ABSTRACT. Rita Endriani', Elda Nazriati^

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Rita Endriani 1, Elda Nazriati 2

PENDAPAT MAHASISWA TERHADAP IMPLEMENTASI PBL PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keywords: knowledge, skills, Competency-Based Curriculum (CBC), conventional curriculum

menggunakan Problem Based Learning Perkembangan ilmu (PBL), SGD adalah diskusi kelompok pengetahuan, teknologi dan seni pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

Panduan Modul Manajemen Rumah Sakit

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS METODE SEVEN JUMPS DENGAN METODE INTERACTIVE SKILL STATION (ISS) PADA MAHASISWA PSIK FK UNSYIAH

Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SRI MUHARNI

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.3 September 2014

Suri Dwi Lesmana, Esy Maryanti

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

Manual Prosedur. Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat serta persaingan global menuntut lulusan pendidikan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Suatu metode pembelajaran digunakan sesuai dengan. tujuan dan materi pembelajaran, serta karakteristik

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ABDULLAH AL-HAZMY G

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan individual discovery, proses pembelajaran yang sebelumnya lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Standard Operating Procedure. PEMBUATAN BPF (Buku Panduan Fasilitator)

Problem Based Learning (PBL) dalam KBK dan Pencapaian Prestasi Akademik: Evaluasi Implementasi PBL

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGALAMAN MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DALAM METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. Problem based learning (PBL) adalah metode belajar mengajar aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

EVALUASI KEGIATAN PBL MENURUT PERSEPSI MAHASISWA FK UKWM DENGAN ANALISIS IMPORTANCE AND PERFORMANCE MODEL TAHUN 2014

CURRICULUM VITAE. : Fisiologi dan Pendidikan Kedokteran

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi tindakan

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

ABSTRACT. Keywords :personality, learning achievement PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

Komentar dan Rekomendasi. 2. Soegianto Ali 3. Hartaty Sirait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FK USU STAMBUK 2007 TENTANG REKAM MEDIS OLEH : JONATHAN ANGKASA

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI METODE PERKULIAHAN KEDOKTERAN YANG EFEKTIF. Tita Menawati Liansyah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

PERBEDAAN PENILAIAN DIRI KINERJA TUTOR ANTARA DOSEN DENGAN RIWAYAT MENGAJAR SAAT PARADIGMA TEACHER CENTERED LEARNING DAN STUDENT CENTERED LEARNING

ABSTRAK. Ibnu Katsir Machbub, 2009 : Pembimbing I : Dr. Slamet Santosa dr., M.Kes. Pembimbing II : July Ivone dr., M.S.MpdKed.

MANUAL PROSEDUR PENYUSUNAN MODUL

BAB V PEMBAHASAN. aktif dalam proses pembelajaran. Metode PBL adalah salah satu dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Mengatasi masalah tersebut, pakar pendidikan

Komentar dan RekomendasiHasil Visitasi PSPD FKK UMJ

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran RIZQI AHMAD NUR DWIYONO G FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan eksperimen semu (quasy-experiment) yang

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BAB I BAB I PENDAHULUAN

Fahrizal Kusuma Wijaya 1, Sri Sundari 2. Abstract

Komentar dan Rekomendasi

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program studi farmasi FKIK UMY.Total mahasiswa farmasi 2012 yang. menjadi responden berjumlah 56 orang.

THE DEVELOPMENT MODULE OF PRACTICAL CHEMISTRY BASED PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ON THE SUBJECT OF ACID BASES FOR CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL LEVELS

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

DARI PETA KURIKULUM Sampai Ke BUKU BLOK : PANDUAN STEP By STEP. (tim kurikulum UGM)

MUDAH LAPAR DAN HAUS

Manual Prosedur PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Smartphone atau telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

ABSTRAK. Kata Kunci : teacher centered learning, student centered learning, minat, karir, akuntan publik

Pelaksanaan Pembelajaran Mandiri Menurut Persepsi Mahasiswa Angkatan 2012 di PSPD, FKIK UNJA ABSTRAK

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

PENGARUH REAKSI IMUNISASI DPT/HB TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PELAKSANAAN IMUNISASI DPT/HB DI KOTA SEMARANG

KULIT MENGHITAM MODUL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MAHASISWA SISTEM ENDOKRIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Transkripsi:

Pendapat Mahasiswa Terhadap Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Problem Based Learning (PBL) di Fakultas Kedokteran Universitas Riau Pekanbaru Rita Endriani', Elda Nazriati^ ABSTRACT New paradigm in medical education caused exchange of medical education curriculum from conventional to competence based curriculum. One methode of comptetence based curriculum implementation is Problem Based Learning (PBL). PBL was implemented in medicine faculty of Riau University (FK UR) since 2007. This research aim was to know studens opinion of PBL program in FK UR. This research was non experimental quantitative analytic using questionnaire to all student of year 2007 ( 100 students). The result showed that most of the student give positive opinion on 78,3% PBL was socialized but 72% opinion of students did'nt have good understanding of PBL. Key word: implementation, competence based curriculum. Problem Based Learning (PBL) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi segala aktivitas profesinya sehingga mampu menjadi kedokteran yang sangat pesat (mega speed) serta pelayan untuk masyarakat.^ persaingan global menuntut lulusan pendidikan Perubahan paradigma pendidikan kedokteran, kedokteran mempunyai kualitas/ mutu yang baik. menyebabkan perlu diadakan perubahan pada SeJain itu tuntutan stakeholder terhadap lulusan kurikulum pendidikan dokter khususnya kedokteran pendidikan kedokteran sdalu berkembang, sehingga menuntut institusi pendidikan kedokteran untuk selalu melakukan penjaminan mutu dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dari lulusan pendidikan kedokteran tersebut.' Usaha penjaminan mutu ini menyebabkan terjadinya perubahan paradigma pendidikan kedokteran di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Disamping itu Pemerintah melalui SK menteri Kesehatan No. 1457/MOH/Sk/X/2003 telah menyatakan standard pelayanan kesehatan ke dalam Standard pelayanan Minimal untuk mencapai Indonesia Sehat 2010.^ Standard pelayanan minimal ini hams dapat dilaksanakan oleh seorang lulusan pendidikan kedokteran (dokter) yang dituntut mempunyai professionalisme dalam berkarya dan memiliki tanggung jawab social dan moral dalam ' Penulis untuk korespendensi. Alamat : Unit Penjaminan Mutu (UPM) Fakultas Kedokteran Universitas Riau Jl. Diponegoro no 1 telp 0761-839264 ^ Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau dasar di Indonesia dari konvensional berupa teacher centered menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan student centered. KBK bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan Problem Based Learning (?BL). Berdasarkan SK Dirjen DIkti No.l386/D/T/2004 maka Program Studi Kedokteran Dasar (PSKD) dilandasi/ mengacu ke Kurikulum Berbasisi Kompetensi (KBK) untuk dokter layanan primer (Primay Care Physician) dengan pendekatan dokter keluarga. PBL merupakan suatu metode pendekatan pendidikan kedokteran dengan menggunakan bahan stimulus kepada mahasiswa untuk membantu mahasiswa berdiskusi tentang masalah yang penting, pertanyaan maupun issue: ^ Menurut Pawitan (2006) PBL juga merupakan pembelajaran yang didapat dari proses untuk mendapatkan pengertian atau proses pemecahan masalah dengan menggunakan problem, trigger (pemicu). Pemicu digunakan sebagai fokus atau ransangan untuk pemecahan masalah atau kemampuan 49

