Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

dokumen-dokumen yang mirip
Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sumatera Barat. Jam Gadang

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

Kalimantan Timur. Lembuswana

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

PROFIL PEMBANGUNAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang


I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004)

Transkripsi:

, Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan adalah tempat menyimpan barang. Tempat ini juga terkadang dipakai sebagai tempat untuk membicarakan hal-hal adat. Jabu bolon adalah rumah keluarga besar. Rumah ini tidak memiliki sekat atau kamar sehingga kelu arga tinggal dan tidur bersama. Rumah Balai Batak Toba juga dikenal sebagai Rumah Bolon.

106 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Profil Sumatera Ibu : Medan Luas Wilayah : 72.981 km 2 Jumlah Penduduk : 12,98 juta Kepadatan Penduduk : 189 jiwa/km 2 PDRB/Kapita 2) : Rp 10,4 juta IPM : 68,87 Angka Pengangguran 3) : 6,23% Koefisien Gini 4) : 0,354 2014 Profil Jumlah Rumah Tangga Miskin : 1.019.809 Jumlah Penduduk Miskin : 4.748.442 Angka : 31,5% Keparahan : 43,16% Indeks : 0,136 Karakter Perbandingan 86,2% 42,2% 85,2% 13,3% 67,6% 12,7% 739.980 279.829 65,7% 50,9% 11,7% 6,5% 3.416.000 1.332.442 44,4% 17,8% 44,4% 40,0% 50,8% 0,197 IKM 0,071 Keterangan Simbol RT Miskin Penduduk Miskin IKM Persentase Penduduk Miskin Keparahan Indeks Keterangan 1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga 2) PDRB/kapita tanpa Migas 3) Data Agustus 2014 4) Data 2013

Laporan Provinsi 107 Peta Provinsi Sumatera 2013 LANGKAT KOTA BINJAI KARO KOTA PEMATANG SIANTAR DAIRI PAKPAK BHARAT SAMOSIR HUMBANG HASUNDUTAN NIAS UTARA KOTA GUNUNGSITOLI NIAS BARAT NIAS 22 14 14 22 55 80 11 86 98 39 7 25 32 5 TAPANULI UTARA TAPANULI TENGAH KOTA SIBOLGA 12 50 8 38 18 13 30 17 31 27 43 26 5 35 37 20 37 66 TAPANULI SELATAN KOTA MEDAN KOTA PADANG SIDEMPUAN DELI SERDANG KOTA TEBING TINGGI 23 MANDAILING NATAL NIAS SELATAN SERDANG BEDAGAI SIMALUNGUN BATUBARA KOTA TANJUNG BALAI ASAHAN TOBA SAMOSIR LABUHANBATU UTARA LABUHANBATU LABUHANBATU SELATAN PADANG LAWAS UTARA PADANG LAWAS Keterangan RT Miskin (%) >50 40-50 30-40 20-30 <20 n.a. Jumlah RT Miskin (dalam ribu) Keterangan Simbol Karakteristik Akses air bersih Sanitasi Pembantu Kelahiran Gizi Seimbang Anak Balita Partisipasi Sekolah Melek Huruf Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bahan Bakar untuk Memasak Sumber Penerangan Kondisi Atap Lantai Dinding Kepemilikan Aset Rumah

