V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah Bogor Barat dengan 13 kecamatan, wilayah Bogor Tengah dengan 20 kecamatan dan Bogor Timur dengan tujuh kecamatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bojong Gede yaitu pada wilayah bogor Tengah, tepatnya di Desa Cimanggis. Desa Cimanggis merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Desa ini terletak kurang lebih lima kilometer dari pusat pemerintahan kecamatan, 12 kilometer dari pusat Kota Bogor dan 120 kilometer dari Ibukota Propinsi Jawa Barat dan 60 kilometer dari pusat ibukota negara RI. Berdasarkan batas wilayahnya, Desa Cimanggis berbatasan dengan beberapa desa dan kota. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Bogor, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukmaja/Ds Tajurhalang, sebelah Timur dengan Desa Kedung Waringin dan Kemang, dan Sebelah Barat dengan Desa Kemang. Posisi Desa Cimanggis mendukung aksesibilitas petani yang cukup mudah untuk memperoleh bahan-bahan pertanian yang diperlukan, juga dalam pemasaran jambu biji. Secara topografi daerah ini didominasi oleh dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 182 meter dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada lahan. Curah hujan rata-rata 2.500 milimeter per tahun dengan suhu rata-rata 24,9 0 C 25.8 0 C. Kondisi tersebut membuat Desa Cimanggis cocok dijadikan sebagai daerah pertanian. Luas wilayah Desa Cimanggis yang digunakan untuk daerah pertanian atau sawah seluas 197 hektar atau sebesar 34,50 persen dari luas total. Penggunaan lahan yang lain adalah untuk pemukiman seluas 350 hektar atau sebesar 61,20 persen, daerah tangkapan air seluas 15 hektar atau sebesar 2,65 persen. Lahan jambu biji tidak dapat diinformasikan karena lahan yang terfragmentasi dan belum ada data yang diketahui dari instansi terkait. Secara rinci informasi penggunaan lahan di Desa Cimanggis dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Lahan Desa Cimanggis Berdasarkan Penggunaannya pada Tahun 2008 No Jenis Penggunaan Luas (Hektar) Persentase (%) 1 Lahan Pertanian 197 34,50 2 Pemukiman 350 61,20 3 Perikanan Darat/air Tawar 2 0,35 4 Daerah Tangkapan Air 15 2,65 5 Pekuburan 5.7 1,00 6 Lain-lain 1.6 0,30 Total 571.3 100.00 Sumber : Data Potensi Desa Cimangis (2008) 5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Cimanggis berjumlah 15.262 orang yang terdiri dari 7.488 orang laki-laki dan 7.774 jiwa perempuan dengan 4.163 kepala keluarga. Berdasarkan kelompok umur, penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 1.525 orang atau sebesar 10,0 persen dan pada kelompok umur 40-44 sebanyak 1.138 orang atau sebesar 7,45 persen. Komposisi penduduk Desa Cimanggis berdasarkan kelompok umur pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Kelompok Umur pada Tahun 2008 No Kelopok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 00-04 1.022 6,70 2 05-09 1.038 6,80 3 10-14 1.067 7,00 4 15-19 1.134 7,43 5 20-24 1.525 10,00 6 25-29 1.083 7,10 6 30-34 1.073 7,03 7 35-39 1.069 7,00 8 40-44 1.138 7,45 9 45-49 1.034 6,77 10 50-54 1.017 6,67 11 55-59 1.023 6,70 12 60-64 863 5,65 13 65-69 810 5,30 14 70-keatas 366 2,40 Total 15.262 100 Sumber : Data Potensi Desa Cimanggis (2008) Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cimanggis tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat dari jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya setingkat SMU, Akademi, dan Sarjana sebanyak 2.831 orang atau sebesar 18,59 persen. Penduduk 39
yang tamat SD dan SLTP sebanyak 3.657 orang atau sebesar 13,92 persen, sedangkan untuk penduduk yang belum sekolah sebanyak 6.245 atau sebesar 40,92 persen dan penduduk yang pernah sekolah tetapi tidak tamat SD sebanyak 2.529 orang atau sebesar 16,57 persen. Komposisi penduduk Desa Cimanggis berdasarkan tingkat pendidikan pada Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Tahun 2008 No Tingkat pendidikan Jumlah (Orang) Persentase(%) 1 Belum Sekolah 6.245 40,92 2 Tidak tamat SD/ sederajat 2.529 16,57 3 Tamat SD/ Sederajat 1.860 12,17 4 Tamat SLTP 1.797 11,75 5 Tamat SMU 2.756 18,10 6 Tamat Akademi 32 0,21 7 Tamat Universitas 43 0,28 Total 15.262 100,00 Sumber : Data Potensi Desa Cimanggis (2008) Dilihat dari sumber mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Desa Cimanggis yang berprofesi sebagai pegawai/ karyawan swasta yaitu sebanyak 1.657 atau sebesar 45,44 persen dan petani sebanyak 314 orang atau sebesar 8,52 persen.dan untuk buruh tani sebanyak 194 orang atau sebesar 5,26 persen. Selain sebagai petani, masyarakat juga bekerja sebagai buruh industri dan buruh bangunan masing-masing sebanyak 78 orang dan 150 orang. Sisanya adalah pengusaha kecil sebanyak 103 atau hanya 2,79 persen, data ini diambil dari Potensi Desa Cimanggis pada tahun 2008. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Komposisi Penduduk Desa Cimanggis Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Karyawan swasta 1.675 45,44 2 PNS/TNI 281 7,62 3 Buruh bangunan 150 4,07 4 Buruh industri 78 2,12 5 Petani pemilik 314 8,52 6 Buruh tani 194 5,26 7 Penggarap 574 15,57 8 Penyakap 317 8,60 9 Pengusaha kecil 103 2,79 Total 3.686 100,00 Sumber : Data Potensi Desa Cimanggis (2008) ( diolah) 40
5.3. Sarana dan Prasarana Keadaan jalan di Desa Cimanggis sudah cukup baik, jalan-jalan yang menghubungkan kelurahan dengan kecamatan lain atau dengan Ibukota Bogor sudah beraspal. Alat transportasi yang digunakan berupa kendaraan roda empat baik berupa mobil, mini bus, truk serta kendaraan roda dua. Kendaraan umum yang digunakan berupa angkutan kota dan ojek. Dengan demikian hal ini dapat memperlancar kegiatan pemasaran khususnya pemasaran jambu biji. Prasarana perekonomian di Desa Cimanggis dapat dikatakan sudah mendukung misalnya seperti adanya satu buah prasarana pasar tradisional. Prasarana lain seperti toko atau kios sebanyak 66 buah, warung 30 buah, rumah makan sebanyak 3 buah dan bengkel sebanyak 3 buah. Fasilitas yang ada dapat dikatakan sudah cukup mendukung untuk kegiatan perekonomian masyarakat setempat 5.4. Karakteristik Petani Beberapa karakteristik respnden yang dianggap penting meliputi status usaha, umur, pendidikan, umur tanaman, jumlah pohon jambu biji dan status kepemilikan lahan. Karakteristik responden tersebut dianggap penting karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani jambu biji terutama dalam melaksanakan teknik budidaya jambu biji secara keseluruhan. 5.4.1. Umur Petani Berdasarkan hasil wawancara pada 35 petani responden yang ada di Desa Cimanggis, umur rata-rata responden dikelompokkan dalam 2 kelompok umur, yaitu responden usia produktif (20-55 tahun) dan usia tidak produktif (56-70 tahun). Pembagian umur serponden dan persentasenya dapat dilihat dari Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Jumlah dan Persentase Petani Responden Menurut Golongan Umur pada Tahun 2008 No Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Produktif (20-50 tahun) 25 65 2 Tidak produktif (56-70 tahun) 10 35 Jumlah 35 100 41
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada umumnya dibudidayakan oleh petani yang berusia produktif atau usia tua ( 20-55 tahun) yaitu sebesar 65 pesen atau sekitar 25 orang. Selebihnya diusahakan oleh petani yang masih pada tidak produktif atau usia diatas 55 tahun yaitu sekitar 10 orang atau sekitar 35 persen. Data ini dapat menyimpulkan bahawa petani jambu biji di Desa Cimangis pada umumnya petani responden masih pada usia produktif yang diharapkan memilki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usaha jambu biji tersebut. Namun, ada beberapa petani yang telah berusia lanjut biasanya usahatani jambu biji menjadi usaha sampingan untuk menambah pemasukan. 5.4.2. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani Berdasarkan Tabel 13 petani jambu biji yang dijadikan responden pada umumnya pernah mengikuti pendidikan formal, walaupun ada satu yang tidak tamat SD. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh responden yang rendah berpengaruh terhadap tingkat penyerapan petani dalam menangkap informasi secara responsif dalam mengadaptasi teknologi budidaya, pengetahuan dan saluran pemasaran yang tepat dan kurang berani dalam mengambil resiko yang menyangkut usahatani secara keseluruhan dan usahatani jambu biji secara khusus. Biasanya orang yang mengenyam pendidikan rendah lebih cenderung menggunakan teknologi tradisional baik cara maupun alat dalam mengembangkan usahanya. Usaha dalam penyerapan teknologi sering terjadi kesulitan umunya disebabkan petani merasa khawatir dengan risiko yang akan diterimanya jika menggunakan teknologi baru dan tidak ingin mengambil risiko. Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak Tamat SD 1 2,86 Tamat SD 25 71,42 Tamat SMP 8 22,86 Tamat SMU 1 2,86 Total 35 100 Pendidikan formal petani responden yang paling tinggi hanya tamat SMU. Responden yang mengenyam pendidikan hingga tamat SMP sebanyak 8 orang 42
