BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), tidak luput dari tantangan Millenium

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH KETIMPANGAN PEMBANGUNAN, REGIONAL SHARE DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI WILAYAH SUBOSUKAWONOSRATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

STRUKTUR EKONOMI, KESEMPATAN KERJA DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN REGIONAL DI KAWASAN KEDUNGSEPUR TAHUN

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara. dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

Economics Development Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN TARGET INVESTASI TAHUN MENUJU JATENG LADANG INVESTASI PENGEMBANGAN DAERAH (BAPPEDA) SALATIGA, 19 DESEMBER 2017

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya dari pemerintah untuk

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Oleh: FREDY ADI SAPUTRO B

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

ANALISIS KETEPATAN PENETAPAN KAWASAN ANDALAN (STUDI KASUS DI JAWA TENGAH ) Oleh: Sri Mulyani 1), Herman Sambodo 2), Lilis Siti Badriah 3)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia, sebagai salah satu negara di dunia yang juga tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), tidak luput dari tantangan Millenium Development Goals (MDGs). Tujuan yang disusun oleh 189 negara anggota PBB pada bulan September tahun 2000 tersebut antara lain: mengentaskan kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan pendidikan dasar universal, meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat mortalitas anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan membina kerja sama global bagi pembangunan. MDGs tersebut merupakan komitmen konkret dari negaranegara anggota PBB untuk meniadakan kemiskinan dan mencapai tujuan pembangunan manusia lainnnya pada tahun 2015. Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Yang pada hakekatnya, pembangunan harus mencerminkan perubahan total masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju 1

2 suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material maupun spiritual. (Todaro, 2011). Perencanaan regional bukan merupakan miniatur dari perencanaan ekonomi nasional. Dimasukkannya dimensi ruang mengakibatkan sangat bertambah banyaknya variabel-variabel dan persamaaan-persamaan dalam model-model ekonomi. Selanjutnya, jika unsur lokasi sudah dijadikan sebagai suatu variabel, maka perencanaan tidak hanya mencakup pengalokasian sumber-sumber diantara sektor-sektor dan daerah saja., tetapi juga harus mencakup pengalokasian sumbersumber didalam lingkungan daerah-daerah. (Richardson, 1978) Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses pengelolaan setiap sumberdaya yang tersedia oleh pemerintah daerah dan masyarakat, serta kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah daerah dalam penciptaan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi suatu wilayah. Peningkatan jumlah lapangan kerja dan jenis peluang kerja bagi masyarakat daerah merupakan tujuan utama dalam setiap pembangunan ekonomi (Arsyad, 2010). Berdasarkan Perda Provinsi Jawa Tengah No.6 tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029, rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, Pemerintah Propinsi membentuk kawasan kerjasama antar daerah yang dipandang dari potensi dan struktur ekonomi kewilayahan dapat dimanfaatkan bagi upaya pemerataan pembangunan dalam suatu kawasan. Tujuan dari pembentukan kerjasama ini adalah daerah dalam satu kawasan saling bekerjasama dan berupaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan pemerataan

3 pembangunan. Berikut merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi : a. Kawasan Perkotaan Kendal Demak Ungaran Salatiga Semarang Purwodadi (KEDUNGSEPUR) b. Kawasan Perkotaan Surakarta Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Sragen Klaten (SUBOSUKAWONOSRATEN) c. Kawasan Perkotaan Brebes Tegal Slawi Pemalang (BREGASMALANG) d. Kawasan Perkotaan Juwana Jepara Kudus Pati (WANARAKUTI) e. Kawasan Perkotaan Pekalongan Batang Kabupaten Pekalongan (PETANGLONG) f. Kawasan Perkotaan Purwokerto dan sekitarnya; g. Kawasan perkotaan Magelang dan sekitarnya h. Kawasan Perkotaan Cilacap dan sekitarnya i. Kawasan Perkotaan Gombong Karanganyar Kebumen j. Kawasan Perkotaan Purworejo Kutoarjo k. Kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya l. Kawasan Perkotaan Temanggung Parakan m. Kawasan Perkotaan Cepu n. Kawasan Perkotaan Solo Selo Borobudur o. Kawasan Koridor Jalur Lintas Selatan dan Pesisir Jawa Tengah p. Kawasan Strategis Ekonomi Kendal

