III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kinerja Pertumbuhan Data hasil pengamatan penggunaan pakan uji terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Data kinerja pertumbuhan ikan uji Perlakuan JKP (gr) LPH (%) EP (%) RP (%) RL (%) 25A 201,26 ± 22,06 a 2,00 ± 0,03 a 31,38 ± 0,56 a 80,86 ± 1,42 a 92,40 ± 1,72 b 25B 216,97 ± 2,19 a 1,97 ± 0,05 a 31,81 ± 1,10 ac 82,47 ± 2,82 a 99,30 ± 3,34 b 25C 195,36 ± 18,71 a 1,43 ± 0,09 b 25,18 ± 0,28 b 57,16 ± 0,94 b 39,95 ± 11,12 a 28A 225,36 ± 0,57 a 2,39 ± 0,31 abc 29,85 ± 0,91 a 98,41 ± 2,57 c 85,88 ± 2,82 b 28B 218,32 ± 1,24 a 2,26 ± 0,00 c 37,57 ± 1,60 c 71,31 ± 3,04 a 142,63 ± 6,06 c 28C 191,61 ± 19,28 a 2,57 ± 0,86 abc 31,99 ± 0,37 a 49,10 ± 2,67 d 128,86 ± 0,05 c Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05), analisis statistik pada Lampiran 7. JKP = Jumlah konsumsi pakan LPH = Laju pertumbuhan harian EP = Efisiensi pakan RP = Retensi protein RL = Retensi lemak 25 = Kadar protein pakan 25%, 28 = Kadar protein pakan 28% A = Suplementasi S. platensis 0% (kontrol), B = Suplementasi S. platensis 3%, C = Suplementasi S. platensis 6% Berdasarkan Tabel 2, jumlah konsumsi pakan untuk semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Namun demikian penggunaan S. platensis pada pakan memberikan hasil pertumbuhan ikan yang berbeda nyata (P<0,05). Pakan dengan kadar protein 25%, laju pertumbuhan ikan terendah adalah dengan penambahan proporsi S. platensis 6%. Sedangkan untuk pakan dengan kadar protein 28%, laju pertumbuhan ikan terendah adalah pada suplementasi S. platensis 3%. Ketiga dosis S. platensis pada pakan uji juga menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan tertinggi untuk kedua jenis pakan dengan kadar protein yang berbeda adalah pakan yang diberi S. platensis 3%. Seperti parameter sebelumnya, dosis S. platensis pada pakan uji dengan kadar protein yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap retensi protein dan retensi lemak dalam tubuh ikan. Nilai retensi protein berbeda nyata pada ikan yang diberi pakan 8
berprotein 25% dan disuplementasi S. platensis 6% dengan nilai yang lebih rendah sedangkan ikan yang diberi pakan berprotein 28%, retensi proteinnya menurun seiring penambahan proporsi S. platensis. Nilai retensi lemak pada ikan yang diberi pakan berprotein 25% berbeda nyata pada suplementasi S. platensis 6%, sedangkan pada ikan yang diberi pakan berprotein 28% berbeda nyata pada suplementasi S. platensis 0%. 3.1.2 Kinerja Organ Hati Tabel 3. Hepatosomatik indeks ikan uji Perlakuan HSI (%) 25A 1,86 ± 0,53 a 25B 1,04 ± 0,31 a 25C 1,74 ± 0,29 a 28A 1,71 ± 0,17 a 28B 1,96 ± 0,13 a 28C 1,83 ± 0,23 a Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05). 25 = Kadar protein pakan 25%, 28 = Kadar protein pakan 28% A = Suplementasi S. platensis 0% (kontrol), B = Suplementasi S. platensis 3%, C = Suplementasi S. platensis 6% Hepatosomatik indeks memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan (P>0,05). Ikan nila yang diberi pakan berprotein 25% dengan S. platensis 3% memberikan hasil hepatosomatik indeks yang paling kecil. 3.2 Pembahasan Penelitian mengenai penambahan spirulina pada pakan hewan budidaya telah dilakukan antara lain pada babi (Grinstead et al., 2000), larva udang (Ceballos et al., 2005), mencit (Susanna et al., 2007), kelinci (Peiretti et al., 2008), ikan mas (Ramakrishnan et al., 2008), dan ikan guppy (Dernekbasi et al., 2010). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penambahan spirulina berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan, bahkan juga mampu menjaga kualitas reproduksi pada ikan nila hingga tiga generasi (Lu dan Takeuchi, 2004). Pada 9
