BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Kecerdasan Emosional dan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

BAB 4 ANALISIS HASIL

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia. Dari jumlah tersebut sebanyak 49% berusia tahun, 33,8% berusia

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan internet yang semakin menanjak popularitasnya menimbulkan pro dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 Tinjauan Pustaka

OF MISSING OUT) DENGAN KECANDUAN INTERNET (INTERNET ADDICTION) PADA REMAJA DI SMAN 4 BANDUNG

Hubungan Antara Kesepian dengan Problematic Internet Use pada Mahasiswa

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PROBLEMATIC INTERNET USE DENGAN HAPPINESS PADA MAHASISWA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA*

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi kian maju dewasa ini, khususnya pada perkembangan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Internet telah mengubah bisnis organisasi dengan cepat, dengan memberikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesa didapatkan adanya hubungan antara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden berjumlah 137 orang yang terdiri dari 61 orang laki-laki (44,5%) dan 76

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

Hubungan antara Self-esteem dan Self-esteem dengan Internet Addiction. May Rauli Simamora (13/359560/PPS/02841)

BAB I PENDAHULUAN. dan pengambilan keputusan pembelian tanpa rencana atau impulsive buying.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

Hubungan Kebutuhan Afiliasi dan Penggunaan Internet Kompulsif pada Mahasiswa yang Merantau Santoso HariMurti P

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling

Kata Kunci : Regulasi Diri, Kecanduan, Online game, Mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. berbasis pengetahuan di mana pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Semakin majunya perkembangan teknologi di Indonesia, semakin terbuka luas juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis pada internet, apapun

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 320 siswa. Berdasarkan

HUBUNGAN PROBLEMATIC INTERNET USE DAN PERCEIVED STRESS PADA REMAJA PENGGUNA TWITTER DI JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Dikarenakan responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas

BAB V KESIMPULAN, TEMUAN, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN. melakukan analisa atas konstruk kualitas website, keamanan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat. Hal tersebut memiliki pengaruh pada perilaku konsumen yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Penelitian ini bermaksud mengkaji persepsi tentang diskriminasi sebagai

METODE PENELITIAN. fakta yang di teliti. Pendekan kuantitatif yaitu pendekatan yang bertolak dari suatu

GAMBARAN TIPE KESEPIAN BERDASARKAN GEJALA PROBLEMATIC INTERNET USE PADA MAHASISWA PENGGUNA SITUS JEJARING SOSIAL DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. E-commerce adalah media yang relatif baru dalam dunia bisnis. Namun, keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Obyek Penelitian. Universitas Trisakti angkatan sebagai respondennya. Dari penyebaran kuesioner

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II Tinjauan Pustaka

SUBJECTIVE WELL BEING MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN INTERNET SECARA BERLEBIHAN. Novrita Ade Putri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan hasil penelitian utama yang menjawab rumusan masalah adalah

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

III. METODE PENELITIAN. verifikatif. Sugiyono (2012:206) menyatakan bahwa Statistik deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

PROBLEMATIC INTERNET USE PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK DI JAKARTA BARAT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FEB

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai macam metode pengajaran. Dalam Undangundang. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB I PENDAHULUAN. internet. Kehadiran web memberikan peluang yang cukup besar kepada

BAB 1 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. partisipasi (identitas komunitas, kepuasan komunitas, dan degree of influence) terhadap

Hubungan Kesepian Dengan Keterbukaan Diri Pengguna Online Dating Pada Dewasa Awal yang Mencari Pasangan

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Mahasiswa Perantau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan telekomunikasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. masing-masing akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. topik yang penting di bidang akuntansi manajemen. SPM merupakan proses

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksplanatory atau penjelasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini teknologi memiliki peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dimensi-dimensi apa saja yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dijabarkan dalam bab sebelumnya untuk menjawab hipotesa didapatkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-regulation dengan problematic internet use pada mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta. Artinya, semakin tinggi selfregulation yang dimiliki oleh mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta, maka semakin rendah tingkat PIU yang mereka alami. Sebaliknya, semakin rendah selfregulation yang dimiliki oleh mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta, maka semakin tinggi tingkat PIU yang mereka alami. 5.2 Diskusi Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-regulation dengan problematic internet use pada mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta. Hal ini mendukung beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kurangnya self-regulation dalam penggunaan internet dapat mengakibatkan problematic internet use (LaRose, Kim, & Peng, 2009; Caplan, 2010; Sebena, Orosova, & Benka, 2013). LaRose dan koleganya mengartikan kurangnya selfregulation sebagai pengendalian diri dalam keadaan sadar yang relatif berkurang (Caplan, 2010). Definisi self-regulation dari LaRose tersebut mengacu pada teori selfregulation dari Bandura yang mendefiniskan kurangnya self-regulation sebagai kegagalan untuk memantau perilaku individu, menilai perilaku, dan menyesuaikan pola perilaku individu tersebut (dalam Caplan, 2010). Jadi individu dengan self-regulation yang kurang dalam penggunaan internet maka akan mengalami PIU, karena mereka gagal dalam memantau, menilai perilaku, serta menyesuaikan pola penggunaan internet mereka. Sedangkan menurut Sebena, Orosova, dan Benka (2013), dalam studinya terhadap 814 mahasiswa Slovakia mengatakan bahwa self-regulation terbukti menjadi prediktor PIU yang signifikan. Perbedaan individu dalam pengaturan diri memainkan peran penting dalam pengembangan PIU, karena individu yang mengalami masalah 47

