Sukawati yang terdiri dari 12 Desa memiliki 107 kelompok tani atau subak dengan luas garapan 2.705 Ha dan jumlah anggota petani 7.382 orang. Berdasarkan tabel 5.1, pada tahun 2012 ada 33 subak pelaksana SL-PTT yang

59 tersebar di 12 Desa yang ada di Kecamatan Sukawati, dengan jumlah anggota subak yang terlibat dalam program SL-PTT sebanyak 1568 orang. Tabel 5.1 Jumlah Subak dan Anggota Kelompok Tani pelaksana SL-PTT Tahun 2012 di Kecamatan Sukawati No Nama Desa Jumlah Subak Luas (Ha) 1 Kemenuh 3 90 2 Batuan Kaler 4 70 3 Batuan 3 57 4 Celuk 1 48 5 Sukawati 6 181 6 Singapadu 2 51 7 Singapadu Kaler 2 80 8 Singapadu Tengah 3 64 9 Batubulan Kangin 1 40 10 Batubulan 3 59 11 Guwang 3 60 12 Ketewel 2 60 Jumlah Petani (orang) 137 123 113 68 336 104 134 135 56 107 130 125 Jumlah 33 850 1.568 Sumber : Distanhutbun Kab.Gianyar, 2012 Produktivitas padi sawah dari kegiatan SL-PTT berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan di Kecamatan Sukawati diperoleh rata-rata gabah kering panen sebesar 74,60 kwintal per hektar. Hasil ini meningkat dari sebelum dilaksanakannya SL-PTT yang memiliki produktivitas 66,96 kwintal per hektar gabah kering panen. Dengan program ini diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani untuk menerapkan inovasi PTT. 5.2 Karakteristik Petani Karakteristik petani dalam penelitian merupakan variabel bebas yang diukur dengan 5 indikator yaitu indikator umur, tingkat pendidikan, luas lahan usahatani, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan keluarga.

60 5.2.1 Umur Karakteristik umur petani berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa 41,40 % petani berada pada kisaran umur > 40-50 tahun. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Umur No. Kisaran Jumlah Orang Persentase (%) Umur Responden 1 20-30 tahun 3 1,91 2 >30-40 tahun 19 12,10 3 >40-50 tahun 65 41,40 4 >50-60 tahun 40 25,48 5 >60 tahun 30 19,11 Jumlah 157 100 Kisaran umur >40-50 tahun menunjukkan bahwa secara umum responden berada pada kelompok usia masih produktif, yaitu usia dimana seseorang dengan umur produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi. 5.2.2 Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil tabulasi data yang dilakukan sesuai dengan lamanya responden mengikuti pendidikan formal,maka diperoleh gambaran sebagai berikut : Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pendidikan No. Kisaran Pendidikan Petani (Tahun) Jumlah Orang Persentase (%) 1 0-6 83 52.87 2 > 6-9 25 15.92 3 > 9-12 48 30,57 4 > 12-15 0 0 5 >15 1 0,64 Jumlah 157 100.00

61 Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa lamanya pendidikan formal responden terbanyak adalah 0-6 tahun atau setingkat SD sebesar 52,87 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pada umumnya masih rendah. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk berfikir dan bertindak secara rasional. Pendidikan rendah menandakan petani kurang memiliki pengetahuan untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. 5.2.3 Luas lahan usahatani Berdasarkan hasil tabulasi data, luas lahan usahatani responden tanpa membedakan lahan milik sendiri, sewa atau tanah sakap, maka diperoleh gambaran sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Luas Lahan Usahatani No. Kisaran Jumlah Orang Persentase (%) Luas Lahan 1 < 0,25 Ha 14 8,92 2 0,25-0,50 Ha 91 57,96 3 0,50-0,75 Ha 25 15,92 4 0,25-1,00 Ha 21 13,38 5 >1,00 Ha 6 3,82 157 100.00 Luas lahan usahatani petani berdasarkan tabel 5.4 memiliki rata-rata luas lahan 0,49 Ha dengan kisaran luas lahan petani 0,10-1,77 Ha. Luas lahan garapan petani dengan kisaran 0,25-0,50 Ha memperoleh persentase tertinggi 57,33 %. Lahan sempit akan berpengaruh terhadap adopsi inovasi PTT karena responden yang memiliki lahan sempit cenderung tidak berani mencoba suatu inovasi karena takut gagal berusahatani.

62 5.2.4 Pengalaman Usahatani Pengalaman dalam berusahatani merupakan guru terbaik dalam menunjang keberhasilan. Distribusi pengalaman usahatani dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengalaman Usahatani Petani No. Kisaran Pengalaman Jumlah Orang Persentase (%) 1 <5 tahun 13 8,28 2 5-10 tahun 44 28,03 3 10-15 tahun 16 10,19 4 15-20 tahun 28 17,83 5 >20 tahun 56 35,67 Jumlah 157 100 Disribusi karakteristik petani berdasarkan pengalaman usahataninya seperti ditunjukkan pada tabel 5.5, petani responden memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa petani sangat berpengalaman dalam usahatani padi. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani biasanya turun temurun, cara bercocok tanam yang dilakukan biasanya mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh keluarganya. 5.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Karakteristik petani berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 5.6.