108 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Analisis Sumatera Profil Angka kemiskinan multidimensi provinsi ini cenderung menurun dalam kurun waktu 2012-2014. Serupa dengan pergerakan angka kemiskinan moneter, angka kemiskinan multidimensi sempat membaik pada 2013. Namun, tahun berikutnya meningkat. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa selama periode 2012-2014, jumlah rumah tangga miskin multidimensi terus berkurang meski tidak terlampau banyak. Pada tahun 2012, jumlah rumah tangga miskin mencapai 1,1 juta rumah tangga. Kemudian, dua tahun berikutnya menurun menjadi 1,02 juta rumah tangga. Sejalan dengan penurunan jumlah rumah tangga miskin ini, jumlah penduduk miskin pun turut berkurang. Dari sebelumnya sekitar 5,07 juta jiwa pada tahun 2012, menjadi sekitar 4,75 juta jiwa pada tahun 2014. Dengan penurunan rumah tangga miskin tersebut, angka kemiskinan multidimensi provinsi ini pun menurun. Pada tahun 2012 angkanya masih sebesar 35,16 persen. Akan tetapi, dua tahun kemudian turun menjadi sekitar 31,48 persen. Dengan angka kemiskinan sebesar ini, lebih dari tiga dari sepuluh rumah tangga di Sumatera tergolong miskin multidimensi. Demikian pula dengan Indeks yang menunjukkan tren menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, Indeks sebesar 0,151. Kemudian pada tahun 2014 membaik menjadi 0,136. Meski demikian, perlu menjadi perhatian bahwa keparahan kemiskinan multidimensi provinsi ini cenderung masih berfluktuatif. Tren keparahan kemiskinan ini tidak mengikuti tren indikator-indikator kemiskinan multidimensi lainnya yang terus menurun. Bahkan, keparahan kemiskinan pada tahun 2014 justru lebih tinggi daripada keparahan kemiskinan tahun 2012, setelah sempat menurun pada tahun 2013. Angka Angka kemiskinan multidimensi cend- Tabel 1 Profil Sumatera 2012-2014 Keterangan Jumlah Rumah Tangga Miskin Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Angka (%) Keparahan (%) Indeks 2012 2013 2014 760.210 339.263 + 1.099.473 733.017 312.577 + 1.045.594 739.980 279.829 + 1.019.809 3.494.675 1.572.491 5.067.166 3.356.020 1.488.415 4.844.435 3.416.000 1.332.442 4.748.442 47,5 22,2 35,2 44,0 19,8 32,2 44,4 17,8 31,5 44,3 40,0 43,0 43,5 40,0 42,4 44,4 40,0 43,2 0,210 0,089 0,151 0,191 0,079 0,137 0,197 0,071 0,136

Laporan Provinsi 109 erung menurun pada kurun waktu 2012-2014, seperti terlihat pada Grafik 1. Sama halnya dengan angka kemiskinan moneter. Pada tahun 2013 sempat membaik, kemudian tahun berikutnya memburuk, meskipun posisinya tidak seburuk kondisi tahun 2012. Ini berbeda dengan angka kemiskinan moneter. Persentase rumah tangga miskin moneter cenderung turun selama kurun waktu 2012-2014. Pada tahun 2012 angka kemiskinan multidimensinya sebesar 35,2 persen. Dua tahun kemudian, kondisinya turun menjadi 31,5 persen. Nilai angka kemiskinan multidimensi lebih tinggi daripada kemiskinan moneter karena pendekatannya melihat pada keterbatasan akses pelayanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup. tidak hanya sebagai persoalan ekonomi, tetapi lebih luas lagi menyangkut persoalan kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup. Melalui pendekatan kemiskinan multidimensi, di Sumatera pada tahun 2014 berada pada tingkat 31,5 persen. Artinya, lebih dari sepertiga rumah tangga di Sumatera tergolong miskin multidimensi. Pada tahun 2013 terjadi penurunan angka kemiskinan multidimensi dari 32,2 persen. Sebelumnya pada tahun 2012 rumah tangga miskin multidimensinya sebesar 35,2 persen, terus membaik pada tahun 2014. Angka kemiskinan multidimensi Sumatera turun menjadi 31,5 persen, seperti ditunjukkan pada Grafik 2. di Sumatera terkonsentrasi di daerah perdesaan. Secara dimensional, hampir setengah dari rumah tangga di perdesaan masuk dalam kategori miskin. Pada tahun 2014, tercatat 44 persen rumah tangga perdesaan masuk dalam kategori miskin dimensional. Di perkotaan, hanya sekitar 17,8 persen rumah tangga yang masuk dalam kategori miskin dimensional. Pada tahun 2014 terjadi sedikit peningkatan angka kemiskinan multidimesi di perdesaan. Pada tahun 2012 angkanya tercatat 47,5 persen. Kemudian pada tahun 2013 persentase rumah tangga miskin multidimensi menurun menjadi 44 persen. Namun, pada tahun 2014 terjadi peningkatan angka kemiskinan sebesar 44,4 persen. Kondisi yang relatif baik terjadi di perkotaan. Tren penurunan angka kemiskinan multidimensi terjadi dalam tiga tahun terakhir sebagai dampak pelaksanaan program pengentasan rakyat miskin perkotaan, yang mampu menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 17,8 persen di tahun 2014. Penurunan angka kemiskinan multidimensi di perkotaan ini sejalan dengan menurunnya angka kemiskinan multidimensi perkotaan secara nasional, dari 22,2 persen pada tahun 2012 menjadi 18,5 persen tahun 2014. Tren penurunan angka kemiskinan perkotaan Sumatera hampir sama dengan penurunan Grafik 1 Perbandingan Angka dengan Angka Moneter (%)

