TINJAUAN PUSTAKA. Parasit

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH ANJING RAS DOBERMAN DAN LABRADOR RETRIEVER NURFITRAH ANDRIANI ABDULLAH

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Kuda (Dokumentasi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PARASIT DALAM SEL DARAH MERAH MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus) DI JAWA MARITRANA PUTRI

HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME PATOGENESIS PADA BABESIA CANIS. Vidya Irawan, DVM, M.Sc 1

THEII..ERIOSIS PADA SAPI AKIBAT INFEKSI THEILERIA MUTANS

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

TINJAUAN PUSTAKA. Anjing (Canis familiaris)

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

PARASTOLOGI. Tugas 1. Disusun untuk memenuhi tugas praktik komputer 1. Editor : Vivi Pratika NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Anjing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Malaria Definisi Malaria merupakan infeksi protozoa genus Plasmodium yang dapat

DEFINISI KASUS MALARIA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN MALARIA. OLEH Nurhafni, SKM. M.Kes

TINJAUAN PUSTAKA Leucocytozoon caulleryi Morfologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PARASIT DARAH PADA TERNAK SAPI dan KAMBING DI LIMA KECAMATAN, KOTA JAMBI ANGGA YUKA ALTA NASUTION

TRYPANOSOMIASIS DAN THEILERIOSIS DI KENYA (Suatu tinjauan dari hasil kunjungan ke Kenya, 1983)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran

HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

KAJIAN KEBERADAAN PARASIT DARAH (ANAPLASMA, BABESIA, THEILERIA) DAN GAMBARAN FISIOLOGIS SAPI BAKALAN IMPOR ASAL AUSTRALIA IMELDA KARTINI TEFI

SISTEM PEREDARAN DARAH

RABBIT FEVER?? Francisella tularensis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik

THEILERIOSIS PADA SAPI POTONG IMPOR DARI AUSTRALIA MELALUI PELABUHAN TANJUNG PRIOK RISMA JUNIARTI PAULINA SILITONGA

CACING TAMBANG. Editor oleh : Nanda Amalia safitry (G1C015006)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Penularan Penyakit

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Patogen serangga adalah mikroorganisme infeksius yang membuat luka atau

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

TINJAUAN PUSTAKA. kesadaran penduduk akan pentingnya protein hewani. Dalam rangka. zat-zat makanan yang telah ditetapkan (Ahmad et al., 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL PARASITOLOGI. Editor: Fircha Silvia Nugraheni G1C PROGRAM DIPLOMA IV ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Transkripsi:

4 Parasit TINJAUAN PUSTAKA Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host), contohnya jenis nyamuk (Culicidae), lalat (Muscidae), kecoa (Dictipotera), tungau (Parasitoformes), caplak (Acariformes), kutu (Pthiraptera), kutu busuk (Hemiptera), dan pinjal (Siphonaptera). Endoparasit adalah parasit yang dapat hidup di dalam tubuh inangnya diantaranya cacing dan protozoa (Gandahusada et. al 1998). Menurut Levine (1995), anjing dapat terinfeksi berbagai jenis protozoa yang beredar di dalam sel darah merah, antara lain Trypanosoma rangeli, Hepatozoon canis, dan Babesia canis dan Theileria sp. Parasit ini ditularkan oleh caplak coklat anjing, Rhipicephalus sanguineus. Babesia canis terdapat pada anjing di seluruh dunia, tetapi jarang di Amerika Serikat. Parasit ini ditularkan oleh gigitan caplak dan lebih sering ditularkan oleh Rhipicephalus sanguineus, akan tetapi dapat juga ditularkan oleh Dermacentor sp., Haemaphysalis sp., dan Hyalomma sp. (Kumar et. al 2008). Babesiosis dapat bersifat kronis, namun terkadang dapat juga bersifat akut dan menyebabkan kematian pada hewan yang terinfeksi. Infeksi parasit pada hewan dapat menyebabkan hewan kehilangan darah yang berdampak serius pada hewan tersebut (Soulsby1982) sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan, dan daya kerja. Penularan parasit ini tergantung dari populasi caplak yang menjadi vektor dari penyebaran parasit (Soulsby1982). Rhipicephalus sanguineus Rhipicephalus sanguineus adalah ektoparasit penghisap darah yang mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan hewan. Caplak dari spesies Rhipicephalus sanguineus disebut juga the brown dog tick dan merupakan jenis caplak yang paling sering pada anjing (Gambar 3). Secara umum tubuh caplak terbagi menjadi dua bagian yaitu gnatosoma (kepala dan toraks) dan idiosoma (abdomen) (Wijayanti 2007).