JIK, Jilid 3, Nomor 1, Maret 2009, Hal. 49-58 bemalar dan juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan pengertian tentang mekanisme terjadinya masalah dan cara pemecahan masalah tersebut. FK UR sebagai Fakultas Kedokteran yang baru, banyak melakukan inovasi dalam bidang pendididkan, diantaranya melaksanakan KBK dengan PBL. PBL diharapkan dapat meningkatakan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan mampu mengidentifikasi kebutuhan belajarnya sendiri. Hal ini akan menstimulus mahasiswa untuk mencari aktif sumber belajar yang diperlukan sehingga memperoleh informasi yang diperlukan dan pada akhimya kemampuan knowledge, skills dan attitude akan meningkat. ' PBL yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UR terdiri dari beberapa komponen yang tergabung menjadi satu yaitu: kurikulum, mahasiswa, tutor/ instruktur, modul, skill lab dan evaluasi. Untuk peningkatan pelaksanaan KBK di FK UR maka peneliti ingin mengetahui pendapat mahasiswa tentang implementasi KBK dengan berbagai komponen PBL di FK UR. METODE Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah mahasiswa FK UR. Sampel penelitian ini mahasiswa angkatan tahun 2007 yang telah menjalankan metode pembelajaran dengan PBL yang diterapkan di FK UR dan diambil secara total sampling dengan jumlah sampel 100 orang (n= 100). Alat Penelitian Alat/ instrument yang digunakan adalah berupa kuesioner untuk mengevaluasi pelaksanaan KBK dengan PBL di FK UR. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi kuesioner yang dibuat oleh Saryono,dkk (2006) yang terdiri dari dua bagian, yang pertama berisi tentang identitas responden dan bagian kedua berisi tentang pemyataan untuk mengetahui kegiatan PBL baik pelaksanaan maupun masalah yang dihadapi mahasiswa dalam pelaksaan PBL. Penilaian dilakukan adalah 1-4 (1= Sangat tidak setuju, 2= 50 tidak setuju, 3= setuju, 4= Sangat setuju). Sebelum digunakan kuesioner diuji vailiditas dan reabilitas terlebih dahulu dengan diujicobakan terhadap sebagian mahasiswa.^ Tiap mahasiswa/ responden diberikan satu paket kuesioner. Responden diberi waktu 1 jam untuk mengisi kuesioner tersebut dan setelah diisi kuesioner langsung dikumpulkan. Pengolahan Data Pengolahan data hasil penelitian yang didapat dari survey lapangan akan dilakukan dengan menggunakan piranti lunak computer yakni SPSS versi 10,0. Hasil disajikan dalam bentuk narasi deskriptif dan tabel. Hasil Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang disebar pada mahasiswa angkatan 2007 yang telah menjalani metode pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Problem Based Learning (PBL). Dari 100 kuesioner yang disebar yang kembah sebanyak 94 buah dan selanjutnya dilakukan penghitungan dan analisis sehingga didapatkan hasil yang dapat dilihat di bawah ini: 1. Pendapat Mahasiswa terhadap PBL Pendapat mahasiswa terhadap PBL adalah sebagian besar mahasiswa setuju dilaksanakannya KBK dengan PBL. Hal ini dapat dilihat dari pemyataan bahwa konsep dan langkah PBL telah disosialisasikan oleh tutor/ penanggung jawab PBL sebanyak 72 orang (78,3%), PBL sangat mendukung student center learning sebanyak 52 orang (55,9%), PBL bisa diterapkan pada kasus lain selain yang ada pada scenario 58 orang (63,0%), dan PBL bermanfaat untuk membiasakan mahasiswa belajar mandiri sebanyak 64 orang (68,8%). Tetapi ada pemyataan dalam kuesioner yaitu belajar dengan PBL telah dipahami dengan baik tidak disetujui mahasiswa sebanyak 67 orang (72%) dan begitu juga dengan pemyataan PBL adalah proses belajar yang menyenangkan sebanyak 54 orang (58,1 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Endriani, Gambaran Histopatologi Kerusakan Hati Mencit Yang Diproteksi dengan Air Rebusan Daun Sirih Tabel 1. Pendapat Mahasiswa terhadap PBL No Pemyataan SS S TS STS n % n % n % n % 1 Belajar dengan PBL telah saya pahami dengan baik 0 0 15 16,1 67 72,0 9 9,7 2 Konsep dan dan langkah PBL 0 0 72 78,3 15 16,3 2 2,2 telah disosialisasikan oleh tutor/penanggung jawab PBL 3 PBL sangat mendukung 5 5,4 52 55,9 29 31,2 3 3,2 student center learning 4 PBL bisa diterapkan pada kasus lain selain yang ada pada scenario 0 0 58 63.0 32 34,8 1 1,1 5 Teacher center learning lebih 28 30,1 43 46,2 16 17,2 5 5,4 meringankan saya dalam mencari literatur 6 PBL bermanfaat untuk 7 7,5 64 68,8 20 21,5 1 1,1 membiasakan mahasiswa belajar mandiri 7 PBL adalah proses belajar yang menyenangkan 1 1,1 14 15,1 54 58,1 22 23,7 Ket: SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 2. Pendapat Mahasiswa terhadap Modul Pendapat mahasiswa terhadap modul memberikan hasil sebagian besar mahasiswa setuju dengan modul yang digunakan dalam PBL. Hal ini dilihat dari pemyataan kalimat dalam skenario mudah dipahami 47 orang (50,5%), rumusan learning issue telah sesuai dengan skenario 65 orang (69,9%), skenario sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran sebanyak 53 orang (57%). Selain itu masalah yang ada di skenario merupakan masalah yang sering dijumpai sehari-hari sebanyak 69 orang (74,2%) skenario sudah menstimulasi mahasiswa untuk berdiskusi secara aktif sebanyak 47 orang (50,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini: Tabel 2. Pendapat Mahasiswa terhadap Modul No Pemyataan SS S TS STS N % n % n % n % 1 Kalimat dalam skenario 1 1,08 47 50,5 39 41,9 5 5,4 mudah dipahami 2 Rumusan learning issue telah 0 0 65 69,9 22 23,7 2 2,2 sesuai dengan scenario 3 Scenario sudah sesuai dengan 1 1,08 53 57 34 36,6 1 1.1 tujuan pembelajaran 4 Masalah yang ada diskenario 2 2,2 69 74,2 18 19,4 1 1,1 merupakan masalah yang sering dijumpai sehari-hari 5 Skenario sudah menstimulasi 0 0 47 50,5 39 41,9 5 5,4 mahasiswa untuk berdiskusi secara aktif 6 Daftar pustaka yang ada dalam 0 0 5 5,4 41 44,1 46 49,5 modul tersedia di perpustakaan 7 Jumlah scenario dalam modul 2 2,2 12 12,9 59 63,4 19 20,4 terlalu sedikit 51

