Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG

PENGARUH PERKEMBANGAN PERUMAHAN TERHADAP EMISI KARBON DIOKSIDA DI KOTA SURABAYA

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

Oleh: Renandia Tegar Asririzky. Dosen Pembimbing: IDAA. Warmadewanthi, ST, MT, PhD.

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KABUPATEN MALANG

disertakan, maka penduduk sering makmur. Jika emisi Rulli Pratiwi Setiawan Paper ini mengkaji urban. Gresik, Kabupaten urban peri-urban, permukiman,

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Studi Carbon Footprint dari Aktivitas Rumah Tangga di Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR KAJIAN EMISI CO2 DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LONGRANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING (LEAP) DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

III. METODOLOGI PENELITIAN

Beragam aktivitas manusia menyebabkan tingginya tingkat polusi atau pencemaran udara. Di Kota Surabaya emisi karbon yang ditimbulkan terlihat pada

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

ANALISIS CARBON FOOTPRINT YANG DIHASILKAN DARI AKTIVITAS RUMAH TANGGA DI KELURAHAN LIMBUNGAN BARU KOTA PEKANBARU

PENGARUH PERKEMBANGAN PERMUKIMAN TERHADAP EMISI CO 2 DI KOTA SURABAYA

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Kupang merupakan ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK SEKTOR PERMUKIMAN UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN BANYUWANGI

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN MELALUI PENDEKATAN TELAPAK EKOLOGIS DI KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Nilai Emisi CO 2 di Kawasan Industri Surabaya

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

NURUL MASYIAH RANI H. D

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

PERMUKIMAN DI KOTA SURABAYA BAGIAN TENGAH (PUSAT DAN SELATAN) STUDY OF CARBON FOOTPRINT (CO 2 ) FROM THE

Karakteristik Pengguna Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perumahan di Kecamatan Rungkut

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) D-197

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Pemanfaatan Sifat dan Ketersediaan Data sesuai Karakteristik Kabupaten/Kota untuk Estimasi Emisi Spesifik Karbon

Perhitungan Emisi Karbon dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Kampus (Studi Kasus: Kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram blok penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut :

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Carbon Footprint Dari Kegiatan Industri Pabrik Kelapa Sawit

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tugas Akhir. Pemodelan Spasial Beban Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Kecamatan Driyorejo. Dimas Fikry Syah Putra NRP

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. 1

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

III. METODE PENELITIAN

Analisis Pengaruh Lokasi Central Business District Terhadap Nilai Tanah Di Daerah Sekitarnya (Studi Kasus : Daerah Industri di Surabaya)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah Di Perumahan Pakuwon City Surabaya

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) D-157

BAB IV. BASELINE ANALISIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

PENDAHULUAN ,87 Milyar atau senilai 14,99 % dari Produk Domestik Bruto

Analisa Penetapan Harga Jual Unit Rumah pada Proyek Perumahan Griya Suci Permai Baru, Gresik