110 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 tingkat nasional. Dibandingkan dengan antardaerah, wilayah Kepulauan Nias paling tinggi angka kemiskinan multidimensinya. Persentase rumah tangga miskin multidimensi paling banyak terdapat di Kabupaten Nias, sebesar 94 persen. Disusul Kabupaten Nias sebesar 90,5 persen dan Nias Barat sebesar 88,3 persen. Adapun daerah yang paling sedikit persentase rumah tangga miskin multidimensinya adalah Medan, Tebing Tinggi, dan Binjai. Tingginya angka kemiskinan multidimensi di Sumatera tidak terlepas dari menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat nilai tukar petani (NTP) yang jauh merosot. Pada tahun 2014, harga komoditas pertanian dunia, terutama tanaman sawit dan karet yang merupakan komoditas utama petani Sumatera, mengalami kemerosotan yang berakibat harga yang diterima petani jauh lebih rendah daripada kondisi sebelumnya. Fluktuasi harga komoditas dunia, gejolak permintaan dunia, serta tidak tersedianya sistem penyangga atas perubahan tersebut memosisikan petani perdesaan menjadi kelompok yang rentan dan tidak mampu ber- Grafik 2 Angka (%) menurut - 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0-47,5 47,6 44,044,4 42,2 40,8 35,2 35,0 32,2 31,5 30,8 29,7 22,2 22,2 19,8 19,4 18,5 17,8 + + 2012 2013 2014 Sumatra Nasional Grafik 3 Keparahan (%) menurut - 2012 2013 2014 Sumatra

Laporan Provinsi 111 buat banyak. Akibatnya, perubahan pada harga komoditas dunia secara langsung meningkatkan kemiskinan perdesaan di Sumatera. Peningkatan angka kemiskinan multidimensi yang tinggi dalam fase penurunan harga komoditas dunia ini memperlihatkan bahwa terdapat sejumlah besar masyarakat perdesaan yang masuk dalam kelompok di atas garis kemiskinan multidimensi, tetapi sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal (rentan miskin). Dalam kondisi normal, kelompok ini pada dasarnya mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal, tetapi tidak cukup tangguh ketika terjadi gejolak pada faktor eksternal. Kemampuan daya beli yang tidak terlalu kuat ini menyebabkan perubahan angka kemiskinan multidimensi setiap tahun menjadi sangat tinggi. Keparahan Menurunnya angka kemiskinan multidimensi di Sumatera tidak diikuti dengan penurunan keparahan kemiskinan multidimensi. Tingkat keparahannya cenderung tidak stabil. Pada tahun 2013 menurun. Setahun kemudian kondisinya meningkat. Artinya, di satu sisi, pertumbuhan ekonomi mampu mengurangi jumlah rumah tangga miskin multidimensi, tetapi di sisi lain, ketidakmampuan mengakses kebutuhan dasar di masyarakat meningkat pada tahun 2014. Berdasar pada Grafik 3, pada tahun 2012, persentase keparahan multidimensi masyarakat sebesar 43 persen. Kemudian pada tahun 2013 persentasenya turun menjadi 42,4 persen. Selanjutnya, pada tahun 2014 tingkat keparahan rumah tangga miskin multidimensi kembali memburuk menjadi 43,2 persen. Kondisi yang fluktuatif ini dipicu oleh kondisi keparahan di perdesaan. Penyumbang keparahan terbesar di perdesaan. Pada tahun 2012, persentasenya sebesar 44,3 persen. Setahun kemudian kondisinya membaik menjadi 43,5 persen. Namun, pada tahun 2014 persentasenya kembali memburuk melebihi kondisi tahun 2012, yaitu sebesar 44,4 persen. Ini berbeda dengan masyarakat di perkotaan yang cenderung stabil. Selama kurun waktu 2012-2014 tingkat keparahan kemiskinannya stagnan di level 40 persen. Indeks Di Provinsi Sumut, penurunan angka kemiskinan multidimensi diikuti dengan penurunan Indeks. Dalam kurun waktu 2012-2014, Indeks cenderung turun sama halnya dengan nasional. Namun, levelnya masih lebih Grafik 4 Indeks menurut - 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,210 0,191 0,207 0,197 0,180 0,174 0,151 0,137 0,149 0,129 0,136 0,124 0,089 0,090 0,079 0,077 0,071 0,074 - + + Sumatra Nasional 2012 2013