JIK, Jilid 3, Nomor 1, Maret 2009, Hal. 49-58 3. Pendapat Mahasiswa terhadap Proses I\itorial / diskusi PBL Pendapat mahasiswa terhadap proses tutorial atau diskusi PBL bahwa sebagian besar mahasiswa setuju dengan pemyataan yang ada di kuesioner yaitu: mereka telah mempersiapkan sumber literatur malam sebelum diskusi dimulai sebanyak 50 orang (53,8%), telah mempelajari skenario sebelum diskusi 77 orang (82,8%), pada awal diskusi tutor telah memperkenalkan diri sebanyak 71 orang (76,3%), tutor menyerahkan pemilihan moderator dan sekretaris pada anggota gmp 65 orang (69,9%), tutor telah mengarahkan mahasiswa dengan baik 63 orang (67,7%). Moderator dan sekretaris telah memahami tugas dan peran dengan baik 73 orang (78,5%), Sebelum menentukan masalah dalam modul kelompok menentukan kata kunci/ klarifikasi istilah dulu 63 orang (67,7%), pertanyaan diramuskan sesuai kata kunci sebanyak 66 orang (71%), dan pada akhir diskusi, tutor memberikan masukan tentang bagaimana diskusi telah berlangsung sebanyak 57 orang (61,3%). Tetapi ada pemyataan lain yang tidak disetujui mahasiswa yaitu sasaran belajar disusun secara jelas sebanyak 41 orang (44,1%). Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Pendapat Mahasiswa terhadap Proses Tutorial / diskusi PBL 52 No Pemyataan SS TS STS % 1 Saya telah mempersiapkan sumber literature malam sebelum diskusi dimulai 1 1.1 50 53,8 37 39,8 1 1.1 2 Saya telah mempelajari scenario sebelum diksusi 11 11.8 77 82.8 4 4.3 0 0 3 Pada awal diskusi tutor telah memperkenalkan diri 16 17.2 71 76.3 4 4.3 0 0 4 Tutor menyerahkan pemilihan moderator dan sekretaris pada anggota grup 27 29.0 65 69.9 0 0 0 0 5 Tutor telah mengarahkan mahasiswa dg baik 11 11.8 63 67.7 17 18.3 1 1.1 6 Saya telah memahami tugas dan peran moderator dan sekretaris dengan baik 7 7.5 73 78.5 11 11.8 1 1.1 7 Anggota grup selalu mengangkat tangan bila akan mengajukan pendapat/ pertanyaan 3 3.2 45 48.4 37 39.8 7 7.5 8 Sebelum menentukan masalah dalam modul kelompok menentukan kata kunci/ klarifikasi istilah dulu 16 17.2 63 67.7 11 11.8 2 2.2 9 Sasaran belajar disusun secara jelas 5 5.4 36 38.7 41 44.1 10 10.8 10 Pertanyaan dirumuskan sesuai kata kunci 3 3.2 66 71 17 18.3 0 0 11 Saya hanya mempelajari satu sasaran belajar yg dibebankan pada saya setelah diadakan pembagian 11 11.8 44 47.3 31 33.3 4 4.3 12 Pada akhir diskusi, tutor memeberikan masukan tentang bagaimana diskusi telah berlangsung 11 11.8 57 61.3 22 23.7 2 2.2 13 Alokasi waktu tutorial sudah cukup 2 2.2 32 34.4 36 38.7 22 23.7

Endriani, Gambaran Histopatologi Kerusakan Hati Mencit Yang Diproteksi dengan Air Rebusan Daun Sirih 4. Pendapat Mahasiswa terhadap Proses Sldll lab Pendapat mahasiswa terhadap proses skills lab adalah bahwa sebagian besar setuju dengan pemyataan dalam kuesioner mengenai proses skills lab yaitu: mereka telah mempelajari penuntun sebelum skills lab sebanyak 79 orang (85%), pada awal skills lab instmkmr telah memperkenalkan diri sebanyak 78 orang (83,9%), instruktur telah memberikan penjelasan tentang materi skills lab dengan jelas sebanyak 73 orang (78,5%), sasaran skills lab disusun secara jelas sebanyak 65 orang (69,9%), mereka mempelajari semuasmfc lab yang ada dalam penuntun sebanyak 75 orang (80,6%), pada akhir skills lab, instruktur memberikan masukan tentang bagaimana skills lab yang telah berlangsung sebanyak 65 orang (69,9%) dan instruktur dan mahasiswa datang tepat waktu sebanyak 53 orang (57%). Tetapi mahasiswa tidak setuju dengan alokasi waktu pelaksanaan skills lab yang sudah cukup sebanyak 41 orang (44,1%). Untuk lebihjelasnya dapat dilihat pada Tabel 4di bawah ini: Tabel 4. Pendapat Mahasiswa terhadap Proses Skills lab No Pemyataan SS s TS STS n % n % n % n % 1 Saya telah mempelajari penuntun sebelum skills lab 6 6.5 79 85 6 6.5 1 1.1 2 Pada awal skills lab instruktur telah memperkenalkan diri 10 10.7 78 83.9 4 4.3 0 0 3 Instruktur telah memeberikan penjelasan tentang materi skills /afe dengan jelas 8 8.6 73 78.5 11 11.8 0 0 4 Sasaran skills lab disusun secara jelas 4 4.3 65 69.9 20 21.5 2 2.15 5 Saya mempelajari semua skills lab yang ada dalam penuntun 4 4.3 75 80.6 13 14 0 0 6 Pada akhir lab, instmktur memberikan masukan tentang bagaimana skills /a6 yang telah berlangsung 8 8.6 65 69.9 17 18.3 2 2.15 7 Instmktur dan mahasiswa datang tepat waktu 9 9.7 53 57 25 26.9 5 5.4 8 Alokasi waktu pelaksanaan skills lab sudah cukup 4 4.3 23 24.7 41 44,1 23 24.7 5. Pendapat Mahasiswa terhadap Proses Penilaian Hasil Belajar Pendapat mahasiswa terhadap proses penilaian hasil belajar dapat dilihat bahwa ada sebagian mahasiswa yang setuju dengan pemyataan dalam kuesioner yaitu sistem penilaian dalam diskusi meliputi keaktifan, relevansi pembicaraan dan keterampilan komunikasi sebanyak 71 orang (76,3%), laporan hasil diskusi terlalu banyak sebanyak 52 orang (55,9%), dan laporan hasil diskusi mempakan ringkasan beberapa literatur sebanyak 71 orang (76,3%). Sebagian lagi menyatakan tidak setuju dengan pemyataan dalam kuesioner yaitu sistem penilaian telah disosialisasikan sebanyak 40 orang (43%), tugas terstmktur diikutkan dalam penilaian yang persentasenya kecil sebanyak 40 orang (43%) dan bobot penilaian sudah sesuai dengan beban tugas yang diberikan sebanyak 47 orang (50,0%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. 53

