STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB II KAJIAN TEORI. dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KONSEP PERENCANAAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

STUDI TINGKAT KEEFEKTIFAN PEMANFAATAN OPEN SPACE BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI DI LINGKUNGAN PERUMAHAN PERUMNAS TLOGOSARI TUGAS AKHIR

PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN (Kasus: Taman Lesmana dan Taman Pandawa)

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

Bab V Konsep Perancangan

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Analisa Perancangan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA

ARAHAN PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KORIDOR JALAN JENDRAL SUDIRMAN KOTA SINGKAWANG TUGAS AKHIR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KRITERIA PERANCANGAN RUANG PUBLIK YANG AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KAWASAN SIMPANG LIMA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

shelter of emosion BAB III ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

OPTIMALISASI FUNGSI DALAM DESAIN HALTE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Transkripsi:

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR Oleh: ENI RAHAYU L2D 098 428 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G 2005

dalam hening kuberdoa duri tajam kuhadapi liku jalan kulalui semoga Engkau melindungi teguhkan iman mudahkan dan berkahi jalan bukakan hati muliakan selamatkan ampuni dosa seluruh umat-mu dan keturunanku Kupersembahkan untuk : Bu e, Pak e yang di surga, My Little Angels (Indira dan Shafira), My Lovely, Ibu dan Bapak, dan seluruh keluargaku yang kucintai dan kusayangi

A B S T R A K Pertambahan penduduk akan mengakibatkan peningkatan aktivitas dan pembangunan kota, yang akan berdampak pada peningkatan kebutuhan ruang. Kurangnya lahan mengakibatkan ruang terbuka publik akan semakin terdesak. Massa bangunan yang berjejal terasa tidak manusiawi, dan berkurangnya ruang terbuka ini mampu mempengaruhi sirkulasi udara terbuka kawasan dan juga psikologi masyarakat sekitar. Demikian pula dengan kondisi ruang terbuka publik yang ada di Kawasan Simpang Lima Semarang yang mempunyai fungsi semakin kompleks, antara lain sebagai sarana rekreasi, paru-paru kota, penyeimbang kehidupan perkotaan, dan tempat masyarakat bersosialisasi Alasan pemilihan Kawasan Simpang Lima sebagai ruang terbuka publik, pertama adalah Kawasan Simpang Lima sebagai pusat kota Semarang, merupakan pusat kegiatan dengan berbagai aktivitas yang mempunyai prioritas dalam pemeliharaan dan kualitas kawasan tersebut. Kedua ruang terbuka di kawasan ini mempunyai fungsi yang sangat penting dan beragam bagi lingkungan dan masyarakat kota. Dan yang ketiga merupakan lokasi dengan tingkat kunjungan yang tinggi dan tempat berakumulasinya berbagai lapisan masyarakat dan kegiatan didalamnya. Dengan melihat kondisi ruang terbuka di Kawasan Simpang Lima Semarang dari segi pemanfaatannya yang semakin beragam oleh masyarakat. Kawasan Simpang Lima selain fungsinya sebagai pusat kota yang didalamnya terdapat aktivitas perdagangan, perkantoran, dan pendidikan, sebagai landmark, juga merupakan open space yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat kota Semarang. Ruang terbuka itu sendiri mempunyai fungsi yang beragam dan berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu dilihat dari kondisi kualitas lingkungan yang semakin memburuk. Padatnya aktivitas didalamnya bila tidak diimbangi dengan perbaikan kualitas lingkungan akan menyebabkan degradasi lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya perhatian terhadap penyediaan, pemeliharaan dan kualitas ruang terbuka untuk mengimbagi bangunan dan aktivitas di Kawasan Simpang Lima. Kondisi fasilitas di ruang terbuka juga perlu diperhatikan, fasilitas yang tidak memadahi dapat menghambat pemanfaatannya sebagai ruang publi. Pemeliharaan dan kualitas ruang terbuka yang baik akan meningkatkan kenyamanan, hal ini tidak terlepas dari kondisi fasilitas di kawasan ini. Kondisi fasilitas yang tidak memadahi akan menjadikan ruang terbuka tidak berfungsi sebagaimana mestinya.sehingga akan menyebabkan berkurangnya kenyamanan untuk melakukan berbagai aktivitas di Kawasan Simpang Lima. Dengan melihat permasalahan dan kondisi yang ada tersebut maka studi ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan ruang terbuka publik di Kawasan Simpang Lima Semarang. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sasaran yaitu mengidentifikasi karakteristik pengunjung ruang terbuka publik di Kawasan Simpang Lima Semarang, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan ruang terbuka publik, menganalisis karakteristik aktivitas pengunjung, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan ruang terbuka publik berdasarkan persepsi pengunjung, sehingga mampu mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Untuk mencapai tujuan yang diharapakan perlu dilakukan analisis. Sedangkan teknik analisis yang akan dilakukan adalah dengan deskriptif kualitatif yang akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi. Temuan studi yang diperoleh memperlihatkan tingkat kenyamanan di ruang terbuka publik Kawasan Simpang Lima Semarang masih kurang dan tingkat kenyamanan ini sangat dipengaruhi olah faktor pendukung yang ada. Pengunjung yang berkunjung ke tempat ini mempunyai tujuan yang berbeda dan hal ini menunjukkan fungsi ruang terbuka yang semakin komplek dan sangat dibutuhkan keberadaannya bagi masyarakat kota. Untuk itu maka sangat penting kiranya bagi pemerintah kota untuk meningkatkan fasilitas dan kondisi yang lebih baik untuk menunjang kenyamanan ruang terbuka publik. Di samping itu juga perlu adanya kesadaran masyarakat untuk memelihara dan menjaga keberadaan ruang terbuka baik dari segi fisik (fasilitas) maupun non fisik. Kata kunci : ruang terbuka publik, kenyamanan, Kawasan Simpang Lima

