PENGELOLAAN TANAMAN TEBU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH SEMINAR DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA Institut Pertanian Bogor, 2009

IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Kelas: Monocotyledoneae, Tanaman tebu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga.

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI UNIT PG. SUBANG PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT (DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN) Oleh

DI PABRIK GULA MADUKISMO, PT. MADUBARU, YOGYAKARTA: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEBU (Saccharum officinarum L.) RIFKA ERNAWAN IKHTIYANTO A

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

UJI KINERJA ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR (KEPRAS PINTAR) PROTOTIPE-2 RIKKY FATURROHIM F

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN KOMPOS BLOTONG PADA TEBU LAHAN KERING (Saccharum officinarum L.) VARIETAS PS 862 dan PS 864

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA MADUKISMO DENGAN ASPEK KHUSUS PENATAAN VARIETAS SEMA DEVI OKTAVIA

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

PENGUJIAN PROTOTIPE ALAT KEPRAS TEBU TIPE PIRINGAN BERPUTAR. Oleh : FERI F

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

PEMBAHASAN Aspek Teknis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

PENGKAJIAN PENERAPAN TEKNIS BAKU BUDIDAYA BIBIT TEBU VARIETAS PS 851 DAN PS 951 PADA TINGKAT KEBUN BIBIT DATAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN TANAH TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN DUA VARIETAS TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu

Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Mata Tunas Bibit Bagal Tebu (Saccharum officinarum L.) Varietas GMP2 dan GMP3

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

Transkripsi:

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN OLEH ANGGA NARUPUTRO A24051884 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

RINGKASAN ANGGA NARUPUTRO. Pengelolaan Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum l.) di Pabrik Gula Krebet Baru, PT. PG. Rajawali I, Malang, Jawa Timur; dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman. (Dibimbing oleh PURWONO). Magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata, meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah-masalah yang ada di lapang, mempelajari pemeliharaan tanaman tebu keprasan dan menganalisis produktivitas pada setiap kategori tanaman yang dilaksanakan di Pabrik Gula Krebet Baru, PT. PG. Rajawali I, Malang, Jawa Timur pada tanggal 12 Februari 2009 12 Juni 2009. Kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan dengan cara mahasiswa secara langsung mengikuti kegiatan di lapang, dimulai dari aspek teknis dimana mahasiswa bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), sampai aspek manajerial sebagai pendamping mandor kebun atau petugas lapang pabrik gula (PLPG) dan pendamping sinder kebun wilayah (SKW). Metode tidak langsung dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data sekunder PG. Krebet Baru dan studi pustaka. Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan, melakukan pengamatan, wawancara langsung dengan petani dan pengambilan data dari Bagian Tanaman ( Planstation). Data primer merupakan data produktivitas atau TCH (Ton Cane per Hectare) dari enam kategori tanaman, yaitu tanaman pertama (Plant Cane/PC), tanaman keprasan I (Ratoon Cane/RC1), tanaman keprasan II (Ratoon Cane /RC2), tanaman keprasan III ( Ratoon Cane/RC3), tanaman keprasan IV (Ratoon Cane/RC4), dan tanaman keprasan V (Ratoon Cane/RC5). Data TCH diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap petani. Contoh yang diambil sebanyak 54 orang petani dari 18 kecamatan, jadi diambil 3 orang petani sampel dari tiap-tiap kecamatan. Penentuan sampel dilakukan dengan Penentuan Contoh Acak Berlapis. Data produktivitas yang diambil merupakan data produktivitas varietas BR 194 atau BL.

Hasil dari magang ini yaitu, untuk lahan sawah pembongkaran sebaiknya dilakukan pada RC4 karena produktivitas RC5 lebih kecil jika dibandingkan tanaman pertamanya. Sedangkan untuk lahan kering, produktivitas optimal terjadi pada kategori RC1, RC2, dan RC3. Pengeprasan masih layak dilakukan sampai RC5. Perbedaan karakteristik lahan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman keprasan. Lahan kering memiliki produktivitas yang lebih rendah jika dibandingkan lahan sawah irigasi. Faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas tersebut antara lain ketersediaan air dan kebiasaan teknik budidaya yang dilakukan petani pada kedua karakteristik lahan tersebut. Teknik budidaya yang berpengaruh nyata yaitu pemupukan, baik dari segi dosis maupun waktu aplikasinya. Pembongkaran ratoon atau replanting dilakukan pada kategori tanaman yang sudah tidak layak dari segi produktivitas dan secara ekonomi merugikan. Perbedaan karakteristik lahan berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman keprasan. Lahan kering memiliki produktivitas yang lebih rendah jika dibandingkan lahan sawah irigasi.

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor oleh Angga Naruputro A24051884 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Judul Nama Mahasiswa NIM : PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PABRIK GULA KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR: DENGAN ASPEK KHUSUS MEMPELAJARI PRODUKTIVITAS TIAP KATEGORI TANAMAN : Angga Naruputro : A24051884 Menyetujui, Dosen Pembimbing (Ir Purwono, MS.) NIP : 19580922 198203 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen (Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr.) NIP : 19611101 198 703 1 003 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten pada tanggal 10 Mei 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Sugeng Sunaryo dan Ibu Ruswati. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN Taman Cibodas, Tangerang. Kemudian pada tahun 2002 penulis lulus dari SLTPN 2 Tangerang. Selanjutnya penulis menamatkan pendidikan di SMAN 2 Tangerang pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima menjadi mahasiswa IPB melalui jalur SPMB. Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa di Depatemen Agronomi dan Hortikultura, penulis aktif sebagai staf club tanaman hias, himpunan mahasiswa agronomi (HIMAGRON) pada tahun 2006-2007. Selanjutnya pada tahun 2007-2008 penulis masih aktif sebagai staf club tanaman hias dan buah (CTHB), himpunan mahasiswa agronomi (HIMAGRON). Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Ilmu Tanaman Pangan pada tahun2009.

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Krebet Baru, PT. Rajawali I, Malang, Jawa Timur: dengan Aspek Khusus Mempelajari Produktivitas Tiap Kategori Tanaman. Skripsi ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul magang dipilih karena mengingat rendahnya produksi gula nasional yang diakibatkan luasnya areal tebu keprasan. Tebu keprasan memiliki produktivitas yang relatif rendah, sehingga perlu mempelajari produktivitas pada setiap kategori tanaman. Pada Kesempatan ini penulis ucapkan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Kedua orang tua, Bapak dan Mamah yang telah memberikan dukungan moriil dan materiil. Kakak dan ade, Mas Bayu, Mas Agung, dan Maya terimakasih atas dukungannya selama ini. 2. Ir Purwono, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dr Ir Suwarto, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang banyak kepada penulis. 4. Dwi Guntoro, SP MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang banyak kepada penulis. 5. Prof Dr Ir Roedy Poerwanto, M.Agr selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama kegiatan akademik. 6. A.J. Lapian, SP selaku plantation manager yang telah menyediakan tempat magang. 7. Nurcahyadi, SE selaku pembimbing lapang dan seluruh staf bagian tanaman yang telah membantu penulis selama melaksanakan kegiatan magang.

8. Kepada teman seperjuangan magang, Bagus Mahendra yang telah memberi dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 9. Kepada seluruh teman-teman AGH 42. Terimaksih atas kenangan yang telah diberikan 3 tahun ini dan kerjasama selama kegiatan akademik. 10. Hafith, Armita, Wenny, Maya, Hanum, Gustin, Tyas, dan Kholidi. Terimaksih atas persahabatan dan dukungannya selama ini. 11. Teman-teman Jalan Cempaka, Rhesa, Arya dan Baqi. Terimaksih atas persahabatan dan dukungannya selama ini. 12. Serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Penulis

DAFTAR ISI Daftar Tabel Daftar Gambar Halaman... vii... viii Daftar Lampiran... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1. Botani Tanaman Tebu... 3 2.2. Morfologi Tanaman Tebu... 3 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu... 4 2.4. Tanaman Keprasan... 5 2.5. Faktor yang Menentukan Produktivitas... 6 2.5.1. Faktor Internal... 6 2.5.2. Faktor Eksternal... 7 III. METODE MAGANG... 9 3.1. Waktu dan Tempat... 9 3.2. Metode Pelaksanaan... 9 3.3. Aspek Khusus... 9 3.4. Analisis Data... 10 IV. KEADAAN UMUM PG. KREBET BARU... 11 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru... 11 4.2. Letak Geografi... 12 4.3. Keadaan Iklim dan Tanah... 12 4.4. Luas Areal dan Tata Guna Lahan... 14 4.5. Keadaan Tanaman dan Produksi... 15 4.6. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan... 17 4.7. Ketenagakerjaan... 19 4.8. Hari Kerja dan Jam Kerja... 20 V. PELAKSANAAN MAGANG... 22 5.1. Aspek Teknis... 22 5.1.1. Pembukaan dan Persiapan Lahan... 22 5.1.2. Persiapan Bahan Tanam... 24 5.1.3. Persiapan Tanam dan Penanaman... 25 5.1.4. Pemeliharaan Tanaman Pertama... 29 5.1.5. Pemeliharaan Tanaman Keprasan... 35 5.1.6. Panen... 37 5.1.7. Tebang dan Angkut... 41

5.1.8. Pengolahan Gula... 42 5.2. Aspek Manajerial... 44 5.2.1. Petugas Lapang Pabrik Gula... 44 5.2.2. Sinder Kebun Wilayah... 45 ` 5.2.3. Sinder Kebun Bibit... 45 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47 6.1. Aspek Teknis... 47 6.1.1. Pengolahan Tanah... 47 6.1.2. Pemupukan... 48 6.1.3. Lahan Kering... 48 6.1.4. Varietas... 49 6.2. Aspek Manajerial... 51 6.2.1. Sumber Daya Manusia... 51 6.2.2. Pengelolaan Tenaga Kerja Bagian Tanaman... 52 6.3. Aspek Khusus... 53 6.3.1. Rendemen dan Produktuvitas... 53 6.3.2. Produktivitas Tanaman Keprasan... 54 6.3.3. Produktivitas Tebu Keprasan di Lahan Sawah... 55 6.3.4. Produktivitas Tebu Keprasan di Lahan Kering... 57 6.3.5. Perbedaan Produktivitas... 58 KESIMPULAN DAN SARAN... 60 DAFTAR PUSTAKA... 61 LAMPIRAN... 63

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jenis Tanah di Wilayah Kerja PG. Krebet Baru... 13 2. Daftaran Luas Areal Tebu Rakyat di PG. Krebet Baru... 14 3. Komposisi Varietas PG. Krebet Baru... 16 4. Produksi PG. Krebet Baru 5 Tahun Terakhir... 17 5. Jumlah Karyawan PG. Krebet Baru Tahun 2009... 20 6. Data Jenis Gulma di Wilayah PG. Krebet Baru... 32 7. Produksi PG. Krebet Baru 5 Tahun Terakhir... 53 8. Produktivitas Tebu di Lahan Sawah pada Berbagai Kategori Tanaman... 56 9. Produktivitas Tebu Keprasan di Lahan Sawah... 56 10. Produktivitas Tebu di Lahan Kering pada Berbagai Kategori Tanaman... 57 11. Produktivitas Tanaman Keprasan di Lahan Kering... 58 12. Produktivitas pada Setiap Kategori Tanaman... 68

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pengolahan Tanah... 23 2. Pembuatan Got... 24 3. Pola Tanam Bibit... 26 4. Panen Bibit... 27 5. Pembuatan Kasuran... 27 6. Klentek Bibit... 28 7. Persiapan Bahan Tanam... 28 8. Penutupan Bibit... 29 9. Pemupukan... 31 10. Pembersihan Lahan... 36

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PG Krebet Baru... 65 2. Peta PG. Krebet Baru... 71 3. Peta Rayon Selatan... 72 4. Peta Rayon Tengah... 73 5. Peta Rayon Utara... 74 6. Peta Rayon Timur... 75 7. Struktur Organisasi PG. Krebet Baru... 76 8. Data Curah Hujan PG. Krebet baru 1999 2008... 77 9. Analisis Usahatani Tebu di Lahan Sawah... 78 10. Analisis Usahatani Tebu di Lahan Kering... 80 11. Daftar Petani Contoh... 82 12. Analisis Usahatani Jagung... 83 13. Analisis Usahatani Singkong... 85

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu bahan pokok masyarakat Indonesia, serta sumber kalori yang relatif murah dan dapat dikonsumsi secara langsung. Tebu sebagai sumber terbesar gula pada famili Gramineae dibudidayakan secara intensif di daerah dengan iklim tropis. Kebutuhan gula terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, gaya hidup dan industri pangan serta bioenergy yang menjadikan gula sebagai bahan baku. Produksi gula kristal putih nasional tahun 2008 sebesar 2.7 juta ton (Kompas, 2008). Gula tersebut diproduksi oleh 61 pabrik gula (PG) yang terdapat di Indonesia (Deptan, 2009). Total kebutuhan gula nasional sebesar 4.46 juta ton per tahun. Kebutuhan tersebut terbagi dua yaitu gula konsumsi rumah tangga sebesar 2.66 juta ton dan gula rafinasi untuk kebutuhan industri sebesar 1.8 juta ton (Ditjenbun, 2008). Produksi nasional hanya memenuhi kebutuhan gula konsumsi rumah tangga, sedangkan kekurangan gula rafinasi dipenuhi melalui impor. Indonesia mengalami peningkatan produksi gula pada tahun 2008. Produksi gula pada tahun 2007 sebesar 2.6 juta ton, jadi peningkatan produksi sebesar 0.1 juta ton. Peningkatan produksi tersebut lebih disebabkan karena peningkatan luas panen yang terjadi sejak kebijakan TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) pada tahun 1975, tetapi produktivitas cenderung menurun. Penurunan ini disebabkan karena beralihnya budidaya tebu dari lahan sawah beririgasi menjadi lahan sawah tadah hujan, tegalan dan marjinal. Hal tersebut juga disebabkan dengan adanya kebijaksanaan pemerintah mengenai penggunaan lahan sawah yang diutamakan sebagai penyangga produksi beras, untuk mencapai swasembada beras nasional. Budidaya tanaman tebu di lahan kering memungkinkan untuk dilakukannya pengeprasan karena tidak ada rotasi tanam dengan padi. Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman yang telah dipanen sebelumnya, lalu tunggul-tunggulnya dipelihara kembali hingga menghasilkan tunas-tunas baru yang akan tumbuh menjadi tanaman baru pada musim tanam

2 selanjutnya (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Banyak petani tebu yang beralih ke budidaya tebu keprasan karena hemat biaya untuk bibit dan pengolahan tanah, selain itu tebu keprasan lebih tahan terhadap kekeringan daripada tanaman pertama (Notojoewono, 1984). Osche et. al, (1996) menyatakan Budidaya tanaman tebu lahan kering dengan cara keprasan memiliki kekurangan yaitu terjadinya penurunan produksi per hektar dibandingkan tanaman pertamanya. Kusuma (2002) menambahkan semakin meningkatnya frekuensi keprasan pada tanaman tebu, menyebakan semakin berkurangnya tinggi dan jumlah populasi per hektar sehingga berkurangnya batang tebu yang layak giling. Hal tersebut menyebabkan perlu dilakukan analisis dan membandingkan produktivitas tanaman tebu pada setiap kategori tanaman. Kategori tanaman dapat berupa tanaman pertama (Plant Crops/PC), tanaman keprasan pertama (Ratoon Cane 1/RC I), tanaman keprasan kedua (Ratoon Cane 2/RC II) dan seterusnya. Untuk itu perlu diketahui produktivitas tanaman tebu untuk tiap kategori tanaman untuk menentukan batas maksimal dilakukan pengeprasan. 1.2. Tujuan 1. Meningkatkan pengetahua, keterampilan, dan kemampuan profesional dalam memahami proses kerja nyata serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis masalah-masalah yang ada di lapangan. 2. Mempelajari pemeliharaan tanaman tebu keprasan dan menganalisis produktivitas pada setiap kategori tanaman.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae Genus : Saccharum Spesies : Saccharum officinarum Selain Saccharum officinarum masih terdapat empat spesies tebu yang lain dalam genus Saccharum, yaitu: Saccharum sinense, Saccharum barberi, Saccharum spontaneum, dan Saccharum robustum. Diantara kelima spesies tersebut, Saccharum officinarum memiliki kandungan sukrosa terbesar dan kandungan seratnya paling rendah sehingga spesies ini dijadikan penghasil gula utama, sedangkan spesies lain memiliki kandungan sukrosa dibawah S. Officinarum (Setyamidjaja dan Azharni, 1992).. Pada keadaan lingkungan yang optimum tanaman tebu dapat memberikan hasil yang tinggi dan tunas yang baik. Umumnya tanaman tebu berumur 14 sampai 16 bulan dan berakar serabut pada awal pertumbuhannya yang berfungsi sebagai tunjangan mekanik tanaman agar tegak dan menyerap unsur hara dan air dari tanah (Sudiatso, 1981) 2.2. Morfologi Tanaman Tanaman tebu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Akar pada tanaman ini berupa akar serabut yang memiliki panjang mencapai 2 m jika ditanam pada lingkungan yang optimum. Batang tebu merupakan bagian yang penting karena bagian inilah yang akan dipanen hasilnya. Pada bagian ini banyak terdapat nira yang mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Bagian ujung atau pucuknya memiliki kandungan gula yang lebih tinggi daripada bagian pangkal batang. Gula pada tebu

