BAB I PENDAHULUAN. daya alam maupun sumber daya manusia yang rendah. timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. raya pinggiran kota yang selalu berdekatan dengan pusat pusat perindustrian dan

PERENCANAAN PARTISIPATIF

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFARSTRUKTUR DI DESA TALIKURAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT OLEH PLAN INTERNASIONAL DI DESA LOGANDU, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

BAB 2 LANDASAN TEORI 2-1

I. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. lain (Wijaya 2001; Sigito 2001; Tawardi 1999; Karsidi 1999).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPALA DESA SIPAYUNG KECAMATAN SUKAJAYA KABUPATEN BOGOR PERATURAN DESA SIPAYUNG NOMOR 04 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. penerima program pembangunan karena hanya dengan adanya partisipasi dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM EKONOMI BERGULIR DI PNPM MANDIRI PERKOTAAN DESA LUHU KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO JURNAL OLEH

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

UU No. 6 Tahun 2014 kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk mengatur dan mengurus

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembangunan Masyarakat Partisipasi Petani Dalam Kegiatan Pemberdayaan

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA

MANAJEMEN PARTISIPASI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan Daerah Riau mengacu l<epada Lima Pilar. ekonomi kerakyatan akan difokuskan kepada pemberdayaan petani terutama

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

Bab I PENDAHULUAN. 1 Craigh (2005)

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

BAB II KERANGKA TEORITIS

SUKARLAN BIRRO ALLO ( )

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

PRESENTASI YAYASAN SAUWA SEJAHTERA OLEH : ELSON HAUAHU

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Good Governance. Etika Bisnis

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BLOK I PEMBERDAYAAN PASIEN di Rumah Sakit BUDI WAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia. Organisasi yang berorientasi pada profit maupun

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.52, 2010 Kementerian Pertanian. Pelatihan. Pertanian Swadaya. Pedoman.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengurusi politik yang akhirnya ekonominya sendiri menjadi kacau.

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PLAN Internasional adalah salah satu lembaga swadaya masyarakat yang berpusat pada anak, tetapi salah satu dari misi Plan ini ada yang mencoba untuk turut juga memperhatikan lingkungan sekitar yang tidak hanya berpusat pada anak, seperti, sosial, budaya, kesehatan, sumber daya alam, dan manusianya atau masyarakatnya. Misi ini dilihat sebagai lingkungan yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan seorang anak. Menjadi suatu kekhawatiran jika suatu lingkungan yang tidak baik, seperti kurangya keharmonisan antar warganya, lingkungan yang kumuh akan berpengaruh pada kesehatan, dan tingkat sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang rendah. Seorang pengamat sosial dari Prancis, yang bernama Alexis De Tocqueville (1805-1859), berpendapat bahwa semakin meningkatnya pendidikan dan kesadaran berpolitik, terutama ketika terjadi ketidakpuasan di lapisan masyarakat, timbullah gejala baru dalam sebuah lembaga yang demokrasi yaitu partisipasi. Partisipasi ini timbul dari bawah, di kalangan masyarakat yang gelisah. Dalam kunjungannya ke Amerika pada tahun 30-an abad ke 19, De Tocqueville melihat timbulnya perkumpulan dan perhimpunan sukarela (voluntary association). Selain menyelenggarakan kepentingan mereka sendiri, dengan melakukan berbagai kegiatan inovatif, perkumpulan dan perhimpunan itu juga bertindak sebagai pengimbang kekuatan negara (as a counter-weights to state power). Ada tiga 1

macam peranan yang dijalankan oleh perkumpulan dan perhimpunan itu. Pertama, menyaring dan menyiarkan pendapat dan rumusan kepentingan yang jika tidak dilakukan pasti tidak akan terdengar oleh pemerintah atau kalangan masyarakat umum. Kedua, menggairahkan dan menggerakkan upaya-upaya swadaya masyarakat dari pada menggantungkan diri pada prakarsa negara. Ketiga, menciptakan forum pendidikan kewarganegaraan, menarik masyarakat untuk membentuk usaha bersama (co-operative ventures), dan dengan demikian mencairkan sikap menyendiri (isolatif) serta membangkitkan tanggung jawab sosial yang lebih luas. Perkumpulan dan asosiasi itulah yang kemudian menjadi sokoguru masyarakat madani, dan apa yang disebut oleh de Tocqueville itu tak lain adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang dalam masyarakat Barat dewasa ini disebut sebagai Non Governmental Organization (NGO) atau ORNOP (Organisasi Non Pemerintah) dan perkumpulan sukarela (Voluntary Association) (Anwar S, 2005). Selain anak anak dan lingkungan, yang menjadi perhatian di sini adalah masyarakatnya yang bukan anak-anak atau orang dewasa dengan usia di atas anak-anak. Mereka adalah para orang tua dan orang dewasa yang menjadi panutan atau contoh bagi anak-anak di sekitarnya. Hal ini terkait dengan adat dan budaya yang ada, bahwa awal pendidikan bagi anak dimulai dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika berawal dari keluarga dan lingkungan yang tidak baik maka akan berdampak tidak baik pula pada anak-anak. Oleh karena itu, PLAN Program Unit Kebumen sering mengadakan kegiatan yang diperuntukkan para orang tua dan orang orang dewasa, seperti pelatihan, seminar, dan rapat KPA (Komunitas 2

