BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi usaha awal pembinaan dan pengembangan SDM. Hal

dokumen-dokumen yang mirip
(STUDI SITUS DI GUGUS I SLAMET RIYADI UPTD DIKPORA KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Oleh : Muh. Khamim N I M : Q

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian Evaluasi Program Kelompok Kerja Guru (KKG) UPTD Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini (Suyanto, 2003:17).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat belajar dengan baik diperlukan pengelolaan yang baik. Dengan

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

PERAN KKG DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS KRESNA KECAMATAN LOANO PURWOREJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan

BAB 1 PENDAHULUAN. internasional bukan lagi lokal atau nasional (Permadi, 2007). Untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius pemerintah. Sejalan dengan upaya peningkatan

Suwarsi : Q

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, baik ekonomi, Iptek, sosial, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (Anonim, 2010 : 4). Namun, pendidikan bukanlah suatu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. utuh. Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dampak diberlakukannya Undang Undang tentang otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

mempunyai peranan terpenting dibanding sumber aaya non manusia yang berfungsi sebagai pelengkap yang menopang sumber daya utama

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

pembelajaran sesuai dengan kurikulum.

baik dari segi proses maupun hasilnya. Apalagi, dewasa ini Indonesia berada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

~ "' BABI PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan perbaikan

belajar matematika karena penalaran matematika sebagai kompetensi dasar matematika. Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

ABSTRACT. Keywords: Media, ICT

a. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara pengembangan karir

Manajemen Mutu Pendidikan

Organisasi Profesi. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Organisasi Profesi Keguruan. Afid Burhanuddin

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

Artikel Jurnal. Oleh : Diaz Wiryawan NIM

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

Strategi Pemberdayaan dan Pengembangan KKG dalam Upaya Pembinaan Profesi Guru Sekolah Dasar PENGEMBANGAN MANAJEMEN KKG

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Ini menunjukkan bahwa agar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan teknologi yang berkembang pesat seperti sekarang ini

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan kepemimpinan saat ini adalah menghadapi perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pemerintah menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

PERAN PENGAWAS BK UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang harus diperhatikan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYUSUN PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK MELALUI PENDAMPINGAN DAN SUPERVISI MANAJERIAL

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan professional

PENI SESOTIJOWATI NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

TESIS. Disusun Oleh : Much. Nur Daim. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem Pendidikan

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN IMMI TAHUN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

PELAKSANAAN PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR OLEH PENGAWAS DI GUGUS I BALECATUR KECAMATAN GAMPING KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan kejuruan merupakan program strategis untuk menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

ON THE JOB LEARNING. Oleh. Drs. Lasiman, M.Pd. Dosen Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka Bandar Lampung (UPBJJ-UT Bandar Lampung)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenjang pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting bagi usaha awal pembinaan dan pengembangan SDM. Hal ini dikuatkan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Berdasarkan amanat tersebut, dapat diketahui bahwa bahwa Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang menanamkan Basic Fundamental bagi peserta didik, terutama dalam koridor pengembangan budaya belajar, budaya bekerja dan budaya membangun. Untuk mewujudkan visi tersebut diawali dengan peningkatan kualitas kemampuan guru yang dilaksanakan melalui Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar. Gugus sekolah dasar merupakan kumpulan dari beberapa sekolah (3-8 sekolah) yang berdekatan dimana guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat melakukan kegiatan-kegiatan secara bersama-sama untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan. Dimana kegiatankegiatan yang mereka lakukan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang mereka temui selama melaksanakan tugas sebagai guru. Didalam wadah gugus 1