JIK, Jilid 3, Nomor 1, Maret 2009, Hal. 49-58 Tabel 5. Pendapat Mahasiswa terhadap Proses Penilaian Hasil Belajar No Pernyataan SS S TS STS n % n % n % n % 1 Sistem penilaian dalam diskusi meliputi keaktifan, relevansi pembicaraan dan keterampilan komunikasi 9 9.7 71 76.3 7 7.5 3 3.2 2 Sistem penilaian telah disosialisasikan 4 4.3 37 39.8 40 43.0 7 7.5 3 Tugas terstruktur diikutkan dalam penilaian yang prosentasenya kecil 5 5.4 35 37.6 40 43.0 7 7.6 4 Bobot penilaian sudah sesuai dengan beban tugas yang diberikan 2 2.2 25 26.9 47 50.5 13 14 5 Laporan hasil diskusi terlalu banyak 18 19.4 52 55.9 16 17.2 3 3.2 6 Laporan hasil diskusi merupakan ringkasan beberapa literature 6 6.5 71 76.3 10 10.8 1 I.I 6. Pendapat Mahasiswa terhadap Manfaat PBL Pendapat mahasiswa terhadap manfaat PBL yang didapat dari kuesioner dapat dilihat bahwa sebagian mahasiswa menyatakan setuju dengan pernyataan dalam kuesioner yaitu pengetahuan mereka menjadi lebih luas dibanding dengan model kuliah konvensional sebanyak 39 orang (41,9%), diskusi pakar sangat membantu dalam mengatasai masalah yang belum terselesaikan pada saat diskusi sebanyak 46 orang (49,5%), mereka sadar bahwa belajar merupakan kebutuhan sebanyak 58 orang (62,4%, PBL bermanfaat untuk membiasakan mahasiswa belajar mandiri sebanyak 61 orang (65,6%) dan PBL membuat mereka belajar lebih mendalam sebanyak 44 orang (47, 3%) Sebagian besar mahasiswa menyatakan tidak setuju dengan pemyataan bahan belajar saya berasal dari hasil diskusi setiap kelompok sebanyak 59 orang (63,4%), bahan kuliah menjadi lebih lengkap sebanyak 50 orang (53,8%), daya ingat terhadap ilmu yang saya dapatkan dari metode PBL lebih tahan lama sebanyak 44 orang (47,3%), dan PBL hanya menambah beban dan tidak bermanfaat sebanyak 48 orang (51,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini: Tabel 6. Pendapat Mahasiswa terhadap Manfaat PBL 54 No Pernyataan SS S TS STS n % n % n % n % 1 Pengetahuan saya menjadi lebih luas dibanding dengan model kuliah konvensional 5 5.4 39 41.9 32 34.4 12 12.9 2 Diskusi pakar sangat membantu dalam mengatasai masalah yang belum terselesaikan pada saat diskusi 7 7.5 46 49.5 26 28 9 9.7 3 Bahan belajar saya berasal dari hasil diskusi setiap kelompok 2 2.2 27 29.0 59 63.4 3 3.2 4 Bahan kuliah saya menjadi lebih lengkap 1 l.i 32 34.4 50 53.8 7 7.5