4 q. Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap r. Kawasan Agropolitan Jawa Tengah s. Kawasan Pangandaran Kalipucang Segara Anakan Nusa Kambangan (PACANGSANAK) t. Kawasan Koridor Perbatasan Cirebon Brebes Kuningan (CIBENING) u. Kawasan Koridor Perbatasan Blora Tuban Rembang Bojonegoro (RATUBANGNEGORO) v. Kawasan Koridor Perbatasan Pacitan Wonogiri Wonosari (PAWONSARI) w. Kawasan Koridor Perbatasan Purworejo Kulon Progo (PURWOKULON) x. Kawasan Koridor Perbatasan Klaten Sukoharjo Wonosari (KESUKOSARI) y. Kawasan Majenang dan sekitarnya z. Kawasan Bumiayu dan sekitarnya aa. Kawasan srategis lainnya. Indikator-indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi regional antara lain: (1) pertumbuhan output (2) pertumbuhan output perpekerja (3) pertumbuhan output perkapita. Pada umumnya, patokan-patokan tersebut memiliki keterkaitan yang erat. (Harvey Armstrong & Jim Tayler, 1993) Kesenjangan antar daerah seringkali menjadi permasalahan yang serius. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan yang signifikan, sementara beberapa

5 daerah lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat. Daerah-daerah yang tidak mengalami kemajuan yang sama disebabkan karena kurangnya sumber-sumber yang dimiliki. Adanya kecendrungan pemilik modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang memiliki fasilitas seperti prasarana perhubungan, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, perbankan, asuransi juga tenaga terampil. (Barika, 2012) Tabel I-1 PDRB Kabupaten-Kota di Wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 (dalam Jutaan Rp) Kota/Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013 Surakarta 8880691,19 9941136,56 10992971,19 12180558,66 13599596,52 Boyolali 7142868,31 8101684,45 9028333,47 9976878,40 11168765,48 Sukoharjo 8920761,89 9911509,17 11018242,44 12262175,12 13760306,62 Karanganyar 8378315,88 9224224,85 10287905,32 11467342,95 12857290,06 Wonogiri 5734448,11 6734273,01 7189374,13 7943958,17 8815332,93 Sragen 5871144,81 6695256,97 7579678,26 8561830,14 9684551,72 Klaten 10358526,02 11272386,97 12186800,75 13532311,69 15217800,78 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2009-2013 Walaupun secara geografis Kabupaten-Kota SUBOSUKAWONOSRATEN ini memiliki wilayah yang berdekatan, hal ini tidak menjadikan sebuah kesamaan dalam capaian hasil pembangunan. Karena, masing-masing pemerintah daerah memiliki program pembangunan yang berbeda-beda. Begitupula dalam potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Hal tersebut tercermin dalam raihan PDRB Kabupaten-Kota SUBOSUKAWONOSRATEN, yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 Hal tersebut mengindikasikan adanya ketimpangan distribusi pembangunan yang terjadi antardaerah di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN.

6 Kabupaten Karanganyar, pada tahun 2013 memiliki keunggulan nilai PDRB ketimbang Kabupaten-Kota lainnnya, yakni sebesar 6.414.504,10 juta rupiah. Kemudian disusul oleh raihan PDRB Kota Surakarta sebesar 6.080.954,07 juta rupiah. Lalu, diikuti oleh Kabupaten Sukoharjo sebesar 5.742.876,93 juta rupiah, kemudian Kabupaten Klaten sebesar 5.513.307,86 juta rupiah, Kabupaten Boyolali 4.982.065,57 juta rupiah, Kabupaten Sragen sebesar 3.717.488,14 juta rupiah dan raihan PDRB terendah oleh Kabupaten Wonogiri sebesar 3.470.048,41 juta rupiah. Menurut Michael M. Humavindu dan Jesper Stage (2013), sektor kunci memiliki peran penting dalam strategi pembangunan. Kondisi dan potensi ekonomi daerah memiliki peran yang penting dalam perekonomian Jawa Tengah, yang dapat dikembangkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Sehingga diperlukan perencanaan strategis guna mensinergikan antara kebijakan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah. Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas baik terhadap perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat. Bagi perekonomian, inflasi yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya ketidakstabilan ekonomi, menurunkan investasi, menghambat ekspor dan maupun dapat berdampak pada meningkatnya tingkat pengangguran. Dari sisi kesejahteraan, inflasi yang tinggi menyebabkan turunnya pendapatan riil masyarakat, terutama bagi pekerja-pekerja yang mempunyai penghasilan tetap, sehingga berdampak pada menurunnya

7 tingkat konsumsi masyarakat dan meningkatkan kemiskinan. (Indra Rukmana, 2012) Berdasarkan uraian permasalahan yang terjadi diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Ketimpangan Pembangunan, Regional Share dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN Tahun 2001-2013. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah ketimpangan pembangunan yang terjadi di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN? 2. Bagaimanakah pengaruh ketimpangan pembangunan, regional share, dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah di atas adalah: 1. Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan yang terjadi di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN (Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten) 2. Untuk mengetahui pengaruh ketimpangan pembangunan, regional share dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN (Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali,

8 Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten) D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan alternatif oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan ekonomi daerah dan sebagai sumber informasi tentang kinerja masing-masing sektor serta mengambil kebijakan atas terjadinya ketimpangan. 2. Diharapkan dapat menambah bahan studi kepustakaan tentang pertumbuhan ekonomi sebagai dasar pertimbangan studi selanjutnya. 3. Mengetahui lebih dalam tentang potensi masing-masing daerah di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Kuantitatif merupakan metode penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Data diambil dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2013. Data diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS).

