ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

ABSTRAK HUBUNGAN RERATA ASUPAN KALSIUM PER HARI DENGAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PEREMPUAN DENGAN SINDROMA PREMENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

Abstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya

AKTIVITAS FISIK DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWA SMP PHYSICAL ACTIVITY IN STUDENTS WITH PREMENSTRUAL SYNDROME

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA MAHASISWI (Studi Di FKIP Biologi Universitas Siliwangi Tasikmalaya)

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

PENGESAHAN SKRIPSI. Pada tanggal 20 Juli Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt DEKAN TIM PENGUJI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

KARYA TULIS ILMIAH. Yunita Dwiningtyas R

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

KARYA TULIS ILMIAH. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR

Hubungan Stress Pada Remaja Usia Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA

HUBUNGAN SINDROM PRAMENSTRUASI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWI KELAS XI JURUSAN AKUTANSI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

HUBUNGAN ANTARA KEINTIMAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA KADER POSYANDU USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS MANISRENGGO KLATEN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

Hubungan Usia Dan Lama Menopause Dengan Tingkat Kecemasan Wanita Menopause

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN UPAYA REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI MAN MALANG 1 ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTRUAL SYNDROME DENGAN DERAJAT PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMA N 5 SURAKARTA

ANALISIS PENGGUNAAN PERALATAN SAFETY

HUBUNGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET BESI

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

kelompok rawan gizi kategori WUS,karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahanperubahan

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII dan VIII tentang Pre Menstruasi Syndrome (PMS)

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Operator SPBU ditinjau dari Shift Kerja ((Studi Di SPBU Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI AKADEMI KEBIDANAN CIPTO MEDAN

Faktor Yang Berhubungn Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada Mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Keywords: Anemia, Social Economy

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

HUBUNGAN TINGKAT ANSIETAS DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA FUNGSIONAL MENJELANG UJIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU STAMBUK 2015.

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SANTRIWATI MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUDDIN UTEUNKOT CUNDA KOTA LHOKSEUMAWE

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI DESA PUCANGMILIRAN TULUNG KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Yunita Andriani

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

Korelasi Tingkat Stres dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Mahasiswi

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

Transkripsi:

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI Nurul Kholijah Aspia Nurlina, SKM., M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM., M.Kes Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi Universitas Siliwangi (i_laff_violet@yahoo.com) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010). Faktor psikologis seperti stress merupakan salah satu penyebab PMS (Winkjosastro dalam Izzatul Anita, 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stress dengan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS). Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 114 dari 166 populasi.analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan usia termuda responden adalah 21 tahun dan usia tertua 25 tahun, responden dari spinning 1 adalah 55 orang dan spinning 2 adalah 53 orang, responden yang mengalami PMS 75%, responden yang mengalami stress 80,6%. Analisis menggunakan chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian PMS dengan nilai p < 0,05 (0,000). Disarankan kepada perusahaan untuk memberikan training kesehatan secara umum kepada para karyawannya. Kepustakaan : 7 (2001 2012) Kata Kunci : Tingkat Stress, Premenstrual Syndrome 1

ABSTRACT Premenstrual syndrome ( PMS ) is a condition that consists of multiple physical symptoms, emotions and behaviors experienced by a woman prior to arrival of the menstrual cycle, which causes it to crash in function and everyday activities, these symptoms will disappear when menstruation arrives ( Sylvia, 2010). Psychological factors such as stress is one of the causes of PMS ( Winkjosastro in Izzatul Anita, 2007). This study aimed to analyze the relationship between stress levels with the incidence of premenstrual syndrome ( PMS ). Survey research methods using analytic methods with cross sectional sample of 114 of the 166 population. The analysis is performed univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi Square test. The results showed the youngest age of respondents was 21 years old and the oldest 25 years of age, the respondents from 1 spinning and spinning is 55 2 is 53 people, respondents who have PMS 75 %, of respondents who experienced stress 80.6 %. Using chi - square analysis showed that there is a relationship between stress levels with the incidence of PMS with p < 0.05 ( 0.000 ). Suggested to the company to provide general medical training to its employees. Literature : 7 (2001 2012) Key Word : Stress Level, Premenstrual Syndrome 2