63 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Jumlah Tanggungan Keluarga No. Kisaran Jumlah Orang Persentase (%) Jumlah tanggungan keluarga 1 1-2 orang 14 8,92 2 3-4 orang 78 49,68 3 5-6 orang 49 31,21 4 7-8 orang 16 10,19 5 >8 orang 0 0 157 100.00 Jumlah tanggungan keluarga responden paling banyak pada kisaran 3-4 orang hal ini menunjukkan jumlah keluarga yang ideal yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. 5.3 Kompetensi Penyuluh Kompetensi penyuluh dalam penelitian merupakan variabel bebas, yang diukur dengan tiga variabel (first order konstruk) yaitu kemampuan penyuluh berkomunikasi, peguasaan materi penyuluh dan kemampuan penyuluh memotivasi dengan rata-rata skor keseluruhan 3,91 yang menunjukkan tingkat kompetensi penyuluh termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa tingkat skor kemampuan komunikasi penyuluh sebesar 3,92, hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi penyuluh di Kecamatan Sukawati termasuk kategori tinggi. Rata-rata skor tertinggi dari indikator yang digunakan mengukur variabel kemampuan komunikasi adalah indikator penyuluh mampu menjelaskan materi dengan jelas dengan skor 4,31 yang termasuk kategori sangat tinggi. Selanjutnya skor terendah (3,45) pada indikator penyuluh dapat menggunakan alat peraga untuk memperjelas materi termasuk dalam kategori tinggi.

64 No. Tabel 5.7 Kompetensi Penyuluh di Kecamatan Sukawati Indikator 1. Kemampuan Komunikasi Penyuluh a. Penyuluh mampu menjelaskan materi b. Petani dapat memahami materi c. Penyuluh lancar menyampaikan materi d. Penyuluh dapat menggunakan alat peraga untuk memperjelas materi e. Pengertian yang sama antara penyuluh dan petani Jumlah Skor 677 620 660 542 578 Rata-rata Skor % Angka 86,24 78,98 84,08 69,04 73,63 4,31 3,95 4,21 3,45 3,68 Keterangan Sangat Sangat Rata-rata skor 3077 78,39 3,92 2. Penguasaan Materi Penyuluh a. Penyuluh dapat menyampaikan materi dengan jelas. b. Materi mudah dipahami oleh petani c. Penyuluh dapat menggunakan alat bantu dlm menyampaikan materi d. Penyuluh dapat menjelaskan materi secara sistematis e. Penyuluh bisa menunjukkan kegunaan inovasi. 661 606 596 564 642 84,20 77,20 75,92 71,85 81,78 4,21 3,86 3,80 3,59 4,09 Sangat Rata-rata skor 3069 78,19 3,91 3. Kemampuan Penyuluh Memotivasi a. Mampu menumbuhkan semangat b. Dapat memberikan dorongan c. Dapat mengajak petani d. Dapat menunjukkan harapan-harapan e. Mampu menggerakkan tindakan petani 623 627 587 627 588 79,36 79,87 74,78 79,87 74,90 3,97 3,99 3,74 3,99 3,75 Rata-rata skor 3052 77,76 3,89 Total 1 + 2 + 3 234,34 11,72 Rata-rata skor Kompetensi Penyuluh 78,11 3,91 Penguasaan materi penyuluh mempunyai skor rata-rata 3,91, menunjukkkan bahwa tingkat penguasaan materi penyuluh termasuk dalam kategori tinggi. Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel penguasaan materi penyuluh adalah indikator penyuluh dapat menjelaskan materi dengan sistematis dengan nilai skor 3,59 atau 71,85 % termasuk dalam kategori tinggi.

65 Nilai skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel penguasaan materi penyuluh adalah indikator penyuluh dapat menyampaikan materi dengan jelas dengan nilai skor 4,21 termasuk dalam kategori sangat tinggi. Kemampuan penyuluh dalam memotivasi mempunyai rata-rata skor sebesar 3,91 yang menunjukkan bahwa kemampuan penyuluh dalam memotivasi petani termasuk dalam kategori tinggi. Skor tertinggi dari indikator yang digunakan untuk mengukur variabel kemampuan penyuluh dalam memotivasi adalah indikator kemampuan penyuluh dapat memberikan dorongan dan penyuluh dapat menunjukkan harapan-harapan kepada petani dengan skor 3,99 dengan kategori tinggi. Sedangkan skor terendah adalah indikator penyuluh dapat mengajak petani dengan nilai skor 3,74 yang termasuk dalam kategori tinggi. 5.4 Sifat Inovasi PTT Variabel sifat inovasi PTT dalam penelitian merupakan variabel bebas yang diukur dengan 5 indikator yang meliputi teknologi PTT relatif menguntungkan, tidak bertentangan dengan aturan yang ada, sangat mudah dipahami, mudah dicoba dan dapat diamati dan dirasakan manfaatnya. Tabel 5.8 Sifat inovasi PTT di Kecamatan Sukawati No. Indikator Jumlah Skor Rata-rata Skor Keterangan % Angka 1. Teknologi PTT relatif menguntungkan 653 83,18 4,16 2. Tidak bertentangan dengan aturan 609 77,58 3,88 yang ada, kondisi di petani. 3. Teknologi PTT sangat mudah 597 76,05 3,80 dipahami 4. Teknologi PTT mudah dicoba 590 75,16 3,79 5. Teknologi PTT dapat diamati dan 632 80,51 4,03 dirasakan manfaatnya Rata-rata skor sifat inovasi 3081 78,50 3,91