112 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 tinggi dibandingkan dengan kondisi nasional. Sama halnya dengan daerah lain, kontribusi perdesaan cukup besar dalam menyumbang tingginya Indeks. Pada tahun 2012, Indeks Sumut tercatat 0,151. Dua tahun kemudian turun menjadi 0,136. Tingginya Indeks ini disumbang oleh tingginya indeks di perdesaan, seperti terlihat pada Grafik 4. Indeks kemiskinan di perdesaan cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 terhitung 0,210. Setahun kemudian membaik menjadi 0,191. Namun, tahun 2014 sedikit memburuk menjadi 0,197. Ini berbeda dengan kondisi di perkotaan. Selama kurun waktu 2012-2014 relatif lebih baik dan semakin membaik. Ini disebabkan akses infrastruktur dasar lebih baik dibandingkan dengan di perdesaan. Dibandingkan dengan daerah lain, Kabupaten Nias menjadi daerah yang paling tinggi indeks kemiskinannya. Kemudian disusul Kabupaten Nias Barat dan Nias. Adapun daerah yang paling rendah indeks kemiskinannya terdapat di Medan, Binjai, dan Tebing Tinggi. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Dilihat dari karakteristik kemiskinan multidimensi, setidaknya ada lima persoalan yang dihadapi rumah tangga miskin di Sumut. Masalah tersebut adalah akses sumber penerangan, air bersih, dan sanitasi. Selain itu, ada juga persoalan kurangnya asupan gizi seimbang pada anak balita dan bahan bakar untuk memasak. Persoalan akses sumber penerangan menjadi persoalan paling utama di Sumut. Empat dari lima rumah tangga miskin tidak mampu mengakses sumber penerangan yang disediakan pemerintah. Empat dari lima rumah tangga miskin tidak mampu mengakses air bersih. Bahkan, dari tahun 2012 hingga 2014 cenderung meningkat. Persoalan lain, masih banyak rumah tangga miskin yang tidak memiliki sanitasi yang sehat. Sekitar enam dari sepuluh rumah tangga miskin tidak memiliki jamban keluarga yang layak. Akses energi untuk memasak juga menjadi masalah. Tujuh dari sepuluh rumah tangga miskin belum memiliki akses bahan bakar untuk memasak yang layak seperti elpiji. Ada yang berpotensi menimbulkan masalah, yaitu kurangnya asupan gizi seimbang pada anak balita. Pada kurun waktu 2012-2014 kondisinya cenderung meningkat. Pada tahun 2012 keluarga yang memiliki anak balita dengan asupan gizi tidak seimbang sebesar 47 persen. Dua tahun kemudian bertambah menjadi 51 persen, seperti terlihat pada Grafik 5. Rekomendasi Belajar dari pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan, sasaran penanggulan kemiskinan hendaknya tidak menyebar pada komunitas warga secara sporadis dan bukan spesifik pada kelompok rumah tangga miskin dengan karakteristik tertentu. Akibatnya, seringkali program yang diberikan kurang dapat menjawab persoalan utama kemiskinan yang dihadapi kelompok rumah tangga miskin. Idealnya, sebuah program penanggulangan kemiskinan disusun atas dasar sebab-sebab kemiskinan yang dihadapi oleh kelompok orang miskin. Luasnya cakupan program penanggulangan kemiskinan, yang biasanya menjadikan desa-kota sebagai unit implementatis, mengakibatkan program kurang dapat mengenali karakteristik spesifik rumah tangga miskin yang diintervensi. Dari analisis kemiskinan multidimensional masyarakat Sumatera, telah disimpulkan bebarapa karakteristik kemiskinan di Sumatera. Untuk itu, sasaran penanggulangan kemiskinan ke depan harus memprioritaskan pada kemiskinan perdesaan. Dalam lima tahun ke depan, program penanggulangan kemiskinan harus mampu menurunkan angka kemiskinan multidimensi rumah tangga Sumatera. Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah perlu mempersiapkan regulasi dan kelembagaan, terutama terkait dengan usaha menjaga agar nilai tukar petani tetap stabil, mendorong peningkatan daya beli masyarakat per-