1. PENDAHULUAN Berdasarkan survei, PMS merupakan masalah kesehatan umum yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia subur. Saat ini diperkirakan prevalensi dari gejala klinis yang berarti adalah sekitar 12,6%-31% dari wanita yang mengalami menstruasi. Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS tingkat sedang sampai berat. Berdasarkan penelitian yang disponsori oleh WHO pada tahun 1981, didapatkan hasil bahwa gejala PMS dialami oleh 23% wanita Indonesia (Kumalasari Erma, 2012). Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010). Faktor psikologis seperti stress merupakan salah satu penyebab PMS (Winkjosastro dalam Izzatul Anita, 2007). Saat stress, tubuhakan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi.peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri.selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi (Puji, 2009).Stress dapat mempengaruhi derajat keparahan gejala premenstrualsyndrome (PMS). Stress dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita (Mulyono dkk, 2001) Stress dapat diartikan sebagai respon (reaksi) fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang dihadapi (Yusuf, dan Nurihsan, 2010). Zaman sekarang ini, semakin banyak wanita yang memilih untuk beraktivitas di luar rumah. Kondisi ini akan berhubungan erat dengan semakin banyaknya stress yang menyerang wanita (Razi, 2008). Wanita yang bekerja mengalami berbagai stress ditempat kerja, baik stress yang bersifat fisik karena beberapa kondisi lingkungan kerja fisik yang berada diatas nilai ambang 3

batas yang diperkenankan, atau juga dapat ditambah oleh adanya stress yang bersifat non fisik (psikososial), yang dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya (Mulyono dkk, 2001). Berdasarkan survey pendahuluan tentang tingkat stress yang dilakukan terhadap 26 orang karyawan wanita bagian produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning pada tanggal 3-4 Juni 2013 didapatkan sebesar 92,3 % (24 orang) mengalami stress ringan dan sebesar 7,7 % (2 orang) mengalami stress sedang. Sedangkan untuk kejadian PMS didapatkan sebesar 96,15 % (25 orang). 2. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian Premenstrual Syndrome pada karyawati bagian produksi di PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning Departemen Spinning 1 & 2. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan pendekatancross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawati bagian produksi Departemen Spinning 1 & 2 PT Indorama Synthetics Tbk yaitu sebanyak 166 orang. Sample dari penelitian ini adalah sebagian orang yang diambil dari populasi dengan perhitungan sampel menurut rumus LameShow, 1997) yaitu dengan tingkat ketelitian nya 0,05% menjadi 114 sampel, sampel diperkecil lagi dengan kriteri-kriteria tertentu sehinggga didapatkan jumlah sampel menjadi 108 responden. 4. Teknik Pengambilan Data Data sekunder diperoleh dari data PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan alat bantu kuesioner. Data primer meliputi data tingkat stress dan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) 4

5. Analisis Data Analisis Univariat variabel dependen maupun independen dianalisis dengan tabel distribusi frekuensi diantaranya variabel tingkat stress dan kejadian PMS. Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square, dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis Chi-Square dengan menggunakan program SPSS 16 yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan 0,05 6. HASIL Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi, dari seluruh sampel yang berjumlah 114 orang responden, didapatkan 108 orang responden yang memenuhi kriteria, dikarenakan sebanyak 6 orang responden memiliki status gizi lebih dan status gizi kurang. Jumlah responden tersebut merupakan gabungan dari departemen spinning 1 dan spinning 2. Responden yang berumur paling muda adalah 21 tahun sebanyak 1 orang responden (0,9%), responden yang berumur paling tua adalah 35 tahun sebanyak 9 orang (8,3%), sedangkan jumlah umur terbanyak dari responden ada pada umur 32 tahun yaitu sebanyak 14 orang (13%). Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Stress Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning No Tingkat Stress Frekuensi N Persentase (%) 1 Stress Sangat Berat 7 6,5 2 Stress Berat 19 17,6 3 Stress Sedang 41 38 4 Stress Ringan 20 18,5 5 Tidak Stress 21 19,4 Jumlah 108 100.0 Berdasarkan Tabel 6.1 diketahui bahwa jumlah responden yang mengalami stress sangat berat sebanyak 7 orang responden (6,5%), responden yang mengalami stress berat sebanyak 19 orang responden 5

(17,6%), responden yang mengalami stress sedang sebanyak 41 orang responden (38%), responden yang mengalami stress ringan sebanyak 20 orang responden (18,5%) dan responden yang tidak mengalami stress sebanyak 21 orang responden (19,4%). Untuk keperluan analisis uji hubungan, maka tingkat stress dikategorikan menjadi dua yaitu tidak stress dan stress, dikarenakan stress merupakan faktor resiko PMS.Berdasarkan pengelompokan tersebut, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Stress Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning No Kategori Stress Frekuensi N Persentase (%) 1 Stress 87 80,6 2 Tidak Stress 21 19,4 Jumlah 108 100.0 Berdasarkan Tabel 6.2 diketahui bahwa responden yang mengalami stress sebanyak 87 orang responden (80,6%) dan responden yang tidak mengalami stress sebanyak 21 orang responden (19,4%). Tabel 6.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kejadian Premenstrual Syndrome Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning No Kejadian PMS Frekuensi N Persentase (%) 1 PMS 81 75 2 Tidak PMS 27 25 Jumlah 108 100.0 Berdasarkan Tabel 6.3 diketahui bahwa responden yang mengalami PMS sebanyak 81 orang responden (75%) dan responden yang tidak mengalami PMS sebanyak 27 orang responden (25%). Selain itu dilakukan pula perhitungan mengenai prevalensi PMS. Hasil perhitungan prevalensi diuraikan sebagai berikut : 6