66 Berdaasarkan tabel 5.8, rata-rata skor jawaban tertinggi dari 5 indikator yang digunakan adalah pada indikator teknologi PTT relatif menguntungkan dengan skor rata rata 4,16 berada dalam kategori tinggi. Selanjutnya skor penilaian terendah dari 5 indikator yang digunakan berada pada indikator mudah dicoba dengan skor rata-rata 3,79 yang berada dalam kategori tinggi. 5.5 Perilaku petani Perilaku petani dalam penelitian merupakan varibel terikat yang diukur dengan tiga variabel (first order konstruk) yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa rata-rata skor untuk pengetahuan adalah 4,08 yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani termasuk kategori tinggi. Skor tertinggi dari 13 indikator yang digunakan adalah pada indikator pengertian pupuk organik dengan skor 4,57 termasuk kategori sangat tinggi. Selanjutnya skor penilaian terendah pada indikator manfaat pemidahan bibit kurang dari 21 hari dengan skor 3,79 yang berada pada kategori tinggi. Nilai skor sikap petani di kecamatan Sukawati berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui adalah 4,10 yang menunjukkan bahwa sikap petani responden terhadap inovasi PTT termasuk dalam kategori tinggi atau setuju terhadap inovasi tersebut. Untuk skor terendah dari indikator yang digunakan untuk mengukur sikap inovasi PTT adalah indikator pemupukan spesifik lebih hemat dengan skor 3,61 yang termasuk dalam kategori tinggi. Skor tertinggi dari variabel sikap adalah petani lebih menyukai varietas unggul baru dengan nilai skor 4,43 termasuk kategori sangat tinggi.

67 Tabel 5.9 Perilaku Petani Responden terhadap Adopsi Inovasi PTT No. Indikator Jumlah Skor A. Pengetahuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Ciri-ciri varietas unggul baru Keuntungan penggunaan benih bermutu dan berlabel Pengertian pupuk organik Manfaat sistem jajar legowo Pemupukan spesifik lokasi Unsur-unsur pengendalian hama terpadu Kelemahan penggunaan pestisida kimia Pengolahan tanah sempurna Manfaat pemindahan bibit kurang 21 hari Manfaat penggunaan bibit 1-3 batang perlubang Manfaat pengairan terputus Manfaat penyiangan Prinsip panen yang baik 604 691 717 625 606 659 655 662 596 610 653 598 650 Rata-rata Skor % Angka 76,94 88,03 91,34 79,62 77,20 83,95 83,44 84,33 75,92 77,71 83,18 76,18 82,80 3,85 4,40 4,57 3,98 3,86 4,20 4,17 4,22 3,79 3,89 4,16 3,81 4,14 Keterangan Sangat Sangat Sangat Rata-rata skor pengetahuan ( A ) 8326 81,59 4,08 B. Sikap 1. 2. 3. 4. 696 692 683 621 88,66 88,15 87,01 79,11 4,43 4,41 4,35 3,96 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Petani lebih menyukai varietas unggul baru Petani selalu menggunakan benih bermutu Tanah dipupuk organik lebih subur Sistem jajar legowo menghasilkan populasi lebih banyak Pemupukan spesifik lokasi lebih hemat Tanaman dengan sistem PHT lebih tahan serangan HPT Pengolahan tanah sempurna Pemindahan bibit kurang 21 hari Penggunaan bibit 1-3 batang perlubang Pengairan terputus lebih hemat Penyiangan dengan landak/gasrok lebih aman Hasil panen yang lebih tinggi dengan pendekatan PTT C. Keterampilan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Cara memilih varietas unggul baru Cara menggunakan benih bermutu Cara aplikasi pupuk organik Cara tanam petani Pengaplikasian pupuk kimia Cara pengendalian hama dan penyakit Cara pengolahan tanah Cara penanaman bibit muda Penggunaan bibit 1-3 batang perlubang Cara mengatur pengairan berselang Penyiangan yang dilakukan petani Hal-hal yang dilakukan agar panen tepat waktu 566 656 659 642 639 624 604 647 72,10 83,57 83,95 81,78 81,40 79,49 76,94 82,42 3,61 4,18 4,20 4,09 4,07 3,97 3,85 4,12 Sangat Sangat Sangat Rata-rata skor sikap ( B ) 7729 82,05 4,10 564 497 452 532 536 539 548 592 411 549 563 584 71,85 63,31 57,58 67,77 68,28 68,66 69,81 75,41 52,36 69,94 71,72 74,39 3,59 3,17 2,88 3,39 3,41 3,43 3,49 3,77 2,62 3,50 3,59 3,72 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rata-rata skor keterampilan ( C ) 6367 67,69 3,38 Sedang Jumlah A+B+C 231,33 11,56 Rata-rata skor Perilaku Petani 77,11 3,85

68 Rata-rata skor keterampilan petani adalah 3,38 yang menunjukkan bahwa tingkat keterampilan petani termasuk kategori sedang. Rata-rata skor tertinggi pada first order konstruk keterampilan adalah indikator cara penanaman bibit umur muda dengan skor 3,77 termasuk kategori tinggi. Sedangkan skor terendah adalah indikator penggunaan bibit 1-3 batang per lubang dengan skor 2,62 yang termasuk dalam kategori sedang. Perilaku petani secara keseluruhan berdasarkan tabel 5.9 memiliki rata-rata skor perilaku petani 3,85 termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku petani di Kecamatan Sukawati tergolong tinggi atau baik yang tentunya akan berpengaruh terhadap kemudahan dalam adopsi inovasi PTT. 5.6 Adopsi inovasi PTT Variabel adopsi inovasi PTT terdiri dari 12 first order konstruk yang terdiri dari konstruk tanam varietas padi unggul, penggunaan benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik, penananam yang dilakukan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tanah, penggunaan bibit muda, tanam 1-3 bibit per lubang, pengairan, penyiangan dan panen yang dilakukan. Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui rata-rata skor tingkat adopsi responden di Kecamatan Sukawati adalah 4,00 yang menunjukkan tingkat adopsi inovasi responden termasuk kategori tinggi.