4 berupa sukrosa yang akan mencapai kadar maksimum jika tebu berumur 12 14 bulan atau telah mencapai masak fisiologis. Bagian internode (ruas batang) dibatasi oleh node (buku) yang merupakan tempat duduk daun tebu. Pada ketiak daunnya terdapat mata atau kuncup, letak mata pada ketiak daun berseling. Begutu juga dengan letak daun pada batang juga berseling. Tanaman tebu memiliki daun yang terdiri dari pelepah daun dan helai daun. Pelepah daun berfungsi sebagai pembungkus ruas daun, batang muda yang masih lunak dan mata. Helai daunnya berbentuk pita dengan panjang 1 2 m dan lebarnya 2 7 cm sesuai dengan varietas masing-masing dan keadaan lingkungan (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Daun tanaman tebu mengandung silikat. Permukaan daun kasap dengan tulang daun memanjang pada bagian tengah. Tepi daunnya tidak rata atau bergerigi. Seperti halnya famili Graminae pada umunya, bunga pada tanaman tebu tersusun berupa malai. Tipe penyerbukan pada tanaman ini adalah menyerbuk silang yang secara alami dibantu oleh angin. Pebungaan terjadi setelah tebu mencapai umur dewasa yaitu antara 12 14 bulan. 2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada daerah beriklim tropis namun masih dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang dengan daerah penyebarannya antara 350 LS dan 390 LU. Tanaman ini membutuhkan air dalam jumlah besar. Curah hujan yang optimum untuk tanaman tebu adalah 2 000 2 500 mm per tahun dengan hujan tersebar merata. Produksi yang maksimum akan dicapai pada kondisi dimana terdapat perbedaan yang ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara 22 270 C. Kelembaban nisbi yang dikehendaki adalah 65 85 % (Sudiatso, 1981) Penyinaran matahari langsung sangat baik untuk pertumbuhan tanaman tebu. Sinar matahari tidak hanya penting dalam pembentukan gula dan tercapainya kadar gula yang tinggi pada batang, tetapi juga mempercepat proses pemasakan. Pada lama penyinaran 7 9 jam per hari akan dicapai kandungan sukrosa maksimum (Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Menurut Sudiatso (1981),

5 pertumbuhan pada tebu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kultivar, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban, kesuburan dan keberadaan gulma. Semua tipe tanah cocok untuk pertanaman tebu, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu yaitu tanah dengan jaminan kecukupan air yang optimum dengan ph tanah antara 5.5-7.0 (PT. BRI bekerjasama dengan LMAA-IPB, 2001). Pada ph tanah diatas 7.0, tanaman sering mengalami kekurangan unsur fosfor. Pada ph tanah dibawah 5.5 dapat menyebabkan terhambatnya proses penyerapan unsur hara dan air dari tanah oleh akar tanaman. 2.4. Tanaman Keprasan Menurut Koswara (1988) tanaman keprasan adalah tanaman tebu yang sebelumnya ditebang, kemudian dipotong tunggulnya tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan selanjutnya dikelola sampai berproduksi. Setyamidjaja dan Azharani (1992) menambahkan, tanaman keprasan berasal dari tungul-tungul tanaman tebu sebelumnya yang dipelihara sehingga menjadi tanaman-tanaman baru. Tunas-tunas tebu keprasan tumbuh cepat dan mempunyai daya saing yang tinggi (Arifin dan Laoh, 1980 dalam Marjayanti dan Arsana, 1993). Pada budidaya lahan tegalan, tanaman tebu dapat dikepras sampai tiga kali, lebih dari itu maka akan terjadi penurunan produktivitas tebu. Menurut Notojoewono (1984) pengusahaan tebu dengan cara keprasan memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah: (1) Menghemat biaya untuk membuat lubang tanaman dan penyediaan bahan tanam (bibit). (2) Waktu relatif lebih singkat dari tebu pertamanya. (3) Lebih tahan terhadap kekeringan dan keadaan drainase yang kurang baik. Selanjutnya Widodo (1991) menambahkan keuntungan dari penggunaan tanaman keprasan antara lain tebu dapat tumbuh baik karena perakaran telah beradaptasi dengan keadaan tanah, selain untuk menghemat pemakaian bibit, penggunaan tanaman keprasan juga menjaga kelestarian tanah. Kepras merupakan pekerjaan memotong sisa-sisa batang tebu yang sudah ditebang dan masih menonjol di permukaan tanah. Tujuan dilakukannya kepras adalah untuk mendapatkan tunas dari mata yang terletak paling bawah dan keadaan tanah tetap terjaga karena intensitas pengolahan tanah berkurang.

6 2.5. Faktor-faktor yang Menentukan Produktivitas Moenandir (1994) menyatakan produktivitas tanaman merupakan hasil interaksi antara faktor internal tanaman dan lingkungan (eksternal). Tanaman tebu yang memiliki potensi hasil yang tinggi masih sangat dipengaruhi oleh kedaan lingkungan (Disbun Jatim, 2009). Keadaan lingkungan yang optimal akan memberikan produktivitas yang tinggi, namun sebaliknya jika keadaan lingkungan kurang optimal. Faktor internal yang mempengaruhi produktivitas tebu yaitu varietas dan bibit, sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain iklim, kesuburan tanah, kesehatan tanaman, teknik budidaya dan proses tebang angkut (Disbun Jatim, 2009). 2.5.1. Faktor Internal Varietas. Hasil atau produktivitas tanaman sebagian besar dipengaruhi oleh varietas yang ditanam (Anonim, 1983). Menurut Jumin (2008), varietas merupakan hasil pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantatif. Sebagai contoh perbaikan sifat-sifat unggul dari varietas yaitu kesesuaian lahan, potensi rendemen tinggi, diameter batang besar, pertumbuhan anakan cepat, tahan keprasan, tahan kekeringan, tahan terhadap hama penyakit tertentu, dan lain sebagainya. Penggunaan varietas tanaman bersifat sangat dinamis. Setiap periode waktu, varietas yang telah lama digunakan secara terus menerus tidak selalu menguntungkan, sebagai akibat akan terjadinya penurunan kualitas genetik, kepekaan terhadap hama dan penyakit yang dapat meyebabkan merosotnya perolehan hasil gula (Disbun Jatim, 2009). Oleh karena itu, untuk menghindari kondisi demikian diupayakan selalu terjadi regenerasi varietas di lapangan untuk mempersiapkan perolehan varietas pengganti. Varietas tebu sebaiknya tidak ditaman lebih dari 8 tahun.

7 Bibit. Menurut Setyamidjaja dan Azharni (1992), Bibit merupakan modal pertama dan utama bagi keberhasilan usaha budidaya tebu. Sutjahja (1993) dalam Winarsih (2003) menambahkan, bibit merupakan faktor yang menentukan produktivitas tebu yaitu kualitas bibit (murni varietasnya, sehat, daya dan kecepatan berkecambahnya besar) dan jumlah bibit (cukup memenuhi kebutuhan). Faktor ini termasuk ke dalam faktor internal karena mengingat kondisi tanaman pada awal pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kualitas bibit. Sebelum dipengaruhi langsung oleh faktor lingkungan, fase pertumbuhan awal tanaman sangat bergantung pada ketesediaan air dan makanan yang terdapat dalam bibit (Disbun Jatim, 2009). 2.5.2. Faktor Eksternal Iklim. Muljana (2001) menyatakan, secara khusus iklim menjadi penentu pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hal tersebut karena tanaman tebu menghendaki ketersediaan air yang cukup pada awal pertumbuhan, namun pada fase pembentukan gula di batang dan pemasakan tebu menghendaki ketersediaan air yanh sedikit. Iklim menjadi faktor yang menentukan produktivitas tebu karena iklim berkaitan dengan ketersediaan air bagi tanaman melalui curah hujan. Curah hujan juga berpengaruh langsung terhadap penyinaran matahari dan temperatur udara (Disbun Jatim, 2009). Kesuburan tanah. Jumin (2008) menyatakan, kesuburan tanah diartikan sebagai kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Tanah subur yaitu tanah yang memiliki kondisi dimana air, oksigen, dan hara tercukupi untuk tanaman. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman tebu yang sehat dan berproduksi tinggi. Pada kondisi tanah yang kurang optimal bagi pertumbuhan tanaman tebu dilakukan menipulasi oleh manusia melalui teknik budidaya. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu dengan manipulasi fisik untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam tanah berupa pengolahan tanah dan manipulasi

8 kimia untuk meningkatkan kandungan hara dalam tanah dengan cara pemupukan (Disbun Jatim, 2009). Kesehatan tanaman. Tanaman tebu yang terserang hama, penyakit, dan gulma pertumbuhannya kurang normal sehingga produktivitasnya rendah. Kesehatan tanaman harus diperhatikan sejak awal, dimulai dari penyediaan bahan tanaman sampai akhir menjelang panen (Disbun Jatim, 2009). Teknik budidaya. Teknik budidaya dapat diartikan sebagai usaha manusia memanipulasi kondisi lingkungan dan kondisi pertumbuhan tanaman mendekati kondisi optimal yang diharapkan oleh tanaman, sehingga tanaman dapat berproduksi maksimal (Disbun Jatim,2009). Menurut Murwandono dan Subagio (1991), beberapa kegiatan budidaya tanaman yang signifikan membantu proses pertumbuhan tanaman adalah pengairan, pembumbunan, pemupukan, dan bila perlu dilakukan penyulaman untuk memaksimalkan populasi tanaman. Tebang dan angkut. Setelah 12 bulan tanaman tebu dipelihara untuk mencapai hasil yang optimal, maka di fase akhir pertumbuhan yang menentukan produktivitas gula adalah tebang angkut. Tebang angkut yang dilakukan dengan tidak hati-hati dapat menyebabkan kehilangan hasil gula hingga 30% (Disbun Jatim, 2009).

BAB III. METODE MAGANG 3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan atau 16 minggu efektif yaitu dimulai dari tanggal 12 Februari sampai 12 Juni 2009. Lokasi magang adalah PG. Krebet Baru, PT. PG. Rajawali I, Kabupaten Malang, Jawa Timur. 3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan dengan dua metode yaitu metode secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilaksanakan dengan cara mahasiswa secara langsung mengikuti kegiatan di lapang, dimulai dari aspek teknis dimana mahasiswa bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), kegiatan yang dikerjakan diantaranya penanaman, pemeliharaan tanaman, dan tebang bibit. Kegiatan penanaman yang diikuti yaitu pembersihan bibit (klentek bibit), pengeceran, dan penutupan bibit. Pada kegiatan pemeliharaan yang diikuti yaitu pemupukan, pembumbunan, pengendalian gulma, klentek, aplikasi pias, dan aplikasi Zat Pemacu Kemasakan (ZPK). Pada kegiatan tebang bibit yang diikuti yaitu penebangan bibit dan pangangkutan bibit dari lahan ke truk. Mahasiswa juga mengikuti kegiatan manajerial sebagai pendamping mandor kebun atau PLPG (petugas lapang pabrik gula) dan pendamping sinder kebun wilayah (SKW). Kegiatan magang dapat dilihat pada Lampiran 1. Metode tidak langsung dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data sekunder PG. Krebet Baru dan studi pustaka. 3.3. Aspek Khusus Data primer diperoleh dengan cara mengikuti kegiatan, melakukan pengamatan, wawancara langsung dengan petani dan pengambilan data dari Bagian Tanaman (Planstation). Data primer merupakan data produktivitas atau TCH (Ton Cane per Hectare) dari enam kategori tanaman, yaitu tanaman pertama (Plant Crops/PC), tanaman keprasan I (Ratoon Cane/RC1), tanaman keprasan II (Ratoon Cane /RC2), tanaman keprasan III (Ratoon Cane/RC3), tanaman keprasan IV (Ratoon Cane/RC4), dan tanaman keprasan V (Ratoon Cane/RC5).

10 Data TCH diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap petani. Contoh yang diambil sebanyak 54 orang petani dari 18 kecamatan, jadi diambil 3 orang petani sampel dari tiap-tiap kecamatan. Penentuan sampel dilakukan dengan Penentuan Contoh Acak Berlapis. Data produktivitas yang diambil merupakan data produktivitas varietas BR 194 atau BL yang merupakan varietas yang paling banyak ditanam oleh petani. Data produksi lima tahun terakhir diperoleh dari Tata Usaha (TU) bagian tanaman. Data sekunder yang diperoleh adalah sejarah dan perkembangan perusahaan, letak geografis dan topografi, keadaan iklim, kondisi lahan, kondisi tanaman, organisasi dan manajemen perusahaan. Selain itu, pengumpulan data penunjang juga dibutuhkan melalui studi pustaka yang terdapat diperusahaan. 3.4. Analisis Data Data yang diperoleh diuji dengan uji T dan dilakukan analisis data dengan manggunakan analisis deskriptif, serta membandingkan data dengan norma yang berlaku khususnya budidaya tanaman tebu keprasan.

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet Baru sempat menghentikan operasinya pada tahun 1947, hal ini disebabkan pabrik mengalami kerusakan yang parah. Pada tahun 1953 Pabrik Gula Krebet Baru mengalami perbaikan berkat desakan IMA PETERMAS (Indonesia Maskapai Andal Koperasi Pertanian Tebu Rakyat Malang Selatan), sehingga PG Krebet Baru dapat beroperasi kembali. Perbaikan diadakan oleh Oei Tiong Ham Concern bekerjasama dengan Bank Industri Negara. Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih semua perusahaan yang dimiliki oleh Oei Tiong Ham Concern pada tahun 1961. Kegiatan usaha tetap berjalan dibawah pengawasan Menteri/Jaksa Agung RI. Kemudian pada tahun 1963 semua perusahaan dan pengelolaanya diserahkan kepada menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan, dan Pengawasan (P3) yang saat ini menjadi Departemen Keuangan RI. Untuk melanjutkan aktivitas usaha ex. Oei Tiong Ham Concern, pada tahun 1964 Departemen Keuangan RI membentuk PT. Perusahaan Perkembangan Ekonomi (PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia yang sekarang lebih dikenal dengan nama PT. Rajawali Nusantara Indonesia. PT. Rajawali Nusantara Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah pengawasan Departemen Keuangan RI. Pada tahun 1974 PG Krebet Baru mengalami peningkatan kapasitas giling dari 1 600 TCD ( Ton Cane per Day ) tahun 1968 menjadi 2 000 TCD. Peningkatan kapasitas giling ini merupakan fasilitas pemerintah dalam rangka penanaman modal dalam negeri dengan cara memperbaiki dan mengganti mesinmesin yang sudah tua. Dua tahun setelah itu yaitu tahun pada tahun 1976 dibangun pabrik gula baru untuk menggantikan pabrik gula yang lama. Namun untuk meningkatkan kapasitas giling menjadi 5 000 TCD serta meningkatkan total pelayanan tanaman tebu rakyat menjadi 12 000 ha, maka pabrik gula yang lama tetap dipertahankan untuk tetap beroperasi. Sehingga terdapat dua unit pabrik gula

12 yang berada dibawah manajemen PG Krebet Baru, yaitu Pabrik Gula Krebet Baru I (KB I) dan Pabrik Gula Krebet Baru II (KB II) Hingga saat ini PG. Krebet Baru terus meningkatkan kapasitas giling dan pelayanan terhadap tanaman tebu rakyat. Peningkatan kapasitas giling dilakukan dengan cara memperbaiki, mengganti dan menambah mesin-mesin baru. Total kapasitas giling PG Krebet Baru sebesar 12 000 TCD, dengan rincian PG Krebet Baru I (KB I) sebesar 6 500 TCD dan PG Krebet Baru II (KB II) sebesar 5 500 TCD. 4.2.Letak Geografi Secara geografi PG. Krebet Baru terletak pada 1120 37 30 BT dan 070 58 10 LS. Lokasi PG. Krebet Baru di Km. 1 Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jarak dari Kota Malang sejauh 13 km kearah selatan. Wilayah kerja PG Krebet Baru sebagian besar tersebar di wilayah Malang Selatan dengan ketinggian antara 300 600 m di atas permukaan laut. Malang Selatan didukung oleh sumberdaya alam yang sangat sesuai untuk tanaman tebu sehingga banyak petani di wilayah ini memilih untuk bertanam tebu, oleh karena pertimbangan itulah pemilihan lokasi PG Krebet Baru. Lokasi PG Krebet Baru cukup strategis karena didukung oleh faktor ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja. Letak PG Krebet Baru dapat di lihat di Lampiran 2. 4.3. Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim di wilayah kerja PG Krebet Baru menurut Oldemen masuk dalam Zone C atau beriklim agak basah, dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun dan bulan kering pada bulan Juni September serta bulan basah antara Nopember Maret. Kondisi tanah di wilayah kerja PG Krebet Baru memiliki topografi yang beragam dari datar hingga berbukit dengan kemiringan3 8 derajat. Jenis tanah sebagian besar merupakan tanah Latosol, Mediteran, dan Regosol (Tabel 1) dengan ph 5.5 6.5.

13 Tabel 1. Jenis Tanah di Wilayah Kerja PG Krebet Baru Rayon Rayon Selatan Kecamatan Pagak Donomulyo Gedangan Rayon Tengah Gondanglegi Rayon Utara Bululawang Wajak Dau Lawang Singosari Rayon Timur Turen Dampit Sumbermanjing Wetan Ampelgading/Tirtoyudo Jenis Tanah Mediteran Latosol Mediteran Latosol Mediteran Latosol Aluvial Regosol Regosol Latosol Regosol Latosol Andosol Latosol Latosol Regosol Brown Forest Soil Latosol Latosol Regosol Latosol Regosol Aluvial Latosol Mediteran Aluvial Mediteran Regosol Latosol % Luas 75 25 85 15 90 10 90 10 90 10 80 20 85 15 80 20 75 25 60 40 80 20 20 20 60 20 20 30 30 Sumber : Bagian Tanaman PG Krebet Baru, Malang (1999) Tanah di wilayah kerja PG. Krebet Baru rata-rata memiliki kandungan Nitrogen dan Phospor cukup, serta kandungan Kalium yang tinggi. Unsur Kalium sangat penting peranannya dalam proses metabolisme karbohidrat, sehingga sangat penting juga untuk pertumbuhan tebu terutama dalam proses pembentukan gula.

