PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN XILANASE AMOBIL DALAM KITOSAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN ENZIM XILANASE DARI Trichoderma viride ABSTRAK

OPTIMASI AMOBILISASI PEKTINASE DARI Bacillus subtilis MENGGUNAKAN KITOSAN-NATRIUM TRIPOLIFOSFAT ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH Zn 2+ TERHADAP AKTIVITAS XILANASE HASIL ISOLASI DARI Trichoderma viride DENGAN METODE FERMENTASI SEMI PADAT ABSTRAK ABSTRACT

OPTIMASI AMOBILISASI ENZIM XILANASE DARI Trichodema viride MENGGUNAKAN MATRIKS KITOSAN-TRIPOLIFOSFAT Ilmiyati Sa idah, Sutrisno* dan Suratmo ABSTRAK

OPTIMASI KONDISI PRODUKSI PEKTINASE DARI Aspergillus niger. Iftakhul Mufarrikha, Anna Roosdiana (*), Sasangka Prasetyawan.

PENENTUAN WAKTU FERMENTASI OPTIMUM PRODUKSI XILANASE DARI JAGUNG DENGAN FERMENTASI SEMI PADAT ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH PH DAN TEMPERATUR TERHADAP KESTABILAN AKTIVITAS XILANASE DARI Trichoderma viride

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN AKTIVITAS XILANASE DIAMOBILISASI DALAM PASIR LAUT ABSTRAK ABSTRACT

OPTIMASI AMOBILISASI XILANASE DARI Trichoderma viride PADA MATRIKS PASIR LAUT TERLAPIS KITOSAN ABSTRAK ABSTRACT

OPTIMASI AMOBILISASI XILANASE DARI Trichoderma viride MENGGUNAKAN MATRIKS CA-ALGINAT-KITOSAN

ISOLASI Trichoderma viride DENGAN METODA FERMENTASI SEMI PADAT ABSTRAK ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

PENGARUH WAKTU PENGOCOKAN DAN KONSENTRASI XILANASE DARI Trichoderma viride TERHADAP XILANASE TERADSORPSI DAN AKTIVITAS XILANASE

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Hema Aprilia Setyo Windari, Sutrisno* dan Anna Roosdiana

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM AMOBILISASI XILANASE DARI Trichoderma viride PADA MATRIK ZEOLIT TERAKTIVASI ASAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Ardyan sukma sulistyaningtyas, Sasangka Prasetyawan*,Sutrisno.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

OPTIMASI AMOBILISASI XILANASE DARI TRICHODERMA VIRIDE DENGAN MATRIKS ZEOLIT ABSTRAK ABSTRACT

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

OPTIMASI AMOBILISASI ENZIM PEKTINASE DARI ASPERGILLUS NIGER MENGGUNAKAN MATRIKS KITOSAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT DAN PENENTUAN EFISISENSI PENGGUNAANNYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

OPP (OXIDIZED POLYPROPYLENE)-KITOSAN ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

OPTIMASI AMOBILISASI PEKTINASE DARI Bacillus subtilis MENGGUNAKAN BENTONIT ABSTRAK ABSTRACT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

KARAKTERISASI AKTIVITAS ENZIM BROMELIN DARI KULIT NANAS (Ananas comosus (L) Merr) YANG DIAMOBILISASI DENGAN SILIKA GEL DAN CMC

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

Laras Dwi Maharani, Sasangka Prasetyawan *, Chanif Mahdi

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

AMOBILISASI PEKTINASE HASIL ISOLASI DARI Aspergillus niger MENGGUNAKAN MATRIKS KARAGENAN. Elvanila Tanjung, Anna Roosdiana*, Diah Mardiana ABSTRAK

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

1 atm selama 15 menit

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

AMOBILISASI ENZIM PEKTINASE DARI ASPERGILLUS NIGER DENGAN MATRIK KITOSAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabung Reaksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Ekstraksi dengan 25 ml etil asetat digojog 10 menit dalam corong pemisah. Etil asetat dipisahkan

OPTIMASI AMOBILISASI UREASE DARI Schizzosaccharomyces pombe MENGGUNAKAN MATRIK KITOSAN-POLIETILEN GLIKOL ABSTRAK ABSTRACT

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

AMOBILISASI PEKTINASE DARI Bacillus subtilis MENGGUNAKAN MATRIKS PASIR LAUT TERAKTIVASI HCl ABSTRAK ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian. Peremajaan Isolat. Pembuatan Suspensi Trichoderma spp.