Kasus PMS Populasi 81 108 X 100% X 100% = 75 % Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diketahui bahwa prevalensi kejadian PMS pada karyawati bagian produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning adalah 75%. Tabel 6.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Dampak PMS Pada Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning No 1 2 Dampak PMS Mengganggu aktivitas seharihari Tidak mengganggu aktivitas seharihari Frekuensi N Persentase (%) 62 76,54 19 23,46 Jumlah 81 100,0 Berdasarkan Tabel 6.4 diketahui bahwa jumlah responden yang merasakan aktivitas sehari-hari terganggu akibat PMS yaitu sebanyak 62 orang responden (76,54%), sedangkan responden yang tidak merasa terganggu akibat PMS sebanyak 19 orang responden (23,46%). Tabel 6.5Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian PMS Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning PMS No Tingkat Stress Ya Tidak Total N % N % N % 1 Stress Sangat Berat 7 8,6 0 0 7 6,5 2 Stress Berat 19 23,5 0 0 19 17,6 3 Stress Sedang 34 42 7 25,9 41 38 4 Stress Ringan 13 16 7 25,9 20 18,5 5 Tidak Stress 8 9,9 13 48,1 21 21 Jumlah 81 100 27 100 108 100 p value 0,000 7

Berdasarkan Tabel 6.5 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami stress sangat berat seluruhnya mengalami PMS (8,6%). Responden yang mengalami stress berat seluruhnya mengalami PMS (23,5%). Responden yang mengalami stress sedang, lebih banyak yang mengalami PMS (42%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami PMS (25,9%). Responden yang mengalami stress ringan, lebih banyak yang mengalami PMS (16%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami PMS (25,9%), responden yang tidak mengalami stress lebih banyak yang tidak mengalami PMS (48,1%) dibandingkan dengan yang mengalami PMS (9,9%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat stress dengan kejadian PMS. Untuk mengetahui nilai risiko stress maka kategori tingkat stress dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu stress dan tidak stress. Tabel 6.6 Hubungan Stress dengan Kejadian PMS Pada Karyawati Bagian Produksi PT Indorama Synthetics Tbk Divisi Spinning PMS No Kategori Stress Ya Tidak Total N % N % N % 1 Stress 73 90,1 14 51,9 87 80,6 2 Tidak Stress 8 9,9 13 48,1 21 19,4 Jumlah 10 81 100 27 100 8 100 p value OR 0,000 8,473 Berdasarkan Tabel 6.6 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami stress, lebih banyak yang mengalami PMS (90,1%), dibandingkan yang tidak mengalami PMS (51,9%). Pada responden yang tidak mengalami stress, lebih banyak yang tidak mengalami PMS (48,1%), dibandingkan yang mengalami PMS (9,9%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat stress dengan kejadian PMS. Nilai 8

OR=8,473 yang berarti responden yang mengalami stress memiliki risiko 8,473 kali mengalami PMS dibandingkan responden yang tidak mengalami stress. Simpulan 1. Prevalensi PMS sebesar 71,05% dengan kategori tingkat stress 6,5% mengalami stress sangat berat, 17,6% mengalami stress berat, 38% mengalami stress sedang, 18,5% mengalami stress ringan dan 19,4% tidak mengalami stress. 2. Responden yang mengalami PMS sebanyak 81 orang responden (75%), sedangkan responden yang tidak mengalami PMS sebanyak 27 orang responden (25%). 3. Ada hubungan antara tingkat stress dengan kejadian PMS dengan nilai p value=0,000 dan nilai OR=8,473. Saran Perusahaan perlu memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada saat training rutin yang diadakan oleh Departemen Safety.Jadi, departemen safety tidak hanya memberikan informasi tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) tetapi juga memberikan informasi tentang kesehatan secara umum. DAFTAR PUSTAKA Kumalasari, Erma. 2012. Hubungan antara Rasio Lingkar Pinggang Panggul, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Sydrome Pramenstruasi pada Siswi MTsN Mlinjon Filial Trucuk Klaten Tahun 2012. Elvira, Sylvia. D. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Izzatul Anita. 2007. Pengaruh Pre-Menstrual Syndrome (PMS) terhadap Tingkat Amarah pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN). Istiqomah, Puji. 2009. Keefektifan Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri di SMUN 5 Semarang. Mulyono dkk. 2001. Stress Psikososial pada Wanita Pekerja Status Kawin di PT Tulus Trituggal Gresik. Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika.2010. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 9

Maulana, Razi. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD Dr. Zainoel Abidin 10