penelitian ini, suplementasi S. platensis pada pakan ikan nila dengan kadar protein yang berbeda juga memberikan pengaruh terhadap kinerja pertumbuhan ikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil beberapa parameter yang diamati. Parameter pertama adalah jumlah konsumsi pakan. Parameter ini menunjukkan jumlah pakan yang dimakan atau digunakan oleh ikan uji. Pemberian S. platensis dengan dosis yang berbeda pada pakan dengan kadar protein yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah konsumsi pakan ikan nila (P>0,05, Tabel 2). Hal ini diduga disebabkan oleh energi yang dimiliki oleh semua pakan perlakuan cukup dan relatif sama (Tabel 1) sehingga penggunaannya oleh ikan uji pun sama. Pakan yang dikonsumsi ikan nila selama 30 hari tersebut dimanfaatkan ikan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan secara kuantitatif dapat dilihat dari nilai parameter kedua yaitu laju pertumbuhan harian. Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pemberian dosis S. platensis yang berbeda pada pakan dengan kadar protein yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan harian ikan nila (P<0,05). Nilai laju pertumbuhan harian yang berbeda nyata dengan nilai terendah pada ikan yang diberi pakan berprotein 25% adalah pada suplementasi S. platensis 6% yaitu sebesar 1,43±0,09%. Penurunan nilai ini diduga terjadi karena penambahan S. platensis 6% mengakibatkan perubahan pola nutrien yang ada dalam pakan sehingga kurang sesuai dengan kebutuhan ikan nila. Komposisi nutrien dalam pakan yang tadinya bersumber dari tepung ikan dan kombinasinya dengan sumber tepung yang lain tidak mampu tercukupi oleh penambahan S. platensis. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Lovell (1989), yaitu tepung ikan selain memiliki kandungan protein atau asam amino yang paling mendekati kebutuhan ikan juga memiliki keunggulan lain, seperti mengandung unsur lisin dan metionin tinggi, yaitu dua asam amino yang sedikit terkandung pada bahan pakan tumbuhan. Berdasarkan pustaka yang diperoleh, kandungan lisin, metionin, dan histidin tepung ikan lebih baik dibandingkan S. platensis dalam memenuhi kebutuhan ikan nila (Lampiran 5). Penyebab lainnya diduga terkait dengan kandungan makro mineral Ca dan P yang ada dalam spirulina yaitu jauh lebih kecil dari kandungan mineral tepung ikan. 10
S. platensis hanya mengandung 1% Ca dan 0,9% P (Earthrise Farms, 1995 dalam Arlyza, 2003), sedangkan tepung ikan mengandung 5% Ca dan 3% P. Berbeda dengan pemberian pakan uji berprotein 25%, pemberian pakan uji berprotein 28% menunjukkan laju pertumbuhan harian ikan nila yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini diduga karena kandungan protein pakan yang lebih besar, sehingga kebutuhan nutrien minimum ikan untuk tumbuh masih tercukupi. Selanjutnya perbandingan kinerja pertumbuhan ikan uji dengan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan menggambarkan nilai efisiensi pakan. Berdasarkan Tabel 2, nilai efisiensi pakan yang berbeda nyata pada ikan yang diberi pakan berprotein 25% adalah pada suplementasi S. platensis 6%, yaitu sebesar 25,18%. Sedangkan untuk ikan yang diberi pakan berprotein 28% adalah pada suplementasi S. platensis 3%, yaitu sebesar 37,57%. Namun secara keseluruhan, nilai efisiensi pakan yang dihasilkan sangat kecil karena <50%. Kecilnya nilai efisiensi pakan dapat disebabkan oleh faktor nilai nutrisi (Guillaume, 2001) dan stabilitas pakan (Watanabe et al., 1983). Namun demikian, jika dilihat dari nilai nutrisi pakan, pakan uji dengan protein 28% sudah sesuai dengan kebutuhan ikan uji. Wee dan Tuan (1988) dalam Webster dan Lim (2002) menyatakan bahwa ikan nila yang berukuran 24 gram membutuhkan protein 27,5-35%. Sehingga kecilnya nilai efisiensi pakan pada penelitian ini diduga terkait dengan faktor genetik karena semua ikan memberikan nilai efisiensi pakan yang kecil baik yang diberi pakan tanpa suplementasi S. platensis (kontrol) maupun yang bersuplementasi. Nilai retensi protein dan retensi lemak menggambarkan adanya pemanfaatan nutrien pakan yang telah dicerna oleh tubuh ikan, diserap, dan disimpan untuk menghasilkan energi (Lovell, 1989). Kandungan protein pakan yang optimal pada ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keseimbangan antara protein dan energi, komposisi asam amino, dan kecernaan protein (Halver, 1989). Nilai retensi menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, yaitu dosis suplementasi S. platensis pada kadar protein pakan yang berbeda berpengaruh terhadap penyimpanan protein dan lemak oleh ikan uji. 11