Laporan Provinsi 113 desaan, serta menjaga inflasi tetap berada pada tingkat yang wajar. Dengan memperhatikan permasalahan utama dalam kemiskinan multidimensi Provinsi Sumatera, upaya penanggulangan kemiskinan multidimensi di provinsi ini perlu dijalankan dengan prioritas sebagai berikut: 1. Peningkatan penggunan sumber penerangan yang layak bagi rumah tangga miskin, terutama di Kabupaten Mandailing Natal, Langkat, Nias, dan Deli Serdang. 2. Peningkatan akses rumah tangga miskin terhadap air bersih, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Mandailing Natal, dan Medan. 3. Peningkatan sanitasi lingkungan rumah tangga miskin, terutama di Kabupaten Mandailing Natal, Langkat, Deli Serdang, dan Nias. 4. Peningkatan asupan gizi seimbang pada anak balita rumah tangga miskin, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Simalungun, dan Medan. 5. Peningkatan aksesibilitas bahan bakar untuk memasak yang layak terutama di Kabupaten Mandailing Natal, Nias, Langkat, dan Tapanuli Tengah.

114 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 1 Jumlah RT Miskin Menurut Dimensi dan Indikator 2012-2014 2012 2013 2014 Indikator + + + 603.101 161.260 764.361 556.312 127.746 684.058 555.816 114.186 670.002 614.222 268.390 882.612 596.212 251.012 847.224 627.261 241.529 868.789 117.457 8.822 126.279 103.944 8.312 112.255 120.342 15.502 135.845 342.661 182.583 525.243 323.758 192.152 515.910 354.028 164.764 518.792 94.660 39.020 133.680 84.547 37.236 121.783 82.070 37.349 119.419 82.021 9.290 91.311 75.104 9.953 85.057 102.243 26.908 129.150 376.579 197.409 573.989 367.213 193.694 560.906 371.765 146.538 518.303 697.389 274.205 971.593 675.358 243.489 918.847 670.762 208.399 879.161 613.772 175.082 788.854 575.728 129.561 705.289 576.215 113.455 689.670 68.023 16.162 84.185 57.199 8.995 66.194 58.069 8.630 66.699 247.514 215.858 463.372 232.954 216.862 449.816 235.352 195.227 430.580

Laporan Provinsi 115 Lampiran 2 Menurut Kabupaten/ 2012 Kode KABUPATEN/KOTA Angka Keparahan Jumlah RT Indeks Miskin (%) (%) 1201 N i a s 24.196 94,1 50,5 0,475 1202 Mandailing Natal 66.883 68,9 44,4 0,306 1203 Tapanuli 37.110 60,9 43,9 0,267 1204 Tapanuli Tengah 42.434 62,9 45,9 0,289 1205 Tapanuli 28.427 43,9 42,2 0,185 1206 Toba Samosir 16.643 37,8 41,4 0,157 1207 Labuhan Batu 39.166 39,4 42,2 0,166 1208 Asahan 38.322 24,7 41,5 0,102 1209 Simalungun 58.782 28,2 41,1 0,116 1210 Dairi 32.769 51,2 42,1 0,215 1211 K a r o 31.557 31,2 40,7 0,127 1212 Deli Serdang 96.399 21,0 40,0 0,084 1213 Langkat 82.223 34,4 43,0 0,148 1214 Nias 56.620 90,5 49,7 0,450 1215 Humbang Hasundutan 18.399 46,3 43,4 0,201 1216 Pakpak Bharat 6.233 65,1 44,0 0,286 1217 Samosir 16.319 54,0 43,3 0,234 1218 Serdang Bedagai 41.948 30,0 42,3 0,127 1219 Batu Bara 28.150 30,2 41,0 0,124 1220 Padang Lawas 39.110 70,5 45,5 0,321 1221 Padang Lawas 35.644 64,4 44,6 0,287 1222 Labuhan Batu 26.827 37,4 42,8 0,160 1223 Labuhan Batu 32.143 40,1 43,3 0,174 1224 Nias 20.682 83,1 47,3 0,393 1225 Nias Barat 13.779 88,3 50,3 0,444 1271 Sibolga 5.520 29,0 39,7 0,115 1272 Tanjung Balai 8.756 25,1 40,9 0,103 1273 Pematang Siantar 7.225 12,4 39,5 0,049 1274 Tebing Tinggi 9.186 24,6 39,3 0,097 1275 Medan 88.084 18,2 39,4 0,072 1276 Binjai 13.608 22,8 39,7 0,091