14 4.4. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Areal kebun di wilayah kerja PG. Krebet Baru terdiri dari lahan HGU (Hak Guna Usaha), lahan sewa, dan tebu rakyat (TR). Lahan HGU dan lahan sewa termasuk dalam tebu sendiri (TS). Lahan TS merupakan lahan yang hanya diperuntukan untuk kebun bibit datar (KBD), namun jika kebutuhan bibit telah tercukupi, maka KBD yang tidak tertebang sebagai bibit akan dioverbooking menjadi kebun tebu giling (KTG). Total luas kebun TS seluas 120.927 ha yang terdiri dari 16.027 ha HGU dan 104.9 ha lahan sewa. Keseluruhan areal KTG di PG. Krebet baru merupakan TR (Tebu Rakyat). Total luasan KTG yang terdapat diwilayah PG. Krebet Baru tahun 2008/2009 yaitu seluas 20 915.43 ha. Terdapat dua kategori TR, yaitu TRS (Tebu Rakyat Sawah) seluas 5 890.90 ha dan TRT (Tebu Rakyat Tegalan) seluas 13 967.09 ha (Tabel 2). Tabel 2. Daftaran Luas Areal Tebu Rakyat di PG. Krebet Baru Daftaran Areal (ha) TRS TRT Afdeling RAYON UTARA Bululawang Dau Lowokwaru Lawang Singosari RAYON TIMUR Wajak Dampit Sumbermanjing Wetan Tirtoyudo Ampelgading RAYON TENGAH Gondanglegi I Gondanglegi II Pagelaran RAYON SELATAN Pagak Donomulyo Bantur Gedangan TOTAL 864.05 1 554.25 740.00 476.29 280.00 960.00 216.50 175.00 1 023.50 1 079.00 1 537.00 769.00 265.00 2.824.00 101.00 1 710.35-1 062.00 5 890.90-1 280.05 - TRM (ha) Jumlah (ha) 100.00 2 615.31 740.01 476.29 305.00 1 035.00 25.00 75.00 125.00 105.00 131.00 50.00 1 365.00 1 359.00 1 668.00 769.00 315.00 20.00 50.00 82.65 2 844.00 1 431.05 1 793.00-100.00 50.00 78.00 1 710.00 1 056.00 25.00 13 967.09 938.65 Sumber : Bagian Tanaman PG. Krebet Baru, Malang (2009) 1 162.00 128.00 1 710.00 1 081.00 20 915.43

15 Wilayah kerja PG. Krebet Baru terbagi menjadi empat rayon yang tersebar di 17 kecamatan. Setiap afdeling dipimpin oleh Sinder Kebun Wilayah (SKW). Rayonisasi di PG. Krebet Baru dibagi berdasarkan posisi afdeling dari PG. Krebet Baru. Empat rayon tersebut adalah Rayon Selatan meliputi kecamatan Pagak, Donomulyo, Bantur, dan Gedangan (Lampiran 3). Rayon Tengah meliputi kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran (Lampiran 4). Rayon Utara meliputi kecamatan Bululawang, Dau, Lowokwaru, Lawang, dan Singosari (Lampiran 5). Rayon Timur yang meliputi kecamatan Wajak, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Ampelgading (Lampiran 6). Di PG. Krebet Baru juga dikenal istilah wilayah historis dan wilayah ekspansi, wilayah historis merupakan wilayah kerja yang sudah ada sejak berdirinya PG. Krebet Baru dan sebagian besar dari wilayah ini merupakan lahan sawah yang cocok dengan habitus tanaman tebu. Wilayah ekspansi merupakan wilayah pengembangan untuk meningkatkan jumlah bahan baku dan sebagian besar dari wilayah ini merupakan lahan kering atau tegalan yang sebenarnya kurang cocok untuk tanaman tebu. 4.5. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG. Krebet Baru terbagi menjadi dua kategori, yaitu tanaman pertama (Plant Crops/PC) dan tanaman keprasan (Ratoon Cane/RC). Tanaman pertama merupakan tanaman yang ditanam di areal yang telah dilakukan pengolahan tanah dan dari bibit yang berasal dari KBD, sedangkan tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh dan berproduksi kembali dari hasil tebangan tanaman pertama. Pada umumnya untuk lahan sawah dilakukan hanya satu kali pengeprasan dan berbeda pada lahan tegalan yang dapat dilakukan dua kali pengeprasan. Hal ini dikarenakan, pada lahan sawah memungkinkan dilakukannya rotasi tanam dengan padi atau tanaman pangan lainnya. Di wilayah kerja PG. Krebet Baru pada umumnya dilaksanakan 3 5 kali pengeprasan. Di PG. Krebet Baru terdapat dua jenis kebun tebu, yaitu Tebu Sendiri (TS) dan Tebu Rakyat (TR). Kebun TS merupakan kebun yang dikelola oleh PG. Krebet Baru dan pengelolaannya hanya untuk bibit. Jika terdapat KBD yang tidak tertebang sebagai bibit karena kebutuhan bibit telah terpenuhi, maka dilakukan

16 overbooking KBD menjadi KTG. Pada dasarnya pengelolaan kebun bibit dilakukan secara bertahap, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Tebu Rakyat (TR) di PG. Krebet Baru merupakan kebun yang pengelolaannya dilakukan oleh petani dan hasilnya diperuntukan sebagai bahan baku produksi gula atau Kebun Tebu Giling (KTG). Mengingat kurang lebih 98% pasokan bahan baku di PG. Krebet Baru berasal dari Tebu Rakyat, Tebu Rakyat (TR) dibagi menjadi dua jenis berdasarkan karakteristik lahannya, yaitu Tebu Rakyat Sawah (TRS) dan Tebu Rakyat Tegalan (TRT). Berdasarkan kategori tanaman, TRS terdiri dari Tebu Rakyat Sawah Tanaman Pertama (TRS I) dan Tebu Rakyat Sawah Keprasan I (TRS II) dan seterusnya. Begitu pula untuk TRT terdiri dari Tebu Rakyat Tegalan Tanaman Pertama (TRT I), Tebu Rakyat Tegalan Keprasan I (TRT II), dan Tebu Rakyat Tegalan Keprasan II (TRT III) dan seterusnya. Varietas tebu yang dibudidayakan di wilayah kerja PG. Krebet Baru merupakan varietas yang berasal dari P3GI dan PG lainnya. Varietas yang ditanam harus disesuaikan dengan karakteristik lahan, masa tanam, dan masa giling. Pada dasarnya komposisi varietas yang ditanam sesuai dengan masa giling yaitu 30% varietas masak awal, 30% varietas masak tengah, dan 40% varietas masak akhir. Komposisi varietas di PG. Krebet Baru tidak berimbang yaitu 10,7% untuk varietas masak Awal Tengah dan 89.3% untuk varietas masak Tengah Akhir (Tabel 3). Tabel 3. Komposisi Varietas PG Krebet Baru Varietas Masak Awal - Tengah PS 862 Kidang Kencana (KK) MK 98 BR 394 Jumlah Masak Tengah - Akhir BR 194 (BL) PS 864 Jumlah Luas (ha) % 1 301.888 284.788 162.736 427.182 2 176.594 6.4 1.4 0.8 2.1 10.7 16 883.860 1 281.406 20 342.000 83.0 6.3 89.3

17 Sumber : Bina Sarana Tani PG. Krebet Baru, Malang (2008) Produksi gula PG. Krebet Baru selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan (Tabel 4), namun terjadi penurunan pada musim tanam 2005/2006. Peningkatan produksi tersebut disebabkan peningkatan luas areal tebu yang dipanen, Akan tetapi produktivitas tebu tidak mengalami peningkatan yang berarti, bahkan mengalami penurunan pada musim tanam 2007/2008. Tabel 4. Produksi PG. Krebet Baru 5 Tahun Terakhir Musim Tanam Luas (ha) 2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 rata-rata 12 327.2 15 920.1 15 003.9 17 070.1 19 750.1 16 014.3 Rendemen (%) 7.2 6.5 6.8 6.7 7.8 7.0 Produktivitas (ku/ha) Tebu Gula 852.8 61.1 995.0 64.8 929.7 63.2 1005.1 66.8 892.9 69.8 935.1 65.1 Produksi (ku) Tebu 10 512 869.0 15 839 978.0 13 949 340.0 17 157 258.0 17 635 804.0 15 019 049.8 Gula 753 772.7 1 031 182.6 948 555.1 1 140 957.7 1 379 119.9 1 050 717.6 Sumber : Bina Sarana Tani PG. Krebet Baru, Malang (2008) Pabrik Gula Krebet Baru memproduksi produk utama berupa gula dan hasil sampingan berupa tetes (molasses), blotong, abu ketel, dan ampas (bagase). Tetes digunakan sebagai bahan baku industri penyedap masakan (MSG) dan indutri etanol. Blotong dan abu ketel dimanfaatkan sebagai kompos yang digunakan oleh petani. Sedangkan ampas digunakan kembali oleh pabrik gula sebagai bahan bakar. 4.6. Struktur Organisasi PG. Krebet Baru merupakan salah satu unit produksi PT. PG. Rajawali Nusantara Indonesia I yang merupakan anak persahaan dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia. Unit PG. Krebet Baru membawahi 2 pabrik, yaitu PG Krebet Baru I dan PG Krebet Baru II. Unit ini dipimpin oleh seoarang administratur atau General Manager yang dalam tugasnya dibantu oleh beberapa kepala bagian atau Manager. Kepala bagian tersebut diantaranya Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager), Kepala Bagian Instalasi (Engineering Manager) Krebet Baru I, Kepala Bagian Instalasi (Engineering Manager) Krebet Baru II, Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager) Krebet baru I, Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager) Krebet Baru II, Kepala Bagian Tata Usaha dan

18 Keuangan (Finacial and Administration Manager), dan Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum ( Human Resources Development and General Affair Manager). Struktur organisasi PG. Krebet Baru dapat dilihat di Lampiran 7. General Manager bertugas mengelola unit produksi yang dipimpinnya secara keseluruhan sesuai dengan keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh dewan direksi PT. Rajawali Nusantara Indonesia I yang berkedudukan di Surabaya. General Manager bertanggung jawab untuk meningkatkan produksi melalui perencanaan dan pengembangan areal tebu. General Manager melaksanakan dan mengawasi semua kegiatan usaha sesuai dengan tata kerja dan prosedur kerja yang berlaku dan disetujui oleh direksi. General Manager harus melapor kepada pihak direksi atas permasalahan yang mengganggu kegiatan usaha, lalu merumuskan sasaran dan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki. General Manager berwenang mengangkat dan menghentikan karayawan Non Staf, serta mampu mengusulkan promosi bagi karyawan Staf. Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager) memiliki tugas yaitu menjalankan semua kebijakan yang telah ditetapkan oleh General Manager terutama dalam bidang tanaman, serta memimpin, mengelola, dan bertanggung jawab atas semua pekerjaan bagian tanaman yang meliputi Bina Sarana Tani, tanaman, tebang dan angkut. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bagian Tanaman dibantu oleh Sinder Kebun Kepala (SKK), Sinder Kebun Wilayah (SKW), Kepala Tebang Angkut, Kepala Seksi Bina Sarana Tani, Kepala Mekanisasi, Kepala Subseksi Laboraturium Mikro dan Tata Usaha Tanaman. Kepala Bagian Instalasi (Engineering Manager) bertanggung atas kepada General Manager atas semua kegiatan di bagian instalasi. Kepala bagian instalasi bertanggung jawab atas pengoperasian mesin-mesin pabrik pada saat giling, melakukan pemerikasaan dan melakasanakan perbaikan pabrik pada waktu giling atau di luar waltu giling, mempunyai wewenang untuk mengoreksi dan mengawasi rencana kerja dan mengajukan anggaran belanja kepada General Manager. Dalam pelasanaan tugasnya Kepala Bagian Instalasi dibantu oleh Kepala Stasiun Gilingan, Kepala Stasiun Pabrik Tengah, Kepala Stasiun Ketel, Kepala Stasiun Listrik, dan Kordinator Bagian Besali serta Kordinator Bagian Remise/Kendaraan dan Rupa-rupa. Di PT. PG. Krebet Baru terdapat dua Kepala

19 Bagian Instalasi, yaitu Kepala Bagian Instalasi Krebet Baru I dan Kepala Bagian Instalasi Krebet Baru II. Kedua Kepala Bagian Instalasi tersebut memiliki tugas dan wewenang yang sama, namun berbeda pada unit kerjanya. Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager) bertugas dan bertanggung jawab atas semua kegiatan-kegiatan teknis operasional dalam bidang pengolahan, mengajukan perbaikan atau pergantian mesin-mesin atau peralatan yang berada dibawah pengawasan bagian pabrikasi dan menjaga kelancaran proses pengolahan gula, serta memenuhi syarat dan standar mutu gula yang telah ditetapkan. Bagianbagian yang berada dibawah tanggung jawab Kepala Bagian Pabrikasi yaitu Laboratorium, Pengolahan, Pabrik Tangah, dan Puteran. Terdapat dua Kepala Bagian Pabrikasi di PG. Krebet Baru, yaitu Kepala Bagian Pabrikasi Krebet Baru I dan Kepala Bagian Pabrikasi Krebet Baru II. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan (Finacial and Administration Manager) bertugas menyusun rencana peredaran uang dan mematau realisasinya serta mengadakan analisis penyimpangannya, mencatat semua kegiatan keuangan perusahaan yaitu pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran. Melakasanakan pengolahan data keuangan agar dapat menghasilkan informasi keuangan bagi pihak yang memerlukannya. Menyusun rencana anggaran belanja yang akan diusulkan kepada pihak direksi. Melasanakan pembayaran gaji, upah, lembur dan lain-lain yang berhubungan dengan hak-hak karyawan. Kepala Bagian SDM dan Umum bertugas membantu General Manager dalam bidang SDM dan umum sesuai dengan kebijakan dewan direksi dan ketentuan General Manager. Tugas-tugas dari Kepala bagian SDM dan Umum diantaranya yaitu merencanakan anggaran biaya karayawan, melaksanakan penerimaan dan penempatan karyawan, mengusulkan promosi karyawan non staf, dan mengolah data penggajian karyawan, 4.7. Ketenagakerjaan Karyawan di PG. Krebet Baru diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Karyawan Staf, Karyawan Pelaksana atau Non-Staf, dan Karyawan Kampanye/KKWT (Kesempatan Kerja Waktu Tertentu) dan Borongan (Tabel 5).

20 Karyawan Staf adalah karyawan yang memiliki jabatan pimpinan yang terdiri atas Kepala Subseksi, Kepala Seksi, Kepala Bagian, dan General Manager. Pengangkatan dan penempatan karyawan staf ditentukan oleh pihak PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Pengangkatan karyawan staf di PG. Krebet Baru diambil dari pihak intern dan ekstern perusahaan. Karyawan Pelaksana atau Non-Staf adalah semua karyawan yang bekerja dibawah pimpinan karyawan staf, berarti semua karyawan yang jabatannya dibawah Kepala Subseksi. Karyawan pelaksana diangkat dan ditempatkan oleh General Manger dibantu oleh Bagian SDM dan Umum. Karyawan pelaksana dapat dipromosikan menjadi karyawan staf atas pertimbangan dan pengajuan General Manager dan Kepala Bagian SDM dan Umum. Karyawan Kampanye/KKWT (Kesempatan Kerja Waktu Tertentu) dan Borongan, yaitu karyawan yang bekerja berdasarkan atas perjanjian yang telah dibuat oleh pihak perusahaan dan jangka waktu pekerjaan ditentukan Perusahaan. Tabel 5. Jumlah Karyawan PG. Krebet Baru Tahun 2009 Karyawan Jumlah Staf 64 Tetap 542 Kampanye/ borongan 1 679 Sumber : SDM PG. Krebet Baru, 2009 4.8. Hari Kerja dan Jam Kerja Hari kerja dan jam kerja yang diberlakukan di PG. Krebet Baru ditentukan berdasarkan masa giling, yaitu dalam masa giling (DMG) dan luar masa giling (LMG). Dalam masa giling (DMG), kegiatan produksi berlangsung selama 24 jam, terutama di dalam pabrik, sehingga dibutuhkan pengaturan tenaga kerja (shift) agar proses produksi tetap berjalan. Pelaksanaan jam kerja membagi tenaga kerja menjadi tiga shift, yaitu pagi, siang, dan malam. Pergantian shift dilaksanakan 7 hari sekali. Shift Pagi : 06.00 14.00 WIB Shift Siang : 14.00 22.00 WIB Shift Malam : 22.00 06.00 WIB

21 Pada saat luar masa giling (LMG), dimana tidak berlangsungnya kegiatan produksi, maka pada masa ini kegiatan perusahaan berjalan dengan normal dengan pembagian hari dan jam kerja sebagai berikut : Hari Senin-Kamis : 07.00-16.00 WIB (jam istirahat 12.00-13.00) Hari Jumat : 07.00-16.00 WIB (jam istirahat 11.00-13.00) Hari Sabtu : 07.30-12.30 WIB

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1. Aspek Teknis 5.1.1. Pembukaan dan Persiapan Lahan Pembukaan dan persiapan lahan yang dilaksanakan di wilayah kerja PG Krebet Baru mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut Bersih kebun. Kegiatan ini dilakukan pada areal bekas kebun tebu giling pada tahun sebelumnya atau lahan bekas tanaman pangan lainnya pada musim tanam sebelumnya. Bersih kebun dilakukan dengan cara membakar sampah sisa-sisa tanaman sebelumnya. Arah pembakaran diusahakan berlawanan dengan arah angin. Pengolahan tanah. Kegiatan ini bertujuan menyediakan media tumbuh yang sesuai bagi tanaman tebu sehingga memudahkan pertumbuhan akar tebu agar dapat menembus permukaan tanah, selain itu juga untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan gulma. Pengolahan tanah yang dilaksanakan di PG Krebet Baru terdiri atas pembajakan I, pembajakan II dan pengkairan. Pembajakan I memiliki arah tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memotong dan membongkar bagal tebu yang tersisa dalam tanah. Tujuan utama dari pembajakan antara lain untuk memotong, membalik dan menghancurkan tanah, menekan pertumbuhan gulma dengan membalik dan membenamkannya ke dalam tanah serta memperbaiki aerasi tanah agar tebu dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman pembajakan diusahakan antara 30 40 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring 5 piringan. Pembajakan II sama dengan pembajakan I (Gambar 1A), hanya saja berbeda pada arah pembajakan. Arah pembajakan II tegak lurus terhadap