5 Gambar 3 Caplak Rhipicephalus sanguineus (Sumber: Ruedisueli dan Manship 2002). Caplak ini dapat bertahan hidup pada inangnya dengan melengkapi siklus hidupnya pada lingkungan sekitar yang sesuai inang. Caplak masih dapat bertahan hidup pada suhu udara yang kurang mendukung baik suhu tinggi maupun rendah. Populasi caplak akan meningkat drastis bila suhu hangat. Caplak ini memiliki sifat toleransi terhadap perubahan cuaca (Lord 2001, Sugiarto 2005). Siklus hidup R. sanguineus membutuhkan tiga induk semang mulai dari penetasan telur hingga menjadi caplak dewasa. Induk semang yang diperlukan bisa dalam ras anjing yang sama ataupun ras anjing yang berbeda. Seluruh stadium hidup caplak ini dapat menghisap darah atau cairan tubuh kecuali pada stadium telur. Caplak dewasa akan lepas dari tubuh anjing setelah menghisap darah kemudian merayap mencari tempat berlindung di celah-celah hingga telurnya siap untuk dikeluarkan, kemudian caplak dewasa akan siap untuk bertelur di tanah. Apabila caplak tersebut mengandung protozoa (Babesia sp. dan Theileria sp.) dalam tubuhnya, kemudian caplak ini menggigit anjing maka anjing tersebut kemungkinan akan mengalami infeksi protozoa (James dan Leah 2001). Dewasa Betin a Nimfa Telur Larva Nimfa Larva Gambar 4Siklus hidup Rhipicephalus sanguineus(sumber: James dan Leah 2001).

6 Babesia sp. Menurut Levine (1995) Babesia diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum III Subclass Ordo Family Genus Spesies : Apicomplexa : Piroplasmia : Piroplasmida : Babesiidae : Babesia : Babesia sp. Morfologi Babesia sp. Merupakan parasit obligat intraseluler dengan induk semang adalah anjing, ruminansia, dan satwa liar. Pada induk semang Babesia sp. berhabitat di dalam sel darah merah, biasanya bentuknya berpasangan seperti buah pir yang membentuk sudut pada kedua ujungnya, kadang-kadang dapat juga dijumpai yang tidak berpasangan (Gambar 6). Menurut OIE (2010), ukuran Babesia sp. diperkirakan panjang 1-1.5 µm dan lebar 0.5-1.0 µm. Ada dua bentuk Babesia yaitu bentuk yang besar (sudutnya kecil) misalnya Babesia bigemina dan Babesia motasi serta Babesia bentuk yang kecil (sudutnya lebih besar daripada bentuk yang besar). Babesia divergens dan Babesia ovis (Levine1995). Babesia sp. adalah parasit darah yang dapat menyebabkan babesiosis. Penyakit ini sering ditemukan di daerah yang beriklim tropis, subtropis, dan beriklim sedang (Astyawati et. al 2010). Babesia canis dan Babesia gibsoni paling sering ditemukan pada anjing (Cleveland et. al 2002; OIE 2010). Siklus Hidup Secara umum Babesia sp. dalam siklus perkembangbiakannya dilakukan secara aseksual (skizogoni) yang terjadi pada induk semang dan seksual (gametogoni dan sporogoni) yang terjadi pada caplak (Gambar 5). Penyebaran babesia dimulai ketika inang tergigit caplak yang mengandung babesia dalam bentuk gametosit. Dalam tubuh caplak, babesia mengalami periode gametogoni yaitu terjadi perkawinan antara mikrogamet dan makrogamet lalu membentuk

7 zigot. Tahap selanjutnya zigot berkembang menjadi ookinet (Uilenberg 2006). Ookinet dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding lambung, ookinet akan membesar di tempat ini dan disebut ookista. Di dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit (ini yang disebut dengan periode sporogoni). Beberapa sporozoit menembus kelenjar ludah caplak dan bila caplak menggigit anjing makas porozoit masuk kedalam darah anjing dan mulailah siklus pre eritrositik. tropozoit Infeksi tropozoit Bentuk amoboid Vektor caplak Infeksi pada usus Sirkulasi pada induk semang vertebrata Bentuk piriforom merozoit pembelahan Bentuk criciform Gambar 5 Siklus Hidup Babesia sp. (Sumber: Gardiner et. al 2002). Perkembangan secara aseksual pada tubuh induk semang (anjing) dimulai pada saat caplak mengisap darah, dengan menginokulasikan sporozoit Babesia sp. melalui kelenjar ludah ke dalam tubuh anjing sebagai hospes perantaranya. Sporozoit kemudian akan mengikuti sistem limfe dan membentuk trofozoit dan selanjutnya menginfeksi sel parenkim hati, dan dalam beberapa hari membentuk badan yang berinti banyak disebut skizont. Dalam perkembangannya skizont akan membentuk merozoit di dalamnya. Semakin banyak jumlah merozoit dalam skizont akan menyebabkan skizont ini pecah. Skizont yang pecah kemudian melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran darah. Merozoit lalu menginfeksi eritrosit, kemudian berubah menjadi trofozoit muda yang kemudian matang dan