69 Tabel 5.10 Tingkat Adopsi Inovasi PTT Responden di Kecamatan Sukawati No. Variabel / Indikator Jumlah Skor 1. Tanam Varietas Padi Unggul (1) Selalu menanam varietas unggul (2) Selalu melaksanakan pergiliran varietas 703 675 Rata-rata Skor % Angka 89,55 85,99 4,48 4,30 Keterangan Sangat TInggi Sangat TInggi Rata-rata skor 87,77 4,39 Sangat 2. Adopsi Menggunakan benih bermutu dan 725 92,36 4,62 Sangat berlabel 3. Pemberian Bahan Organik (1) Menggunakan pupuk organik (2) Jerami dibenamkan ke tanah 618 666 78,73 84,84 3,94 4,24 Sangat Rata-rata skor 81,78 4,09 4. Penanaman (1) Menggunakan caplak atau tali untuk mengatur jarak tanam (2) Menerapkan jajar legowo 588 380 74,90 48,41 3,75 2,42 (3) Penanaman dilakukan secara serempak pada satu hamparan 704 89,68 4,48 Rendah Sangat Rata-rata skor 71,00 3,55 5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman (1) Pemupukan sesuai anjuran Dinas Pertanian (2) Pemupukan I, kurang dari 14 HST (3) Pemupukan II Umur 25-28 HST (4) Kebutuhan N sesuai BWD 666 575 543 354 84,84 73,25 69,17 45,73 4,24 3,66 3,46 2,29 Sangat Rendah Rata-rata skor 68,25 3,41 6. Pengendalian Hama dan Penyakit (1) Melakukan pengamatan berkala (2) Melakukan rotasi tanaman (3) Menggunakan pestisida hayati (4) Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir 640 532 488 676 81,53 67,77 62,17 86,11 4,08 3,39 3,11 4,31 Sedang Sedang Sangat Rata-rata skor 74,39 3,72 7. Adopsi Pengolahan Tanah 698 88,92 4,45 Sangat 8. Adopsi Penggunaan Bibit Muda 720 91,72 4,59 Sangat 9. Adopsi Tanam Bibit 1-3 Batang per Lubang 608 77,45 3,87 10. Pengairan secara efektif dan efisien (1) Pemberian air terputus-putus (2) Fase pembentukan malai digenangi air (3) Menjelang panen, sawah dikeringkan. 605 628 742 77,07 80,00 94,52 3,85 4,00 4,73 Sangat Rata-rata skor 83,86 4,19 11. Penyiangan (1) Penyiangan dengan menggunakan tangan atau alat landak/gasrok untuk membasmi gulma. (2) Penyiangan dilakukan 2 kali atau lebih 627 680 79,87 86,62 3,99 4,33 Sangat Rata-rata skor 83,25 4,16 12. Adopsi panen 744 94,78 4,74 Sangat Rata-rata skor (No. 1-12) tingkat adopsi petani 82,96 4,00

70 Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa skor jawaban tertinggi dari 12 komponen yang diteliti adalah pada first konstruk panen yang dilakukan petani dengan skor 4,74 yang berada pada kategori sangat tinggi sedangkan skor terendah pada first konstruk pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dengan skor 3,41 yang masuk dalam kategori tinggi. 5.7 Hasil Analisis Data menggunakan Partial Least Square (PLS) Data faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Adopsi inovasi teknologi PTT Padi di Kecamatan Sukawati telah dianalisis menggunakan bantuan program Visual PLS versi 1.04 bl. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik petani (X1), kompetensi penyuluh (X2), sifat inovasi (X3), perilaku petani (Y1) dan adopsi inovasi PTT (Y2). Spesifikasi model dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan yaitu evaluasi model pengukuran ( outer model) dan evaluasi model struktural (inner model). 5.7.1 Evaluasi model pengukuran (outer model) Evaluasi model pengukuran digunakan untuk mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya sehingga dapat diketahui validitas dan reliabilitas indikator-indikator yang mengukur konstruk atau variabel laten. Indikator indikator dalam penelitian ini bersifat reflektif sehingga untuk uji outer model dilakukan pengujian convergent validity, diskriminant validity, average variance extracted (AVE), composite reliability dan cronbach alpha.

71 5.7.1.1 Convergent validity Convergent validity dari measurement model dengan indikator refleksif dapat dilihat dari korelasi antara skor item/indikator dengan skor konstruknya. Indikator individu dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasi diatas 0,70. Namun demikian pada riset tahap pengembangan skala loading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa indikator kurang valid karena nilai loading kurang dari 0,50. Berdasarkan hasil loading pada lampiran 3, maka pada konstruk karakteristik petani (X1) yang dikeluarkan adalah indikator X1.3 (0,24) dan X1.5 (0, 14). First order konstruk penguasaan materi penyuluh yang harus dikeluarkan m4 (0,46). Konstruk sifat Inovasi yang harus dikeluarkan adalah Indikator X1.3 dan X1.5. Indikator yang harus dikeluarkan pada Second order konstruk perilaku yaitu indikator first order konstruk pengetahuan adalah p1, p3 dan p9, indikator pada first order konstruk sikap adalah s5 dan s11 dan indikator pada first order konstruk keterampilan yang dikeluarkan n1, n5, n6, n8, n9 dan n10. Second order konstruk adopsi yang dikeluarkan pada first order konstruk pupuk adalah pu4 dan pada first order konstruk pht adalah indikator ht4. Skala loading di bawah 0,50 setelah dikeluarkan kemudian model di re-estimasi. Hasil pengujian re-estimasi (lampiran.4) menunjukkan semua nilai faktor loading berada diatas 0,50, berdasarkan hasil re-estimasi maka indikator dianggap sudah valid sebagai pengukur variabel dan telah memenuhi Convergent validity.