23 arah pembajakan I, dengan tujuan memecah bongkahan tanah dan meremahkan tanah hasil bajakan I. Pembajakan I dan Pembajakan II dapat dilakukan bersamaan dalam satu hari jika keadaan tanah kering atau tidak terjadi hujan. Pengkairan merupakan kegiatan pembuatan juringan atau alur tanam (Gambar 1B), yaitu sebagai tempat tumbuh bibit tebu. Kegiatan pengkairan dilakukan satu hari setelah kegiatan pembajakan selesai. Implement yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat kair (Scryfying) dengan tiga mata yang dipasangkan dengan traktor 4 WD 150 HP. Kedalaman juringan yang dikehendaki yaitu 25 30 cm dengan jarak pusak ke pusat (PKP) 100 130 cm tergantung pada permintaan petani. Arah kairan sejajar dengan arah pembajakan I. Pengkairan akan terbentuk daerah head land yaitu bagian tanah tang tidak dapat terjangkau oleh traktor, pengerjaan ini akan diselesaikan secara manual dengan cangkul. A B Gambar 1. Pengolahan Tanah : A. Pembajakan; B. Pengkairan Pembuatan got. Pembuatan got dilakukan dengan tujuan sebagai saluran drainase atau pembuangan air. Saluran drainase atau got sangat penting dalam budidaya tebu terutama pada lahan sawah. Tidak terkecuali pada lahan tegalan karena wilayah Malang Selatan memiliki curah hujan yang tinggi. Urutan pekerjaan diawali dengan pembuatan got keliling, got mujur dan yang terakhir adalah pembuatan got malang. Got keliling yaitu got yang mengelilingi lahan. Got keliling dibuat lebih dalam daripada got mujur dan got malang, hal ini dikarenakan fungsi dari

24 got keliling yaitu membuang kelebihan air dari dalam lahan keluar kebun dan masuk ke saluran buangan besar secara cepat dan efektif. Kedalaman got keliling 90 cm dengan lebar 60 cm. Got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. Got mujur dibuat dengan posisi sejajar dengan barisan tanaman tebu nantinya. Kedalaman got mujur 80 cm dengan lebar 60 cm. Got malang adalah got yang terakhir dibuat. Posisi got malang tegak lurus dengan barisan tebu nantinya. Lebar got malang yaitu 50 cm dengan kedalaman 70 cm. Jarak antar got malang 10 20 m, tergantung dari kondisi dari air lahan. Pada umumnya pembuatan got malang hanya dilakukan pada budidaya tebu lahan sawah. Kedalaman dari ketiga got tersebut selisih 10 cm, hal ini bertujuan agar kelebihan air pada lahan dapat dengan mudah mengalir keluar dari kebun. Gambar 2. Pembuatan Got 5.1.2. Persiapan Bahan Tanam Bibit yang akan ditanam oleh petani di wilayah kerja PG Krebet Baru merupakan bibit yang berasal dari KBD (kebun bibit datar) yang dikelola oleh PG bagian Tanaman terutama oleh kebun TS (tebu sendiri) atau dikelola oleh petani dengan suatu perjanjian dengan pihak PG yang biasa disebut dengan KBD Jasa. Varietas tebu yang dikelola oleh PG Krebet Baru sebagian besar berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) di Pasuruan. Varietas yang saat ini sedang dikembangkan di PG Krebet Baru diantaranya PS 862, MK 98, dan Kidang Kencana. Penyediaan bibit di KBD Jasa berada di bawah pengawasan PG,

25 pengawasan yang dilakukan diantaranya kemurnian bibit, varietas, dan kesehatannya. Pada umunya penyediaan bibit di Pabrik Gula melalui empat tahap, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Data (KBD). Pembibitan di PG Krebet Baru diawali dengan perbanyakan secara kultur jaringan di Laboraturium Mikro. Bibit hasil perbanyakan kultur jaringan yang telah ditanam di Polybag akan dipindahkan ke KBN yang telah disiapkan. Kebutuhan bibit di KBI adalah sebanyak empat Polybag per meter. Bibit hasil KBI akan ditanam di KBD, dari luasan 0.125 ha KBI akan memenuhi kebutuhan bibit di KBD seluas 1 ha. Bibit menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan hasil dari pengusahaan tebu. Kriteria bibit yang baik antara lain adalah bibit yang sudah cukup umur yaitu brumur 6 8 BST, memiliki tingkat kemurnian > 95 %, sehat (bebas dari hama dan penyakit), mempunyai daya tumbuh > 90 %, dan habitus batang normal sesuai dengan varietasnya. Pengelolaan KBD pada dasarnya sama dengan kebun tebu giling (KTG). Terdapat perbedaan diantaranya, pertama pada KBD tidak dilakukannya klentek. Hal ini bertujuan untuk melindungi mata tunas selama tebang dan angkut bibit dan mencegah kehilangan air pada bibit. Kedua, pemupukan pada KBD tidak selengkap di KTG. Pemupukan dilakukan dua kali menggunakan pupuk ZA dengan dosis 1 ton per hektar, pemupukan pertama dilakukan sebelum 2 BST sebanyak 0.5 ton dan pemupukan kedua dilakukan satu bulan setelah pemupukan pertama dengan dosis yang sama. 5.1.3. Persiapan Tanam dan Penanaman Persiapan tanam merupakan semua kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman, tujuan dari kegiatan ini yaitu menyiapkan bahan tanam dan mempermudah kegiatan penanaman nantinya. Penanaman adalah kegiatan menanam bahan tanam berupa bibit bagal tebu yang telah tersedia ke dalam juringan. Sistem tanam bibit yang digunakan petani sebagian besar adalah double planting (bagal ganda) dan over lapping (gigi walang), sistem tanam over lapping (Gambar 3B) biasanya dilakukan pada musim hujan atau pada lahan dengan

26 ketersediaan air optimal. Sistem tanam double planting (Gambar 3A) dilakukan sebaliknya. Jenis bibit yang digunakan petani pada umunya merupakan bibit bagal tiga ruas dengan dua mata tunas atau bibit lonjoran dengan lima sampai tujuh mata. A B Gambar 3. Pola Tanam Bibit : A. Double Planting; B. Over Lapping Sebelum penanaman, perlu dilakukannya pemilihan jenis atau varietas tebu yang memenuhi kriteria kesesuaian dengan lahan yang akan ditanami dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu penentuan varietas juga didasari pada waktu tanam sehingga waktu panen akan bersamaan dengan waktu giling di pabrik gula. Kegiatan tanam di lahan sawah dapat dilakukan sepanjang tahun karena tidak terdapat hambatan pengairan. Untuk lahan kering penanaman dilaksanakan jika sudah memasuki musim hujan, yaitu bulan Oktober sampai Desember. Proses kegiatan persiapan tanam dan penanaman dapat dijabarkan sebagai berikut: Tebang bibit. Kegiatan ini dilakukan pada KBD yang telah ditetapkan oleh pihak PG. Jumlah dan varietas bibit yang ditebang harus sesuai dengan pesanan petani. Tebang bibit dilaksanakan dengan menggunakan golok tebang (Gambar 4A). Penebanagan diusahakan rata dengan permukaan tanah dan memotong bagian pucuknya. Stek batang tebu kemudian diikat, satu ikat biasanya terdiri dari 20 25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.008 ha/hok dan prestasi kerja buruh 0.016 ha/hok

27 Angkut dan bongkar bibit. Kegiatan ini merupakan kegiatan mengangkut bibit dari KBD ke Kebun Tebu Giling (KTG) yang telah disiapkan oleh petani yang membeli bibit (Gambar 4B). Pertama bibit dimuat dari lahan ke Truk (Gambar 4C). Pengangkutan bibit dilakukan dengan menggunakan truk dengan kapasitas 7 8 ton. Setelah itu, dilakukan pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Pada umumnya kegiatan ini dilakukan satu hari sebelum dilakukannya penanaman. A B C Gambar 4. Panen Bibit : A. Tebang Bibit; B. Angkut Bibit; C. Muat Bibit ke Truk Pembuatan kasuran. Pembuatan kasuran dapat dilakukan bersamaan dengan klentek bibit atau sebelumnya. Pembuatan kasuran dapat dilaksanakan secara manual dengan menggunakan cangkul (Gambar 5B) atau dengan bantuan bajak sapi (Gambar 5A). Tujuan dari kegiatn ini adalah untuk merangsang pertumbuhan akar muda. A B Gambar 5. Pembuatan Kasuran : A. Dengan Bajak Sapi; B. Dengan Cangkul Klentek bibit. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan membersihakan bibit batang tebu dari pelepah daun kering (klaras) yang masih menempel. Klentek bibit dilakukan secara manual tanpa alat bantu seperti pisau. Hal

28 ini untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mata tunas. Klentek dilaksanakan di lahan yang akan ditanami (Gambar 6). Gambar 6. Klentek Bibit Pengenceran dan pemotongan bibit. Pengenceran merupakan kegiatan menempatkan bibit ke juringan atau kegiatan membagi seluruh bibit sesuai dengan jumlah juringan yang tersedia (Gambar 7A). Setelah bibit diecer ke seluruh juringan, maka kegiatan selanjunya adalah pemotongan (Gambar 7B). Pemotongan bertujuan untuk membagi stek batang tebu menjadi bibit bagal 2 3 mata tunas. Panjang bibit bagal kurang lebih 40 cm. A B Gambar 7. Persiapan Bahan Tanam : A. Pengenceran Bibit; B. Pemotongan Bibit Pengairan. Pengairan dilaksanakan hanya pada lahan sawah beririgasi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah, mempermudah penanaman, marangsang perkecambahan bibit sehingga

29 diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Pengaiaran diusahakan tidak lebih dari satu hari untuk mencegah terjadinya busuk pada bibit. Penutupan bibit. Penutupan bibit meruapakan kegiatan menutup bibit dengan menggunakan tanah yang gembur atau remah setebal 5 10 cm. penutupan bibit dilaksanakan dengan menggunakan cangkul (Gambar 8). Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit. Gambar 8. Penutupan Bibit 5.1.4. Pemeliharaan tanaman pertama Kegiatan pemeliharaan tanaman pertama tebu di wilayah kerja PG. Krebet Baru meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan, pengendalian gulma, pembumbunan, klentek, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman. Penyulaman merupakan kegiatan menanam kembali bibit pada bagian barisan yang kosong karena terjadi kematian rumpun atau bibit yang telah ditanam mati. Bagian barisan tebu yang kosong disebut dengan Gaps. Kematian rumpun dapat terjadi akibat serangan hama dan penyakit atau tidak dapat bersaing dengan pertumbuhan gulma. Gaps yang memiliki panjang lebih dari 0.5 m harus dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tebu berumur 3 4 bulan. Bibit sulaman yang digunakan adalah bibit dederan berumur 3 mingu, bibit rayungan berumur 7 hari atau bibit sumpingan. Penyulaman juga dapat dilakukan dengan memecah rumpun atau memindahkan rumpun.

30 Pengairan. Pengairan hanya dapat dilaksanakan pada lahan sawah beririgasi teknis, sedangkan pengairan pada lahan kering atau tegalan hanya dengan bergantung pada air hujan. Oleh karena itu penanaman pada lahan kering sebaiknya dilaksanakan pada bulan Oktober, November dan Desember. Pengairan pada lahan sawah dilakukan 3 sampai 4 kali. Pengairan pertama dilakukan pada saat tanam, yang bertujuan untuk merangsang perakaran pada bibit. Pengairan kedua dilakukan pada saat tebu berumur 10 sampai 15 hari. Pengairan ketiga dan keempat dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemupukan I dan II, yaitu pada saat tebu berumur 30 dan 60 hari. Pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan pemberian atau penambahan bahan-bahan yang dibutuhkan tanaman ke tanah untuk melengkapi keadaan unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Dosis pupuk yang dianjurkan PG. Krebet Baru yaitu 7 ku/ha ZA dan 4 ku/ha Ponska. Pemupukan di PG. Krebet Baru berdasarkan wakti aplikasinya terdiri dari pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan ketika tebu berumur 4 minggu dengan dosis setengah dari dosis total yaitu 3.5 ku/ha ZA dan 2.0 ku/ha Ponska (NPK). Pemupukan II dilaksanakan pada saat tebu berumur 2 bulan. Dosis pemupukan II sama dengan pemupukan I. Untuk lahan kering, pemupukan biasanya dilaksanakan dengan menunggu datangnya hujan. Aplikasi pupuk disebarkan secara manual di atas permukaan tanah (Gambar 9), setelah itu pupuk ditutupi tanah. Pemupukan diberikan di bagian samping barisan tanaman, pemupukan I dan II diaplikasikan pada bagian yang berlawanan. Jika pemupukan I diaplikasikan pada sisi kanan tanaman maka pemupukan II diaplikasikan pada sisi kiri tanaman. Pencampuran pupuk dilaksanakan agar pupuk yang diaplikasikan ke lahan homogen atau sama dosisnya. Pemupukan dapat dilakukan penambahan jika pertumbuhan tanaman tidak optimal yang bukan disebakan oleh faktor lingkungan seperti kekeringan dan solum tanah dangkal. Pemupukan tambahan diberikan pada tanaman berumur 3 bulan dengan dosis 2.0 ku/ha ZA.

31 Gambar 9. Pemupukan Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan kegiatan mengurangi jumlah gulma yang terdapat di lahan yang bertujuan untuk mengurangi kompitisi antara tanaman tebu dengan gulma. Kompetisi tersebut dapat berupa penyerapan unsur hara, pemanfaatan ruang, sinar matahari, dan air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya keberadaan gulma di perkebunan tebu relaitf cukup besar. Penurunan produktivitas tebu akibat keberadaan gulma meskipun sangat beragam yang dipengaruhi oleh intensitas penutupan gulma, tercatat dapat mencapai sekitar 10-50%, bahkan untuk kasus tertentu sering menyebabkan kegagalan panen. Pengendalian gulma di PG Krebet Baru dilaksanakan secara manual oleh buruh dengan menggunakan alat sederhana seperti koret atau sabit. Kegiatan pengendalian gulma bersifat kondisional artinya kegiatan ini dapat dilakukan kapan saja tergantung kondisi pertumbuhan gulma di lahan. Namun diutamakan sampai tebu berumur 4 bulan lahan harus bebas dari gulma. Pengendalian gulma secara manual dipengaruhi faktor tesedianya tenaga kerja dan kurang terserapnya aplikasi herbisida di wilayah kerja PG. Krebet Baru. Prestasi kerja mahasiswa 0.01 ha/hok dan prestasi kerja buruh 0.021 ha/hok. Gulma yang tumbuh di lahan tebu terdiri dari golongan gulma daun lebar, golongan daun sempit atau rumput, dan golongan teki (Tabel 6).