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-11 Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur Erizal Novananda dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: rulli.setiawan@urplan.its.ac.id Abstrak Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur merupakan bagian dari Kawasan Perkotaan Gresik yang menunjukkan perkembangan wilayah paling dominan. Wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan ekonomi maupun pemerintahan Kabupaten Gresik. Perkembangan tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan hunian di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur sehingga banyak permukimanpermukiman baru yang terbangun dimana hal tersebut diindikasikan berdampak pada peningkatan produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ). Permukiman juga merupakan salah satu dari tiga sektor pengkonsumsi energi terbesar di Indonesia dimana konsumsi energi merupakan sektor penghasil emisi karbon dioksida (CO 2 ) terbesar. Melalui analisis perhitungan matematis yang mengacu pada pedoman perhitungan emisi, dapat diketahui nilai produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan permukiman. Hasil tersebut kemudian menjadi input untuk analisis selanjutnya menggunakan analisis GIS (Geographic Information System) sehingga didapatkan hasil persebaran spasial produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur Kata Kunci Emisi karbon dioksida (CO 2 ), kawasan perkotaan, permukiman. I. PENDAHULUAN Kawasan Perkotaan merupakan wilayah dimana berbagai kegiatan ekonomi berkembang pesat. Adapun aktivitas yang berkembang dan telah menjadi ciri khas dari suatu kawasan perkotaan adalah aktivitas non agraris, seperti industri, pemerintahan, perdagangan dan jasa. Sehingga apabila ditinjau dari penggunaan lahannya kawasan ini didominasi oleh penggunaan lahan non agraris. Aktivitas yang berkembang di kawasan perkotaan menjadikan intensitas penggunaan lahan di kawasan tersebut menjadi tinggi. Intensitas penggunaan lahan tinggi ternyata baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak peningkatan produksi emisi gas rumah kaca. Sebanyak 85% emisi yang dihasilkan di Indonesia pada tahun 2005 berasal dari kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan lahan [1]. Salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca di kawasan perkotaan adalah penggunaan bahan fosil oleh rumah tangga [2]. Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang kegiatan ekonominya didominasi oleh sektor industri [3]. Perkembagan sektor industri berdampak pada perkembangan aktivitas ekonomi lainnya. Hal tersebut menyebabkan banyak tarikan penduduk yang masuk ke wilayah ini. Kebutuhan permukiman di wilayah tersebut pun ikut meningkat sebagai dampak dari peningkatan jumlah penduduk. Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur merupakan bagian dari Kabupaten Gresik dimana penggunaan lahannya didominasi oleh penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan permukiman memiliki persentase luas sebesar 26,7% dari luas total wilayah [3]. Dengan persentase luas penggunaan lahan permukiman yang sebesar itu diindikasikan mempengaruhi produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur. Oleh karenanya, untuk menunjang juga upaya pemerintah pusat dalam mewujudkan Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca perlu dilakukan suatu upaya untuk melihat persebaran produksi emisi karbon dioksida di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut, dilakukan penelitian ini mengetahui kontribusi produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur sekaligus persebaran spasialnya. Sehingga dapat memberikan gambaran awal kontribusi emisi dari permukiman di tiap kecamatan sekaligus persebaran sumber produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur. II. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penentuan sampel merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi dari suatu populasi [4]. Oleh karena itu, penentuan sampel harus mampu mendukung tercapainya tujuan dari penelitian itu