72 (a) Karakteristik Petani Karakteristik petani dibentuk oleh loading faktor umur petani (X1.1), lamanya pendidikan (X1.2) dan pengalaman berusahatani (X1.3). Jadi ketiga indikator tersebut mencirikan atau yang menjadi prioritas karakteristik petani. Model persamaan outer model karakteristik petani selanjutnya dapat dilihat dengan menggunakan data loading dan residual dari Tabel 5.11. Nilai loading terbesar pada indikator umur petani. Tabel 5.11 Konsruk Karakteristik Petani Konstruk Indikator Loading Residual Karakteristik (X.1.1) Umur Petani 0.807 0.348 Petani (X1) (X.1.2) Lamanya Pendidikan -0.789 0.378 (X.1.4) Pengalaman Berusahatani 0.799 0.361 (b) Kompetensi Penyuluh Kompetensi penyuluh dalam penelitian ini merupakan second order konstruk, yang terdiri dari 3 first order konstruk yaitu kemampuan berkomunikasi penyuluh (X2.1), penguasaan mater i penyuluh (X 2.2) dan kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3). Indikator first order konstruk kemampuan berkomunikasi (X2.1) dicirikan oleh lima indikator (k1,k2,k3,k4 dan k5). Penguasaan materi penyuluh (X2.2) yang menjadi penciri atau prioritas adalah empat indikator (m1,m2, m3 dan m5). Loading kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3) dibentuk oleh lima indikator (t1,

73 t2, t3, t4 dan t5). Jadi indikator-indikator tersebut yang harus diperioritaskan dalam meningkatkan kompetensi penyuluh. Hasil re-estimasi kembali first order kemampuan berkomunikasi penyuluh (X2.1), penguasaan materi penyuluh (X2.2) dan kemampuan penyuluh memotivasi (X2.3) dengan masing-masing indikatornya ditunjukkan pada Tabel 5.12 sebagai berikut : Tabel 5.12 Second order konstruk Kompetensi Penyuluh First order konstruk Indikator Loading Residual Kemampuan (k1) Penyuluh mampu menjelaskan materi 0.765 0.415 Berkomunikasi (k2) Petani dapat memahami materi yang disampaikan 0.679 0.539 (X2.1) (k3) Penyuluh lancar menyampaikan materi 0.556 0.691 (k4) Penyuluh dapat menggunakan berbagai alat peraga untuk memperjelas materi 0.585 0.658 (k5) Adanya pengertian yang sama antara penyuluh dengan petani 0.686 0.529 Penguasaan (m1) Penyuluh menyampaikan materi dengan jelas 0.637 0.594 Materi Penyuluh (m2) Materi yang disampaikan mudah dipahami petani 0.747 0.442 (X2.2) (m3) Penyuluh menggunakan alat bantu saat menjelaskan materi 0.646 0.583 (m5) Penyuluh bisa menunjukkan kegunaan inovasi 0.548 0.699 Kemampuan (t1) Penyuluh mampu menumbuhkan semangat petani 0.577 0.667 Penyuluh (t2) Penyuluh mampu memberikan dorongan petani 0.701 0.508 Memotivasi (t3) Penyuluh dapat mengajak petani 0.682 0.535 (X2.3) (t4) Penyuluh dapat menunjukkan harapan hasil 0.673 0.547 (t5) Penyuluh mampu menggerakkan tindakan petani 0.628 0.606 (c) Sifat Inovasi PTT

74 Konstruk sifat inovasi (X3) di cirikan oleh tiga indikator yaitu inovasi teknologi PTT tidak bertentangan dengan aturan, situasi dan kondisi yang ada pada subak (X3.2), indikator teknologi PTT mudah dicoba dan dipraktekkan (X3.4) dan indikator inovasi PTT dapat dirasakan dan dilihat manfaatnya. Nilai loading ketiga indikator tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Konstruk Sifat Inovasi PTT Konstruk Indikator Loading Residual Sifat Inovasi (X3.2) Inovasi tidak bertentangan dengan aturan, situasi dan kondisi di subak 0.727 0.472 (X3) (X3.4) Inovasi PTT mudah dicoba dan dipraktekkan 0.742 0.449 (X3.5) Inovasi PTT dapat dirasakan dan dilihat manfaatnya 0.559 0.687 (d) Perilaku Petani Perilaku petani merupakan second order konstruk terikat yang terdiri dari 3 first order konstruk yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil loading dan residual dapat dilihat pada tabel 5.17. Konstruk pengetahuan dicirikan oleh 10 indikator, untuk konstruk sikap juga dicirikan oleh 10 indikator sedangkan konstruk keterampilan dibentuk atau dicirikan oleh 6 indikator. Indikator-indikator seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.14 harus menjadi prioritas untuk lebih ditingkatkan lagi.

75 Tabel 5.14 Second Order Konstruk Perilaku Petani First order konstruk Indikator Loading Residual Pengetahuan (p2) Keuntungan menggunakan benih bermutu dan berlabel 0.724 0.477 (Y1.1) (p4) Manfaat sistem legowo 0.695 0.516 (p5) Pemupukan spesifik lokasi 0.742 0.450 (p6) Unsur-unsur pengendalian hama terpadu 0.786 0.382 (p7) Kelemahan penggunaan pestisida kimiawi dalam PHT 0.754 0.432 (p8) Pengolahan tanah sempurna 0.537 0.712 (p10) Manfaat penggunaan bibit 1-3 batang per lubang 0.587 0.656 (p11) Manfaat pengairan sistem terputus 0.655 0.571 (p12) Manfaat melakukan penyiangan gulma 0.561 0.685 (p13) Prinsip panen yang baik 0.530 0.719 Sikap (Y1.2) (s1) Varietas unggul 0.577 0.668 (s2) Benih bermutu dan berlabel 0.658 0.567 (s3) Tanah yang dipupuk organik 0.648 0.579 (s4) Sistem tanam jajar legowo 0.582 0.662 (s6) Pengendalian hama terpadu 0.588 0.655 (s7) Pengolahan tanah sempurna 0.555 0.692 (s8) Bibit ditanam kurang dari 21 hari 0.588 0.655 (s9) Bibit lebih hemat 0.747 0.441 (s10) Penggunaan air lebih irit 0.623 0.612 (s12) Hasil panen lebih tinggi 0.536 0.713 Keterampilan (n2) Cara menggunaan benih bermutu 0.686 0.529 (Y1.3) (n3) Cara menggunaan pupuk organik 0.760 0.422 (n4) Cara tanam padi 0.509 0.741 (n7) Cara pengolahan tanah 0.643 0.586 (n11) Cara penyiangan 0.580 0.664 (n12) Cara panen 0.704 0.504 (e) Adopsi Inovasi Teknologi PTT Adopsi inovasi teknologi PTT dibentuk oleh 12 komponen yang dianjurkan kepada petani dalam Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu, ditunjukkan pada Tabel 5.15.

