BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, peran ruang terbuka hijau dibagi menjadi fungsi utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama terkait dengan fungsi ekologis, sedangkan fungsi tambahan terkait dengan fungsi sosial budaya, ekonomi dan estetika. Efektifitas suatu ruang terbuka hijau publik dapat dilihat dari dua aspek, diantaranya meliputi fisik dan non fisik. Kriteria fisik berkaitan dengan kondisi nyata yang ada saat ini, seperti ukuran, kelengkapan sarana pendukung, desain dan kondisi. Sedangkan kondisi non fisik seperti kenyamanan, keamanan dan keselamatan serta kemudahan. 1. Peran Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Karanganyar a. Fungsi Utama (Fungsi Ekologis) Lebih dari 70% ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar sudah mampu memberikan fungsi ekologis ini. Hanya pada taman makam pahlawan saja yang belum dapat memberikan fungsi ini, dikarenakan pada makam pahlawan sebagian besar di paving, dan tidak terdapat tanaman besar yang dapat berfungsi sebagai peneduh. b. Fungsi Tambahan 1) Fungsi Sosial dan Budaya Fungsi sosial dan budaya berkaitan dengan fungsi ruang terbuka hijau publik sebagai media pembelajaran atau penelitian dan media untuk bersosialisasi. Fungsi ini dimiliki pada lapangan olahraga, taman kota serta TPBU yang terdapat di Kota Karanganyar, yaitu Taman MemoriaL dan Taman Makam Pahlawan. 2) Fungsi Ekonomi Berkaitan dengan nilai ekonomi yang diberikan kepada masyarakat, seperti misalnya daun-daunan, rumput maupun 105
ranting pohon. Sejauh ini masyarakat di Kota Karanganyar baru sedikit yang memanfaatkan hasil kayu-kayuan untuk dijual. Akan tetapi pada Taman Pancasila, lokasi ini saat ini sudah menjadi pusat pedagang kaki lima di waktu sore hari. Sehingga sampai saat ini, baru Taman Pancasila dan hutan kota saja yang mampu berperan sebagai fungsi ekonomi bagi masyarakat di kota tersebut. 3) Fungsi Estetika Nilai estetika berkaitan dengan nilai keindahan dan kenyamanan yang diberikan ruang terbuka hijau publik. Nilai estetika ini dimiliki pada taman kota, sebagian hutan kota dan sebagian lapangan olahraga di Kota Karanganyar, diantaranya Alun-alun Kabupaten Karanganyar, stadion 45 dan Lapangan Utara DPRD Kabupaten Karanganyar. 2. Efektifitas Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Karanganyar a. Aspek Fisik 1) Persentase Hijau Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa persentase hijau ruang terbuka publik di Kota Karanganyar masih kurang dari ketetapan yang ada dalam UU no.26 tahun 2007, yaitu kurang dari 20 % dari luas kota. Begitu juga persentase hijau masing-masing lokasi ruang terbuka hijau publik juga menunjukkan bahwa lebih dari 50 % lokasi ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar masih kurang dan masih memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas. 2) Ukuran Ukuran luasan ruang terbuka hijau publik yang baik yitu dengan mengacu pada SNI dan Permen PU no.63 tahun 1993. Luas taman kota di Kota Karanganyar sudah memenuhi ketentuan luasan yang ditetapkan dalam SNI tersebut yaitu 26.750 m 2. Sedangkan pada lapangan 106
olahraga masih memerlukan tindakan perluasan atau penambahan jumlah lapangan baru dikarenakan masih kurang dari proporsi yang telah ditetapkan. Untuk pemakaman sudah mencukupi kebutuhan penduduk di Kota Karanganyar sedangkan pada sempadan masih kurang dikarenakan masih kurang dari 5 meter. Sedangkan ukuran untuk pedestrian ways juga masih kurang dikarenakan hanya memiliki luas sekitar 1-1,5 meter saja. 3) Kelengkapan Sarana Elemen Pendukung Hampir secara keseluruhan, sarana elemen pendukung yang ada pada ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar masih kurang. Masih cukup banyak lokasi ruang terbuka hijau yang tidak memiliki sarana tertentu, seperti misalnya tempat duduk, MCK, area parkir dan tempat pembuangan sampah. 4) Desain Pada umumnya taman kota yang baik mampu menampung berbagai aktivitas pengunjungnya. Akan tetapi pada taman kota yang terdapat di Kota Karanganyar, ruang untuk menampung kegiatan serta aktivitas pengunjung masih kurang. Seperti tidak adanya ruang parkir, tempat duduk untuk bersantai terbatas bahkan ada yang tidak ada serta area taman bermain juga belum ada. Bahkan diwaktu sore hari, kondisi disekitar Taman Pancasila terlihat semrawut akibat aktivitas berlebih yang tidak diimbangi dengan perencanaan ruang yang baik dan efisien, karena desain yang baik akan dapat mendukung fungsi serta aktivitas didalamnya. 5) Kondisi fisik Kondisi ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar sebenarnya kurang baik. Ini ditunjukkan dari banyaknya kondisi masing-masing lokasi ruang terbuka hijau publik 107
