BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (individu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dinyatakan bahwa kinerja berarti: (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Nawawi (2004) mendefinisikan kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Kinerja individu adalah bagaimana seorang karyawan melaksanakan pekerjaannya. Karyawan yang meningkat kinerjanya akan turut mempengaruhi peningkatan kinerja organisasi tempat karyawan yang bersangkutan bekerja, sehingga tujuan organisasi yang telah ditentukan dapat dicapai. Hal ini mengindikasikan bahwa bawahan akan memiliki kinerja melebihi apa yang diisyaratkan oleh organisasi jika kepemimpinan efektif. Kinerja bawahan tinggi dengan sendirinya akan berimbas pada kinerja organisasi yang tinggi pula, karenanya organisasi akan mampu bertahan dalam lingkungan persaingan yang semakin ketat. Pola atau tipe kepemimpinan yang efektif dalam hal ini adalah mampu meningkatkan kinerja organisasi. 1
Suharsaputra (2010) mendefinisikan kinerja sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kinerja seseorang atau kelompok terdiri dari faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang mempengaruhi kinerja karyawan atau kelompok terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, persepsi, peran, kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang dan karakteristik kelompok kerja, dan sebagainya. Pengaruh eksternal antara lain berupa peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, kondisi pasar dan gaya kepemimpinan. Pemimpin dengan kepemimpinannya memegang peran yang strategis dan menentukan dalam menjalankan roda organisasi, menentukan kinerja suatu lembaga. Pemimpin merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dibuang atau diabaikan dalam kehidupan suatu organisasi atau suatu bangsa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Robbins (2008) mengungkapkan bahwa teori kepemimpinan yang terkait dengan eratnya hubungan atasan bawahan mengasumsikan bahwa pemimpin memperlakukan para pengikut atau bawahan secara sama. Pemimpin mempergunakan suatu gaya yang sama secara adil pada individu dalam unit kerjanya masing-masing. Kotter (1996) dalam teori kepemimpinan berpandangan bahwa karena adanya tekanan waktu, pemimpin seringkali menciptakan hubungan khusus dengan kelompok pengikutnya. Kotter (1996) menekankan bahwa fokus dari Kepemimpinan adalah untuk memaksimalkan keberhasilan organisasi melalui interaksi atasan dan bawahan. Temuan penelitiannya membuktikan bahwa peningkatan kualitas hubungan 2
atasan-bawahan akan meningkatkan derajat kinerja, dan komitmen dari bawahan, serta berdampak pada kinerja bawahan yang akumulasikan pada kinerja organisasi. Pemeliharaan dan pengembangan hubungan antara kedua belah pihak secara dewasa tidak hanya bermanfaat bagi keduanya, namun yang lebih penting adalah bagi organisasi secara keseluruhan dalam pencapaian kinerja, pertumbuhan, serta keberhasilan. Temuan Zhu, et al. (2012) menunjukkan bahwa pemimpin secara tidak langsung berpengaruh pada rendahnya keinginan pekerja untuk keluar dari pekerjaannya, yakni melalui intermeditasi dari keadilan organisasional, kinerja, serta kinerja yang tinggi. Dengan kata lain, kuatnya hubungan atasan-bawahan membawa pengaruh positif pada kinerja dari pekerja untuk tetap memberikan hasil yang terbaik yang mampu ia berikan pada organisasi dimana dia bekerja. Selain itu, persepsi yang muncul di kalangan pekerja mengenai positifnya hubungan atasan-bawahan akan berpengaruh pada peningkatan kinerja yang berujung pada kinerja organisasi. Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya seorang pemimpin tidak lepas dari adanya suatu gaya (gaya kepemimpinan). Gaya kepemimpinan adalah sebuah pola penekanan yang menempatkan seorang pemimpin pada fungsi kepemimpinan yang berbeda. Gaya kepemimpinan seseorang dapat juga merupakan gabungan dari beberapa gaya yang nampak dalam kepemimpinanannya (Zhu et al., 2012). Kepemimpinan transaksional (transactional leadership) dan kepemimpinan transformasional (tranformational leadership) sangat diperlukan untuk saling memenuhi kebutuhan seseorang di 3
dalam memimpin organisasi yang terus menerus belajar. Kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses yang padanya para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional ini lebih mampu untuk memimpin dengan menggunakan kelebihan dan kebermanfaatan masing-masing gaya tersebut pada waktu dan tempatnya (Yukl, 1998). Kepemimpinan transaksional dan transformasional dapat dipilah secara tegas dan keduanya merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan namun dapat ditemui di dalam seorang pemimpin. Dalam kepemimpinan transaksional hubungan pemimpin dengan bawahan didasarkan pada sebuah pertukaran atau tawar menawar diantara mereka. Untuk memotivasi bawahan atau pengikutnya melalui pertukaran dengan imbalan bersyarat yang berfokus pada sasaran atau misi dan visinya, klarifikasi hubungan antara kinerja dengan imbalan serta memberi umpan balik konstruktif agar bawahan selalu melakukan tugas yang telah diberikan. Gaya kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran (Yukl, 1998). Pemimpin transformasional, mempengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut, namun mereka dapat juga mentransformasi para pengikut dengan bertindak sebagai seorang pelatih, guru atau mentor. Para pemimpin transformasional mencoba 4