116 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Indeks 1277 Padang Sidempuan 20.429 46,3 41,8 0,194 1278 Gunungsitoli 15.899 61,5 44,9 0,276 12 SUMUT 1.099.473 Lampiran 3 Menurut Kabupaten/ 2013 Kode KABUPATEN/KOTA Angka Keparahan Jumlah RT Indeks Miskin (%) (%) 1201 N i a s 22.375 88,0 52,1 0,459 1202 Mandailing Natal 65.585 67,0 43,4 0,291 1203 Tapanuli 35.459 54,9 43,8 0,240 1204 Tapanuli Tengah 43.274 60,7 44,5 0,270 1205 Tapanuli 26.628 38,0 41,7 0,158 1206 Toba Samosir 13.176 30,0 41,2 0,124 1207 Labuhan Batu 31.161 29,9 40,8 0,122 1208 Asahan 38.090 22,9 40,6 0,093 1209 Simalungun 49.735 22,9 40,6 0,093 1210 Dairi 31.871 46,4 42,4 0,197 1211 K a r o 25.100 24,6 40,3 0,099 1212 Deli Serdang 98.246 21,0 40,5 0,085 1213 Langkat 80.448 32,6 41,5 0,135 1214 Nias 55.417 85,2 47,7 0,407 1215 Humbang Hasundutan 16.675 39,1 41,3 0,162 1216 Pakpak Bharat 5.495 53,3 41,1 0,219 1217 Samosir 17.512 56,1 42,6 0,239 1218 Serdang Bedagai 78.571 32,8 42,6 0,140 1219 Batu Bara 22.719 24,5 42,1 0,103 1220 Padang Lawas 37.176 64,8 44,2 0,286 1221 Padang Lawas 36.512 64,2 43,0 0,276 1222 Labuhan Batu 25.598 33,8 41,7 0,141 1223 Labuhan Batu 29.592 37,3 44,1 0,164

Kode KABUPATEN/KOTA Jumlah RT Miskin Angka (%) Keparahan (%) Laporan Provinsi 117 Indeks 1224 Nias 21,674 79,2 47,8 0,378 1225 Nias Barat 14,499 91,0 47,9 0,436 1271 Sibolga 4,741 25,5 39,9 0,102 1272 Tanjung Balai 8,276 23,2 39,6 0,092 1273 Pematang Siantar 11,964 19,1 37,5 0,072 1274 Tebing Tinggi 6,824 17,6 39,4 0,069 1275 Medan 85,716 17,2 39,1 0,067 1276 Binjai 10,744 16,8 40,0 0,067 1277 Padang Sidempuan 20,377 43,0 41,3 0,178 1278 Gunungsitoli 13,777 52,9 44,1 0,234 12 SUMUT 1,085,006 Lampiran 4 Karakteristik 2012-2014