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak langsung dari berkurangnya ruang terbuka publik adalah degradasi kualitas visual ruang perkotaan. Massa bangunan yang berjejal terasa sangat tidak manusiawi, dan berkurangnya ruang terbuka ini mampu mempengaruhi sirkulasi udara terbuka kawasan dan juga psikologi masyarakat sekitar. Diabaikannya penyediaan, pemeliharaan, pengendalian, serta fungsi ruang terbuka sebagai ruang publik sekarang ini menjadikan masyarakat semakin sulit untuk menikmati fungsi ruang terbuka sebagai ruang publik. Akibat perkembangan pembangunan kota ke arah vertikal dan jarak antarbangunan yang semakin sempit, menyebabkan sirkulasi udara dan pencahayaan terganggu karena terhalang oleh bangunan gedung-gedung yang tinggi. Terlebih lagi kecepatan udara yang tinggi antarbangunan menyebabkan tekanan udara yang semakin tinggi pula. Oleh karena itu keberadaan ruang terbuka di kawasan ini sangat diperlukan terutama dari segi kenyamanan dan fungsinya antara lain untuk menunjang aktivitas masyarakat serta sebagai sarana rekreasi dan sosialisasi. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Kebutuhan akan makan, minum, pelindung (shelter), ataupun tempat peristirahatan ketika lelah, semuanya membutuhkan kenyamanan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Tanpa kenyamanan akan sulit untuk dapat merasa kebutuhannya telah terpenuhi walaupun setiap orang akan berusaha untuk mengatasi ketidaknyamanannya. Dalam suatu ruang publik, kenyamanan berarti terhindar dari sinar matahari yang berlebihan, tersedianya tempak duduk yang nyaman tidak hanya secara fisik tetapi nyaman secara psikologis. Kenyamanan secara fisik meliputi orientasi tempat duduk; tersedianya tempat duduk untuk individual atau kelompok; tempat duduk yang memungkinkan untuk kegiatan membaca, makan, berbincang-bincang, dan beristirahat; tempat duduk dengan sandaran; dan untuk orang dewasa yang membawa anak-anak yaitu tempat duduk di dekat area bermain (Carr, 1995:85). Selain itu kenyamanan secara visual (visual comfort) menurut USR & E adalah kriteria tak terukur yang merupakan pelindungan terhadap pengamat dari faktor yang ada di dalam atau instrusi dari luar tapak yang dapat mengurangi pengalaman visual yang menyenangkan dari lingkungan kota. Menghindari elemen berupa cahaya yang menyilaukan, asap, debu, kebingungan karena banyaknya tanda atau lampu, pergerakan lalu lintas yang berjalan cepat atau gangguan lain.