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-12 sendiri. Berdasarkan hal tersebut guna mendapatkan gambaran terkait kondisi rumah tangga yang ada di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur perlu ditentukan terlebih dahulu besaran sampel yang harus diambil untuk mewakili populasi rumah tangga di kawasan perkotaan ini. Adapun perhitungan jumlah sampel yang harus diambil dapat dihitung menggunakan rumus berikut: Keterangan: n : Jumlah sampel yang dicari N : Jumlah populasi d : Nilai Presisi (dalam penelitian ini digunakan nilai presisi 10%) Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang harus diambil sebagai sampel adalah sebanyak 100 rumah tangga. Dalam penelitian ini populasi rumah tangga adalah yang menempati tempat tinggal di wilayah penelitian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Guna memastikan agar sampel yang diambil benar-benar mampu mewakili karakteristik populasi, maka permukiman dibedakan menjadi 2 berdasarkan karakteristiknya, yaitu perumahan dan permukiman swadaya. Dengan menggunakan teknik proporsional random sampling didapatkan sampel yang harus diambil dari tiap-tiap karakteristik dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Sampel Penelitian Tiap Kecamatan Jenis permukiman Jumlah rumah tangga Perumahan 19.958 Permukiman 48.806 swadaya Sumber : Hasil analisis, 2014 Jumlah rumah tangga Sampel (n) B. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei baik primer maupun sekunder. Survei sekunder dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang tersedia di instansiinstansi pemerintahan maupun survei literatur yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Sedangkan untuk kebutuhan data besaran konsumsi bahan rumah tangga di wilayah penelitian merupakan data yang diperoleh dengan survei primer menggunakan kuesioner. C. Metode Analisis Persebaran spasial produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari penggunaan lahan permukiman dapat diketahui dengan melakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah sebagai berikut: 1. Mengestimasi produksi emisi karbon dioksida primer dari penggunaan lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur. Estimasi produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari penggunaan lahan permukiman dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan emisi yang mengacu pada ketentuan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) [5]. Adapun rumus perhitungan tersebut adalah sebagai berikut: Emisi GRK = Ʃ Ai x Efi x NCV Keterangan: Emisi GRK : jumlah emisi CO 2 (satuan massa) Ai : konsumsi bahan jenis (TJ) EFi : faktor emisi dari bahan jenis (kg/tj) NCV : Net Calorific Value per unit massa atau nilai bahan Mengacu pada rumus tersebut dapat diketahui ada 2 kebutuhan data yang harus dilengkapi agar proses perhitungan dapat dilakukan. Pertama kebutuhan data yang berisi informasi rata-rata konsumsi bahan berdasarkan jenisnya yang digunakan untuk memasak di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur. Kedua adalah kebutuhan untuk mengetahui faktor emisi dan nilai NCV. Adapun nilai faktor emisi dan NCV dari setiap bahan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Faktor Emisi Jenis Bahan Bakar No Produk Faktor Emisi CO 2 Satuan 1 Bensin 69.300 Kg/TJ 2 Solar 74.100 Kg/TJ 3 Minyak tanah 71.900 Kg/TJ 4 Batubara 94.600 Kg/TJ 5 LPG 63.100 Kg/TJ 6 Briket batubara 97.500 Kg/TJ 7 Arang kayu 112.000 Kg/TJ 8 Kayu 112.000 Kg/TJ Sumber: IPCC, 2006 Setelah diketahui nilai produksi emisi dari penggunaan lahan permukiman kemudian dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui keterkaitan antara variabel luas penggunaan lahan permukiman dengan produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ). Analisis Korelasi yang dilakukan akan menghasilkan nilai korelasi antara -1 s/d 1. Semakin mendekatai angka 1 hubungan antar variabelnya semakin kuat. Nilai korelasi yang dihasilkan juga menghasilkan nilai positif maupun negatif. Nilai positif menunjukkan arah korelasi berbanding lurus dan jika nilainya negatid maka korelasinya berbanding terbalik. Adapun rentang nilai korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Kriteria Penilaian Hasil Korelasi No Nilai Korelasi Keterangan 1 0,76-1,00 Sangat kuat 2 0,51-0,75 Kuat 3 0,25-0,50 Cukup kuat 4 0,00-0,25 Lemah Sumber: Arikunto,1998 2. Memetakan Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur berdasarkan persebaran spasial produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) Primer Proses pemetaan Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur dilakukan dengan menggunakan analisis yang berbasis