Endriani, Gambaran Histopatologi Kerusakan Hati Mencit Yang Diproteksi dengan Air Rebusan Daun Sirih 5 Daya ingat terhadap ilmu yang saya dapatkan dari metode PBL lebih tahan lama 3 3.2 32 34.4 44 47.3 12 12.9 6 Saya menjadi sadar bahwa belajar merupakan kebutuhan 27 29.0 58 62.4 6 6.5 0 0 7 PBL bermanfaat untuk membiasakan mahasiswa belajar mandiri 15 16.1 61 65.6 13 14 1 1,1 8 PBL hanya menambah beban dan tidak bermanfaat 5 5.4 36 38.7 48 51.6 1 1.1 9 PBL membuat saya belajar lebih mendalam 6 6.5 44 47.3 36 38.7 5 5.4 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pada Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa PBL sebagai cara belajar belum dipahami betul oleh mahasiswa. Hal ini mungkin disebabkan karena PBL merupakan suatu sistem pembelajaran yang baru dilaksanakan di FK UR sehingga masih perlu sosialisasi yang baik lagi sehingga mahasiswa bisa memahami konsep dari PBL itu sendiri. Menurut Saryono, konsep dari PBL adalah menyelesaikan masalah yang ada dalam modul PBL sebagai pemicu melalui tahapan ''seven jumps "? Di FK UR konsep ini telah disosialisasikan dengan baik oleh tutor atau penanggung jawab PBL. PBL sangat mendukung student center learning karena dengan metode ini sistem pembelajarannya berpusat ke mahasiswa bukan lagi kepada dosen. Tetapi hal ini justru tidak menyenangkan bagi mahasiswa karena mereka hams lebih aktif mencari learning issue dari berbagai sumber.' Belajar berdasarkan masalah dianggap mahasiswa sangat berbeda dengan metode kuliah konvensional, sehingga mahasiswa menyatakan bahwa PBL bisa diterapkan pada kasus lain selain yang ada pada skenario. Selain itu dengan metode PBL ini bermanfaat untuk mahasiswa bisa belajar secara mandiri tanpa berpusat pada dosen seperti kuliah konvensional.^ Berdasarkan hasil Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa modul yang telah disusun oleh tim penanggung jawab modul mudah dipahami oleh mahasiswa. Modul terdiri dari beberapa skenario/ masalah yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai triger bagi mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar.* Berdasarkan hal ini sehingga mmusan learning issue telah sesuai dengan skenario yang ada dalam modul tersebut. Masalah yang ada dalam skenario mempakan masalah yang sering dijumpai sehari-hari. Hal ini diharapkan dapat memudahkan mahasiswa untuk memahami masalah tersebut sehingga dapat menstimulus mahasiswa untuk berdiskusi secara aktif. Meskipun jumlah skenario dalam modul sedikit tetapi diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikanya pada kasuskasus bam. Sebagian besar mahasiswa menyatakan tidak setuju dengan pemyataan bahwa daftar pustaka yang relevan sudah tersedia di perpustakaan. Hal ini berarti perpustakaan masih perlu dilengkapi untuk menunjang keberhasilan PBL ini. Berdasarkan hasil Tabel 3 di atas sebagian besar mahasiswa telah mempersiapkan sumber literatur malam sebelum diskusi dan telah mempelajari skenario sebelum diskusi. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa sudah mempersiapkan diri sebelum diskusi tuorial sehingga mereka bisa berdiskusi dengan baik. Tutor di dalam tutorial sudah berperan dengan baik karena pada awal diskusi tutor telah memperkenalkan diri dan tutor menyerahkan pemilihan moderator dan sekretaris pada anggota gmp. Selain itu supaya diskusi berjalan dengan baik tutor telah mengarahkan mahasiswa dengan baik. Menumt Harsono, tutor berperan sebagai fasilitator dan mengaktifkan kelompok untuk memastikan bahwa mahasiswa mencapai kemajuan secara bermakna melalui pembahasan secara tersaji. Selain itu tutor juga penjaga atau pemelihara diskusi kelompok sekaligus pemandu untuk pencarian informasi bukan pemberi informasi (overentthuasitic educational cheerleader). * Langkah- langkah dalam diskusi tutorial juga telah dipahami dengan baik sesuai dengan langkah " seven jump". Hal ini bisa dilihat sebelum 55