2 sekolah terdapat kelompok yang aktif melakukan kegiatan pemberdayaan, yaitu kelompok kerja guru (KKG) dan kelompok kerja kepala sekolah (KKKS). Dalam mekanisme organisasi, gugus sekolah SD merupakan bentuk kerjasama kelompok, seperti yang dirumuskan oleh McDavid dan Harari (Pagewa, 2004:128), bahwa kelompok merupakan suatu sistem yang terorganisir terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga sistem tersebut melakukan fungsi tertentu, mempunyai serangkaian peran hubungan antara para anggotanya, dan mempunyai serangkaian norma yang mengatur fungsi kelompok dan tiap-tiap anggotanya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sistem pembinaan profesionalisme guru tersebut, menurut Bafadal (2006: 58), dijelaskan sebagai suatu sistem pembinaan yang diberikan kepada guru dengan menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan melalui berbagai wadah profesional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sebagai suatu sistem, pembinaan profesional di dalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan erat, sehingga apabila ada satu atau beberapa komponen yang tidak berperan sesuai fungsinya maka sistem itu sendiri tidak akan berjalan dengan baik. Komponen-komponen yang terkait dalam sistem pembinaan profesional menurut Depdikbud terdiri dari: 1) ketenagaan; 2) Perangkat Gugus sekolah; 3) Program Gugus Sekolah; 4) Manajemen; 5) Dana; dan 6) Pemantauan dan

3 evaluasi. Gugus sekolah sebagai lembaga/organisasi dimana SPP dilaksanakan perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan terus pertumbuhannya, sehingga berfungsi secara efektif. Hal tersebut perlu ditempuh karena kondisi tenaga pendidikan di sekolah dasar saat ini masih memerlukan upaya pembinaan dan peningkatan melalui pemberian bantuan profesional seiring dengan lajunya perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Bafadal, 2006: 60). Peningkatan profesionalisme guru, khususnya pada pendidikan dasar, menurut Goodwin dan Kosnik (2013: 336) memerlukan pembinaan yang dilakukan oleh guru-guru yang lebih berpengalaman. Hal ini dikarenakan bahwa untuk mengajar di jenjang pendidikan dasar merupakan sesuatu yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan yang khusus dan metode-metode yang profesional yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pembinaan. Hal ini dikemukakan oleh Goodwin dan Kosnik sebagai berikut: learning to teach for P 12 is complex and requires the acquisition of specialized knowledge and professional methods through formal study and apprenticeship. Pembinaan Sistem Gugus Sekolah Dasar merupakan satu bentuk sistem on-service training dengan pola utama dialogis yang dipandu oleh mitra kerja dari satuan pendidikan yang lebih tinggi atau guru SD senior, termasuk para guru yang memiliki latar belakang pendidikan melebihi standar guru SD. Dalam praktek operasional pada Gugus Sekolah yang diamati melalui kegiatan

4 prasurvey ditemui berbagai fenomena yang diduga menghambat pelaksanaan Pembinaan Sistem Gugus SD secara efektif dan efisien. Fenomena tersebut antara lain: (1) perencanaan Gugus SD belum berdasarkan kepentingan SD secara keseluruhan dalam Gugus, (2) belum menerapkan prinsip dialogis, (3) penunjukan Pengurus Kelompok Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru belum didasarkan pada tingkat kemampuan dan relevansi pendidikan. (4) Selalu terjadi "overlapping" antara tugas-tugas anggota pengurus, (5) banyak kebijakan yang berubah dan tidak konstan, (6) Banyak di antara guru setempat yang enggan mengikuti pertemuan KKG, (7) sistem pengawasan yang dilakukan selama ini belum berjalan optimal, masih adanya status quo yang mencari kesalahan, bukan perbaikan. Gugus sekolah merupakan wadah pengembangan profesional guru dalam bentuk kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), dan Forum Komite Sekolah Tingkat Gugus sekolah dari beberapa sekolah yang letaknya berdekatan dan mudah dijangkau. Sebagai wadah yang mempersatukan beberapa kelompok kerja, Gugus sekolah tentunya harus memiliki beberapa program yang bersifat umum dan koordinatif. Oleh karena itu gugus sekolah perlu ditata dengan perencanaan yang tepat, baik perencanaan kegiatan, perencanaan keuangan maupun perencanaan nilai akhir yang diinginkan. Perencanaan gugus akan dapat diketahui pada perencanaan tahunan semester, bulanan maupun mingguan.