32 Tabel 6. Data Jenis Gulma di Wilayah PG. Krebet Baru Jenis Gulma Daun Lebar Kerapatan Tinggi Kerapatan Sedang Kerapatan Kurang Amaranthus Ageratum conyzoides Mimosa invisa Euphorbia heterophylla Commelina benghalensis Centrosema pubescens Portulaca oleraceae Spinosus Daun Sempit Cynodon dactylon Echinochloa colonum Panicum repens Imperata cylindrica Eleusine indica Teki-tekian Cyperus sp. cyperus iris Sumber BST-PG. Krebet Baru, Malang Pembumbunan. Kegiatan penimbunan tanah pada barisan tanaman dengan cara menaikan tanah ke pangkal tebu. pembumbunan juga disebut tambah tanah. Pembubunan dilakukan tiga kali. Pembubunan I dilaksanakan pada tebu berumur 3 sampai 4 minggu, tujuan dari pembumbunan I adalah untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I. Pembumbunan II dilaksanakan pada tebu berumur 60 sampai 70 hari, pembumbunan II bertujuan untuk menambah media perakaran tanaman, menutup pupuk II dan juga untuk menekan pertumbuhan tumbuhnya anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilaksanakan pada tebu berumur 3.5 sampai 4 bulan, pembubunan III bertujuan agar akar dibagian ruas atas tumbuh, melancarkan aliran air hujan, dan memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi kerja mahasiswa 0.021 ha/hok dan prestasi kerja buruh 0.053 ha/hok Klentek. Klentek merupakan kegiatan mengelupas daun-daun kering yang masih menempel pada tanaman. Tujuan dari kegiatan ini yaitu sebagai sanitasi kebun untuk mencegah tumbuhnya cendawan atau penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari, dan mapermudah pelaksanaan tebang. Di PG Krebet Baru klentek dilakukan dua kali, klentek pertama bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar dan klentek II dilaksanakan menjelang panen yang bertujuan untuk memenuhi standar panen PG. prestasi kerja mahasiswa 0.031 ha/hok dan prsetasi kerja buruh 0.075 ha/hok

33 Pengendalian hama dan penyakit. Bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang merugikan akibat dari serangan hama dan penyakit. Dampak yang disebabkan oleh hama dan penyakit yaitu dapat menurunkan hasil panen yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama di PG Krebet baru dilakukan secara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG Krebet Baru diantara lain penggerek pucuk, penggerek batang, dan uret. 1. Penggerek Pucuk/Top Borer (Schirpophaga nivella F. atau Tryporyza nivella intacta F.) Gejala serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat. Apabila serangan mencapai titik tumbuh mengakibatkan kematian tanaman yang ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung dan dikenal sebagai mati puser. Daun tersebut mudah dicabut. Pencegahan dilakukan degan menggunakan bibit yang bebas penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan dari tanaman gelagah (Saccharum spontaneum L.). Pengendalian secara biologis dilakukan dengan melepas parasit telur Trichogramma japonicum. Pelepasan dilakukan delapan kali dengan interval 1 minggu dimulai sejak tanaman berumur 1.5 bulan sampai 4 bulan. Dosis pelepasan sebanyak 50 pias/ha, pelepasan pertama sebanyak 8 pias/ha dan selanjutnya 6 pias/ha/minggu. Jarak pemasangan pias 25 sampai 30 m. Pelakasanaan pelepasan pias pagi hari karena telur parasit akan menetas jika tekena panas matahari. Prestasi kerja mahasiswa 0.11 ha/hok dan prestasi kerja buruh 0.14 ha/hok Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk hingga ke bawah sedikit demi sedikit kirakira 2 cm sehingga akan didapat larvanya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyelamatkan tanaman tebu yang terserang dan membunuh larva penggerek yang telah terdapat didalam batang baik sesudah atau sebelum

34 merusak titik tumbuh. Pengendalian dengan cara ini dilaksanakan pada tanaman berumur 1.5 2 bulan, dilakukan dua kali dengan interval 2 minggu dan untuk serangan yang lebih berat sampai tiga kali. 2. Penggerek Batang/Stem Borer (Chilo auricilius Dudg.) Gejala yang ditimbulkan dari hama ini diantaranya tampak bercakbercak putih bekas gerekan pada daun, tetapi kulit luar daun tidak ditembus. Pada bagian dalam pelepah dan ruas batangnya terdapat lorong gerekan. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan kebun dari tanaman gelagah dan rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan pelepasan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum, Trichogramma minatum dan/atau Trichogramma australicum. Pelaksanaannya sama dengan penggerek pucuk, yaitu dilakukan delapan kali pelepasan dengan interval 1 minggu dimulai saat tanaman berumur 4 6 bulan. 3. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F., Apogonia desructor Bos., Anomala absoleta Bleh., dan Holotrichia helleri Brsk.) Gejala tanaman yang terserang uret menyerupai gejala-gejala kekurangan air. Daun mula-mula menguning kemudian layu selanjutnya kering dan akhirnya mati. Jika tanaman dicabut, maka di sekitar perakaran tanaman terdapat uret dan pada bagian pangkal batang terdapat luka-luka bekas gerekan. Pada serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang. Tanaman terserang uret mudah roboh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman tebu dengan padi pada lahan sawah dan menjaga sanitasi dengan pembongkaran

35 tunggul-tunggul sisa tanaman tebu. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara menangkap uret dengan membongkar tanah, lalu dibunuh. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida granular/powder ke dalam juringan bersamaan dengan saat tanam. Insektisida yang bisa digunakan antara lain Furadan 3 G (50 100 kg/ha), Rhocap 10 G (30 kg/ha), Rugby 10 G ( 30 kg/ha). Pengendalian penyakit tebu hanya dapat dilakukan dengan cara pencegahan. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada cara untuk memberantas penyakit tanaman tebu. Pencegahan penyebaran penyakit diantaranya dengan cara menanam varietas tebu yang tahan penyakit, menjaga sanitasi kebun, dan memilih bibit dari KBD yang sehat serta jika perlu lakukan sterilisasi peralatan budidaya seperti pisau panen dan alat lainnya dengan alkohol 70 % dan perlakuan air panas pada bibit yang akan ditanam. Penyakit utama yang terdapat di PG. Krebet Baru antara lain penyakit mosaik, penyakit pokahbung, penyakit karat, penyakit luka api, dan penyakit pembuluh. Tanaman yang terserang penyakit dapat ditanggulangi dengan cara memotong tanaman atau bagian tanaman yang terserang penyakit lalu membakarnya. Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan sampai tebu berumur 5 bulan dan setelah melewati umur tersebut tidak lagi dilakukan pengendalian, namun harus tetap dilakukan pengawasan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyebaran penyakit yang tinggi. 5.1.5. Pemeliharaan Tanaman Keprasan Tanaman keprasan disebut juga dengan Ratoon Cane (RC), tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Jadi pada tanaman keprasan tidak dilaksanakan pengolahan lahan dan penanaman. Tindakan pemeliharaan pada tanaman keprasan relatif sama dengan pemeliharaan tanaman pertama, namun terdapat beberapa tindakan budidaya yang

36 membedakannya. Pemeliharaan tanaman keprasan meliputi pembersihan lahan sampai penebangan. Di wilayah kerja PG Krebet Baru dilakukan budidaya tebu keprasan. Pembersihan lahan. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari kotoran sisa daun dan batang yang tidak terpakai hasil tebangan sebelumnya. Kotoran tersebut dapat menjadi inang dari hama dan penyakit. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua kotoran dan membakarnya (Gambar 10). Arah pembakaran dilakukan berlawanan dengan arah angin. Gambar 10. Pembersihan Lahan Pengeprasan. Pengeprasan merupakan kegiatan memotong sisa batang tebu tebangan sebelumnya yang menyisakan batang tebu yang terlalu tinggi di permukaan tanah. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas-tunas baru yang berasal dari mata yang berada di bawah permukaan tanah. Untuk menghasilkan tanaman yang seragam, pengeprasan dilakukan dengan cara membongkar guludan sehingga tanah agak rata dan tanaman dikepras pada pangkal batangnya. Pengeparasan paling lambat dilakukan satu minggu setelah tebang. Penyulaman. Penyulaman dilakukan jika dilarikan terdapat gaps lebih dari 50 cm. Penyulaman pada tanaman keprasan dikerjakan paling lambat 5 hari setelah tebang. Kegiatan sangat penting untuk mempertahankan

37 produktivitas pada tanaman keprasan. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit bagal 2 mata tunas. Putus akar. Putus akar merupakan kegiatan memotong perakaran tua yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar baru sehingga penyerapan unsur hara tetap efisien. Selain itu, putus akar juga berguna untuk menggemburkan tanah dan memperbaiki aerasi di sekitar perakaran tanaman. Putus akar dapat dilakukan secara manual dengan cangkul kecil (gancu) atau dengan bajak sapi atau kombinasi dari keduanya. Putus akar dengan menggunakan gancu lebih efisien daripada dengan bajak sapi, hal ini dikarenakan gancu dapat menjangkau bagian-bagian yang tidak dapat dijangkau oleh bajak sapi. Pengairan. Pada tanaman keprasan dilaksanakan tiga kali, pengairan hanya dapat dilakukan pada lahan sawah beririgasi teknis. Untuk lahan kering pengairan sangat bergantung pada hujan. Pengairan I dilaksanakan pada tanaman berumur 2 3 minggu. Pengairan II dan III dilaksanakan sebelum pemupukan I dan II, yaitu saat tanaman berumur 1 bulan dan 2 bulan. Pemupukan. Dosis pemupukan pada tanaman keprasan di PG Krebet Baru tidak berbeda dengan tanaman pertama, yaitu 7 ku/ha ZA dan 4 ku/ha Ponska. Cara dan waktu pemupukan sama dengan tanaman pertama yaitu saat tanaman tebu berumur 3 4 minggu atau 1 bulan dan 60 70 hari. Dosis pemupukan I dan II yaitu 3.5 ku/ha ZA dan 2 ku/ha Ponska. Pupuk dicampur agar dosis yang didapat semua tanaman homogen. Prestasi kerja mahasiswa 0.12 ha/hok dan prestasi kerja buruh 0.28 ha/hok 5.1.6. Panen Panen merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya tanaman tebu. Waktu panen ditentukan oleh pihak PG. Faktor utama yang menentukan waktu panen adalah analisis kemasakan dan jadwal giling PG. Tahapan kegiatan yang

38 dilaksanakan PG Krebet Baru menjelang kegiatan panen adalah taksasi produksi, analisis kemasakan, analisis pendahuluan, tebang dan angkut. Taksasi produksi. Taksasi produksi adalah perhitungan perkiraan produksi yang akan dicapai PG, sehingga perlu dilakukannya persiapan seperti kebutuhan jumlah tenaga kerja, bahan, peralatan dan lamanya hari giling. PG Krebet Baru melakukan dua macam taksasi produksi yaitu taksasi Desember dan Taksasi Maret. Taksasi Desember adalah taksasi yang dilaksanakan saat kegiatan budidaya tebu telah berakhir yaitu saat pembumbunan akhir telah selesai, biasanya kegiatan ini dilakukan pada bulan Desember. Dalam taksasi Desember hanya menghitung bobot batang karena tanaman belum tumbuh optimal. Oleh karena itu hasil taksasi Desember biasanya tidak dapat dijadikan perkiraan produksi. Taksasi maret adalah taksasi yang dilaksanakan pada bulan Maret. Angka hasil taksasi Maret yang akan dijadikan angka perkiraan produksi yang akan dicapai. Variabel yang dihitung dalam taksasi maret antara lain tinggi batang, bobot batang, jumlah ruas dan jumlah batang per juringan. Sehingga rumus taksiran produksi per ha adalah sebagai berikut : Ket : MT = Masa Tanam

39 Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai cincin teratas atau ruas sebelum pucuk. Jumlah ruas yang dihitung sama dengan tinggi batang yaitu dari ruas terbawah (permukaan tanah) sampai cincin teratas. Diameter batang yang diukur adalah diameter antara batang tengah sampai bawah. Untuk jumlah batang per juringan, hanya batang yang sehat dan yang dipastikan tumbuh saja yang dihitung. Penentuan pengambilan contoh untuk taksasi produksi adalah 1/100 ha dari setiap wilayah. Jadi jika dalam satu wilayah terdapat 100 ha lahan tebu maka akan diambil sampel sebanyak 1 ha. Untuk taksasi Maret, pada umumnya dari 1 petak lahan diambil 10 juringan contoh. Namun, untuk mengefisienkan waktu PG Krebet Baru hanya mengambil 5 juringan contoh. Analisis kemasakan. Analisis kemasakan adalah kegiatan untuk menentukan tingkat kemasakan tebu pada satu petak, tebu dianggap masak jika brix pada batang atas atau ruas batang teratas lebih dari sama dengan 14. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas lapang pabrik gula dan langsung dilaksanakan dilapang dengan menggunakan alat hand refractometer. Tebu yang sudah memenuhi syarat kemasakan akan dipersiapkan untuk ditebang. Analisis pendahuluan adalah kegiatan yang akan menentukan perkembangan rendemen dan tingkat kemasakan pada setiap wilayah yang ada disemua rayon di wilayah kerja PG Krebet Baru. Analisis pendahuluan bertujuan untuk mengetahui potensi rendemen (kadar gula) yang akan diperoleh oleh PG. Hasil perhitungan analisis pendahuluan akan dijadikan pertimbangan dalam menyusun jadwal tebang pada seluruh wilayah berdasakan tingkat kemasakan tebu. Di PG Krebet Baru melaksanakan 3 analisis pendahuluan, yaitu analisis pendahuluan potensi kebun, analisis pendahuluan potensi implasemen, dan analisis pendahuluan potensi giling. Analisis pendahuluan potensi kebun, dalam kegiatan ini akan didapat perkiraan tingkat kemasakan dan potensi rendemen pada masingmasing kebun di setiap wilayah. Kegiatan ini dilaksanakan di gilingan

40 contoh. Penentuan pengambilan contoh pada analisis pendahuluan potensi kebun yaitu dari satu afdeling akan diambil 4 desa sebagai contoh. Penentuan jumlah desa berdasarkan pada jumlah daftaran kebun pada afdeling tersebut. Untuk afdeling yang memiliki jumlah daftaran kebun yang sedikit cukup diambil 2 desa contoh. Analisis pendahuluan potensi kebun dilaksanakan sebanyak 3 samapi 4 periode dengan interval tiap periodenya 15 hari. Komponen-komponen yang diukur pada analisis pendahuluan adalah Bobot Batang Atas (BBA), Bobot Batang Tengah (BBT), Bobot Batang Bawah (BBB), % Bobot Nira Atas (BNA), % Bobot Nira Tengah (BNT), % Bobot Nira Bawah (BNB), brix batang atas, tengah, dan bawah serta tempertur. Analisis pendahuluan diawali dengan pengambilan batang tebu contoh, biasanya diambil 3 batang tebu pada setiap petak sebagai ulangan. Kemudian batang-batang tebu tersebut satu persatu diukur tinggi batangnya. Selanjutnya batang tebu ditimbang, diukur brixnya dengan alat hand refactometer untuk memperoleh angka brix koreksi dengan rumus : Kemudian batang tebu digiling dengan gilingan contoh. Nira hasil gilingan dianalisis untuk mengetahui nilai pol. Nira tersebut kemudian diambil 100 ml, lalu diencerkan dengan air sebanyak 5 ml. nira disaring dengan kertas saring, hasil saringan kemudian dimasukkan ke alat saccharimeter untuk mendapatkan Pemb. Pol untuk menentukan nilai pol gula. Dari angkaangka tersebut akan diperoleh angka potensi rendemen dengan rumus sebagai berikut : Pemb. Pol x 26 x 1.1 Pol % = Bj x 100 Pemb. Pol x 0.286 Bj HK = Pol % Brix Koreksi x 100

41 Nilai Nira = Pol % - 0.4 x (Brix Koreksi Pol %) Rendemen = Nilai Nira x 0.67 Analisis pendahuluan potensi implasemen. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari selama giling. Analisis pendahuluan ini bertujuan untuk menghitung potensi rendemen setiap hari selama giling dan mengkoreksi analisis pendahuluan potensi kebun. Kegiatan ini dilaksanakan di gilingan contoh. Komponen-komponen yang dihitung pada analisis pendahuluan potensi implasemen antara lain berat batang, berat nira, faktor perah dan berat sogolan. Setiap harinya diambil 10 contoh yang terdiri dari 5 contoh lori dan 5 contoh truk. Dari setiap contoh diambil 3 batang tebu untuk dianalisis. Analisis pendahuluan potensi giling. Kegiatan ini dilaksanakan didalam pabrik gula, yang menghitung rendemen nira hasil gilingan I. Hasil perhitungan rendemen akan dijadikan Angka Rendemen Individu (ARI) pada setiap petani yang akan menentukan bagi hasil antara PG dan petani. Rumus perhitungan rendemen sama dengan analisis pendahuluan potensi kebun. 5.1.7. Tebang dan Angkut Kegiatan tebang dan angkut merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan pada budidaya tebu selama satu musim. Cara penebangan ada dua cara yaitu penebangan untuk tebu yang akan dikepras dan untuk tebu yang tidak untuk dikepras. Untuk tebu yang akan dikepras, batang tebu yang ditebang sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 15 20 cm, sedangkan untuk tebu yang tidak untuk dikepras seluruh batang dicabut. Batang yang telah ditebang dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Hasil tebangan

42 harus bersih dari akar, tanah, sogolan dan brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang telah bersih kemudian diikat setiap 20 30 batang untuk memudahkan pengangkutan. Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk. Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori selama lahan tebangan masih terjangkau oleh lori. Truk atau lori yang akan memasuki implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos gawang). Hanya tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke implasemen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu brix batang atas tebu > 14, batang tebu bersih dari akar, daun, pucuk, tanah, sogolan dan brondolan (tebu potongan). Truk atau lori yang memenuhi syarat kemudian mengantri di implasemen menunggu giliran. Selanjutnya truk dan lori ditimbang di Timbangan Bruto untuk menghitung berat bruto tebu yang diangkut. Setelah itu truk dan lori akan menuju meja tebu, disinilah berakhirnya proses pengangkutan tebu. Pemindahan tebu dari truk atau lori ke meja tebu dengan menggunakan crane scale. 5.1.8. Pengolahan Gula Pengolahan gula di PG Krebet Baru menggunakan proses sufitasi karena gula yang dihasilkan dengan proses sulfitasi lebih putih dibanding dengan defikasi dan relatif lebih murah dibandingkan dengan proses karbonatasi. Tahapan pengolahan untuk mengambil sukrosa dari batang tebu terdiri atas beberapa stasiun diantaranya stasiun persiapan, stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, stasiun pemutaran, dan stasiun pengeringan dan pengepakan Stasiun persiapan. Pada stasiun persiapan dilakukan pengangkutan tebu dari implasemen dengan truk dan lori yang selanjutnya dipindahkan ke meja tebu dengan menggunakan crane scale. Selanjutnya tebu yang berada di meja tebu akan dibawa oleh cane carried menuju pemotong tebu (cane cutter). Batang tebu akan dipotong-potong dan dicacah dengan cane cutter I dan cane cutter II. Kemudian tebu potongan ini akan dihancurkan dengan

43 alat penghancur (cane hammer). Sampai pada tahap ini belum ada nira yang dihasilkan. Stasiun gilingan. Pada stasiun inilah tahapan awal untuk mendapatkan nira dari tebu. Tebu yang telah hancur dimasukan ke alat penggilingan untuk memisahkan nira dengan ampasnya. Pada penggilingan I didapat NPP (Nira Hasil Perahan Pertama) yang dianalisis untuk mendapatkan Angka Rendemen Individu (ARI). Nira masuk ke stasiun pemurnian, sedangkan bagas akan dipergunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga uap. Dalam proses pemisahan nira dilakukan penambahan larutan nira (nira imbibisi) atau air pengencer (air imbibisi) dan dilakukan penggilingan berulang guna mengurangi kehilangan nira yang terbawa oleh ampas. Stasiun pemurnian. Sebelum memasuki stasiun pemurnian, nira hasil dari stasiun gilingan ditimbang dengan timbangan (flow meter). Di stasiun pemurnian dilakukan pemisahan nira dari kotoran yang masih larut didalamnya dengan cara mengendapkan kotoran melalui penambahan susu kapur [Ca(OH)2] dan gas belerang (SO2) yang berguna untuk menguapkan gas-gas yang ada dalam nira. Hasil dari proses tersebut adalah nira bersih dan nira kotor. Nira bersih akan dipompakan ke stasiun penguapan, sedangkan nira kotor akan diproses untuk menghasilkan blotong. Stasiun penguapan. Di stasiun ini air yang terkandung dalam nira bersih akan diuapkan sampai derajat kejenuhan tertentu, yaitu lebih dari 60o Brix sehingga akan dieroleh nira kental (raw syrup). Sebelum masuk ke pan penguapan, nira terlebih dahulu diberi pemanasan pendahuluan (preheater). Pan penguapan terdiri atas dua bagian yaitu preheater sebagai penguapan pendahuluan dan penguapan quadraple effect sebagai penguapan utama.