118 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 5 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2012 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup N i a s 24,2 21,9 22,9 4,9 8,8 3,6 10,3 10,1 23,7 24,1 4,3 4,0 Mandailing Natal Tapanuli Tapanuli Tengah Tapanuli Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun 66,9 60,7 52,1 14,6 21,9 9,9 2,0 29,4 64,6 65,2 0,7 21,1 37,1 34,5 20,8 5,3 14,4 5,5 1,9 16,5 36,0 36,2 0,5 16,1 42,4 35,0 30,6 5,7 22,1 7,8 6,0 20,4 37,3 40,0 0,5 17,0 28,4 19,8 13,2 3,1 17,0 1,4 1,0 16,6 28,0 25,6-12,0 16,6 11,8 12,3 0,9 8,0 1,0 0,4 7,3 15,3 12,9 0,4 9,5 39,2 25,5 35,1 3,2 19,1 5,8 0,8 23,3 30,6 28,3 2,3 14,4 38,3 19,8 29,2 4,6 25,7 6,5 2,7 23,6 33,3 19,1 1,3 14,0 58,8 40,7 43,0 6,1 29,6 6,4 4,0 27,4 51,5 41,2 4,1 23,1 Dairi 32,8 19,9 28,6 2,6 14,7 2,7 0,7 16,0 31,8 28,6 1,3 12,2 K a r o Deli Serdang Langkat Nias Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai 31,6 23,7 22,0 0,6 11,9 1,7 1,6 14,8 29,0 15,6 1,4 25,7 96,4 50,5 83,5 1,3 48,7 15,1 1,1 59,5 74,2 36,0 8,9 58,6 82,2 63,6 67,6 6,6 39,6 11,3 4,6 46,6 75,9 36,7 24,9 25,5 56,6 54,5 52,2 12,1 14,3 5,2 29,2 23,8 55,1 56,5 12,6 2,6 18,4 11,5 12,6 3,6 10,6 1,5 0,7 10,0 17,8 16,9 0,2 6,2 6,2 4,3 5,3 1,2 3,4 0,5 0,3 2,8 6,0 5,9 0,1 1,9 16,3 12,1 15,2 1,1 5,3 0,6 0,2 6,5 14,8 15,0 0,0 11,4 41,9 22,4 36,2 6,4 18,3 6,6 2,8 24,7 37,7 23,5 5,2 17,9

Laporan Provinsi 119 KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Batu Bara Padang Lawas Padang Lawas Labuhan Batu Labuhan Batu Nias Nias Barat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan 28,2 18,3 17,5 2,8 17,5 5,1 2,1 14,7 26,0 11,3 5,3 10,5 39,1 33,3 37,3 11,4 18,5 4,1 0,4 18,7 35,1 37,7 0,2 9,3 35,6 31,3 30,4 7,4 15,3 5,4 0,2 18,8 33,5 34,4-6,2 26,8 15,5 20,8 3,5 16,7 2,6 0,6 17,6 19,0 25,2 0,7 8,4 32,1 24,0 29,0 5,4 16,2 5,8 0,4 18,8 24,7 20,4 0,4 13,6 20,7 17,4 18,5 4,9 7,9 2,9 4,9 9,0 19,7 20,7 2,8 3,0 13,8 12,3 12,8 2,9 5,5 1,4 6,1 6,0 13,5 13,8 1,5 2,9 5,5 3,3 2,4 0,2 2,7 0,4 0,2 3,3 3,9 4,0 0,0 4,5 8,8 5,3 5,8 0,1 6,0 1,3 0,1 5,4 7,6 3,4 0,2 5,5 7,2 3,5 4,4-5,3 0,6-5,4 6,1 2,2 0,3 4,4 9,2 2,9 7,2-6,2 0,9 0,2 5,3 7,2 4,1 0,1 7,1 88,1 37,5 69,9 1,7 48,8 5,9 1,4 48,2 70,1 45,3 2,0 67,1 Binjai 13,6 4,2 12,2 0,3 8,3 1,1 0,4 7,5 11,7 6,2 0,4 9,6 Padang Sidempuan Gunungsitoli Sumatera 20,4 12,1 18,5 0,9 8,7 1,4 0,3 8,8 16,9 17,6-13,8 15,9 11,2 13,3 0,8 8,1 1,7 3,8 7,2 13,8 15,7 1,3 4,5 1,099 764 883 126 525 134 91 574 972 789 84 463