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Nopember 2013

Transkripsi:

KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 333-339, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 12 September 2014, Accepted 12 September 2014, Published online 15 September 2014 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN XILANASE AMOBIL DALAM KITOSAN Imaroh Mufidah Isya, Anna Roosdiana*, Sutrisno Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145 *Alamat korespondensi, Tel : +62-341-575838, Fax : +62-341-575835 Email: aroos@ub.ac.id ABSTRAK Xilanase merupakan kelompok enziim ekstraseluler yang memiliki kemampuan menghidrolisis xilan menjadi xilosa. Trichoderma viride merupakan salah satu jenis kapang yang dapat menghasilkan enzim xilanase. Kestabilan enzim dipengaruhi kondisi lingkungan. Enzim dikatakan stabil bila aktivitas sisa lebih dari 50% dari aktivitas enzim awal. Xilanase diamobilisasi dengan metode penjebakan menggunakan matriks kitosan-natrium tripolifosfat dan disimpan pada variasi suhu 30,40,50,60,70 ( C) dan variasi lama penyimpanan 0,1,2,3,4,5,6,7 (hari). Aktivitas enzim dapat ditentukan dengan menghitung gula pereduksi yang dihasilkan dari hidrolisis xilan oleh sejumlah enzim per menit (μg.g -1.menit -1 ). Gula pereduksi yang dihasilkan dianalisis menggunakan reagen DNS dan ditentukan dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan tertinggi dari enzim xilanase berada pada suhu penyimpanan 50 C. Enzim xilanase amobil, stabil hingga hari ke-7 dengan aktivitas sisa 50,81%. Semakin lama waktu penyimpanan maka aktivitas xilanase semakin menurun. Pada efisiensi xilanase amobil menggunakan kitosan-natrium tripolifosfat dapat digunakan sebanyak lima kali pengulangan dengan aktivitas sebanyak 16,462 unit dan efisiensi sebesar 50,19%. Kata kunci: amobilisasi, kestabilan, kitosan-natrium tripolifosfat, lama penyimpanan, suhu. ABSTRACT Xylanase is an extracellular enzymes group which enable to hydrolyze xylan into xylose. Trichoderma viride is one of the mold types that can produce xylanase. The enzyme stability is affected by environmental condition. The enzyme is stable when the remained activity show more than 50% from the initial enzyme activity. Immobilized xylanase in chitosan-sodium tripolyphospate matrix stored at various temperature of (30, 40, 50, 60, 70) C and storage time of (0, 1. 2, 3, 4, 5, 6, 7) days. The enzyme activity can be determined by calculating reducing sugar that resulted from hydrolyze xylan by a number of enzyme per minute (μg.g -1.menit - 1 ). The reducing sugar can be analyzed using DNS reagent and be determined by spectrophotometry method. The results showed that highest level of xylanase stability at storage temperature of 50 C. The immobilized xylanase remained stable up to 7 days with residual activity 50.81%. The longer of the storage time the xylanase activity decreased. The efficiency of immobilized xylanase in chitosan-sodium tripolyphospate matrix can be used five times repetitions resulting in activity of 16.462 units and the efficiency of 50.19%. Keywords: chitosan-sodium tripolyphosphate, immobilized, stability, storage time, temperature. PENDAHULUAN Enzim xilanase dalam perkembangannya banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, seperti proses bio bleaching pada industri pulp, pembuatan gula xilosa, produksi makanan dan minuman dan produksi makanan ternak [1]. Jenis mikroorganisme yang menghasilkan xilanase ialah dari golongan kapang dan bakteri. Meskipun enzim yang dihasilkan oleh golongan bakteri memiliki ketahanan pada suhu yang lebih tinggi dibanding kapang, namun 333