yang gundul atau tandus. Bahkan pada saat musim hujan air menggenang dan becek. b. Aspek Non Fisik 1) Kenyamanan (comfort) Taman kota di Kota Karanganyar berada di pusat kota dan dilintasi Jalan Lawu lebih ramai jika dibanding jenis ruang terbuka hijau publik lain yang berada di pinggir kota dan berlokasi jauh dari pusat keramaian. Selain itu juga kebiasaan masyarakat atau pengunjung disekitar lokasi juga ikut memperngaruhi kenyamanan. Kebiasaan buruk atau negatif akan membuat pengunjung merasa tidak tenang dan tidak ingin berlama-lama berada di lokasi tersebut. 2) Keamanan dan keselamatan ( safety and security ) Tingkat keamanan dan keselamatan di Kota Karanganyar masih cukup terjamin dengan masih rendahnya angka kriminalitas dan kecelakaan lalu lintas. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi tindak kriminalitas, seperti misalnya menugaskan satuan kepolisian untuk berjaga di depan Rumah Dinas Bupati yaitu tepat berada didepan Taman Pancasila. Selain itu juga ada patroli oleh pihak kepolisian keliling kota untuk mengantisipasi tindakan kriminalitas. 3) Kemudahan ( accessibility ) Kemudahan akses menuju ruang terbuka hijau publik ditunjang dari moda transportasi serta kondisi prasarana jalan. Tingkat aksesibilitas yang paling tinggi berada di pusat kota, yaitu meliputi Kelurahan Cangakan, Karanganyar, Bejen dan Tegalgede karena memiliki akses transportasi yang lebih lengkap dan fleksibel jika dibanding kelurahan yang lain. 108
Jika dilihat dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar belum dapat berperan dengan maksimal dalam memberikan perannya terhadap masyarakat di kota tersebut. Ini dibuktikan dengan masih banyaknya lokasi ruang terbuka hijau publik yang kondisinya memprihatinkan dan masih memerlukan upaya perbaikan. Kekurangan proporsi ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar, tidak berarti bahwa Kota Karanganyar kekurangan ruang hijau. Walaupun proporsi ruang terbuka hijau publik masih dibawah 20 % ditiap kelurahan, tetapi ruang terbuka hijau privat yang didominasi oleh perkebunan dan sawah memungkinkan untuk melengkapi kekurangan proporsi ruang hijau di Kota Karanganyar. Dari hasil yang diperoleh dari studi ini, diperkirakan baru sekitar 10 % - 20 % saja yang memiliki kelengkapan sarana pendukung yang kondisinya baik. Bahkan ada beberapa lokasi yang belum memiliki kelengkapan sarana pendukung tersebut. Pada jalur hijau di sempadan sungai dan sekitar waduk, pihak pengelola belum mengupayakan bagaimana pengelolaan untuk kedepannya. B. REKOMENDASI Rekomendasi disusun berdasarkan hasil temuan studi yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, rekomendasi diberikan kepada pengelola, masyarakat dan peneliti selanjutnya. 1. Untuk Pihak Pengelola : Bekerja sama dengan pihak swasta untuk mengembangkan ruang terbuka hijau publik bersama. Revitalisasi ruang terbuka hijau publik dan merata dengan mengacu pada prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Perlunya peningkatan jumlah tenaga ahli serta tenaga pekerja dalam hal pengelolaan ruang terbuka hijau publik. 109
Memanfaatkan ruang-ruang terbuka untuk penghijauan agar bisa lebih maksimal. Mengelola serta meningkatkan ruang terbuka hijau di pinggiran kota. Melengkapi data luasan serta peta sebaran ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar agar lebih memudahkan pengelolaan dan pengembangannya. 2. Untuk Masyarakat: Masyarakat dapat bekerjasama dengan pihak pengelola untuk meningkatkan dan menjaga kualitas ruang terbuka hijau publik di Kota Karanganyar. Peran serta masyarakat dapat berupa : - Mengadakan kerja bakti setiap satu atau dua minggu sekali untuk membersihkan lingkungan disekitar tempat tinggal mereka. - Mengadakan kegiatan penanaman pohon untuk mengurangi dampak polusi udara. - Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat akan arti pentingnya ruang hijau dan bagaimana mengelola ruang yang baik. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya: Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih mempertajam isi dari lanjutan studi ini agar dapat melanjutkan kajian ini dengan lebih detail pada masing-masing ruang terbuka hijau publik yang ada, sehingga bisa dibuat suatu kebijakan atau pedoman. 110
DAFTAR PUSTAKA Referensi dari Kebijakan dan Undang-Undang,Rencana Detail Tata Ruang Kota Kecamatan Karanganyar, Karanganyar : Bappeda Dati II Karanganyar,Peraturan Bupati Karanganyar no.37 Tahun 2006 tentang Tarif Retribusi Pemakaman. Karanganyar : 2006,Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan. Dept. Pekerjaan Umum. Jakarta, 2008,Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai. Dept. Pekerjaan Umum, Jakarta, 1993,SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Dept. Kimpraswil. Jakarta, 2004,UU nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dept. Pekerjaan Umum. Jakarta, 2007,UU nomor 32 tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup. Dept.Pekerjaan Umum. Jakarta, 2009 Referensi dari Buku Barrow, C. J. 1999. Environmental Management. London : Routledge Budiharjo, Eko dan Sudanti, H. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Alumni : Bandung Dahlan, Endes Nurfilmarasa. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. Bandung: IPB Press Darmawan, Edy, Prof Ir, M.Eng. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Direktorat Jendral Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Dept. Pekerjaan Umum. Jakarta Fathoni, Abdurrahmat, Prof Dr H, Msi. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta Singarimbun, Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES Referensi dari Tesis dan Tugas Akhir Budiyono. 2006. Kajian Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Sebagai Sarana Ruang Publik (Studi Kasus Kawasan Sentra Timur Dki Jakarta). Tesis Insitut Pertanian Bogor 111
Referensi dari Internet Marshmallow. Kenapa Harus Ada Taman Kota. http://hemmayulfi.blogspot.com/, diakses 6/04/10 Moleong, J Lexy. Konsep Dasar Analisis Data. http://ayead.blogspot.com/, diakses 1/03/10 Scarlet, QQ. Ruang Terbuka Hijau. http://id.shvoong.com/social-sciences/, diakses 4/05/10 112