44 Stasiun pemasakan dan pemutaran. Nira hasil stasiun penguapan dipompakan ke pan pemasakan untuk diuapkan sampai titik jenuh, kemudian ditambahkan bibit gula ke pan masakan untuk mempercepat proses pengkristalan. Setelah nira masak, kemudian nira diturunkan dan ditampung di palung pendinginan untuk selanjutnya diputar dan dipisahkan Kristal gula dari larutan induknya. Dari pemutaran ini akan dihasilkan gula dan molasses (tetes). Gula ini melalui belt conveyor menuju proses pengeringan, sedangkan tetes akan menjadi bahan baku pembuatan MSG dan etanol. Stasiun pengeringan dan pengepakan. Gula yang dihasilkan kemudian dikeringkan dan didinginkan dengan menggunakan alat berupa dryer dan cooler. Selanjutnya akan dipisahkan gula dengan ukuran normal dari gula yang ukurannya tidak normal. Gula berukuran tidak normal akan dilebur kembali dan diproses ulang, sedangkan gula ukuran normal akan dimasukan ke dalam karung dengan ukuran 50 kg dan kemudian akan disimpan ke dalam gudang penyimpanan. 5.2. Aspek Manajerial 5.2.1. Petugas Lapangan (PLPG) Tugas utama dari petugas lapangan adalah memenuhi jumlah pasokan bahan baku gula yaitu tebu dari wilayah kerjanya (afdeling) sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun wilayah. Petugas lapangan juga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan, tugas ini dilaksanakan melalui penyuluhan, pendekatan, dan pendampingan kelompok tani. Hal tersebut menjadi sangat penting mengingat tebu di PG. Krebet Baru seluruhnya adalah tebu rakyat sehingga pelaksanaan budidaya di lapang dilaksanakan oleh petani. Penyuluhan, pendekatan dan pendampingan yang dilakukan berupa anjuran tentang baku teknis budidaya tebu yang diperoleh dari P3GI, PG lain ataupun dari PG. Krebet Baru sendiri. Anjuran tersebut juga dapat berupa penggunaan pupuk dengan jumlah dan dosis yang dianjurkan, pembongkaran

45 ratoon, penanaman varietas tebu yang sesuai dengan karekteristik lahan, penggunaan kompos dari PG, dan kebersihan tebu hasil tebangan. Petugas lapangan merupakan perantara yang menghubungkan petani dengan pabrik gula. Hampir semua hal-hal yang berhubungan dengan petani ditangani oleh petugas lapangan. Hal-hal tersebut diantaranya menyalurkan kredit TRI, mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi, mengurusi pembelian bibit, mengawasi aplikasi ZPK, menentukan dan menyebarkan surat perintah tebang angkut, dan mengawasi proses penebangan. Petugas lapangan di PG. Krebet Baru setara dengan mandor lapangan di PG atau perkebunan lainnya. Hampir seluruh pelaksanaan di lapang merupakan tugas dan tanggung jawab dari petugas lapang. 5.2.2. Sinder Kebun Wilayah (SKW) Tugas utama dari SKW adalah memenuhi jumlah pasokan tebu dari wilayahnya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun kepala atau kepala rayon tanaman, mengendalikan kualitas tebu sesuai dengan standar kualitas MBS ( Manis Bersih Segar), mengendalikan biaya cadongan (cadangan ongkos) untuk kebun bibit atau tebu sewa di wilayah kerjanya, mengendalikan pelaksanaan kredit tebu rakyat di wilayah kerjanya, mengelola petugas lapangan yang berada di wilayah kerjanya, dan melakukan pembinaan petani di bidang usahatani tebu rakyat di wilayah kerjanya. SKW mengendalikan dan bertanggung jawab terhadap satu wilayah kerja yang disebut afdeling dan dibantu oleh para petugas lapangan (PLPG). Dalam satu afdeling terdapat satu atau lebih KUD dan koperasi. SKW juga bertugas dalam mengawasi dan memonitoring semua kegiatan yang ada di wilayahnya. SKW juga harus menyusun laporan mengenai kondisi di wilayahnya, dan laporan ini akan dievaluasi oleh Sinder Kebun Kepala (SKK). 5.2.3. Sinder Kebun Bibit Tugas utama seorang sinder kebun bibit adalah memenuhi jumlah pasokan bibit tebu sesuai dengan target yang diberikan oleh Sinder Kebun Kepala (SKK) dan memenuhi kebutuhan bibit yang dibutuhkan petani. Sinder kebun bibit juga bertugas mengontrol varietas yang akan ditanam di KBD sesuai dengan kebutuhan

46 petani dan keperluan penataan varietas masak awal yang sedang dicanangkan oleh PG. Krebet Baru. Sinder kebun bibit bertanggung jawah atas kualitas bibit yang dihasilkan. Sinder kebun bibit bersama dengan Sinder Kebun Kepala menyusun Rencana Anggaran Kebun (RAK) bibit. RAK tersebut akan dievaluasi dan disetujui oleh sinder kebun kepala.

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi dikarenakan pengolahan tanah yang baik. Pengolahan tanah yang baik bertujuan untuk menggemburkan tanah yang padat akibat kegiatan tebang dan angkut. Tanah yang telah gembur memiliki aerasi yang baik dan mengubah kondisi tanah dari keadaan reduksi menjadi oksidasi. Keadaan tanah yang optimum dapat merangsang perakaran tebu. Semakin dalam proses pengolahan tanah maka perakaran tebu akan semakin dalam sehingga penyerapan air dan hara dari tanah akan semakin efektif dan efisien. Pengolahan tanah yang dilaksanakan di PG. Krebet Baru menggunakan mekanisasi yaitu dengan Traktor. Oleh karena itu, iklim menjadi faktor pembatas yang sangat penting. Jika terjadi hujan maka pengolahan tanah tidak mungkin dilakukan terutama pada tanah berat. Pengolahan tanah dapat dilaksanakan jika tanah sudah kering dan tidak terjadi hujan lagi. Hal tersebut dapat mengakibatkan terlambatnya kegiatan pengolahan tanah yang berdampak mundurnya seluruh jadwal kegiatan budidaya tebu. Hal ini dapat diatasi dengan penetapan jadwal pengolahan tanah sebelum bulan September atau harus selesai dilakukan sebelum bulan September berakhir. Pada umumnya pengolahan tanah yang dilaksanakan di PG. Krebet Baru melalui tahap pembajakan I, pembajakan II, dan pengkairan. Berbeda dengan pengolahan tanah di PG lain yang melakukan kegiatan penggaruan setelah pembajakan. Hal ini dikarenakan tanah di Malang tidak sekeras di wilayah PG lain. Jadi pengolahan tanah cukup dengan menggunakan disc flow. Di PG. Krebet Baru disediakan juga alat Rotafatory yang berfungsi untuk menghancurkan bongkahan tanah menjadi lebih halus lagi, namun jarang atau hampir tidak pernah digunakan karena kurangnya permintaan petani akan alat tersebut. Hal ini dikarenakan untuk menghemat biaya dan waktu budidaya.

48 6.1.2. Pemupukan Pemupukan di PG. Krebet Baru menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan adalah ZA yang mengandung 21 % N2 dan Ponska sebagai pupuk majemuk yang mengandung N2, P2O5, dan K2O masing-masing 15 %. Pupuk di PG. Krebet Baru dibagikan kepada petani dengan menggunakan sistem kredit. Kredit ini merupakan salah satu bentuk dari program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang dicanangkan pemerintah pada tahun 1975 yang bertujuan untuk meningkatkan produksi gula nasional. Dosis pupuk yang diberi kredit yaitu 0.7 ton/ha ZA dan 0.4 ton/ha Ponska. Dosis yang ditetapkan oleh PG. Krebet Baru masih belum sesuai dengan dosis pupuk anjuran dari P3GI. kebutuhan N, P, dan K tanaman tebu untuk 1 ha menurut P3GI yaitu 150 kg N2, 150 kg P2O5, dan 75 kg K2O. Jika dibandingkan, maka masih terdapat kekurangan pada dosis yang dianjurkan oleh pihak PG. Krebet Baru yaitu 90 kg K2O dan 15 kg P2O5. Petani di wilayah kerja PG. Krebet Baru sebagian besar memberikan tambahan dosis untuk tebu mereka. Penambahan dosis ini sangat beragam pada tiap-tiap petani. Pada dasarnya, petani akan menambahkan pupuk urea pada tanaman pertama yaitu saat penanaman bibit. Penambahan pupuk urea saat tanam bertujuan untuk meningkatkan daya berkecambah bibit dan meningkatkan jumlah anakan. Dosis pupuk urea yang diberikan biasanya 3 sampai 6 Kw/Ha urea. Selain urea, terdapat petani yang menambahkan SP36 untuk tanaman pertamanya dengan tujuan merangsang perakaran pada bibit. Untuk memperoleh bobot tebu per hektar yang tinggi, biasanya petani akan menambahkan dosis pupuk ZA dan Ponska. Penambahan pupuk dilakukan dengan melihat pertumbuhan tanaman tebu, jika pertumbuhan tanaman tebu sudah dianggap maksimal maka penambahan dosis dianggap cukup. Penambahan dosis pupuk berbeda-beda pada setiap petani. 6.1.3. Lahan kering Salah satu usaha untuk meningkatkan hablur gula di PG. Krebet Baru yaitu dengan jalan meningkatkan luas areal tanam atau meningkatkan luas panen. Hal tersebut dilakukan oleh PG. Krebet Baru dengan memperluas wilayah kerja.

49 Masalah timbul karena semakin sempitnya lahan sawah yang merupakan lahan ideal untuk penanaman tebu. Banyak lahan sawah yang telah beralih fungsi menjadi pabrik yang juga membutuhkan lahan di daerah sentra tenaga kerja. Tanaman tebu juga harus bersaing dalam pemanfaatan lahan sawah dengan tanaman pangan yang dinilai lebih menguntungkan oleh petani (Lampiran 11 dan lampiran 12), oleh karena itu PG. Krebet Baru memperluas wilayah kerjanya ke daerah-daerah dengan lahan kering. Saat ini wilayah kerja PG. Krebet Baru sebagian besar merupakan lahan kering dengan total luas lahan 14 494.521 Ha atau 65% dari total luas wilayah. Hal ini berpengaruh langsung terhadap hasil tebu yang dihasilkan karena produktivitas lahan kering lebih rendah jika dibandingkan dengan produktivitas lahan sawah. Rendahnya produktivitas lahan kering dipengaruhi oleh terbatasnya ketersediaan air dan hara yang dibutuhkan tebu untuk pertumbuhannya. Jika dibandingkan, produktivitas lahan kering hanya 70% dari produktivitas lahan sawah. Untuk mengatasi masalah ketersediaan air di lahan kering, PG. Krebet Baru menghimbau pihak petani untuk menggunakan kompos blotong. Kompos blotong telah diproduksi sendiri oleh pihak PG dan dibagikan ke petani bersamaan dengan pemberian kredit bongkar ratoon. 6.1.4. Varietas Varietas merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan produksi tebu. Varietas menentukan hasil tebu, rendemen, hablur, dan pola kemasakan. Berdasarkan pola kemasakan terdapat tiga varietas tebu, yaitu varietas tebu masak awal, tebu masak tengah, dan tebu masak akhir. Proporsi dari ketiga varietas tersebut harus seimbang untuk menjaga kontinuitas panen dan pengolahan gula di pabrik gula. Pada umumnya proporsi tersebut 30% varietas masak awal, 30% varietas masak tengah, dan 40% varietas masak akhir. Terdapat 2 jenis varietas yang ditanam di wilayah PG. Krebet Baru, yaitu varietas masak awal sampai tengah dan varietas masak tengah sampai akhir. Varietas masak awal sampai tengah yang ditanam antara lain PS 862, PA 198 (Kidang Kencana), MK 98, dan BR 394. Varietas masak tengah sampai akhir yang ditanam yaitu BR 194 (BL) dan PS 864. Terdapat masalah proporsi varietas

50 yang ditanam di wilayah PG. Krebet Baru, terdapat lonjakan jumlah varietas masak tengah sampai akhir yaitu mencapai 89.3% dari total luas tanam, yang terdiri dari BR 194 sebesar 83 % dan PS 864 sebesar 6.3 %. Varietas masak awal sampai tengah yang seharusnya memiliki proporsi 30 60 %, pada kenyataannya hanya 10.7 % dari total luas panen. Hal tersebut sangat merugikan pihak PG. Krebet Baru karena terdapat penumpukan bahan baku di akhir masa giling yaitu tebu varietas BR 194 (BL) yang merupakan tebu dengan proporsi terbesar. Varietas BR 194 adalah varietas masak tengah sampai akhir yang cenderung lambat masak. Penumpukan bahan baku diakhir berakibat pada perpanjangan masa giling sehingga PG. Krebet Baru harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih besar, sedangkan untuk awal masa giling PG. Krebet Baru mengalami kesulitan mendapatkan tebu yang telah masak sebagai bahan baku. Untuk mengatasi masalah kurangnya bahan baku pada awal musim giling, PG. Krebet Baru melaksanakan aplikasi ZPK (Zat Pemacu Kemasakan) yang bertujuan untuk mempercepat kemasakan tebu varietas masak tengah sampai akhir agar dapat dipanen lebih awal. ZPK yang digunakan di PG Krebet Baru adalah Round Up dengan dosis 1 l/ha. ZPK dapat meningkatkan derajat kemasakan tetapi tidak dapat meningkatkan rendemen. Penggunaan aplikasi ZPK dapat mengatasi masalah kekurangan bahan baku di awal musim giling, namun PG. Krebet Baru masih harus menanggung biaya aplikasi ZPK yang relatif tinggi. Jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah dengan penataan varietas. Proporsi antara varietas masak awal sampai tengah dan tengah sampai akhir harus seimbang. Untuk saat ini target sementara PG. Krebet Baru yaitu meningkatkan jumlah luas tanam untuk varietas masak awal-tengah mencapai angka 30% dari total luas lahan. Varietas yang saat ini sedang dikembangkan yaitu PS 862, MK 98, PSBM 88-113dan Kidang Kencana (PA 198). Diantara ketiga varietas tersebut PS 862 yang sedang utama dikembangkan. PS 862 memiliki sifat masak awal dengan potensi rendemen yang tinggi diawal musim giling yaitu 8.00 10.00%, hasil tebu 1 000 1 200 ku/ha, dan hablur gula 80.00 120.00 ku/ha. Varietas PS 862 memiliki diameter batang yang besar sehingga hasil tebu per hektar juga besar, namun terdapat sifat-sifat PS 862 yang kurang disukai oleh petani yaitu

51 sulitnya klentek, kurangnya anakan, dan karakteristik lahan untuk varietas ini adalah lahan sawah. Kesulitan klentek akan meningkatkan biaya tenaga kerja, misalnya untuk varietas BR 194 satu orang tenaga kerja mampu mengerjakan 12 leng/hari sedangkan untuk varietas PS 862 satu orang tenaga kerja hanya mampu mengerjakan 8 leng/hari. Sulitnya klentek akan menghasilkan tebu kotor ketika panen dan petani akan mendapatkan pinalti dari pihak PG. Krebet Baru. Varietas PS 862 kurang disukai petani karena jumlah anakan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan BR 194 dan sulit membentuk sogolan. Varietas PS 862 memerlukan pengairan yang cukup dan merupakan varietas masak awal, sehingga penanaman hanya dapat dilakukan di wilayah yang memiliki lahan sawah, sedangkan sebagian besar lahan di wilayah PG. Krebet Baru merupakan lahan kering yang hanya dapat mengandalkan hujan sehingga masa tanam tertunda sampai turunnya hujan. Masalah karakteristik lahan dan masa tanam dapat diatasi dengan penataan varietas spesifik lokasi yaitu penentuan varietas masak awal sampai tengah yang sesuai dengan karakteristik lahan yang akan dilakukan pembongkaran ratoon. Varietas masak awal sampai tengah yang cocok ditanam di lahan kering diantaranya Kidang Kencana (PA 198), MK 98, SS 57, dan PSBM 88-113n namun smpai saat ini kebutuhan bibit dari varietas-varietas tersebut belum dapat tercukupi karena masih dikembangkan di tingkat KBD. 6.2. Aspek Manajerial 6.2.2. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapainya visi, misi, dan tujuan perusahaan. Dengan tercapainya ketiga hal tersebut, berarti meningkat pula produktivitas perusahaan. Sumber daya manusia yang dalam hal ini adalah karyawan merupakan aset penting yang dimiliki suatu perusahaan. Oleh karena itu, harus selalu ditumbuhkembangkan. Dalam hal ini diperlukan peraturan dan pembagian waktu kerja untuk mengefisienkan produktivitas kerja. Peraturan dan pembagian waktu kerja juga dapat