76 Tabel 5.15 Second Order Konstruk Adopsi Inovasi PTT First order konstruk Indikator Loading Residual Varietas (v1) Selalu menanam varietas unggul 0.747 0.443 Unggul (v2) Selalu melakukan pergiliran varietas 0.744 0.446 Bibit Bermutu (Y2.2) Selalu menggunakan benih bermutu 1.000 0 Pupuk (o1) Selalu menggunakan pupuk organik 0.793 0.371 Organik (o2) Jerami hasil panen dibenamkan ketanah 0.793 0.371 Penanaman (ta1) Selalu menggunakan caplak atau tali 0.633 0.599 (ta2) Menerapkan pola tanam legowo 0.769 0.409 (ta3) Penanaman secara serempak 0.696 0.515 Pemupukan (pu1) Takaran pupuk selalu mengikuti anjuran dinas 0.653 0.574 (pu2) Pemupukan ke-1 kurang 14 hari setelah tanam 0.902 0.186 (pu3) Pemupukan ke-2, 25-28 hari setelah tanam 0.878 0.230 Pht (ht1) Selalu pengamatan berkala 0.815 0.336 (ht2) Selalu melakukan rotasi tanaman 0.832 0.307 (ht4) Pestisida kimia sebagai alternatif terakhir 0.594 0.648 olah (Y2.7) Pengolahan tanah satu kali bajak sekali garu 1.000 0 Muda (Y2.8) Memindahkan bibit kurang dari 21 hari 1.000 0 Satu (Y2.9) tanam bibit satu sampai 3 perlubang tanam 1.000 0 Air (a1) Pengairan selalu terputus 0.847 0.282 (a2) Pembentukan malai sampai pengisian biji sawah 0.847 0.282 diari Siang (si1) Penyiangan dengan tangan /gasrok 0.813 0.339 (si2) Penyiangan selalu dua kali atau lebih 0.813 0.339 Panen (Y2.12) Panen apabila seluruh bulir padi menguning 1.000 0 Konstruk yang memiliki nilai loading satu adalah first order konstruk yang memiliki hanya satu indikator yaitu pada konstruk bibit, pengolahan tanah,

77 memindahkan bibit kurang dari 21 hari, penanaman bibit satu sampai tiga bibit per lubang dan panen apabila seluruh bulir padi sudah menguning. Loading terkecil terdapat pada indikator penggunaan pestisida sebagai alternatif terakhir pada konstruk PHT sebesar 0,594. Second order konstruk adopsi yang dieliminir hanyalah indikator atau parameter pengukuran saja sedangkan 12 komponen yang dianjurkan dalam inovasi teknologi PTT tetap membentuk konstruk adopsi untuk analisis lebih lanjut. 5.7.1.2 Discriminant validity Uji discriminant validity merupakan nilai cross factor yang berguna untuk mengetahui diskriminan konstruk dengan cara membandingkan nilai loading pada konstruk yang dituju lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk lainnya. Korelasi konstruk karakteristik petani dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator karakteristik petani dengan konstruk lainnya (kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT). Demikian juga dengan cross loading dari indikator masing-masing konstruk kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT menunjukkan nilai yang lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya. Hal ini diartikan bahwa konstruk laten memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lainnya. Output cross loading masingmasing konstruk dengan indikatornya dapat dilihat pada lampiran 5. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah menilai validitas dari konstruk dengan melihat nilai AVE, model yang baik kalau AVE masing-

78 masing konstruk memiliki nilai AVE lebih besar dari 0,50 sedagkan pada konstuk sifat inovasi dan adopsi memiliki nilai AVE dibawah 0,50. Tabel 5.16 Nilai AVE dan Akar AVE dari Konstruk Pembentuk Model Konstruk / Variabel AVE Ѵ AVE Karakteristik Petani (X1) 0.638 0.799 Kompetensi Penyuluh (X2) 0.654 0.808 Sifat Inovasi (X3) 0.464 0.681 Perilaku Petani (Y1) 0.551 0.742 Adopsi Inovasi PTT (Y2) 0.244 0.494 Uji discriminant validity lainnya adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari average variance extracted (ѴAVE) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai discriminant validity yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya dalam model. Tabel 5.17 Latent Variabel Correlation Konstruk K.Petani K.Penyuluh Ciri Perilaku Adopsi Inovasi K.Petani 1.000 K.Penyuluh 0.127 1.000 Sifat Inovasi -0.041 0.540 1.000 Perilaku 0.298 0.385 0.427 1.000 Adopsi 0.065 0.362 0.527 0.488 1.000