8 berubah menjadi skizont. Skizont kembali pecah dan kembali melepaskan merozoit yang akan menginfeksi eritrosit lain (Gardiner et. al 2002). Gejala Klinis Pada anjing, Babesia memasuki eritrosit dan dapat menyebabkan kenaikan suhu dan frekuensi nafas (Skotarczak 2008; Duh et. al 2004). Gejala yang tampak adalah, hemoglobinuria, ikterus, dan splenomegali (Yatim dan Herman 2006; Skotarczak 2008; Crnogaj et. al 2010). Gejala infeksi kronis yang nampak adalah demam, kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan sehingga anjing menjadi lemah, anoreksia (Skotarczak 2008; Sugiarto 2005; Crnogaj et. al 2010). Gejala infeksi akut yang nampak adalah ikterus dan anemia. Anemia terjadi ketika sel darah merah diinfestasi oleh parasit sehingga menyebabkan kelainan pada sel darah merah berupa permukaan yang tidak teratur. Bentuk sel darah merah yang tidak teratur ini akan mempengaruhi kandungan hemoglobin yang mengikat oksigen. Kemudian sel darah merah yang mengalami kelainan tersebut akan dikeluarkan dari sirkulasi oleh limpa (Price dan Wilson 2003). Adanya infestasi parasit juga dapat menyebabkan terjadinya hemolisis (intravaskuler) yang kemudian menyebabkan terjadinya anemia (Taylor et. al 2007). Berikut adalah gambaran infeksi Babesia sp. dalam darah: A B Gambar 6 Babesia canis (A) dan Babesia gibsoni (B) pada sel darah merah anjing (Sumber: Cleveland et. al2002). Theileriasp. Menurut Levine (1995) Theileria diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Class : Apicomplexa : Sporozoa

9 Subclass : Piroplasmodia Ordo Family Genus Spesies : Piroplasma : Theileriidae : Theileria : Theileria sp. Morfologi Bentuk Theileria sp. yang paling dominan adalah bentuk batang yang memiliki ukuran diperkirakan 1.5-2.0 x 0.5-1.0 µm. Bentuk lain yang sering dijumpai pada eritrosit yaitu bentuk oval, bundar, dan bentuk menyerupai koma (Gambar 7) (Soulsby 1982). Gambar 7 Bentuk Theileria parva (bentuk-bentuk piroplasma dalam eritrosit) (Sumber:Soulsby 1982). Siklus Hidup Daur hidup Theileria sp. selain terjadi dalam tubuh caplak juga terjadi pada tubuh induk semang (Gambar 8). Daur hidup terdiri dari stadium sporozoit, skizon, merozoit, dan gamon. Sporozoit merupakan bentuk infektif yang masuk ke dalam tubuh anjing melalui gigitan caplak. Sporozoit menginfeksi inang melalui sistem limfe menuju jaringan limfoid terutama limfonodus dan limpa yang berkembang membentuk badan berinti yang banyak disebut skizont. Skizont ini berada dalam sitoplasma limfosit membentuk merozoit. Merozoit bergerak masuk ke dalam eritrosit kemudian terjadi binnary fussion di dalam eritrosit.