52 meningkatkan kedisiplinan, karena kedua hal tersebut merupakan tata terbit yang dipatuhi dan terdapat sanksi bagi yang melanggar. Pembagian waktu kerja di pabrik gula dibedakan berdasarkan masa giling, yaitu dalam masa giling dan luar masa giling. Dalam masa giling, proses produksi akan berlangsung selama 24 jam untuk bagian pabrik. Pelaksanaan jam kerja diatur dengan membagi tenaga kerja menjadi tiga sift, yaitu kelompok Pagi, Siang dan Malam. Masing-masing kelompok kerja akan bergantian selama 7 hari, sedangkan untuk bagian lain waktu kerja sama dengan waktu kerja luar giling, hanya saja terdapat tambahan hari kerja di hari minggu dan lembur yang disesuaikan dengan pekerjaan. Untuk luar masa giling, dimana tidak berlangsungnya kegiatan produksi, maka pembagian hari dan waktu yaitu untuk hari senin hingga kamis dimulai pukul 07.00 16.00 WIB dengan jam istirahat pukul 12.00 13.00 WIB, untuk hari jumat dimulai pukul 07.00 16.00 dengan jam istirahat pukul 11.00 12.30 WIB, dan untuk hari sabtu dimulai pukul 07.00 12.30 WIB. 6.2.3. Pengelolaan Kegiatan dan Tenaga Kerja Bagian Tanaman Perencanaan jadwal lapangan dilakukan oleh PLPG (Petugas Lapang Pabrik Gula) yang disusun pada sebuah buku cadong (cadangan ongkos) yang berisikan rencana kegiatan harian. Rencana kerja tersebut selanjutnya akan diajukan ke SKW untuk dievalusi yang selanjutnya akan diajukan oleh SKW ke SKK untuk disetujui. Setelah mendapat persetujuan dari SKW dan SKK, PLPG akan menginstruksikan rencana kegiatan tersebut untuk dikerjakan oleh kepala buruh dan anak buahnya. Kepala buruh dan anak buahnya biasanya merupakan penduduk sekitar pabrik. Kegiatan tersebut hanya berlaku untuk SKW dan PLPG tebu sendiri (TS). Berbeda untuk SKW dan PLPG tebu rakyat (TR), semua kegiatan budidaya dilakukan oleh petani yang telah bermitra dengan pabrik gula. Tugas dari SKW dan PLPG mengawasi dan memberikan arahan tentang budidaya tebu yang baik agar mencapai produksi yang maksimal. PLPG tebu rakyat bertugas sebagai penghubung pabrik gula dengan petani mitra. Produktivitas tebu merupakan tanggung jawab bagian tanaman, karena bagian tanaman yang berhubungan langsung dengan kebun tebu giling yang

53 dalam hal ini dikuasai seluruhnya oleh petani. Bagian tanaman bertugas dan bertanggung jawal mengawasi seluruh kegiatan budidaya di kebun tebu giling yang dilaksanakan petani. Penyaluran kredit TRI merupakan tugas dan tanggung jawab bagian tanaman, kredit yang disalurkan tidak boleh terlambat agar semua kegiatan budidaya berjalan sesuai dengan jadwal. Kredit yang diberikan berupa pupuk dan ongkos tenaga kerja untuk semua kegiatan budidaya. 6.3. Aspek Khusus 6.3.1. Produktivitas PG. Krebet Baru Produksi, Produktivitas, dan rendemen di PG. Krebet Baru selama 5 tahun terakhir berfluktuatif. Perubahan produksi dipengaruhi total luas areal, sedangkan produktivitas dan rendemen dipengaruhi iklim. Data produktivitas, rendemen, dan produksi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Produksi PG. Krebet Baru 5 Tahun Terakhir Musim Tanam Luas (ha) 2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 rata-rata 12 327.2 15 920.1 15 003.9 17 070.1 19 750.1 16 014.3 Rendemen (%) 7.2 6.5 6.8 6.7 7.8 7.0 Produktivitas (ku/ha) Tebu Gula 852.8 61.1 995.0 64.8 929.7 63.2 1 005.1 66.8 892.9 69.8 935.1 65.1 Produksi (ku) Tebu 10 512 869.0 15 839 978.0 13 949 340.0 17 157 258.0 17 635 804.0 15 019 049.8 Gula 753 772.7 1 031 182.6 948 555.1 1 140 957.7 1 379 119.9 1 050 717.6 Sumber : Bina Sarana Tani PG. Krebet Baru, Malang (2009) Produktivitas tebu rata-rata selama lima tahun terakhir ini adalah sebesar 935.1 ku/ha. Produksi tebu dari musim tanam 2003/2004 hingga 2007/2008 mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut disebabkan karena peningkatan luas areal tanam yang meningkat setiap tahunnya. Produktivitas lebih fluktuatif setiap tahunnya, bahkan cenderung tidak mengalami peningkatan yang berarti. Pada musim tanam 2004/2005 produktivitas mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan musim tanam 2003/2004, peningkatan ini disebabkan karena curah hujan (Lampiran 8) musim tanam 2004/2005 lebih tinggi jika dibandingkan curah hujan musim tanam sebelumnya. Tanaman tebu menghendaki

54 ketersediaan air yang cukup banyak pada awal pertumbuhan (inisiasi tunas) sampai pada fase pemanjangan batang (Disbun Jatim, 2009). Ketersediaan air yang berlebih merangsang pertumbuhan anakan, panjang ruas, dan diameter batang tebu sehingga bobot tebu per hektar yang dihasilkan tinggi. Pada fase pembentukan gula di batang hingga pemasakan tanaman tebu menghendaki ketersediaan air yang sedikit, hal inilah yang menyebabkan rendemen tebu pada musim tanam 2004/2005 lebih rendah jika dibandingkan musim tanam sebelumnya. Produktivitas tertinggi terjadi pada musim tanam 2006/2007 yaitu sebesar 1 005.1 ku/ha. Sama halnya pada musim tanam 2004/2005, tingginya produktivitas tebu pada musim tanam tersebut terjadi karena peningkatan total luas area tanam dan curah hujan jika dibandingkan dengan musim tanam 2005/2006. Penurunan produktivitas terbesar terjadi pada musim tanam 2007/2008, yaitu sebesar 112.2 ku/ha. Penurunan produktivitas tersebut dikarenakan rendahnya curah hujan pada musim tanam saat itu. Rendahnya curah hujan berakibat baik pada nilai rendemen tebu. Rendemen pada musim tanam 2007/2008 merupakan nilai rendemen tertinggi, hal ini disebabkan sinar matahari optimum karena tidak terhalangi awan sehingga proses pembentukan gula tinggi. 6.3.2. Produktivitas tanaman keprasan Tanaman keprasan merupakan tanaman tebu yang sebelumnya ditebang, kemudian dipotong tunggulnya tepat atau lebih rendah dari permukaan guludan selanjutnya dikelola sampai berproduksi (Koswara, 1989). Pada umumnya tanaman keprasan memiliki produktivitas yang lebih rendah daripada tanaman pertamanya. Menurut Arifin (1989), produktivitas tebu keprasan di lahan kering hanya mencapai 67 % dari hasil tanaman pertamanya dan berkurang 27.1 % pada tanaman keprasan keduanya (RC2). Wijayanti (2008) menambahkan, tanaman yang mempunyai produktivitas tinggi adalah tanaman pertama yang ditanam pada lahan bekas selain tebu. Rendahnya produksi tanaman keprasan diduga belum memadainya pengelolaam agronomis varietas tebu pada saat itu. Namun dengan seiringnya waktu, pengelolaan tebu keprasan mengalami perbaikan dari segi teknik budidaya dan pemuliaan tanaman. Perakitan varietas tebu tahan kepras

55 semakin banyak. Saat ini proporsi luas lahan areal tebu jika dibanding dengan luas areal tebu pertama yaitu 9 : 1, angka ini sangat jauh dari proporsi ideal yaitu 4 : 1 (Disbun jatim, 2009). Kondisi tidak idealnya komposisi kategori tanaman tersebut merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas tebu. Tanaman keprasan sampai pada kondisi ratoon tertentu masih sangat menguntungkan jika dibanding tanaman pertamanya. Hal tersebut karena budidaya tanaman keprasan membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika dibanding tanaman pertama. Pada budidaya tanaman keprasan tidak dilakukannya pembelian bibit dan pengolahan tanah. Pada umumnya tanaman tebu dapat dikepras sampai tiga kali, namun banyak petani yang memelihara tebu lebih dari keprasan ketiga dan bahkan di beberapa tempat terdapat pengeparasan tebu hingga lebih dari 10 kali. Produktivitas dan ketahanan keprasan pada tebu berbeda pada lahan sawah dan lahan kering. Di wilayah kerja PG. Krebet Baru produktivitas tebu di lahan sawah dan lahan kering berbeda. Perbedaan produktivitas tersebut didasari pada ketersediaan air dan hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tebu. Pada lahan sawah beririgasi, pengairan dapat dilakukan sesuai dengan jadwal teknis budidaya, sedangkan untuk lahan kering ketersediaan air hanya menunggu musim hujan. 6.3.3. Produktivitas tebu keprasan di lahan sawah Lahan sawah di PG. Krebet Baru tersebar di rayon tengah, rayon timur, dan rayon selatan. Total luas lahan sawah yang ditanami tebu hingga saat ini yaitu 5 890.90 ha atau 28.33 % dari total luas areal PG. Krebet Baru. Luas lahan sawah terbesar berada di kecamatan Bululawang yang berada di bawah rayon utara, kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran yang berada di bawah rayon tengah. Tiga kecamatan ini merupakan wilayah historis PG. Krebet Baru dan telah menjadi sentra budidaya tebu sejak berdirinya PG. Krebet Baru. Hal tersebut karena di 3 kecamatan tersebut didominasi oleh lahan sawah beririgasi, memiliki topografi yang datar dan merupakan dataran rendah yang merupakan habitat yang cocok untuk tanaman tebu.

56 Tabel 8. Produktivitas Tebu di Lahan Sawah pada Berbagai Kategori Tanaman Kategori Tanaman RC1 RC2 PC RC3 RC 4 RC 5 Produktivitas (ton/ha) 173.17 a 155.33 b 145.67 bc 142.92 bcd 116.67 cd 105.00 e Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji T 5 % Pada Tabel 8 diketahui bahwa produktivitas tebu tertinggi yaitu pada RC1 dengan produktivitas rata-rata 173.17 ton/ha. Pengeprasan masih dapat dilakukan sampai RC4. Pembongkaran ratoon atau replanting dilakukan pada tahun kelima atau pada RC4. Kategori RC5 memiliki produktivitas paling rendah dan sudah tidak layak untuk dipertahankan. Menurut Indriani dan Sumiarsih (2000), tanaman keprasan di lahan sawah masih dapat dipelihara sampai RC1 atau TRIS II. Hal ini berdasarkan pada peraturan pemerintah mengenai pergiliran dengan tanaman pangan lainnya seperti padi dan palawija. Berdasarkan uji t pada taraf 5%, dapat dilihat bahwa produktivitas tertinggi tebu keprasan di lahan sawah yaitu pada RC1, sesuai dengan peraturan pemerintah yang ingin memperoleh produksi optimal, namun jika dilihat kembali sebenarnya tanaman keprasan masih layak dipertahankan sampai RC4 karena produktivitas RC2, RC3, dan RC4 tidak berbeda nyata dengan PC. Pada RC5 produktivitasnya berbeda nyata dengan PC sehingga harus dilakukan replanting guna mempertahankan produksi tebu. Produktivitas tebu keprasan di lahan sawah dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produktivitas Tebu Keprasan Lahan Sawah (ton/ha) Afdeling Gondanglegi I Gondanglegi II Pagelaran Bululawang Rata-rata PC 158.67 150.00 140.67 133.33 145.67 RC1 179.33 170.00 176.67 166.67 173.17 Sumber : Hasil Wawancara (2009) RC2 154.67 156.67 163.33 146.67 155.33 RC3 140.00 146.67 156.67 128.33 142.92 RC4 80.00 133.33 133.33 120.00 116.67 RC5 80.00 130.00 100.00 110.00 105.00

57 Secara ekonomi, kategori tanaman keprasan yang memberikan keuntungan relatif lebih rendah dari PC harus dilakukan replanting atau penanaman ulang. Berdasarkan analisis usahatani (Lampiran 9), tanaman keprasan di lahan sawah yang secara ekonomi merugikan karena keuntungan yang diberikan relatif lebih rendah dari PC yaitu kategori RC 4 sehingga jika dilihat dari segi ekonomi replanting atau penanaman ulang sebaiknya dilakukan pada tahun ke empat atau setelah RC 3 selesai di panen hasilnya. 6.3.4. Produktivitas tebu keprasan di lahan kering Wilayah kerja PG. Krebet Baru sebagian besar merupakan lahan kering atau tegalan dengan total luasan 14 905.74 ha atau 71.67 % dari total luas areal. Lahan kering di PG. Krebet Baru tersebar di seluruh rayon. Lahan kering mendominasi hampir seluruh kecamatan. Sebagian besar lahan kering merupakan wilayah pengembangan PG. Krebet Baru dalam rangka peningkatan luas areal tanam yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tebu. Data produktivitas lahan kering diambil dari 14 Kecamatan atau afdeling, yaitu Pagak, Donomulyo, Bantur, Gedangan, Dau, Lowokwaru, Tumpang, Lawang, Singosari, Wajak, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Ampelgading. Lahan kering memiliki produktivitas yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan lahan sawah. Tabel 10. Produktivitas Tebu Lahan Kering pada Berbagai Kategori Tanaman Kategori Tanaman RC 1 RC 2 RC 3 PC RC 4 RC 5 Produktivitas (ton/ha) 109.31 a 108.74 ab 98.24 abc 89.55 cd 85.17 d 81.70 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji T 5 % Pada Tabel 10 diketahui bahwa produktivitas optimal terjadi pada kategori RC1, RC2, dan RC3. Tanaman masih layak dipelihara sampai RC5.

58 Indriani dan Sumiarsih (2000) menyatakan, tanaman tebu di lahan tegalan dapat dikepras sampai tiga kali. Hal ini berlaku karena mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan replanting besar, sedangkan produktivitas tebu di lahan kering tidak setinggi di lahan sawah. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa produktivitas optimal tebu keprasan pada lahan kering terjadi pada kategori RC1, RC2, dan RC3. Tanaman masih layak dipertahankan hingga RC5 karena produktivitas RC4 dan RC5 tidak berbeda nyata dengan PC. Untuk mendapatkan produksi tebu yang maksimal maka pemeliharaan tebu keprasan diusahakan sampai RC3. Produktivitas tebu keprasan di lahan kering dapat dilihat di Tabel 11. Tabel 11. Produktivitas Tanaman Keprasan di Lahan Kering (ton/ha) Afdeling Pagak Donomulyo Bantur Gedangan Dau Lowokwaru Tumpang Lawang Singosari Wajak Dampit Sumbermanjing Wetan Tirtoyudo Ampelgading Rata-rata PC 56.67 75.00 60.00 90.00 76.67 108.33 108.33 70.67 91.33 100.00 133.33 80.00 110.00 93.33 89.55 RC1 90.00 102.33 70.00 96.67 90.00 128.33 141.67 82.67 100.33 140.00 138.33 106.67 133.33 110.00 109.31 RC2 86.33 105.67 68.33 96.67 100.00 128.33 130.00 87.00 105.00 133.33 135.00 108.33 125.00 113.33 108.74 RC3 81.33 95.00 65.00 83.33 95.00 120.00 93.33 86.67 103.33 105.00 120.00 108.33 110.00 109.00 98.24 RC4 RC5 80.00 70.00 88.67 82.33 53.33 43.33 75.00 72.50 71.67 70.00 105.00 86.67 78.33 80.00 72.67 75.00 97.00 88.67 65.00 103.33 110.00 100.00 85.00 106.67 100.00 95.67 98.50 85.17 81.70 Sumber : Hasil Wawancara (2009) Secara ekonomi kategori tanaman keprasan (RC) yang kurang menguntungkan adalah RC yang memiliki nilai keuntungan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan PC. Kategori tanaman keprasan di lahan kering yang dinilai kurang menguntungkan adalah kategori RC 5, karena pada RC 5 keuntungan yang diberikan lebih rendah jika dibandingkan dengan PC. Replanting atau penanaman ulang sebaiknya dilaksanakan pada tahun ke lima atau setelah RC 4 dipanen hasilnya. Analisis usahatani tebu lahan kering dapat dilihat pada Lampiran 10.