79 Hasil pengujian dengan akar AVE pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa akar AVE konstruk karakteristik petani sebesar 0,799 lebih tinggi dari pada korelasi antara karakteristik petani dengan konstruk kompetensi penyuluh, sifat inovasi, perilaku petani dan adopsi inovasi PTT. Begitu juga dengan akar AVE konstruk adopsi sebesar 0,494 lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk adopsi dengan konstruk karakteristik petani, konstruk kompetensi penyuluh dan perilaku petani, sedangkan korelasi antara adopsi dengan sifat inovasi menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari pada akar AVE adopsi. Akar AVE yang lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk menunjukkan bahwa konstruk dalam model yang diestimasi sudah valid. 5.7.1.3 Composite reliability dan cronbach s Alpha Uji reliabilitas konstruk diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach alpha dari blok indikator yang mengukur konstruk. Hasil composite reliability menunjukkan nilai yang reliabel jika diatas 0,70 dan nilai cronbach alpha yang disarankan diatas 0,60. Tabel 5.18 Composite Reliability dan Cronbach Alpha Konstruk / Variabel Composite Reliability Cronbach Alpha Karakteristik Petani (X1) 0.381-0.136 Kompetensi Penyuluh (X2) 0.849 0.739 Sifat Inovasi (X3) 0.719 0.420 Perilaku (Y1) 0.784 0.602 Adopsi (Y2) 0.787 0.710 Dari tabel 5.18 menunjukkan bahwa nilai composite reliability tertinggi ada pada konstruk kompetensi penyuluh sebesar 0.849 dan nilai terendah pada konstruk

80 karakteristik petani sebesar 0.381. Untuk nilai cronbach s alpha terendah juga pada konstruk karakteristik petani sedangkan nilai tertinggi pada konstruk kompetensi penyuluh. Hal ini menandakan bahwa konstruk kompetensi penyuluh memiliki tingkat akurasi dan konsistensi instrumen paling tinggi dibandingkan dengan konstruk lainnya dalam mengukur konstruk. 5.7.2 Evaluasi model struktural ( inner model) Evaluasi model structural fungsinya untuk mengetahui hubungan antar konstruk atau variabel laten. Pengujian terhadap model structural dilakukan dengan beberapa uji yaitu melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness-fit model, Uji prediction relevance (Q 2 ) dan Uji estimate for path coefficients atau koefisien parameter jalur. 5.7.2.1 Uji R-square dan uji prediction relevance Nilai R-square adalah koefisien determinasi pada konstruk endogen. Besarnya nilai R-square hasil pengujian model structural tertera pada tabel 5.19 Dependen Variabel Tabel 5.19 Hasil Uji Goodness-Fit Model R-Square Perilaku 0,2989 Adopsi 0,3632 Q 2 = 1- (1-R 1 2 ) (1-R 2 2 ) Q 2 = 1- (1-2989 2 ) (1-0,3632 2 ) Q 2 = 0,21 R-square variabel perilaku sebesar 0,2989 yang artinya nilai tersebut mengindikasikan bahwa variabel perilaku dapat dijelaskan oleh variabel

81 karakteristik petani, kompetensi penyuluh dan sifat inovasi sebesar 29,89 % sedangkan sisanya yaitu sebesar 70,11 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Variabel Adopsi memperoleh nilai R-square sebesar 0,3632 artinya 36,32 % variabel adopsi dipengaruhi oleh variabel karakteristik petani, kompetensi penyuluh, sifat inovasi dan perilaku petani sedangkan 63,68 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar yang diteliti. Menurut Chin (1998) R-square sebesar 0,67 mengindikasikan model baik, 0,33 mengindikasikan model moderat dan 0,19 mengindikasikan model lemah. Berdasarkan tabel 5.19 R-square variabel perilaku mengindikasikan model lemah dan R-square variabel adopsi mengindikasikan model moderat. Evaluasi model structural dapat juga dilakukan dengan prediction relevance (Q 2 ) untuk mengetahui kapabilitas prediksi dari variabel laten endogen dengan indikator refleksif. Suatu variabel laten memiliki relevansi prediksi yang baik bila nilai Q 2 > 0. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai Q 2 sebesar 0,21, nilai Q 2 diatas nol memberikan bukti bahwa model memiliki predictive relevance. 5.7.2.2 Evaluasi koefisien parameter jalur (estimate for path coefficients) Evaluasi koefisien parameter jalur bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik petani, kompetensi penyuluh dan sifat inovasi terhadap perilaku petani dan untuk menganalisis pengaruh karakteristik petani, kompetensi penyuluh, sifat inovasi dan perilaku petani terhadap adopsi inovasi PTT. Uji koefisien parameter jalur dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian.

82 Hubungan antar variabel Tabel 5.20 Model Struktural Koefisien Parameter Standard error T-Statistik Keterangan Karakteristik petani->perilaku -0.292 0.065-4.502 Terima H1 Kompetensi penyul->perilaku 0.156 0.076 2.067 Terima H2 Sifat inovasi->perilaku 0.355 0.073 4.860 Terima H3 Karakteristik petani->adopsi 0.021 0.042 0.504 Tolak H4 Kompetensi penyul->adopsi 0.043 0.052 0.824 Tolak H5 Sifat inovasi->adopsi 0.365 0.077 4.748 Terima H6 Perilaku->adopsi 0.321 0.071 4.493 Terima H7 Berdasarkan koefisien-koefisien parameter jalur yang diperoleh pada tabel 5.20 maka model persamaam struktural yang terbentuk antara konstruk eksogen dan konstruk endogen adalah sebagai berikut : 1. Perilaku = -0,292 k. petani + 0,156 k. penyuluh + 0,355 inovasi 2. Adopsi = 0,021 k. petani+ 0,043 k. penyuluh+ 0,365 inovasi+0,321 perilaku Pengaruh variabel laten endogen terhadap variabel laten eksogen sesuai dengan tujuan penelitian, dapat ditunjukkan pada Gambar 5.1 Model struktural.