2 Kondisi ruang terbuka publik harus diperhatikan melihat pemanfatannya semakin tinggi selain itu fungsi ruang terbuka bagi kehidupan kota juga semakin beragam, selain sebagai paruparu kota, memberikan keindahan, sebagai sarana rekreasi masyarakat, penyeimbang kehidupan perkotaan, tempat masyarakat bersosialisasi, dan dapat memberikan kenyamanan. Kondisi ruang terbuka ini tidaklah terlepas dari kenyamanan yang dirasakan oleh para pengunjung. Kenyamanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti elemen/fasilitas pendukung, aksesibilitas dan keamanan. Unsur elemen pendukung sangat berpengaruh terhadap kenyamanan karena elemen ini memberikan prasarana bagi pengunjung untuk beraktivitas dan mempengaruhi hak mereka terhadap tuang terbuka. Sesuai dengan kondisi sekarang dimana masyarakat semakin membutuhkan ruang terbuka yang nyaman karena fungsinya sebagai tempat rekreasi, penyeimbang kehidupan kota dan selain itu memberikan fungsi yang estetik, maka dipilihlah ruang terbuka publik di Kota Semarang yang sangat diminati dan mempunyai letak yang strategis namun diharapkan bisa memberikan fungsi sebagaimana mestinya yaitu ruang terbuka publik di Kawasan Simpang Lima. Ruang terbuka di kawasan ini sebenarnya telah memiliki fasilitas yang mendukung keberadaannya namun kondisinya masih perlu diperhatikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan salah satunya adalah vegetasi karena kurangnya vegetasi dapat menyebabkan berkurangnya penyaring (filter) udara untuk mereduksi polusi yang dihasilkan akibat aktivitas kawasan yang padat. Kurangnya pepohonan di kawasan pusat kota menjadikan kawasan yang panas dan gersang sehingga tidak nyaman digunakan untuk beraktivitas di siang hari padahal aktivitas yang terjadi semakin tinggi. Penyediaan tampat sampah, pancahayaan, tempat duduk, halte dan kanopi, toilet yang juga bagian dari elemen pendukung sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan, oleh karena itu perlu juga diperhatikan, sehingga menjadikan ruang terbuka yang nyaman sebagai wadah untuk melakukan berbagai aktivitas oleh masyarakat. Ruang publik yang demokratis seharusnya mempunyai arti bagi masyarakat, mamberikan kemudahan bagi masyarakat mendatanginya dan membuat masyarakat berpartisipasi memanfaatkannya (Francis Moundon, 1987:23). Hal ini berarti bahwa ruang publik harus memperhatikan aksesibilitas sehingga menjadi ruang yang baik dan nyaman bagi masyarakat untuk memanfaatkannya. Kawasan Simpang Lima merupakan tempat dengan aksesibilitas yang cukup tinggi, hal ini terlihat dari letaknya yang strategis dan merupakan pusat kota. Aksesibilitas yang baik perlu didukung dengan kondisi jalan yang baik, kemudahan mendapatkan angkutan umum, serta kondisi halte yang baik pula. Namun penilaian akan aksesibilitas yang baik dipengaruhi oleh kondisi pengunjung, apalagi melihat pengunjung di kawasan ini yang terdiri dari segala lapisan masyarakat dengan kondisi perekonomian yang berbeda pula. Dengan aksesibilitas yang baik ini

3 akan memenuhi kebutuhan pengunjung dan mereka dapat melakukan kebebasan dalam mengakses ruang terbuka ini. Dengan aksesibilitas yang baik pula akan menjadikan ruang publik yang memberi arti, sehingga akan membuat masyarakat selalu ingin berkunjung ke sana, yang berarti merupakan ruang publik yang menumbuhkan rasa rindu untuk mengunjunginya. Selain itu peran keamanan juga merupakan penentu kenyamanan, keamanan dapat diartikan sebagai rasa aman dari tindak kriminal. Ruang publik yang baik harus dapat melindungi hal-hal kelompok pemakainya (Carr, 1992:20). Hal ini berati ruang publik yang baik tidak terlepas dari rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini memang sangat diperlukan terutama bagi mereka yang melakukan kegiatan di ruang terbuka. Demikian pula bagi pejalan kaki, rasa aman sangat diperlukan ketika mereka beraktivitas di pedestrian seperti aman dari gangguan lalu lintas kendaraan sehingga mereka dapat merasa nyaman dan menimbulkan rasa rekreatif ketika berjalan. Kawasan Simpang Lima sebagai ruang terbuka yang berada di pusat perkotaan dengan banyak pengunjung yang beraktivitas di dalamnya, merupakan sasaran terjadinya tindak kriminalitas. Kebebasan dan keterbukaan ruang ini sering disalahgunakan untuk melakukan tindakan yang dapat memicu kriminalitas dan kegiatan amoral lainnya, antara lain adalah perdagangan minuman keras dan narkoba, serta kegiatan prostitusi. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari aparat berwajib dan kesadaran masyaralat dalam kerjasamanya menjaga keamanan kawasan. Dengan rasa aman ini akan memberikan kebebasan masyarakat untuk beraktivitas di ruang yang telah disediakan. Sebagai ruang terbuka publik, kawasan Simpang Lima hendaknya memenuhi kriteria tersebut. Sehingga kawasan ini selain sebagai pusat kegiatan ekonomi dapat diimbangi dengan fungsi rekreatif, budaya dan komunikasi masyarakat. Kondisi ruang terbuka di Kawasan Simpang Lima Semarang Lima yang semakin padat dengan berbagai aktivitas ini maka perlu diperhatikan kenyamanan ruang publik sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kurangnya kenyamanannya yang sangat berpengaruh terhadap pengguna dalam kebebasannya untuk beraktivitas. Selain itu kenyamanan tersebut juga didorong berbagai permasalahan lain yang memicunya antara lain adalah dari segi pemanfataannya yang semakin beragam tanpa didukung oleh kelengkapan fasilitas yang memadahi. Peningkatan fungsi Kawasan Simpang Lima ini perlu adanya perhatian dan didukung dengan peningkatan kenyamanan ruang terbuka publik yang ada. Kenyamanan yang ada sangat tergantung dari kinerja kenyamanan ruang terbuka publik tersebut. Diharapkan dengan mengadakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan ruang terbuka publik ini akan memberikan masukan untuk peningkatan kenyamanan sehingga masyarakat akan lebih merasa nyaman beraktivitas.