Pemerhati Anak). Kegiatan - kegiatan tersebut merupakan bagian dari program PLAN Program Unit Kebumen. Namun kenyataannya partisipasi masyarakat Logandu dalam mengikuti kegiatan tersebut masih rendah, terlihat jelas dalam suatu kegiatan, prosentase kehadiran sedikit. Target yang diharapkan 20 orang tetapi yang hadir hanya 8 orang dan yang paling banyak sekitar 10 orang. Menurut MG Budi Rahayu dalam Pemberdayaan, beberapa faktor yang sering mempengaruhi kegagalan proyek pada masyarakat antara lain, yaitu, ketidaktepatan antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang diberikan, paket proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan yang mendukung, tidak ada kegiatan monitoring yang terencana, Tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan proyek. (www.binaswadaya.org). B. RUMUSAN MASALAH Berangkat dari pengamatan yang penulis lakukan selama menjalankan kegiatan internship di PLAN Internasional PU Kebumen, penulis menemukan permasalahan mengenai kerja pendampingan dan pemberdayaan LSM Berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama internship, ditemukan permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut; Bagaimana pemberdayaan PLAN Internasional PU Kebumen Jawa Tengah terhadap masyarakat Desa Lohgandu? 3

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui partisipasi masyarakat pada pelaksanaan program PLAN Internasional di desa Logandu, Kebumen, Jawa Tengah. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini adalah : 1. Dari aspek teoritis, penelitian ini untuk mengetahui bagaimana LSM melakukan pemberdayaan di Desa Logandu, Kebumen, Jawa Tengah. 2. Dari aspek praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi LSM berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di Desa Logandu. E. KERANGKA KONSEP 1. Pemberdayaan Masyarakat Menurut Lukman Sutrisno dalam Jacob, pemberdayaan masyarakat atau empowerment adalah : Merubah kondisi program pembangunan yang sudah ada dengan cara memberi kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang telah dipilihnya, serta memberikan kesempatan pada kelompok orang miskin untuk mengelola dana pembangunan dengan baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak lain (Jacob, 2000, 185-186). Dalam perjalanan pemberdayaan di masyarakat, ada dua kecenderungan dalam proses pemberdayaan yaitu: 4

1. Proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar mampu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian. Proses ini disebut kecenderungan primer. 2. Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog(pranarka, 1996: 56-57). Menurut Soetrisno dan Dove (1988) menyebutkan ciri-ciri pemberdayaan masyarakat yang partisipatoris dalam hal pembangunan termasuk pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Melibatkan ide-ide atau inisiatif yang tumbuh dari bawah dan meluas masuk ke atas ke dalam birokrasi pemerintah. 2. Adanya bargaining power masyarakat dalam perencanaan pembangunan 3. Adanya sikap para perencana untuk melihat proses perencanaan sebagai learning process atau belajar dari pengalaman masyarakat setempat. Menurut Gunawan, strategi kebijakan pemberdayaan masyarakat secara umum dibagi menjadi tiga kelompok : 1. Strategi kebijakan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar terciptanya suasana mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat, antara lain : penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana, penguatan kelambagaan dan penyempurnaan peraturan perundang undangan yang menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. 2. Strategi kebijakan yang langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok sasaran, yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, 5

papan, kesehatan, pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan. 3. Strategi kebijakan khusu yang menjangkau masyarakat miskkin melalui upaya khusus. Strategi dalam kebijakan ini diutamakan pada penyiapan penduduk miskin untuk dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya setempat. Strategi dalam kebijakan ini diarahkan untuk mendorong dan memperlancar proses transmisi dan kehidupan subsistem menjadi kehidupan pasar. 2. Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga swadaya masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah (disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization; NGO). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara. Maka secara garis besar organisasi non pemerintah dapat di lihat dengan ciri sbb : Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan (nirlaba) Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang di lakukan 6

koperasi ataupun organisasi profesi (www.google.com/ 12 Oktober 2011) 3. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007: 27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Sedangkan menurut Mikkelsen (1999: 64) partisipasi masyarakat dibagi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan. 3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. 4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. 5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, 7

pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial. 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka. F. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini ialah penelitian deskriptif-kualitatif yaitu sebagai prosedur atau cara memecahkan masalah penelitian dengan cara memaparkan keadaan obyek yang diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang ada atau aktual pada saat sekarang (Rakhmat,1989:30). 2. Lokasi dan Obyek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di PLAN PU Kebumen, Jalan Sarbini 46, Kebumen, Jawa Tengah. adapun obyek yang akan diteliti oleh penulis adalah masyarakat Desa Logandu, Kebumen, Jawa Tengah. 3. Tekhnik Pengumpulan Data 3.1. Observasi. Pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan ini dilakukan bersifat sesi partisipasi aktif. Dimana peneliti melakukan kunjungan dan ikut terjun langsung. 8

3.2. Wawancara. Pengumpulan data wawancara dengan beberapa masyarakat dan tokoh masyarakat Desa Logandu dan CTA PLAN PU Kebumen. 4. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema. Analisis data dilakukan dengan mengatur, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikan (Nawawi dan Martumi,1992: 42). Jenis penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dalam analisis datanya, menurut Nawawi dan Martumi (1992 49), analisis kualitatif yaitu suatu metode analisis yang menunjukkan kualitas dari suatu yang ada. Melalui beberapa tahapan, mulai dari tahap pengolahan data, pengorganisasian data, dan tahap penemuan hasil berdasarkan data primer dan sekunder dari hasil wawancara dengan warga Desa Lohgandu dan pihak dari Plan International PU Kebumen. Diharapkan akan memperoleh hasil penelitian yang cermat. 9