120 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 6 Jumlah RT Miskin Menurut Karakteristik 2013 (Ribu) KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup N i a s 22,4 20,0 20,1 5,8 8,1 3,9 10,5 9,7 22,1 22,3 5,5 4,0 Mandailing Natal Tapanuli Tapanuli Tengah Tapanuli Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun 65,6 60,9 53,2 13,8 19,5 6,6 2,1 25,7 62,1 64,3 0,4 21,3 35,5 33,7 22,7 6,6 14,6 4,7 0,7 15,6 33,3 34,7-12,5 43,3 34,7 30,9 4,7 20,7 6,6 3,6 22,2 38,9 40,0 0,4 17,5 26,6 14,5 14,3 1,6 16,2 2,0 1,1 16,7 26,6 21,6 0,2 11,8 13,2 10,0 9,5 0,6 6,4 0,1 0,3 6,3 12,1 9,4 0,2 8,0 31,2 19,9 29,0 1,2 15,5 4,2 0,5 19,7 26,8 15,6-12,0 38,1 20,5 32,8 3,5 24,6 4,7 1,6 25,2 30,6 18,3 1,2 12,0 49,7 27,5 34,8 7,1 29,5 4,2 3,8 27,3 42,4 28,8 1,7 23,3 Dairi 31,9 21,0 29,0 1,4 13,5 2,4 0,7 16,1 30,8 27,5 1,3 12,0 K a r o Deli Serdang Langkat Nias Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai 25,1 17,3 17,5-9,3 2,3 0,6 12,7 24,5 11,5 1,3 19,2 98,2 45,0 81,0 4,8 53,5 16,7 1,6 62,7 82,7 28,8 10,3 63,4 80,4 56,0 66,7 6,5 40,1 11,9 3,7 39,2 70,5 40,1 19,8 27,8 55,4 49,6 46,0 9,4 16,2 3,5 27,5 25,6 54,2 55,4 6,4 4,5 16,7 8,9 10,7 2,0 10,2 0,7 0,9 9,1 16,0 14,2-6,3 5,5 3,3 4,3 0,9 3,5 0,1 0,2 2,3 5,2 4,8 0,0 1,6 17,5 13,3 13,3 0,5 6,9 0,4 0,2 7,1 16,0 16,4 0,0 12,9 39,2 21,6 33,2 6,0 21,0 3,5 3,5 23,2 37,4 19,9 5,1 14,2

Laporan Provinsi 121 KABUPATEN/ KOTA Jumlah RT Miskin Dimensi Kesehatan Dimensi Pendidikan Dimensi Standar Kualitas Hidup Batu Bara Padang Lawas Padang Lawas Labuhan Batu Labuhan Batu Nias Nias Barat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan 22,7 10,9 17,9 1,7 15,8 3,8 2,2 13,8 20,4 8,9 3,4 9,7 37,2 30,5 32,1 10,0 15,6 5,3 0,6 18,7 34,0 35,4 0,1 6,6 36,5 31,4 29,2 5,2 16,8 4,1 0,0 19,4 34,3 33,6-6,5 25,6 16,1 20,6 2,1 13,0 4,0 0,6 15,1 19,4 20,9 0,7 9,3 29,6 20,3 27,3 5,9 17,4 4,8 0,5 21,0 22,1 20,1 1,6 7,1 21,7 18,0 18,6 5,8 10,0 3,0 4,8 10,2 20,9 21,5 3,0 2,4 14,5 12,0 14,2 3,4 6,0 1,6 5,5 5,4 13,4 14,4 1,2 2,1 4,7 1,5 3,4 0,0 2,2 0,9 0,0 2,5 3,3 3,4-4,2 8,3 4,4 5,0-6,2 1,2 0,1 5,9 6,4 1,5 0,1 6,1 12,0 6,3 9,1-5,3 1,2 0,1 4,7 11,5 1,9 0,1 11,4 6,8 1,3 6,1-4,1 1,0 0,1 4,7 5,3 1,8 0,1 5,7 85,7 27,0 75,0 0,5 51,1 8,2 3,3 52,9 57,6 33,8 0,8 70,7 Binjai 10,7 4,4 8,7 0,1 7,3 0,5 0,1 7,2 10,1 2,5 0,3 7,6 Padang Sidempuan Gunungsitoli Sumatera 20,4 13,3 19,2 0,2 8,5 1,3 0,3 7,1 16,2 18,5-13,7 13,8 8,8 11,8 0,5 7,4 2,3 3,5 6,0 11,7 13,5 0,9 2,6 1,046 684 847 112 516 122 85 561 919 705 66 450

122 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Lampiran 7 Peta Indikator Indikator KABUPATEN/KOTA Mandailing Natal Langkat Nias Deli Serdang Deli Serdang Medan Langkat Mandailing Natal Deli Serdang Medan Langkat Simalungun Mandailing Natal Langkat Nias Deli Serdang Mandailing Natal Nias Langkat Tapanuli Tengah