aktivitas xilanase dari golongan kapang jauh lebih tinggi daripada bakteri [2]. Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim, umumnya enzim hanya digunakan sekali pakai, karena secara teknis sangat sulit untuk memisahkan enzim dan produk serta kesulitan mendapatkan kembali enzim yang aktif diakhir reaksi [3]. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan amobilisasi enzim[4]. Amobilisasi enzim adalah suatu teknik dimana enzim ditempatkan pada suatu matriks sehingga dapat menjaga aktivitas katalitik enzim tersebut [5]. Kitosan dapat digunakan sebagai matriks karena mempunyai dua gugus aktif, yaitu gugus amino (-NH 2 ) dan hidroksil (-OH), kitosan dengan adanya gugus aktif ini memungkinkan terjadi interaksi dengan enzim baik secara adsorpsi maupun penjebakan [6].Kitosan sebagai media amobilisasi enzim dapat diubah strukturnya oleh adanya senyawa pengikat silang [6]. Salah satu agen pengikat silang adalah natrium tripolifosfat [7]. Dengan penambahan natrium tripolifosfat, ukuran pori dan porositas kitosan dapat berubah sehingga akan mempengaruhi jumlah enzim yang tertahan pada matriks [8]. Pada penelitian ini dipelajari lebih lanjut mengenai pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan aktivitas xilanase yang diamobilisasi pada kitosan-natrium tripolifosfat. METODA PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan antara lain kultur murni Trichoderma viride Na 2 HPO 4, (HOCH 2 ) 3 CNH 2, KH 2 PO 4, CaCl 2, (NH 4 ) 2 SO 4, MgSO 4.7H 2 O, DNS, NaOH 10%, NaKC 4 O 6 H 4, CuSO 4.5H 2 O, Na 5 P 3 O 10 3%, CH 3 COOH 100% (Bj : 1,05 g/ml),ch 3 COONa (BM: 82,02 g/mol) dan (C 6 H 11 NO 4 )n 3%, serta bahan lainnya adalah kulit pisang dan akuades. Peralatan yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas, inkubator (Heraeus Type B 5042), magnetic stirrer, penangas air (Memmert W 200), neraca analitik (Mettler Toledo AL 204), neraca analitik (Bosch PE 620), jarum ose, ph meter (Inolab WTW), spektrofotometer Uv-Vis (Shimadzu Model 160A double beam), kuvet, oven (Memmert), shaker (Edmund Buhler SM 25 24B), autoklav (All American Model 20X), sentrifuse dingin (Juan MR 1889), laminal flow, refrigerator, pemanas listrik (Janke-Kunkel), ayakan 40 mesh, aluminium foil, kapas steril, dan bunsen, kertas saring Whatman No. 40, syringe. 334