10 Beberapa merozoit masuk ke dalam eritrosit lain membentuk gamon (Siegel et. al 2006). Selanjutnya gamon memasuki daerah intestinal nimfa caplak membentuk mikrogamon. Mikrogamon ini berinti empat, kemudian membelah membentuk mikrogamet dengan satu inti kemudian bergabung dengan makrogamet membentuk zigot. Zigot akan masuk ke dalam epitel usus dan mengalami transformasi membentuk kinet. Kemudian kinet bergerak mengikuti aliran limfe dan memasuki kelenjar saliva caplak dan mengalami perubahan menjadi sporoblast (Bishop et. al 2004). Sporoblast akan menghasilkan ribuan sporozoit. Sporozoit inilah yang kemudian menginfeksi mamalia melalui gigitan caplak yang terinfeksi (Siegel et. al 2006). Sporozoit Sporozoit Limfosit Limfoblast Sporoblast Kelenjar saliva Skizon tropozoit Parasit menyebar ke dalam sel Kinet Merogoni Zigot Pencernaan caplak Merozoit Gamet Piroplasma dalam eritrosit Gambar 8 Siklus hidup Theileria sp. (Sumber : IRLI 2006). Gejala Klinis Theileria sp. merupakan parasit pada hewan yang dapat menyebabkan theileriosis. Theileriosis adalah kondisi tubuh yang terinfeksi Theileria dan dapat

11 menyebabkan terjadinya anemia yang disertai demam, diarre dan pembengkakan kelenjar-kelenjar limfe. Menurut Morzaria (1990) patogenesitas Theileria untuk setiap spesies berbeda-beda tergantung kepada strain parasit, tingkat kepekaan inang dan jumlah parasit. Theileria mutans adalah salah satu jenis yang dikenal benign. Theileria mutans mengalami limfositik merogoni, pembelahan terjadi di eritrosit dan menyebabkan piroplasma parasitemia dan hemolitik anemia pada inang. Gejala klinis pada hewan yang terinfeksi Theileria yaitu letargi, anoreksia, membran pucat, hipertermia, hiperglobinuria, splenomegali, trombocytopenia, dan anemia (Simoes et. al 2011). Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah (Evelyn 2006). Darah berfungsi sebagai media transportasi, yaitu membawa nutrisi dari saluran pencernaan menuju jaringan, produk akhir metabolisme dari sel menuju organ eksresi, oksigen dari paru-paru menuju jaringan, karbondioksida dari jaringan menuju paru-paru, berperan dalam mengatur suhu tubuh, menjaga konsentrasi ion hidrogen tubuh dan pertahanan terhadap serangan mikroorganisme (Cunningham 2002). Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan. Sel darah terdiri dari tiga jenis eritrosit, leukosit, dan trombosit. Unsur ekstraseluler darah termasuk air, elektrolit, protein, glukosa, enzim, dan hormon terdapat dalam plasma. Eritrosit memiliki fungsi dalam pengangkutan oksigen ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan pada tubuh karena adanya hemoglobin di dalam butir darah merah (Colville dan Joanna 2002). Tekanan oksigen yang tinggi, temperatur yang rendah, dan ph yang tinggi dalam kapiler paru-paru menyebabkan pembentukan oxyhemoglobin. Sedangkan pada saat tekanan oksigen yang rendah, temperatur yang tinggi, dan ph yang rendah di jaringan menyebabkan pelepasan oksigen dari hemoglobbin (Ganong 2001). Fungsi hemoglobin adalah mengikat oksigen untuk dibawah ke jaringan. Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh.

12 Anemia adalah suatu kondisi dimana jaringan kekurangan oksigen. Jaringan yang kekurangan oksigen bisa disebabkan oleh karena penurunan jumlah butir darahmerah (BDM), penurunan kadar hemoglobin, dan penurunan nilai hematokrit (PCV). Pada anemia dengan penurunan kadar hemoglobin disebut anemia defisiensi zat besi, dimana eritrosit menjadi berukuran kecil, mungkin dapat diperkirakan bahwa jangka hidupnya diperpanjang karena sel yang lebih muda memiliki ukuran lebih besar dibandingkan sel tua. Sebaliknya anemia tipe mikrositik adalah akibat dari sel-sel darah muda yang tidak dilepaskan ke dalam darah bersirkulasi dalam jumlah yang cukup untuk menggantikan sel-sel yang telah mati (Guyton dan Hall 2007). Jika tubuh hewan mengalami gangguan fisiologi maka gambaran darah dapat mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dapat disebabkan faktor internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, siklus estrus, dan suhu tubuh. Faktor eksternal yang dapat menyebabkan perubahan gambaran darah antara lain infeksi kuman, perubahan suhu lingkungan dan fraktura terbuka. Hal lain yang diduga menjadi penyebab rendahnya jumlah eritrosit adalah investasi parasit kronis. Bila investasi parasit terjadi dalam jumlah besar dan dalam waktu lama, maka sangat mungkin anjing mengalami anemia. Investasi ini terjadi akibat faktor kebersihan kandang yang kurang baik. Selain itu seringnya kontak antar anjing semakin mempermudah penularan parasit dari satu anjung ke anjing lainnya.