9 2. Metode Analisis Data a. Indeks Williamson Ketimpangan pembangunan dapat didekati dengan perhitungan indeks williamson. Berikut merupakan formulasi perhitungan indeks williamson yang digunakan dalam penelitian ini: IDW = (Yi Y) 2. f/n Y Keterangan: Yi : pendapatan perkapita di Subosukawonosraten Y : pendapatan perkapita rata-rata di Jawa Tengah Fi : jumlah penduduk Kabupaten/Kota di Subosukawonosraten N : jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 sebagai berikut: a. 0 s/d 0,5 indeks disparitasnya rendah b. 0,5 s/d 1 indeks disparitasnya tinggi Pengukuran didasarkan pada variasi hasil-hasil pembangunan ekonomi antar wilayah yang berupa besaran PDRB. Kriteria pengukuran adalah, semakin besar nilai indeks yang menunjukan variasi produksi ekonomi antar wilayah semakin besar pula tingkat perbedaan ekonomi dari masing-masing wilayah dengan rata-ratanya,

10 sebaliknya semakin kecil nilai indeks akan menunjukan kemerataan antar wilayah yang baik. b. Analisis Shift Share Untuk mengetahui peranan sektoral pada suatu perekonomian wilayah, dapat didekati dengan menggunakan analisis shift share. HW. Richardson dalam bukunya Regional Economics (1978) menjelaskan bahwa shift share merupakan teknik yang digunakan untuk analisis data statisktik industri di regional seperti ketenagakerjaan, output atau pendapatan daerah. Persamaan dasar analisis shift share antara lain: G = R + S Dimana: G = Pertumbuhan Regional (Daerah) R = Regional Share S = Shift Analisis shift share menurut Robinson Tarigan (2004) juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di wilayah kabupaten-kota SUBOSUKAWONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten) dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Metode shift share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab

11 pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi di wilayah SUBOSUKAWONOSRATEN. Teknik analisis shift share ini membagi pertumbuhan sebagai perubahan (D) suatu variabel wilayah, seperti kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan atau output selama kurun waktu tertentu menjadi pengaruh pertumbuhan Jawa Tengah (N), industry mix (bauran industri) (M) dan keunggulan kompetitif (C). Pengaruh pertumbuhan di Jawa Tengah disebut pengaruh pangsa share, pengaruh bauran industri disebut proportional shift atau bauran komposisi dan akhirnya pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan differential shift atau regional share. Untuk sektor di di wilayah j: Dij = Nij + Mij + Cij Bila analisis itu diterapkan kepada nilai output (PDRB), E, maka: Dij = E*ij Eij Nij = Eij rn Mij = Eij (rin rn) Cij = Eij (rij rin) c. Ordinary Least Square (OLS) Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan variabel-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di wilayah

12 SUBOSUKAWONOSRATEN digunakan analisis Common-Contant/Pooled Least Square atau yang biasa dikenal dengan Ordinary Least Square (OLS). Persamaan estimasi yang digunakan adalah 1 : PDRB = β 0 + β 1 X 1t + β 2 X 2t + β 3 X 3t + U t Keterangan: PDRB X 1 X 2 X 3 β 0 t U t : Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) : Ketimpangan Pembangunan (IDW) : Regional Share (RS) : Inflasi : Konstanta : Tahun : Gangguan 1 Modifikasi dari Penelitian oleh Indra Rukmana dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Disparitas Pendapatan, Jumlah Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Tengah Tahun 1984-2009 (Economics Development Analysis Journal 1 (1), 2012). Serta Penelitian oleh Barika dalam Jurnal yang berjudul Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah Kabupaten Kota di Provinsi Bengkulu Tahun 2005-2009. (Jurnal Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan 04 (03), 2012).

13 F. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I Pendahuluan Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode analisis data dan sistematika penulisan skripsi. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini merupakan penjabaran teoritis mengenai pertumbuhan ekonomi, sektor perekonomian dan ketimpangan pembangunan yang berasal dari materi-materi yang disimpulkan dan diperoleh dari sumber tertulis yang dipakai sebagai bahan acuan pembahasan atas topik permasalahan. BAB III Metodologi Penelitian Dalam bab ini memuat identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data dan model penelitian. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Dalam bab ini menguraikan tentang gambaran umum hasil penelitian, berdasarkan nilai indeks Williamson, analisis shift share dan hasil analisis keterkaitan antar variabel berdasarkan Model Ordinary Least Square (OLS).

14 BAB V Penutup Dalam bab ini berisi tentang simpulan dan serangkaian pembahasan skripsi pada bab IV serta saran-saran yang perlu disampaikan. Daftar Pustaka Lampiran