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-13 GIS (Geographic Information System). Output yang diharapkan diperoleh dari tahapan ini dapat dihasilkan dengan melalui tiga langkah. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut. a. Membagi wilayah penelitian ke dalam grid Mengacu pada studi yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup (2013) ukuran grid dalam pemetaan sumber emisi berlaku untuk 2 kondisi berdasarkan luasannya. wilayah dengan luas lebih dari 300 km 2 menggunakan grid dengan ukuran 1 x 1 km wilayah dengan luas kurang dari 300 km 2 menggunakan grid dengan ukuran 0,5 x 0,5 km. b. Menghitung dan memetakan nilai emisi dari masingmasing grid Perhitungan nilai emisi dari masing-masing grid dimulai dengan menghitung proporsi penggunaan lahan permukiman yang ada dalam satu grid dibanding dengan luas penggunaan lahan permukiman di tiap kecamatan. Selanjutnya, setelah diperoleh persentase penggunaan lahan permukiman dalam satu grid tersebut dikalikan dengan nilai emisi yang dihasilkan permukiman di tiap kecamatan. Sehingga untuk nilai dari masing-masing grid merupakan penjumlahan dari produksi emisi dari penggunaan lahan permukiman yang masuk dalam wilayah grid tersebut. c. Mengklasifikasikan nilai emisi dari seluruh grid Setelah didapatkan nilai produksi emisi pada tiap-tiap grid di seluruh wilayah penelitian. Proses selanjutnya adalah mengklasifikasikan nilai emisi yang ada di seluruh grid tersebut dengan menggunakan metode kuartil. Kuartil adalah sekumpulan data yang telah disusun dari data dengan nilai terkecil sampai dengan data dengan nilai terbesar kemudian dibagi menjadi 4 (empat) bagian sama besar. Ada tiga jenis kuartil yaitu kuartil bawah, tengah dan atas [5]. Untuk perhitungan kuartil menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan : Q i : nilai kuartil ke-i i : jenis kuartil n : jumlah data Q i = III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mengestimasi produksi emisi karbon dioksida primer dari penggunaan lahan permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur. Berdasarkan survei primer yang dilakukan diketahui bahwa masyarakat di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur mengkonsumsi 3 (tiga) jenis bahan untuk memasak yaitu LPG, kayu dan minyak tanah. Dengan proporsi pengguna masing-masing jenis bahan memasak adalah LPG 94%, kayu 4% dan minyak tanah 2% dari total rumah tangga yang ada di wilayah penelitian. Dalam penelitian ini rata-rata jumlah konsumsi bahan minyak tanah sangat kecil sehingga dalam proses perhitungan estimasi ini mengesampingkan pengguna minyak tanah. Adapun jumlah pengguna dan besaran konsumsi bahan memasak berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Jumlah Pengguna dan Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan Jenisnya. No Jumlah Kepala Konsumsi bahan Nama Jumlah Keluarga (jiwa) per tahun (ton) kecamatan desa LPG Kayu Kayu LPG 1 Gresik 21 24.163 1.028 3.380,845 121,657 2 Kebomas 21 26.674 1.135 3.732,279 134,303 3 Manyar 5 13.801 587 1.931,047 69,487 Jumlah 9.044,171 325,446 Sumber: Hasil Analisis, 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa konsumsi energi di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur didominasi oleh bahan memasak jenis LPG. Diantara kecamatan yang menjadi bagian dari Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur yang menjadi konsumen bahan industri baik LPG maupun kayu adalah Kecamatan Kebomas. Nilai faktor emisi dan Net Calorific Value (NCV) dari setiap jenis bahan memasak dalam penelitian ini mengacu pada standar yang ditetapkan oleh IPCC (2006). Adapun besaran faktor emisi dan NCV tiap jenis bahan memasak dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Faktor Emisi dan Net Calorific Value (NCV) Berdasarkan Jenisnya. Faktor No Produk Emisi CO 2 Satuan NCV Satuan 1 LPG 63.100 Kg/TJ 0,0000467 GJ/g 2 Kayu 112.000 Kg/TJ 0,0000156 GJ/g Sumber: IPCC, 2006 Perhitungan emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari penggunaan lahan permukiman selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan emisi karbon dioksida (CO 2 ). Adapun hasil dari perhitungan emisi tersebut didapatkan jumlah produksi emisi yang dihasilkan oleh masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Produksi Emisi Karbon Dioksida Permukiman Per Tahun di Tiap Kecamatan No Emisi jenis bahan Jumlah Nama (ton/tahun) Emisi total kelurahan/ kecamatan (ton/tahun) desa LPG Kayu 1 Gresik 21 9.962,57 212,56 10.175,13 2 Kebomas 21 10.998,17 234,65 11.232,82 3 Manyar 5 5.690,35 121,41 5.811,76 Jumlah 26.651,09 568,62 27.219,71 Sumber: Hasil Analisis, 2014 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Kecamatan Kebomas merupakan bagian dari wilayah penelitian yang menghasilkan emisi total terbesar diantara 2 (dua) kecamatan lainnya yaitu sebesar 11.232,82 ton/tahun atau sekitar 41,27% dari total produksi emisi yang dihasilkan oleh permukiman di wilayah penelitian. Sedangkan Kecamatan Manyar merupakan bagian dari wilayah penelitian yang menghasilkan emisi karbon dioksida terkecil