JIK, Jilid 3, Nomor 1, Maret 2009, Hal. 49-58 menentukan masalah dalam modul, kelompok menentukan kata kunci/ klarifikasi istilah dulu dan pertanyaan dirumuskan sesuai kata kunci. Selain itu masing-masing mahasiswa juga telah memahami tugas dan perannya dengan baik sebagai moderator dan sekretaris. Pada akhir diskusi, tutor memberikan masukan tentang bagaimana diskusi telah berlangsung. Hal ini penting karena saran dan masukan tutor dapat bermanfaan untuk perbaikan proses tutorial selanjutnya.' Skilsl laboratory merupakan tempat mahasiswa mendapatkan sarana dan fasilitas untuk belajar keterampilan kilinik dalam sebuah situasi laboratorium sebelum mereka berhadapan langsung dengan pasien sesungguhnya di rumah sakit.' Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa telah memahami pentingnya skills lab bagi pendidikan mereka. Menurut Widyandana, mahasiswa dapat berlatih keterampilan medik melalui skills lab yang mereka perlukan dalm situasi latihan yang terstruktur, sistematis, bertahap dan aman tanpa harus membahayakan pasien yang sebenamya. Skills lab dilaksanakan sesuai penuntun yang sudah dibuat oleh penganggung jawab modul dan didampingi oleh instruktur.' Di FK UR penuntun yang sudah dibuat tersebut telah dipelajari oleh mahasiswa sebelum skills lab dimulai. Selain itu sasaran skills lab disusun secara jelas dan mempelajari semua skills lab yang ada dalam penuntun. Peran instrukutr skills lab dalam pendidikan keterampilan medis sangat penting untuk membimbing mahasiswa belajar keterampilam medis. Di FK UR pada awal skills lab instruktur telah memperkenalkan diri dan telah memberikan penjelasan tentang materi skills lab dengan jelas serta pada akhir skills lab, instruktur memberikan masukan tentang bagaimana skills lab yang telah berlangsung. Kemudian yang sangat penting disini adalah manajemen waktu dimana instruktur dan mahasiswa sudah datang tepat waktu. Hal ini berarti kehadiran mahasiswa dan instruktur sudah sesuai jadwal yang ditentukan dan ini akan mempengaruhi hasil pembelajaran skill lab. Selain itu ada juga instruktur datang tidak tepat waktu. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dan jumlah dosen yang terbatas sehingga kalau ada dosen yang berhalangan secara mendadak sulit untuk mencari gantinya. Ada sisi lain dari waktu yang tidak disetujui mahasiswa yaitu alokasi waktu pelaksanaan skills lab sudah cukup. Hal ini berarti waktu yang diberikan untuk pelaksanaan skill lab masih kurang sehingga perlu ditambahkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Selain itu juga mungkin diperlukan solusi untuk hal ini berupa diperlukannya waktu latihan mandiri tanpa didampingi oleh instruktur, sehingga ketempilan medis ini bisa dikuasai dengan baik. Berdasarkan hasil pada Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa sistem penilaian dalam diskusi meliputi keaktifan, relevansi pembicaraan dan keterampilan komunikasi dianggap mahasiswa sudah cukup tetapi laporan hasil diskusi terlalu banyak sehingga hal ini memberatkan mahasiswa. Sedangkan laporan hasil diskusi merupakan ringkasan beberapa literatur. Sistem penilaian sebenarnya sudah disosialisasikan. Selain itu juga tugas terstruktur diikutkan dalam penilaian yang persentasenya kecil, sedangkan mahasiswa mengerjakannya memerlukan waktu dan konsentrasi yang baik sehingga sebagian besar mahasiswa merasa tidak setuju dengan persentasenya yang kecil. Oleh karena itu, menurut mahasiswa bobot penilaian juga belum sesuai dengan beban tugas yang diberikan karena tidak sesuai dengan hasil penilaian yang diperolehnya. Standar penilaian sudah disosialisasikan pada saat penerimaan mahasiswa baru dan telah dicantumkan pada buku pedoman fakultas dan setiap buku blok. Tetapi setiap blok diberi otonomi untuk menetapkan berbagai metode belajar yang kontribusinya terhadap nilai mahasiswa tidak dijelaskan secara eksplisit. Manfaat yang dirasakan mahasiswa dalam pelaksanaan PBL ini adalah pengetahuan mahasiswa menjadi lebih luas dibanding dengan model kuliah konvensional. Bahkan dengan adanya diskusi pakar sangat membantu dalam mengatasai masalah yang belum terselesaikan pada saat diskusi. Diskusi PBL juga berpengaruh terhadap bahan belajarnya. Di FK UR mahasiswa merasa bahan belajamya kurang lengkap. Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa belum bekerja sama dengan baik sehingga bahan yang didapat oleh kelompok lain tidak mereka ambil. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Saryono bahwa 56