(22,86 persen) dan paling banyak adalah tamat SD yaitu sebesar 71,42 persen atau 25 orang. Apabila dilihat dari segi pengalaman petani responden dalam budidaya jambu biji sebagian besar dari responden belum mempunyai pengalaman lama dalam usahatani jambu biji. Petani responden yang berpengalaman lebih dari 5 tahun sebanyak 31,43 persen. Hal ini mengindikasikan usahatani jambu biji masih belum lama ditekuni oleh responden dan pengetahuan mengenai budidaya jambu biji belum terlalu lama. Menurut data dan perbandingan di lapang bahwa usahatani jambu biji di Desa Cimanggis marak dijalankan mulai tahun 2003 walaupun sudah ada beberapa petani yang sudah lebih dulu menjalankan usahatani jambu biji. Para petani mendapatkan pengetahuan dari bimbingan penyuluh dan bimbingan dari petani lainnya yang sama-sama mengusahakan jambu biji. Sebaran petani responden menurut pengalaman dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Petani Responden Menurut Pengalaman Bertani Jambu Biji No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 <5 tahun 24 68.57 2 >5 tahun 11 31.43 Total 35 100,00 5.4.3. Jumlah Pohon Jambu Biji, Umur Tanaman dan Status Kepemilikan Lahan Sebaran jumlah pohon jambu biji yang dimiliki oleh petani responden paling banyak pada petani yang jumlah pohon jambu yang diusahakan < 100 pohon yaitu sekitar 25 orang petani (71,4 persen). Untuk petani yang memiliki jumlah pohon jambu biji lebih dari 201 atau > 201 pohon hanya 5 orang atau sekitar 14,3 persen sama dengan jumlah petani memiliki jumlah pohon jambu biji antara 101-200 pohon sekitar 5 orang atau sekitar 14,3 persen. Umur pohon yang di miliki petani rata-rata diatas 3 tahun. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. 43
Tabel 15. Sebaran Jumlah Tanaman Jambu Biji (Pohon) yang Dimiliki oleh Petani Jumlah (pohon) Jumlah (orang) Persentase (%) < 100 25 71,4 101-200 5 14,3 > 201 5 14,3 Total 35 100 Berdasarkan Tabel 16 diperoleh data sebaran umur tanaman pohon jambu biji yang dimiliki oleh petani responden. Sekitar 28,6 persen petani responden memiliki umur tanam jambu biji enam tahun atau sekitar 12 orang. Umur tanaman yang paling muda yang dimiliki oleh petani sekita tiga tahun. Umur tanaman jambu biji yang dimiliki oleh petani relatif masih mudah, namun untuk produktivitas tanaman sudah pada tahan yang paling maksimal yaitu sekitar enam tahun. Sebaran umur tanaman jambu biji yang dimiliki petani juga menggambarkan bahwa tanaman jambu biji masih didominasi umur tanaman yang masih muda, artinya kebanyakan petani belum lama membudidayakan jambu biji tersebut. Tabel 16. Sebaran Umur Tanaman Jambu Biji yang Dimiliki oleh Petani Umur Tanaman (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 6 10 28,6 5 9 25,7 4 4 11,4 3 12 34,3 Total 35 100,00 Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat jumlah responden rata-rata petani memiliki lahan milik sendiri dan selebihnya menggarap lahan kosong atau lahan milik orang lain. Status kepemilikan ini berpengaruh pada kepemilikan modal. Petani yang memiliki lahan sendiri menggunakan modal pribadi dalam melaksanakan usahataninya. Semua biaya seperti biaya benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan biaya lainya berasal dari modal sendiri dan hasil penjualan jambu biji masuk kepada penerimaan keluarga tani seluruhnya. 44
Tabel 17. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Status Pengelolaan Lahan Status Lahan Jumlah (orang) Persentase (%) Milik sendiri 24 68,57 Garapan 11 31,43 Total 35 100 Pada petani yang memiliki lahan garapan, semua biaya ditanggung oleh petani yang mengusahakan lahan tersebut. Penjualan hasil panen jambu biji tersebut, beberapa petani berbagi hasil dengan pemilik lahan, ada juga yang masuk ke pendapatan keluarga tani dari penggarap. Biaya tenaga kerja dan penggunaan input lainya ditanggung sepenuhnya oleh petani penggarap. 45