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-14 yaitu sebesar 5.811,76 ton/tahun atau hanya sebesar 21,35% dari emisi total. Output dari proses ini agar dapat menjadi input untuk proses selanjutnya perlu dilakukan analisis korelasi guna mengetahui keterkaitan antara luas penggunaan lahan permukiman terhadap produksi emisi karbon dioksida. Hasil dari analisis korelasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7. Keterkaitan Luas Penggunaan Lahan Terhadap Jumlah Produksi Emisi Karbon Dioksida Correlations Luas_Permukiman_ Kelurahan Emisi_Kelurahan Luas_Kelurahan Pearson Correlation 1,853 ** Sig. (2-tailed),000 N 47 47 Emisi_Kecamatan Pearson Correlation,853 ** 1 Sig. (2-tailed),000 N 47 47 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Hasil analisis, 2014 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel luas penggunaan lahan permukiman memiliki korelasi dengan produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) di wilayah penelitian. Korelasi antar kedua variabel tersebut menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,853 dan bernilai positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan sangat kuat dan korelasi antara kedua variabel tersebut berbanding lurus. B. Memetakan Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur berdasarkan persebaran spasial produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) Primer dari penggunaan lahan permukiman Pemetaaan Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur berdasarkan persebaran spasial dari penggunaan lahan permukiman dilakukan dengan menggunakan analisis GIS (Geographic Information System). Metode pemetaan yang digunakan adalah metode pemetaan berbasis grid. Mengacu pada studi yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur menggunakan grid dengan ukuran 0,5 x 0,5 km. hal ini dikarenakan luas dari Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur memiliki luas kurang dari 300 km 2 yaitu sebesar 57,06 km 2. Adapun wilayah penelitian dibagi kedalam grid 0,5 x 0,5 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Persabaran Permukiman dalam Wilayah Grid Persebaran permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik bagian timur yang dibagi ke dalam grid. Total grid yang memiliki luas penggunaan lahan permukiman terbangun terdapat 174 grid. Selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung nilai produksi emisi yang dihasilkan dari penggunaan lahan permukiman pada masing-masing grid. Perhitungan tersebut mengacu pada persentase luas penggunaan lahan. Seperti yang sudah dibuktikan sebelumnya bahwa ada hubungan kuat antara luas penggunaan lahan terhadap produksi emisi. Hal tersebut yang menjadi dasar pemetaan persebaran spasial ini berdasarkan persebaran luas penggunaan lahan pada tiaptiap grid. Sehingga yang harus dilakukan adalah mencari Persentase luas penggunaan lahan permukiman yang masuk dalam wilayah grid tertentu dibandingkan dengan luas penggunaan lahan permukiman total dalam satuan kecamatan. Hasil persentase penggunaan lahan tersebut kemudian dikalikan dengan produksi emisi permukiman dalam satuan kecamatan pula. Adapun salah satu contoh perhitungan nilai emisi pada tiap grid dalam hal ini diambil contoh grid E7 adalah sebagai berikut. Luas permukiman grid E7 : = = = 0,27728 % Nilai Emisi CO 2 di grid E7 : = = 16,115 ton/tahun Proses perhitungan tersebut dilakukan ke seluruh grid yang secara eksisting terdapat permukiman yang terbangun di wilayah penelitian sehingga didapatkan nilai emisi dari seluruh grid tersebut. Proses selanjutnya adalah mengklasifikasikan nilai emisi dari tiap grid tersebut dengan meng guna kan meto de kuart il.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-15 Metode tersebut mengacu pada persebaran data yang nilai emisi yang dihasilkan maka didapatkan nilai kuartil (Q 1 ) = 42,6129; kuartil 2 (Q 2 ) = 103, 3172; dan kuartil 3 (Q 3 ) = 220,6722. Berdasarkan nilai kuartil tersebut wilayah penelitian dapat diklasifikasikan kedalam 5 (lima) klasifikasi. Adapun klasifikasi nilai emisi karbon dioksida di wilayah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 8. Keterkaitan Luas Penggunaan Lahan Terhadap Jumlah Produksi Emisi Karbon Dioksida No Klasifikasi Rentang nilai 1 I 0,0000 2 II 0,0001 42,6129 3 III 42,6129 103,3172 4 IV 103,3172 220,6722 5 V >220,6722 