untuk memberi kekuasaan dan meninggikan para pengikut. Para pemimpin transformasional dapat ditemukan dalam organisasi mana saja pada tingkatan di mana saja. Gaya ini bertujuan untuk menimbulkan kepatuhan pada mereka yang bekerja bagi suatu organisasi untuk memenuhi dan sesuai dengan arahan dari pemimpin (Yukl, 1998). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Wonosari Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Yogyakarta Berawal dari rasa keprihatinan berbagai pihak, baik Pemerintah Daerah maupun Lapisan Masyarakat, tentang keterbatasan daya tampung sekolah yang tidak memadai atau tidak sebanding dengan persentase pertambahan penduduk usia sekolah, juga adanya ketetapan Pemerintah Daerah bahwa akan menambah jumlah SMK dari pada SMA dengan persentase 60 : 40, sekaligus didorong oleh kenyataan bahwa ada gedung sekolah eks. SMEA Wonosari ( sekarang SMKN 1 Wonosari ) yang sudah tidak digunakan lagi, maka masyarakat bersama-sama dengan pihak yang berkompeten menyepakati untuk mendirikan sebuah sekolah setingkat dengan SMA yang diprakarsai oleh kepala SMKN 2 Wonosari. Pada tahun ajaran 1999/2000 maka dibukalah pendaftaran siswa baru yaitu SMK dengan Program Keahlian Elektronika Komunikasi. Angkatan I mampu menampung 2 kelas. Penyelenggaraan, Pengelolaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab masih menggabung dengan SMKN 2 Wonosari. Bertepatan tanggal 20 Oktober 1999 maka telah diterbitkan keputusan menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI NO.291 / 0 / 1999 tentang pembukaan dan penegerian sekolah tahun pelajaran 1998/1999, maka SMK 5
Program Keahlian Elektronika Komunikasi yang berkedudukan di Wonosari Gunungkidul telah resmi menjadi lembaga Pendidikan dengan nama SMK Negeri 3 Wonosari hingga sekarang. B. Rumusan Masalah Menurut Yukl (1998), kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi dan merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil. Variabel-variabel yang mempengaruhi prilaku kerja dan kinerja adalah variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel organisasi terdiri atas sumber daya, kepemimpinan, imbalan dan struktur. Dapatkah peneliti mengungkapkan atau menentukan pengaruh kepemimpinan dan perubahannya pada kinerja guru dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah kepemimpinan transaksional berpengaruh positif pada kinerja guru? 2. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada kinerja guru? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh positif kepemimpinan transaksional pada kinerja guru. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh positif Kepemimpinan transformasional pada kinerja guru. 6
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis bagi sekolah, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengajaran dan manajemen sumber daya manusia, khususnya yang terkait dengan kinerja guru 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkuat penelitian selanjutnya terutama yang berkenaan dengan pengaruh kepemimpinan transaksional dan kepemimpinan transformasional pada bidang kinerja guru. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor kepemimpinan yang mempengaruhi kinerja guru. E. Batasan Penelitian Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian pada satu sekolah sebagai objek penelitian yaitu SMK Negeri 3 Wonosari Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dimana populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru, baik yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai yang bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS). Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Variabel Bebas (X 1 ) Kepemimpinan transaksional 2. Variabel Bebas (X 2 ) Kepemimpinan transformasional 3. Variabel Terikat (Y) Kinerja guru 7
F. Sistematika Penulisan Secara singkat pengorganisasian penulisan tesis ini adalah sebagai berikut Bab I Pendahuluan, mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penelitian. BabII Tinjauan pustaka mengungkapkan beberapa konsep atau pandangan teoritis tentang topik yang sedang dibahas. BabIII Metode Penelitian. Meliputi desain penelitian, defenisi istilah operasional populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan metode analisis data Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisikan deskripsi data dan pembahasan. Bab V Simpulan, keterbatasan, dan implikasi, yang mencakup simpulan hasil penelitian, keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam melaksanakan penelitian, dan implikasi dari temuan penelitian baik itu implikasi teoritis maupun implikasi praktis. 8