83 PETANI X1.4 X1.2 X1.1 X2.1 k5 k4 k3 k2 k1 X2.2 m5 m3 m2 m1 X2.3 t5 t4 t3 t2 t1 PENYULUH INOVASI X3.5 X3.4 X3.2 PERILAKU Pengetahuan p2 p4 p5 p6 p7 p8 p10 p11 p12 p13 Sikap s1 s2 s3 s4 s6 s7 s8 s9 s10 s12 Keterampilan n2 n3 n4 n7 n11 n12 ADOPSI olah mutu muda satu var v1 v2 ta ta1 ta2 ta3 or o1 o2 pu pu1 pu2 pu3 Pht ht1 ht2 ht4 air a1 a2 siang si1 si2 panen -0,292 (-4,502) 0,021 (0,504) 0,156 (2,067) 0,043 (0,824) 0,365 (4,748) 0,355 (4,860) 0,321 (4,493) RSq = 0,299 RSq = 0,363 0,807-0,789 0,799 0,765 0,679 0,556 0,585 0,686 0,637 0,747 0,646 0,548 0,577 0,701 0,682 0,673 0,628 0,727 0,742 0,559 0,724 0,695 0,742 0,786 0,754 0,537 0,587 0,655 0,561 0,530 0,577 0,582 0,588 0,658 0,648 0,555 0,588 0,747 0,623 0,536 0,686 0,760 0,509 0,643 0,580 0,704 0,747 1,000 0,744 0,793 0,793 1,000 1,000 1,000 1,000 0,633 0,769 0,696 0,653 0,902 0,878 0,815 0,832 0,594 0,847 0,847 0,813 0,813 0,883 0,742 0,791 0,776 0,822 0,611 0,412 0,533 0,353 0,588 0,604 0,591 0,638 Gambar 5.1 Model Struktural

84 Hasil pada tabel 5.20 dan Gambar 5.1, merupakan hasil pengujian hipotesis masing-masing jalur yang terbentuk dalam model untuk mengetahui pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh karakteristik petani terhadap perilaku petani Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan karakteristik petani (X1) terhadap perilaku petani (Y1) sebesar 0,292 dengan nilai T-statistik - 4,5016 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik petani dengan perilaku petani. Sehingga hipotesis 1 (H1) : karakteristik petani berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dapat dibuktikan. 2. Pengaruh kompetensi penyuluh terhadap perilaku petani Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan kompetensi penyuluh (X2) terhadap perilaku petani (Y1) sebesar 0.156 dengan nilai T-statistik 2.0668 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi penyuluh dengan perilaku petani. Sehingga hipotesis 2 (H2) : kompetensi penyuluh berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dapat dibuktikan. 3. Pengaruh sifat inovasi terhadap perilaku petani Koefisien parameter jalur yang diperoleh dari hubungan sifat inovasi PTT (X3) terhadap perilaku petani (Y1) sebesar 0.355 dengan nilai T-statistik 4,8601 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sifat inovasi PTT dengan perilaku petani.

85 Sehingga hipotesis 3 (H3) : sifat inovasi PTT berpengaruh nyata terhadap perilaku petani dapat dibuktikan. 4. Pengaruh karakteristik petani terhadap adopsi inovasi PTT Variabel karakteeritik petani tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen adopsi inovasi PTT dengan nilai T-statistik 0,824 < 1,654 (nilai t - tabel). Sehingga hipotesis 4 (H4) : Karakteristik petani tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT. 5. Pengaruh kompetensi penyuluh terhadap adopsi inovasi PTT Variabel kompetensi penyuluh secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen adopsi inovasi PTT dengan nilai T-statistik 0,5037 < 1,654 (nilai t-tabel). Sehingga hipotesis 5 (H5) : kompetensi penyuluh tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT. 6. Pengaruh sifat inovasi terhadap adopsi inovasi PTT Koefisien parameter antara sifat inovasi PTT (X3) terhadap adopsi inovasi PTT (Y2) sebesar 0.365 dengan nilai T-statistik 4,7481 > 1,654 pada taraf signifikan (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara sifat inovasi PTT dengan adopsi inovasi PTT. Sehingga hipotesis 6 (H6) : sifat inovasi PTT berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT dapat dibuktikan. 7. Pengaruh perilaku petani terhadap adopsi inovasi PTT Pengaruh perilaku petani (Y1) terhadap adopsi inovasi PTT (Y2) sebesar 0.321 dengan nilai T-statistik 4,4933 > 1,654 pada taraf signifikan α = 0,1 (10 %) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku

86 petani dengan adopsi inovasi PTT. Sehingga hipotesis 7 (H7) : perilaku petani berpengaruh nyata terhadap adopsi inovasi PTT dapat dibuktikan. Besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung berdasarkan model struktural dan gambar 5.1 maka disusun dekomposisi antar peubah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.21 Tabel 5.21 Dekomposisi antar peubah pengadopsian inovasi PTT Pengaruh Antar Peubah Pengaruh Peubah Bebas Peubah Terikat Langsung Tidak Langsung Melalui Total Y1 X1 Y1 (Perilaku) -0,292 (Karakteristik) Y2 (Adopsi) 0,021-0,094-0,073 X2 Y1 0,156 - (Kompetensi) Y2 0,043 0,050 0,093 X3 Y1 0,355 - (Sifat Inovasi) Y2 0,365 0,114 0,479 Y1 Y2 0,321-0,321 (Perilaku) Tabel 5.21 memberikan gambaran bahwa karakteristik petani dan kompetensi petani berpengaruh langsung terhadap perilaku dan berpengaruh tidak langsung terhadap adopsi melalui variabel perilaku. Variabel sifat inovasi adalah variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku maupun adopsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

87