48 psikososial dapat mengembangkan perilaku maladaptif mereka yang dimoderasi oleh self-regulation yang mereka miliki. Dalam hal ini jelas bahwa self-regulation memiliki peran penting dalam masalah PIU, karena kurangnya self-regulation mengarah pada pembentukan kebiasaan mengkonsumsi internet dimana individu dengan self-regulation yang rendah akan cenderung mengkonsumsi internet secara berlebih. Berkaitan dengan penelitian yang peneliti buat, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara selfregulation dengan problematic internet use pada mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta. Mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta dengan selfregulation yang tinggi akan mampu mengarahkan secara efektif mengatur tindakan mereka dalam bergerak menuju pemenuhan kebutuhan atau tujuan yang diinginkannya (tujuan jangka panjang) sehingga memungkinkan untuk menunda kepuasan instan (tujuan jangka pendek). Sedangkan mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta dengan self-regulation yang rendah akan gagal dalam mengarahkan secara efektif mengatur tindakan mereka dalam bergerak menuju pemenuhan kebutuhan atau tujuan yang diinginkannya (tujuan jangka panjang) sehingga memungkinkan untuk lebih memilih memenuhi kepuasan instan (tujuan jangka pendek). Hal ini dikarenakan salah satu sumber dari perilaku bermasalah dalam penggunaan internet (PIU) dapat dikaitkan dengan fakta bahwa internet mampu menyediakan kepuasan instan secara langsung pada penggunanya, seperti menjadi sarana untuk meregulasi emosi, menjadi alternatif komunikasi bagi orang-orang dengan karakteristik kepribadian tertentu, yang dimana hal-hal tersebut bisa didapat melalui situs jejaring sosial (Young& Abreu, 2011; Sebena, Orosova, & Benka, 2013). Selain itu sebagai analisa tambahan, berdasarkan hasil uji korelasi antara selfregulation dengan masing-masing dimensi PIU didapatkan bahwa seluruh dimensi dari PIU memiliki korelasi negatif pada level sedang dengan self-regulation. Self-regulation dengan POSI memiliki hubungan negatif yang signifikan, hal ini dikarenakan perasaan lebih nyaman berinteraksi secara online daripada tatap muka bisa berujung pada perilaku penggunaan internet yang kompulsif sehingga mengacu pada masalah selfregulation seseorang. Self-regulation dengan mood regulation memiliki hubungan negatif yang signifikan, hal ini dikarenakan menurut LaRose, Kim dan Peng (dalam Caplan, 2010) menjelaskan bahwa harapan tentang hasil positif dari penggunaan internet dalam hal ini adalah penggunaan internet untuk meregulasi mood, pada

49 akhirnya akan meningkatkan penggunaan internet mereka. Self-regulation dengan cognitive preoccupation dan compulsive internet use memiliki hubungan negatif yang signifikan, hal tersebut dikarenakan memang PIU dalam konstruk alat ukur yang dibuat oleh Caplan (2010) pun menyertakan self-regulation sebagai dimensi PIU yang dibagi lagi menjadi dua aspek, yaitu cognitive preoccupation dan compulsive internet use. Selanjutnya self-regulation dengan negative outcome memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan besaran korelasi yang lebih besar dari dimensi PIU lainnya, hal ini dikarenakan menurut Caplan (2010) self-regulation merupakan prediktor positif dari konsekuensi negatif yang muncul dari perilaku penggunaan internet individu. Lalu, berdasarkan hasil uji korelasi antara self-regulation dan PIU dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial pada responden, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara self-regulation dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial, dan adanya hubungan positif yang signifikan antara PIU dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya self-regulation dan PIU yang dialami seseorang juga berhubungan dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial mereka. Semakin tinggi selfregulation yang dimiliki individu, maka semakin rendah intensitas penggunaan situs jejaring sosialnya, begitu juga sebaliknya. Dan semakin tinggi PIU yang dialami individu, maka semakin tinggi pula intensitas penggunaan situs jejaring sosial pada individu tersebut, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil crosstab tinggi rendahnya self-regulation pada subjek didapatkan hasil bahwa mayoritas subjek memiliki selfregulation yang rendah sehingga ketika self-regulation dan PIU dikorelasikan dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial menghasilkan adanya hubungan yang signifikan. Karena pengguna situs jejaring sosial dengan self-regulation yang rendah cenderung tidak mampu dalam mengatur perilaku berinternet mereka sehingga intensitas penggunaan situs jejaring sosialnya pun tinggi, dengan begitu mereka rentan mengalami PIU. Namun, dari uji korelasi antara self-regulation dan PIU dengan lama waktu mengakses situs jejaring sosial perhari didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antar ketiganya. Tidak adanya korelasi antara self-regulation dan Problematic Internet Use (PIU) dengan lama waktu mengakses situs jejaring sosial perhari ini mungkin terjadi karena pada data yang diperoleh sebagian besar mahasiswa yang menjadi