Berdasarkan Tabel 2, retensi protein berbeda nyata pada ikan yang diberi pakan berprotein 25% dengan suplementasi S. platensis 6%. Hal ini terkait pemanfaatan pakan yang tidak begitu baik, jumlah konsumsi pakan dan efisiensi pakan pada perlakuan ini sangat rendah, laju pertumbuhan harian ikan pun menunjukkan nilai terendah dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Menurut Abdel-tawwab et al. (2008), perubahan kandungan protein dan lemak dalam tubuh ikan dapat dikaitkan dengan perubahan sintesis dalam tubuh, tingkat penyerapan otot dan atau perbedaan tingkat pertumbuhan. Berbeda dengan retensi protein yang terdapat pada ikan yang diberi pakan uji berprotein 25%, ikan yang diberi pakan uji berprotein 28% menunjukkan penurunan nilai retensi protein seiring dengan penambahan proporsi S. platensis dalam pakan. Hal ini diduga berkaitan dengan retensi lemak ikan yang dihasilkan. Retensi lemak ikan yang diberi pakan berprotein 28% memberikan nilai yang besar, yaitu >80%. Jadi pada perlakuan ini, ikan lebih dapat menyimpan lemak dalam tubuhnya sebagai cadangan energi. Parameter kinerja pertumbuhan terakhir yang diamati adalah retensi lemak ikan yang juga menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Retensi lemak ikan yang diberi pakan perlakuan berprotein 25% berbeda nyata pada suplementasi S. platensis 6% dan merupakan nilai terendah dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 39,95%. Untuk nilai retensi lemak ikan yang diberi pakan berprotein 28% berbeda nyata pada suplementasi S. platensis 0% (kontrol), yaitu sebesar 85,88%. Lipid Spirulina platensis ditemukan kaya akan asam lemak tak jenuh. Salah satu jenis asam lemak utama adalah asam linolenat yang mencapai 20% total lipid spirulina (Angka dan Suhartono, 2000). Rendahnya retensi lemak ikan pada pakan perlakuan protein 25% yang disuplementasi oleh S. platensis 6% diduga terjadi karena ikan uji lebih banyak menyerap dan menyimpan makronutrien yang lain sebagai sumber energi misalnya karbohidrat. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Nandeesha et al. (2001) terhadap ikan rohu, yaitu pada penambahan proporsi spirulina yang lebih besar pada pakan justru menurunkan retensi lemak pada tubuh ikan. Menurutnya S. platensis memang dikenal dapat menurunkan retensi lemak sementara S. maxima dikenal dapat meningkatkan retensi lemak. 12
Selain melihat parameter kinerja pertumbuhan, parameter lain yang diamati adalah hepatosomatik indeks (HSI). Parameter ini dapat menggambarkan apakah suplementasi S. platensis berpengaruh terhadap kinerja organ dalam ikan uji seperti hati sebagai salah satu organ penyimpan lemak. Fungsi utama organ hati adalah untuk mensintesis asam lemak, detoksifikasi, dan penampungan nutrien (Lovell, 1989). Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 3), ikan yang diberi pakan mengandung S. platensis memberikan nilai HSI yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan ikan yang diberi pakan kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan S. platensis tidak membahayakan dan tidak terjadi pembengkakan organ hati pada ikan uji untuk semua jenis perlakuan. Angka dan Suhartono (2000) menjelaskan bahwa spirulina tidak terikat dengan senyawa toksik seperti tanin yang biasanya terkandung dalam sumber protein nabati. Bahkan S. platensis telah terbukti dapat berperan sebagai immunostimulan pada manusia dan beberapa spesies ikan seperti channel catfish dan carp (Watanuki et al., 2006). 13