Sumber : Hasil analisis, 2014 Klasifikasi I dipisahkan dari klasifikasi lainnya dikarenakan pada penelitian ini nilai 0 memiliki arti bahwa pada grid tersebut memang secara eksisting tidak terdapat penggunaan lahan permukiman pada grid tersebut. Sehingga apabila klasifikasi I tidak dipisahkan atau digabungkan kedalam klasifikasi II maka intepretasinya akan berbeda. Dengan menggunakan rentang nilai hasil proses dari metode kuartil tahapan klasifikasi didapatkan hasil pemetaan persebaran spasial produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) di wilayah penelitian. Adapun output tahap ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2. Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Permukiman Grid dengan kelas tinggi terbentuk beberapa titik yang berkelompok. Grid dengan nilai emisi tinggi yang terbentuk di sebelah timur wilayah penelitian merupakan grid yang mewakili permukiman yang ada di Kecamatan Gresik dan sebagian Kecamatan Kebomas. Permukiman yang terbangun pada bagian tersebut menurut Dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Gresik tahun 2010-2030 adalah permukiman lama dengan karakteristik permukiman yang padat. Kondisi tersebut mengakibatkan pada pemetaan persebaran produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan pada bagian tersebut merupakan kawasan dengan produksi emisi yang tinggi. Selain itu, terdapat pula grid dengan kelas tinggi juga terdapat di sebelah barat wilayah penelitian. Permukiman yang masuk dalam grid tersebut adalah permukiman yang secara administrasi masuk dalam wilayah Kecamatan Manyar. Mengacu pada dokumen SPPIP Kabupaten Gresik tahun 2010-2030 menjelaskan bahwa permukiman pada wilayah tersebut adalah permukiman-permukiman yang baru berkembang. Karakteristik permukiman tersebut adalah permukiman yang didirikan oleh pengembang berbentuk perumahan real estate. Dengan tipe permukiman berupa perumahan real estate dapat diketahui bahwa permukiman tersebut bukan merupakan permukiman dengan kepadatan tinggi. Bagian selatan dari wilayah penelitian menunjukkan dominasi grid dengan nilai produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) yang tergolong kecil. Kondisi permukiman secara eksisting di wilayah tersebut adalah permukiman dengan kepadatan rendah dengan tipe permukiman yaitu berupa permukiman swadaya. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Karakteristik penggunaan bahan memasak masyarakat di bagian Kawasan Perkotaan Gresik adalah LPG, kayu dan minyak tanah. Namun, jumlah rata-rata konsumsi minyak tanah yang sedikit mengakibatkan rata-rata konsumsi minyak tanah tidak masuk dalam perhitungan. Dengan rata-rata konsumsi LPG per tahun sebesar 144 kg dan kayu per tahun sebesar 120 kg tiap kepala keluarga dapat diketahui bahwa jumlah emisi yang dihasilkan dari penggunaan lahan permukiman secara keseluruhan adalah sebesar 27.219,712 ton CO 2 per tahun dengan rincian emisi permukiman di Kecamatan Gresik sebesar 10.175,131 ton CO 2 per tahun, Kecamatan Kebomas 11.232,822 ton CO 2 per tahun, dan Kecamatan Manyar (5 desa) sebesar 5.811,759 CO 2 per tahun. 2) Persebaran produksi emisi karbon dioksida (CO 2 ) dari penggunaan lahan permukiman di wilayah penelitian yang masuk dalam kelas V sebagian besar berpusat pada 2 (dua) lokasi yaitu (1) berada pada sebelah timur wilayah penelitian yang apabila dikaitkan dengan batas administasi wilayah tersebut merupakan bagian dari Kecamatan Gresik dan Kebomas. Karakteristik permukiman di wilayah tersebut adalah permukiman lama dengan kepadatan yang tinggi, (2) berada di sebelah barat wilayah penelitian merujuk pada permukiman di wilayah Kecamatan Manyar. Karakteristik permukiman disana adalah permukiman real estate. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. 2012. Kajian Indonesia Energy Outlook. Jakarta.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-16 [2] Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik Tahun 2010-2030. Kabupaten Gresik [3] Parasati, Hayu. 2012. Kebikakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim. Buleting Tata Ruang. Edisi Januari-Februari. Halaman 15. [4] Supranto, J. 2007. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta : Rineka Cipta. [5] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme. Japan : IGES (Institute for Global Environmental Strategies).