5 Perencanaan yang matang harus iimbangi dengan pengorganisasian. Dalam pengorganisasian harus jelas tugas kedudukan tanggungjawab dan fungsinya. Apakah sebagai ketua, pemandu atau sebagai anggota. Untuk memperjelas kedudukan tugas dan fungsi perlu disusun uraian tugas dengan tepat. Selanjutnya dari perencanaan dan uraian tugas tersebut perlu dilakukan pengendalian dan pengontrolan agar kegiatan tidak meympang dari program yang telah direncanakan. Langkah terakhir perlu dilakukan evaluasi terhadap seluruh program, apakah telah berjalan sesuai rencana atau belum. Jika belum perlu dilakukan perbaikan-perbaikan serta pemecahannya. Jika dirasa telah berhasil tinggal dilakukan pemantapan. Adanya pengelolaan gugus sekolah yang baik pada gilirannya akan sejalan dengan gagasan utama pembentukan gugus sekolah, yaitu pemanfaatan sumber daya bersama oleh sekolah-sekolah yang berdekatan sehingga pemerataan kualitas pendidikan dapat tercapai dengan biaya yang lebih efektif. Hal ini sejalan dengan pendapat McNeill (2004) yang mengatakan bahwa pembentukan gugus sekolah merupakan suatu gerakan untuk universalize access to quality education in a cost effective manner. Lebih lanjut, McNeill menjelaskan bahwa: School and cluster-based, in-service teacher professional development programs have been offered as promising alternatives. This approach includes community participation, ties teacher training curricula to local conditions and school-level goals, and purports to be cost-effective. Pilot activities and innovations, some taken to scale, have proliferated around the world in both developed and developing countries.

6 Menurut penjelasan McNeill, dikatakan bahwa pengembangan profesionalitas guru melalui kegiatan in-service yang dilakukan berbasis gugus sekolah merupakan suatu alternatif yang menjanjikan. Pendekatan tersebut mencakup partisipasi masyarakat, pelatihan guru yang terlekat dengan kurikulum berbasis sekolah akan menjadi semakin efektif biaya. Pengembangan model ini sudah dilakukan di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Salah satu gugus Sekolah Dasar di UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta yang terkelola dengan baik adalah Gugus I Slamet Riyadi. Gugus ini merupakan gabungan dari 5 Sekolah Dasar yang masuk ke dalam satu rumpun. Kelima Sekolah Dasar tersebut terdiri dari SD Negeri Mangkubumen Kidul No. 16 Surakarta sebagai SD Inti, dan empat SD Imbas yang meliputi SD Muhammadiyah Program Khusus Surakarta; SD Negeri Purwotomo No. 97 Surakarta; SD Negeri Mangkubumen Kulon No. 83 Surakarta; dan SD Negeri Tegalayu No. 96 Surakarta. Pengelolaan gugus di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kota Surakarta dipandang sudah efektif dan maju sehingga dapat menjadi percontohan bagi gugus sekolah lainnya. Pengelolaan gugus sekolah di di Gugus I Slamet Riyadi sudah dilakukan dengan mengembangkan pola-pola pemanfaatan sumberdaya bersama oleh sekolah-sekolah yang tergabung dalam gugus tersebut.

7 Berangkat dari gejala tersebut peneliti tertarik untuk mengangkat kepermukaan, terutama mencari akar permasalahan serta memberikan solusi praktis berdasarkan kerangka teoritis yang relevan. Permasalahan yang hendak digali adalah berkaitan dengan efektivitas Pengelolaan Gugus Sekolah Dasar yang dilakukan di lingkungan Gugus Sekolah Dasar di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Dengan penelitian yang dilakukan tersebut, maka diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas pengelolaan gugus untuk dijadikan sebagai percontohan bagi gugus gugus sekolah lain. B. Fokus Penelitian Merujuk pada latar belakang penelitian di atas, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sebagai strategi untuk meningkatkan mutu sekolah, yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta? 2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta?

8 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pengelolaan Gugus Sekolah Dasar sebagai strategi untuk meningkatkan mutu sekolah, yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian, di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. 2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengelolaan Gugus Sekolah Dasar dalam memfasilitasi kegiatan guru dan kepala sekolah di Gugus I Slamet Riyadi UPTD Dikpora Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini. 1. Manfaat Praktis a. Secara teoretis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengelolaan gugus SD yang efektif dan efisien. b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan kajian dalam studi administrasi pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pendidikan dasar.

9 2. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang pengelolaan gugus SD bagi gugus-gugus SD lain. b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dinas terkait untuk dijadikan tambahan informasi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan Pendidikan Dasar.

10