Endriani, Gambaran Histopatologi Kerusakan Hati Mencit Yang Diproteksi dengan Air Rebusan Daun Sirih diskusi PBL berpengaruh terhadap kelengkapan bahan belajamya karena sebagian besar mahasiswa inengumpulkan hasil diskusi dari setiap kelompok.' Mahasiswa sebagian besar menyatakan tidak setuju bahwa daya ingat terhadap ilmu yang didapatkan dari metode PBL menjadi lebih tahan lama. Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa hanya mempelajari learning issue yang dibebankan kepada masing-masing mahasiswa dan tidak mengambil hasil dari kelompok lain sehingga mereka tidak mempelajari secara konfrehensif/ menyeluruh (sebagian). Hasil penelitian menunjukan bahwa belajar merupakan kebutuhan mahasiswa yang harus dilakukan oleh dirinya sendiri dan bermanfaat untuk membiasakan mahasiswa belajar mandiri. Selain itu PBL juga membuat mahasiswa belajar lebih mendalam. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa PBL juga mempunyai efek pada pembahan sikap mahasiswa.' Sistem belajar dengan PBL juga bisa mempengamhi prilaku lainnya terutama komunikasi baik verbal atau non verbal. Sikap dan prilaku yang diharapkan adalah bisa berkomuniksi dengan baik dalam menyampaikan pendapat atau menanggapi pendapat temannya, ikut terpengaruh dengan pandangan teman yang telah maju dan bisa menghargai pendapat teman.' KESIMPULAN Pendapat mahasiswa tentang PBL adalah 78,3% mahasiswa menyatakan setuju bahwa konsep PBL telah disosialisasikan dengan baik oleh penanggung Jawab PBL tetapi 72% mahasiswa belum memahami belajar dengan PBL dengan baik. Pendapat mahasiswa terhadap modul adalah 74,2% mahasiswa menyatakan setuju masalah di skenario merupakan masalah yang sering dijumapai zaherihari dan 63,4 % mahasiswa menyatakan tidak setuju dengan jumlah skenario dalam modul yang terlalu sedikit. Pendapat mahasiswa terhadap proses tutorial adalah 78,5% mahasiswa menyatakan setuju dengan tugas dan peran moderator dan sekretaris telah dipahami dengan baik dan 44.1% mahaiswa menyatakan tidak setuju dengan pemyataan bahwa sasaran relajar telah disusun secara jelas. Pendapat mahasiswa terhadap proses skills lab adalah 83,9% mahasiswa menyatakan setuju dengan pemyataan pada awal skills lab instruktur telah memperkenalkan diri dan 44,1% mahasiswa menyatakan tidak setuju dengan alokasi waktu pelaksanaan skills lab sudah cukup. Pendapat mahasiswa terhadap penilaian hasil belajar adalah 76,3% mahasiswa menyatakan setuju dengan pemyataan sistem penilaian dalam diskusi meliputi keaktifan, relevansi pembicaraan dan keterampilan komunikasi dan 50,5% mahasiswa menyatakan tidak setuju dengan pemyataan bobot penilaian sudah sesuai dengan beban tugas yang diberikan. Pendapat mahasiswa terhadap manfaat PBl adalah 65,6% mahaiswa menyatakan setuju dengan pemyataan PBL bermanfaat untuk membiasakan mahsiswa beajar mandiri dan 63,4% menyatakan tidak setuju dengan pemyataan bahan belajar berasal dari diskusi setiap kelompok. Beberapa hal yang disarankan; Kurikulum KBK dengan PBL yang dilaksanakan di FK UR hams dievaluasi secara kontinu, temtama tentang materi dan pemetaan kompetensi yang diharapkan dari tiap blok supaya tidak terjadi pengulangan. Buku- buku diperpustakaan hams dilengkapi untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam mencari literatur/ referensi, tutor yang ikut dalam PBL hams yang sudah ditraining, instmktur yang ikut dalam PBL hams yang sudah mengukuti pelatihan instmktur dan hams selalu di evaluasi. Sistem penilaian hasil belajar hams disosialisasikan kepada mahasiswa supaya mahasiswa tabu komponen yang dinilai. UC APAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada: 1. dr. Audi Zainal Sp. PD-KGEH selaku Dekan FK UR yang telah memberi izin dan dana kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini. 2. Mahasiswa angkatan 2007 yang telah berpartisipasi mengisi dan mengembalikan kuesioner 3. Selumh pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini. 57

r JIK, Jilid 3, Nomor 1, Maret 2009, Hal. 49-58 DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Penjaminan mutu Pendidikan Tenaga Kesehatan; 2006. 2. Depkes RI. SK Menkes No 1457/MOH/SK/X/ 2003 tentang Standar pelayanan Kesehatan dengan Standard Pelayanan Minimal untuk mencapai Indonseia sehat 2010. 3. Hidayati T. Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi dan Moralitas dengan Metode Problem Besed Learning pada FK UMY. Jumal Mutiara Medika 2004; 2:77-9. 4. SK Dirjen Dikti No 1386/D/T/2004 tentang Program Studi mengacu ke Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk dokter layanan primer dengan pendekatan dokter keluarga. 5. Rukmini E. Evaluation of Pilot PBL Implementation at The Faculty of Medicine Atmajaya Catholic University. Jumal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 2006; 3: 69-76. 6. Pawitan JA. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Leaming). The Journal of the Indonesian Medical Association 2006. 7. Saryono, Silviningrum T, Sumoprawiro M. Evaluasi Pelaksanaan Problem Based Leaming (PBL) di Program Pendidikan Dokter Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Mandala of Health 2006; 2: 10-18. 8. Harsono. Pengantar Problem Based Leaming. Yogyakarta: Medika, 2005. 9. Widyandana D, Rahmawati E. Persepsi Mahasiswa terhadap Instmktur Keterampilan Medik di Skills Laboratory Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Jumal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia 2008; 3:15-20. 58