Prosedur Produksi dan isolasi ekstrak kasar xilanase Produksi dan isolasi ekstrak kasar xilanase dilakukan dengan pembuatan larutan inokulum terlebih dahulu dengan cara kultur murni Trichoderma viride dibiakkan ke dalam media padat Potatoes Dextrose Agar (PDA) miring selama 144 jam (6 hari). Lalu disuspensikan dengan 1 ml aquades steril, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 100 ml media cair steril dan diinkubasi dengan menggunakan shaker sampai jam ke-36 (pertengahan fase logarima). Selanjutnya, dilakukan produksi dan isolasi xilanase dengan cara 25 gram serbuk kulit pisang dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang telah berisi 65 ml media cair dan disterilkan dengan autoklaf (T=121 o C, P=15 psi) selama 15 menit. Setelah itu, ditambahkan larutan inokulum sebanyak 10 ml dan diinkubasi sampai jam ke-60 dengan menggunakan shaker (Edmund Buhler SM 25 24B) pada kecepatan 100 rpm. Kemudian ditambahkan 30 ml larutan buffer asetat ph 5 dan dilanjutkan dengan proses sentrifugasi dingin selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm, sehingga diperoleh ekstrak kasar xilanase. Amobilisasi xilanase dengan kitosan-natrium tripolifosfat Amobilisasi enzim dilakukan dengan cara mencampurkan 20 ml ekstrak kasar xilanase dengan 80 ml kitosan yang telah dipreparasi. Larutan campuran masing-masing dimasukkan ke dalam syringe dan ditekan sehingga campuran menetes ke dalam wadah berisi 100-200 ml larutan natrium tripolifosfat 3%. Manik-manik yang terbentuk dibiarkan terendam dalam larutan natrium tripolifosfat 3% selama 75 menit. Enzim amobil dengan larutan dipisahkan melalui penyaringan menggunakan kertas saring Whatman No. 40. Filtrat yang didapat diuji kadar protein sisanya dan xilanase amobil yang didapat diuji aktivitasnya dan dilanjutkan untuk penentuan kestabilan aktivitas enzim amobil berdasarkan pengaruh suhu dan lama penyimpanan. Penentuan kestabilan aktivitas enzim amobil berdasarkan pengaruh suhu dan lama penyimpanan Xilanase hasil amobil ditimbang sebanyak 0,3 g dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi ukuran 5 ml dan di tutup dengan alumunium foil. Kemudian tabung raksi diinkubasi di dalam oven dengan variasi suhu 30, 40, 50, 60, dan 70 o C. Pada lama penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hari, enzim di uji aktivitasnya dengan menambahkan substrat xilan sebanyak 1 ml, buffer asetat ph 5 sebanyak 5 ml, aquades 1 ml, diinkubasi pada suhu 60 o C selama 50 335

menit, kemudian ditambahkan 2 ml reagen DNS, dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 15 menit didinginkan dan dipindahkan ke dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Sampel dapat diukur kadar gula pereduksinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penentuan Aktivitas Enzim Sisa Xilanase Aktivitas enzim sisa xilanase ditentukan dengan cara mencari persentase hasil bagi aktivitas enzim setelah perlakuan dan sebelum perlakuan, yaitu sebagai berikut : % Aktivitas Sisa = x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi dan Isolasi Ekstrak Kasar Xilanase Xilanase merupakan enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis xilan menjadi xilosa. Xilanase termasuk dalam golongan enzim induktif, dalam pembentukannya dibutuhkan adanya rangsangan dari substrat (induser). Proses produksi xilanase ini dilakukan pada fasa awal stasioner yang merupakan fasa petumbuhan sel yang paling banyak. Pada saat isolasi xilanase, ditambahkan larutan buffer asetat ph 5 yang berfungsi untuk menjaga kestabilan xilanase dan dapat melarutkan enzim xilanase. Xilanase adalah enzim ekstraseluler, sehingga tidak perlu dilakukan pemecahan sel untuk memperoleh enzimnya. Oleh karena itu, dilakukan proses sentrifugasi untuk mengendapkan sisa-sisa komponen selain enzim. Aktivitas dari enzim amobil lebih rendah daripada ekstrak kasar xilanase. Menurunnya aktivitas tersebut di karenakan enzim amobil membutuhkan waktu inkubasi yang lebih lama untuk mencapai aktivitas maksimumnya dibanding enzim bebasnya. Pada enzim amobil terdapat efek tahanan difusi yang diakibatkan oleh adanya bahan pendukung, sehingga Tabel 1. Perbandingan enzim bebas dan enzim amobil No Xilanase Kadar protein Aktivitas Enzim (ppm) (µg/ ml.menit) Enzim Bebas 17.833 9.591 Enzim Amobil 1.092 5.568 bertemunya substrat dengan enzim memerlukan waktu yang lebih lama, karena substrat 336