50 responden tidak menggunakan situs jejaring sosial melebihi waktu yang telah dikategorikan oleh Caplan (2003) sebagai Problematic Internet Use yaitu diatas 3 jam per hari. Meskipun tidak ada korelasi antara lama waktu mengakses situs jejaring sosial per hari dengan PIU dan self-regulation, bukan berarti mahasiswa bebas dalam menggunakan situs jejaring sosial selama mungkin. Hal ini dikarenakan adanya korelasi antar intensitas penggunaan situs jejaring sosial dengan PIU dan self-regulation. Sehingga bisa saja lama waktu mengakses situs jejaring sosial rendah atau kurang dari 3 jam/hari namun intensitasnya tinggi, dengan begitu akan tetap menjadi masalah dalam penggunaan internet atau PIU. Hal terakhir yang akan dibicarakan dalam diskusi ini adalah mengenai keterbatasan dan kelebihan dari penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hasil uji normalitas data yang tidak berditribusi normal. Kemungkinan ini disebabkan oleh pemilihan teknik sampling yang tidak tepat dalam pengambilan data, yaitu dengan teknik non-probability sampling. Hal ini menjadi perhatian karena dengan distribusi data yang normal maka sampel yang diambil dapat merepresentasekan populasi dengan baik. Sedangkan jika distribusi data tidak normal, maka artinya sampel yang diambil kurang merepresentasikan populasi dengan baik. Disamping itu juga terdapat kelebihan dalam penelitian ini, yaitu penelitian ini sudah mencakup mahasiswa dari 10 Universitas terbaik di Jakarta yang kelihatannya sudah mencakup sampling mahasiswa yang ada di Jakarta. Lalu penelitian ini juga meneliti hubungan antara self-regulation dengan PIU yang dimana self-regulation juga termasuk sebagai salah satu gejala dan dimensi dari PIU. Namun konsep self-regulation yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini berbeda dengan konsep selfregulation dari PIU yang mengacu pada konsep teori sosio-kognitif dari Bandura. Konsep self-regulation yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep selfregulation dari Brown (1998) yang dimana konsep ini dapat menjelaskan proses selfregulatory dengan lebih komprehensif terkait dengan masalah penggunaan internet atau PIU melalui tujuh proses self-regulatory yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.

51 5.3 Saran 5.3.1 Saran Teoritis Hasil penelitian ini dengan uji korelasi menghasilkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self-regulation dengan problematic internet use pada mahasiswa pengguna situs jejaring sosial di Jakarta. Untuk itu dihimbau bagi penelitian selanjutnya agar bisa melakukan penelitian prediktif terhadap variabel yang sama untuk mengetahui peran satu sama lainnya. Selain itu, dari hasil analisa tambahan didapatkan bahwa terdapat korelasi antara self-regulation dan PIU dengan intensitas penggunaan situs jejaring sosial, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti tentang peranan intensitas penggunaan situs jejaring social dalam menjelaskan kaitan antara self-regulation dengan problematic internet use. Lalu penelitian ini juga memiliki kekurangan, yaitu pada uji normalitas menghasilkan data yang tidak berdistribusi normal sehingga peneliti menyarankan agar memperbaiki teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik probability sampling agar sampel bisa lebih baik dalam merepresentasikan populasi. 5.3.2 Saran Praktis Sebagai saran praktis, peneliti berharap agar mahasiswa dapat lebih meningkatkan lagi self-regulation yang mereka miliki terkait dengan penggunaan internet khususnya situs jejaring sosial sehingga mereka harus lebih memperhatikan lagi intensitas penggunaan internetnya agar dapat terhindar dari problematic internet use. Karena berdasarkan hasil uji korelasi antara self-regulation dan problematic internet use dengan intensitas penggunaan internet didapatkan bahwa terdapat hubungan diantara ketiganya. Oleh karena itu peneliti menghimbau agar diadakannya penyuluhan bagi mahasiswa tentang pentingnya self-regulation dalam mencegah problematic internet use mengingat terdapat banyak konsekuensi negatif yang dihasilkan.

52