59 6.3.5. Perbedaan produktivitas lahan sawah dan lahan kering Potensi produktivitas antara lahan sawah dan lahan kering sangat berbeda. Dengan pengelolaan dan teknik budidaya yang optimal, produktivitas lahan kering lebih rendah jika dibanding lahan sawah. Hal ini berlaku juga untuk wilayah historis dan wilayah ekspansi, produktivitas wilayah ekspansi lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah historis. Tabel 12. Produktivitas Pada Setiap Kategori Tanaman (ton/ha) Karakteristik Lahan Lahan Sawah Lahan Kering PC 145.67 89.55 RC1 173.12 109.31 RC2 155.33 108.74 RC3 142.92 98.24 RC4 116.67 85.17 RC5 105.00 81.70 Sumber : Hasil Wawancara (2009) Berdasarkan Tabel 12 produktivitas antara lahan sawah dan lahan kering berbeda. Perbedaan produktivitas antara kedua wilayah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dari keadaan lahan hingga teknik budidaya. Lahan sawah beririgasi memiliki kondisi yang sangat menguntungkan karena merupakan habitat yang cocok untuk tanaman tebu. Lahan sawah beririgasi dapat mencukupi ketersediaan air bagi tanaman tebu pada setiap pertumbuhannya. Bukan hanya jumlah yang dapat dikontrol, frekuensi dan distribusinya juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Berbeda dengan lahan sawah, lahan kering memiliki kendala utama dalam ketesediaan air. Bukan hanya frekuensi pengaturan air yang tidak dapat dikontrol, jumlah dan intensitas air hanya mengandalkan turunnya hujan. Produktivitas di lahan kering sangat dipengaruhi oleh iklim terutama curah hujan. Curah hujan merupakan faktor yang mempengaruhi waktu tanam, pada lahan kering waktu tanam menjadi terlambat karena menunggu turun hujan. Pelaksanaan penanaman pada lahan kering biasanya dilakukan pola tanam 2 yaitu bulan September Desember. Masa giling PG dimulai pada bulan Mei, jadi pada umumnya produktivitas PC pada lahan kering rendah karena pertumbuhan tebu yang belum maksimal. Teknik budidaya yang membedakan antara petani yang memiliki lahan sawah dan lahan kering adalah pemupukan. Baik dosis maupun jadwal pemupukan berbeda, untuk petani yang memiliki lahan sawah pada umumnya menambah jumlah pupuk yang diberikan dari dosis yang telah dianjurkan PG. Dosis yang dianjurkan adalah pupuk yang telah dikreditkan pada petani dan

60 merupakan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 7 ku/ha ZA dan 4 ku/ha Ponska, namun petani lahan sawah pada umumnya menambahkan 3 ku/ha ZA dan 1 ku/ha Ponska, bahkan ada yang menambahkan 6 ku/ha ZA dan 3 ku/ha Ponska. Dari pengalaman petani selama ini, dengan penambahan pupuk akan berpengaruh nyata terhadap bobot tebu yang dihasilkan walaupun mereka harus membeli pupuk non subsidi. Berbeda dengan petani lahan kering yang lebih cenderung menggunakan pupuk sesuai dengan anjuran PG. Berdasarkan pengalaman petani, penambahan dosis pupuk di lahan kering mereka berpengaruh kecil terhadap penambahan bobot tebu, bahkan tidak berpengaruh. Untuk jadwal pemupukan di lahan sawah dapat dikerjakan sesuai dengan kebutuhan tanaman, yaitu saat umur tebu berumur 4 MST dan 2 BST. Pemupukan di lahan sawah dapat dikerjakan setiap saat karena pengairan yang dapat dilaksanakan kapan saja. Tidak demikian pada lahan kering yang menunggu turunnya hujan, sehingga pemupukan sering terlambat karena masalah ketersediaan air.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kebun tebu giling (KTG) di PG. Krebet Baru secara keseluruhan merupakan tebu rakyat (TR), jadi seluruh budidaya tebu di KTG ditangani oleh petani. PG. Krebet Baru hanya bertugas mengawasi dan memberikan penyuluhan mengenai budidaya tebu yang baik. Pengeprasan tebu yang berulang-ulang menjadi salah satu masalah penyebab rendahnya produktivitas tebu di PG. Krebet Baru. Untuk mengatasi rendahnya produktivitas tebu di PG. Krebet Baru perlu dilakukannya bongkar ratoon atau replanting. Pembongkaran ratoon atau replating dilakukan pada kategori tanaman yang sudah tidak layak dari segi produktivitas dan secara ekonomi merugikan Perbedaan karakteristik lahan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman keprasan. Lahan kering memiliki produktivitas yang lebih rendah jika dibandingkan lahan sawah irigasi. Faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas tersebut antara lain ketersediaan air dan kebiasaan teknik budidaya yang dilakukan petani pada kedua karakteristik lahan tersebut. Teknik budidaya yang berpengaruh nyata yaitu pemupukan, baik dari segi dosis maupun waktu aplikasinya. Saran Replating untuk lahan sawah, berdasarkan uji t pada taraf 5 % pembongkaran sebaiknya dilakukan pada RC4 karena produktivitas RC 5 lebih rendah dan berbeda nyata dengan PC. Berdasarkan analisis usahatani, tanaman tebu di lahan sawah masih layak di pelihara sampai RC 3, karena RC 4 memiliki nilai keuntungan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan PC. Untuk lahan kering, berdasarkan uji t pada taraf 5% produktivitas optimal terjadi pada kategori RC1, RC2, dan RC3, namun pemeliharaan tanaman masih layak dilakukan sampai RC 5. Berdasarkan analisis usahatani, tanaman tebu di lahan kering masih layak dipelihara hingga kategori RC 4, karena RC 5 memiliki nilai keuntungan yang lebih rendah dari PC.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Cetakan pertama. Kanisius. Yogyakarta. 218 hal. Anonim. 2009. Pemerintah Akan Mengembangkan Industri Gula di Wilayah Timur Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id. [3 September 2009]. Arifin, S. 1989. Putus Akar dan Pemberian N-Ekstra Perlu Untuk Tebu Keprasan di Tanah Berat Grumosol, Lahan Berpengairan. Berita 5 : 9-11. Disbun Jatim. 2009. Proyek Pengembangan Tebu http://www.ratoonjatim.co.cc [3 September 2009]. Jawa Timur. Ditjenbun. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jendral Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. Jumin, H. B. 2008. Dasar-dasar Agronomi. Ed. Revisi keenam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hal. Koswara, E. 1988. Pengaruh kedalaman kepras terhadap pertunasan tebu. Pros. Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering. P3GI. Pasuruan. 332-334. Kusuma, M. R. 2002. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering di PT. Gula Putih Mataram, Lampung : Studi Kasus Frekuensi Pengeprasan. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Marjayanti, S dan W.D. Arsana. 1993. Keragaan beberapa varietas kedelai dan tebu keprasan dalam sistem tumpangsari. Majalah Perusahaan Gula TH XXIX (3-4) : 6 7. Moenandir, J. 1994. Agronomi. Cetakan Pertama. Lembaga Penelitian dan Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 132 hal. Muljana, W. 2006. Cocok Tanam Tebu. Cetakan keenam. CV. Aneka Ilmu. Semarang. 55 hal. Murwandono dan I. Subagio. 1991. Usaha menaikkan produksi tebu keprasan di lahan kering camming dengan cara pengolahan khusus. Berita 5 : 2-5. Notojoewono, A. Wasit. 1984. Tanaman tebu rakyat intensifikasi dan koperasi unit desa. Surabaya. Ochse, J. J., M. J. Soule, M.J. Dijkman and C. Wehlburk. 1961. Tropical and Subtropical Agriculture. Vol. III. The Macmillian Company. New York. 1446 p.

63 P3GI. 2008. Prediksi Produksi Gula Jawa Timur 2008. http://sugarresearch.org. [9 September 2009]. Pransiska, L. 2008. Produksi Gula Diprediksi Surplus. http://www.kompas.com. [3 September 2009]. PT BRI bekerjasama dengan Lembaga Manajemen Agribisnis Agroindustri (LMAA) IPB. 2001. Industri Review Tebu dan Industri Gula. Bogor. 200 hal. Setyamidjaja, D dan H. Azharni. 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pasca Panen. CV. Yasaguna. Jakarta. 152 hal. Sudiatso, S. 1981. Bertanam Tebu. Departemen Agronomi Fakulktas Pertanian IPB. Bogor. 43 hal. Indriani, H. I. dan Emi Sumiarsih. 2000. Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal. Widodo. 1999. Pengusahaan TRI di Wilayah Kerja PG Tasik Madu PTP XV XVI, Surakarta, Jawa Tengah. Laporan Keterampilan Profesi Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Bogor. Wijayanti, A.W. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon Terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 hal. Winarsih. 2003. Pola Penyediaan Bibit Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering Di PG Jatitujuh PT Rajawali Nusantara Indonesia II Jawa Barat. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PG Krebet Baru Prestasi Kerja Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Lokasi (satuan/hk) 12 Feb 2009 Menyelesaikan urusan administrasi dan orientasi di Kantor PG Krebet Baru bagian tanaman 13 Feb 2009 Orientasi di Laboraturium Mikro Lab. Mikro, BST 14 Feb 2009 SurveyPersiapan tanam (klentek bibit) varietas MK 98 Tirtoyudo 15 Feb 2009 Libur hari minggu 16 Feb 2009 Orientasi ke lahan Tebu Sendiri (TS) Gondanglegi 17 Feb 2009 Penyiangan gulma 0.01 ha/hok 0.021 ha /HOK Gondanglegi 18 Feb 2009 Aklimatisasi planlet tebu 10 btl/hok 38 btl/hok Lab. Mikro, BST 19 Feb 2009 Aplikasi Piyas dan survey KBD TS 0.11 ha/hok 0.14 ha/hok Gondanglegi dan Wajak Keterangan 20 Feb 2009 Diskusi dengan kepala rayon dan studi data sekunder Kantor bagian tanaman 21 Feb 2009 Pengisian polybag bibit 300 700 Lab. Mikro, BST Polybag/HOK Polybag/HOK 22 Feb 2009 Libur hari minggu 23 Feb 2009 Diskusi dengan kepala rayon selatan dan penyusunan Kantor Bagian Tanaman jadwal di Tebu Rakyat 24 Feb 2009 Penyemprotan pupuk Ergon 0.57 ha/hok Pagak 25 Feb 2009 Diskusi dengan sinder danpetugas lapang Kantor Bagian Tanaman 26 Feb 2009 Pengambilan data primer Gedangan 27 Feb 2009 Tambah tanah I 0.01 ha/hok 0.05 ha/hok Wajak 28 Feb 2009 Tambah tanah I 0.021 ha/hok 0.053 ha/hok Wajak 01 Mar 2009 Libur hari minggu 02 Mar 2009 Studi data primer KUD Pagak 03 Mar 2009 Klentek tebu giling 0.031 ha/hok 0.075 ha/hok Pagak 04 Mar 2009 Pengambilan data primer Donomulyo 05 Mar 2009 Pengambilan data primer Pagak

Lampiran 1. Lanjutan Prestasi Kerja Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Lokasi (satuan/hk) 06 Mar 2009 Penyiangan gulma 0.02 ha/hok 0.03 ha/hok Bululawang 07 Mar 2009 Interpretasi data Kantor Tebu Sendiri (TS) 08 Mar 2009 Libur hari minggu 10 Mar 2009 Pengambilan data primer KUD Gondanglegi 11 Mar 2009 Pengambilan data primer Gondanglegi II 12 Mar 2009 Pengambilan data primer Gondanglegi I 13 Mar 2009 Pengambilan data primer Pagelaran 14 Mar 2009 Pupuk I 0.12 ha/hok 0.28 ha/hok Gondanglegi 15 Mar 2009 Libur hari minggu 16 Mar 2009 Angkut bibit 0.026 Gondanglegi 17 Mar 2009 Penanaman bibit 0.021 ha/hok 0.06 ha/hok Turen 18 Mar 2009 Pengambilan data primer Wajak 19 Mar 2009 Taksasi produksi Maret Bululawang 20 Mar 2009 Mengikuti pelatihan P3GI BPU PG Krebet Baru 21 Mar 2009 Pengambilan data primer KUD Sumbermanjing Wetan 22 Mar 2009 Libur hari minggu 23 Mar 2009 Pengukuran lahan KBD 3.57 ha/hok Sumberpucung 24 Mar 2009 Studi pustaka Kantor PG Krebet Baru 25 Mar 2009 Pengambilan data primer dan pengambilan data primer 4.28 ha/hok Bululawang 26 Mar 2009 Libur hari raya 27 Mar 2009 Pengambilan data primer dan pengangkutan bibit 0.006 ha/hok 0.021 ha/hok Pagelaran 28 Mar 2009 Tebang dan angkut bibit 0.008 ha/hok 0.016 ha/hok Pagelaran 29 Mar 2009 Libur hari minggu Keterangan

Lampiran 1. Lanjutan Prestasi Kerja Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Lokasi (satuan/hk) 30 Mar 2009 Pengambilan data primer Ampelgading 31 Mar 2009 Pengambilan data primer Dau 01 Apr 2009 Studi pustaka Kantor Tebu Sendiri (TS) 02 Apr 2009 Pengambilan data primer Lowokwaru 03 Apr 2009 Survey KBD dan megawasi pengangkutan bibit 0.012 ha/hok Pagelaran 04 Apr 2009 Pengambilan data primer Gondanglegi 05 Apr 2009 Libur hari minggu 06 Apr 2009 Pelatihan aplikasi ZPK Kantor BST 07 Apr 2009 Supervisi dosen Kantor Implasemen Gondanglegi 08 Apr 2009 Berdiskusi dengan PL TS Kantor TS 09 Apr 2009 Libur pemilu 10 Apr 2009 Pulang 11 Apr 2009 Pulang 12 Apr 2009 Libur hari minggu 13Apr 2009 Berdiskusi dengan PL TS Kantor TS 14 Apr 2009 Pengambilan data primer KUD Lawang 15 Apr 2009 Pengambilan data primer Bululawang 16 Apr 2009 Pengambilan data primer Singosari 17 Apr 2009 Berdiskusi dengan Kabag. Tanaman Kantor Kabag. Tanaman 18 Apr 2009 Mengikuti penyuluhan dan tasakuran buka giling Implasemen Gondanglegi 19 Apr 2009 Libur hari minggu Keterangan

Lampiran 1. Lanjutan Prestasi Kerja Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Lokasi (satuan/hk) 20 Apr 2009 Nyerowong (buka jalan) untuk aplikasi ZPK 0.4 ha/hok 1.5 ha/hok Pakis 21 Apr 2009 Mengawasi aplikasi ZPK 4 ha/hok Pakis 22 Apr 2009 Mengawasi tebang dan angkut bibit PS 862 4 pekerja Gondanglegi 23 Apr 2009 Mengawasi klentek bibit, angkut bibit dan 5 pekerja Tajinan pembuatan kasuran 24 Apr 2009 Mengawasi bersih lahan dan pembuatan got 2 pekerja Tajinan 25 Apr 2009 Mengawasi pembuatan larikan secara manual dan 2 pekerja Tajinan penanaman bibit 26 Apr 2009 Libur hari minggu 27 Apr 2009 Mengawasi pengenceran bibit dan tanam 5 pekerja Tajinan 28 Apr 2009 Mengawasi tanam dan pengelolaan air irigasi 5 pekerja Tajinan 29 Apr 2009 Mengawasi tanam 5 pekerja Tajinan 30 Apr 2009 Mengawasi tanam 5 pekerja Tajinan 01 Mei 2009 Mengawasi tanam 5 pekerja Tajinan 02 Mei 2009 Mengawasi tanam 5 pekerja Tajinan 03 Mei 2009 Libur hari minggu 04 Mei 2009 Mengawasi tanam 5 pekerja Tajinan 05 Mei 2009 Mengawasi tanam dan mengikuti rapat di KUD 4 pekerja Tajinan Bina Mitra 06 Mei 2009 Mengawasi tebang da angkut bibit 4 pekerja Gondanglegi 07 Mei 2009 Mengawasi aplikasi ZPK, menghadiri rapat di KUD 2 pekerja Bantur Bantur dan pengambilan data primer 08 Mei 2009 Mengawasi tanam 5 pekerja Tajinan Keterangan

Lampiran 1. Lanjutan Prestasi Kerja Tanggal Uraian Kegiatan Penulis Karyawan Lokasi (satuan/hk) 09 Mei 2009 Libur nasional 10 Mei 2009 Libur hari minggu 11 Mei 2009 Mengawasi tebang dan angkut bibit 4 pekerja Gondanglegi 12 Mei 2009 Pengambilan data primer dan mengawasi tebang 10 pekerja Dampit tebu giling 13 Mei 2009 Pengambilan data primer Donomulyo 14 Mei 2009 Studi pustaka Kantor BST 15 Mei 2009 Pengambilan data primer Tumpang 16 Mei 2009 Pembagian surat perintah tebang angkut Pagelaran 17 Mei 2009 Libur hari minggu 18 Mei 2009 Pengukuran lahan KBD TS Gondanglegi 19 Mei 2009 Mengerjakan analisa usahatani bibit dan IPL sewa Kantor TS lahan 20 Mei 2009 Pengambilan data primer dan penyebaran surat Ampelgading perintah tebang angkut 21 Mei 2009 Survey lokasi KBD jasa dengan SKW TS Dampit 22 Mei 2009 Mengawasi sortasi bibit dengan P3GI Bululawang 23 Mei 2009 Analisa Pendahuluan Kantor analisa pendahuluan 24 Mei 2009 Libur hari minggu 25 Mei 2009 Pembagian SPTA dan pengambilan data primer Kalipare 26 Mei 2009 Pengukuran lahan dengan GPS 1.5 ha/hok Bululawang 27 Mei 2009 Pembuatan hasil pengukuran, RAK, dan perjanjian Kantor TS sewa lahan Keterangan

Lampiran 1. Lanjutan Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan (satuan/hk) Lokasi 28 Mei 2009 Pembuatan memo permohonan abu ketel dan Kantor TS pengukuran KBD jasa 29 Mei 2009 Pengukuran lahan dengan GPS Bululawang 30 Mei 2009 Orientasi ke bagian Pabrikasi KB I PG Krebet Baru I 31 Mei 2009 Libur hari minggu 01 Jun 2009 Orientasi ke bagian Pabrikasi KB I PG Krebet Baru I 02 Jun 2009 Pengolahan tanah (bajak I dan II) 0.6 ha/hok Pagelaran 03 Jun 2009 Pengolahan tanah (pembutan kairan) 0.6 ha/hok Pagelaran 04 Jun 2009 Pengambilan data primer Bantur 05 Jun 2009 Studi data sekunder Kantor TR 06 Jun 2009 Studi data sekunder Kantor TR 07 Jun 2009 Libur hari minggu 08 Jun 2009 Diskusi dengan SKW Bululawang dan pengambilan data primer Bululawang 09 Jun 2009 Studi data sekunder Kantor TS 10 Jun 2009 Studi data sekunder Kantor BST 11 Jun 2009 Studi pustaka Kantor TS 12 Jun 2009 Berpamitan dengan pihak pegawai Kantor PG Krebet Baru Keterangan

Lampiran 2. Peta PG. Krebet Baru

Lampiran 3. Peta Rayon Selatan

Lampiran 4. Peta Rayon Tengah

Lampiran 5. Peta Rayon Utara

Lampiran 6. Peta Rayon Timur