terlebih dahulu harus berdifusi masuk ke bagian dalam partikel enzim amobil, untuk kemudian membentuk produk. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kestabilan Xilanase yang diamobilisasi dalam Kitosan-Natrium Tripolifosfat Keuntungan metode amobilisasi yaitu enzim bersifat stabil karena dapat digunakan berulang kali, serta dapat meningkatkan stabilitas. Kestabilan xilanase dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengaruh ph, waktu inkubasi, pengaruh suhu dan enzim protease. Gambar 1. Grafik pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap aktivitas enzim xilanase Suhu berpengaruh terhadap kestabilan xilanase. Pada Gambar 1 terlihat bahwa aktivitas enzim pada penyimpanan 50 o C mempunyai aktivitas yang paling tinggi, dikarenakan pada suhu 50 C enzim xilanase tidak terdegradasi oleh protease yang dihasilkan pada saat enzim xilanase disintesis oleh Trichoderma viride. Protease merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis, disebut juga enzim proteolitik. Sedangkan pada suhu 70 o C xilanase memiliki aktivitas enzim yang paling rendah dikarenakan pada suhu 70 o C xilanase sudah mengalami denaturasi. Kestabilan enzim xilanase dapat dilihat dari aktivitas enzim sisa dimana enzim dikatakan stabil bila aktivitas enzim sisanya lebih dari 50% dari aktivitas awal enzim. Pada penelitian diperoleh aktivitas enzim sisa yang ditunjukkan pada Gambar 2. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap kestabilan xilanase. Semakin lama waktu penyimpanan maka aktivitas xilanase semakin menurun. Pada suhu 50 0 C enzim xilanase 337

amobil stabil sampai hari ke-7 dengan aktivitas sisa 50,81%. Pada suhu 70 0 C stabil sampai hari ke-4 dengan aktivitas enzim sisa 57,22% dan 53,00%. Pada pada suhu 30 0 C xilanase Gambar 2. Grafik % aktivitas enzim sisa xilanase amobil amobil stabil sampai hari ke-5 dengan aktivitas enzim sisa 52,26%, sedangkan pada suhu 40 dan 60 0 C xilanase amobil stabil sampai hari ke-6 dengan aktivitas enzim sisa berturut-turut 58,10; dan 54,89%. KESIMPULAN Lama penyimpanan dan suhu berpengaruh terhadap kestabilan xilanase. Semakin lama waktu penyimpanan maka aktivitas xilanase semakin menurun. Pada suhu 50 0 C enzim xilanase amobil stabil sampai hari ke-7 dengan aktivitas sisa 50,81 5%. UCAPAN TERIMAKASIH skripsi. Terimakasih kami sampaikan kepada Drs. Sutrisno M.Si atas support dana pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA 1. Richana N., 2002, Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia, Buletin Agrobio 5 (1) 29-35. 2. Budiman A., dan Setiawan S., 2010, Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi dan ph dalam Proses Isolasi Enzim Xilanase dengan Menggunakan Media Jerami Padi, http://www.undip.ac.id/journal/albar-substrat.pdf, diakses tanggal 25 september 2013. 338

3. Sarah A., 2001, Immobilization and Stabilization of Papain on Chelating Sepharose, Electronic Journal Biotechology, Catolica de Velparaaiso Chile. 4. Chibata I., 1978, Immobilized Enzyme, Research and Development, John Wiley and Sons Inc, New York. 5. Esawy, M. A., Mahmoud D. A. R. dan Fattah A. F. A., 2008, Immobilisation of Bacillus subtilis NRC33a Levansucrase and Some Studies on Its Properties, Brazilian Journal of Chemical Engineering, No. 2, Vol. 25, 237-246. 6. Krajewska B., 2004, Application of Chitin and Chitosan Based Materials for Enzyme Immobilizations: A Review, Enzyme and Microbial Technology, Vol. 35,126-139. 7. Aral C. dan Akugba J., 1998, Alternative Approach to The Preparation of Chitosan Beads, International of Journal Pharmaceutics, Vol. 168, 9-15. 8. Fwu L. M., Shin S. S., Chin T. C., dan Juin Y. L., 2002, Adsorption of Indomethacin onto Chemically Modified Chitosan, Polymer, Vol. 43, 757-765. 339