III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

IV METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

BAB 4 METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

Analisis Input-Output (I-O)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT DAN KERANGKA ANALISISNYA

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK PENGGANDA SEKTOR PERIKANAN PADA PEREKONOMIAN JAWA TENGAH : ANALISIS INPUT OUTPUT

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN SIMULASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUATU PEREKONOMIAN

ANALISIS INPUT OUTPUT DALAM PERENCANAAN EKONOMI

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

ANALISIS DAMPAK SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG OLEH TITUK INDRAWATI H

ANALISIS PENGARUH SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA BOGOR OLEH: FITRI RAHAYU H

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

APLIKASI INPUT OUTPUT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

II. TINJAUAN PUSTAKA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono


ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH TAHUN 2000 DAN TAHUN 2004 (ANALISIS INPUT OUTPUT)

BAB 3 METODE PENELITIAN

II. KERANGKA PRNDEKATAN TEORI. (economic development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth).

INDONESIA OLEH H

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas seluruh bidang

KAJIAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN BEKASI

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

PEREKONOMIAN REGIONAL PROVINSI JAMBI : ANALISIS MULTISEKTORAL DENGAN METODE INPUT - OUTPUT OLEH : ALIKA SYAHARA H

permintaan antara di Kota Bogor pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4.49 triliun.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

VII. ANALISIS MULTIPLIER SEKTORAL DAN EFEK TOTAL

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

Yofi et al., Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi...

III. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH DYAH AYU MARIANA HANDARI H

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

III. KERANGKA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS. penelitian mengenai dampak investasi infrastruktur transportasi terhadap

Pertumbuhan ekonomi wilayah

PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA TINGKAT MAKRO (MACRO LEVEL MANPOWER PLANNING) DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR LAPORAN LENGKAP

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK TRANSFER PAYMENT TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA BARAT (ANALISIS INPUT OUTPUT) OLEH DEWINTA STANNY H

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAMPAK INVESTASI SEKTOR PETERNAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI JAWA TENGAH

KONTRIBUSI DAN DAYA SAING EKSPOR SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis Teori Klasik Pembangunan Ekonomi Perubahan Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi

M-3 SEKTOR TERSIER DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODOLOGI. Kebijakan di sektor transportasi jalan dengan investasi atau pengeluaran

PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN. Sri Hery Susilowati 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

ANALISIS KETERKAITAN DAN DAMPAK SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI TERHADAP PDRB JAWA TIMUR

III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DALAM KETERKAITANNYA PADA PERKONOMIAN DAERAH KABUPATEN SIAK (PENDEKATAN DENGAN MODEL INPUT-OUTPUT)

III. METODE PENELITIAN

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

Lampiran 1. Kode Sektor Sektor Eknonomi

ANALISIS PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI DAN DAMPAK INVESTASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN CIAMIS (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010 (PENDEKATAN INPUT-OUTPUT)

Transkripsi:

21 III KERANGKA PEMIKIRAN 31 Kerangka Operasional Berdasarkan perumusan masalah, pembangunan daerah Provinsi Riau masih menghadapi beberapa masalah Permasalahan itu berupa masih tingginya angka kemiskinan, kebodohan dan penganguran walaupun Provinsi ini memiliki sumberdaya yang cukup besar sebagai modal untuk mengatasi permasalahan itu Sebelum Era Otonomi Daerah hanya sebahagian kecil hasil sumberdaya itu dikembalikan pada Provinsi Riau Kecilnya bagian yang diperoleh Pemerintah Daerah Riau berdampak pada kurangnya kemampuan fiskal Pemerintah Daerah untuk menggerakan roda pembangunan sehingga proses pembangunan menjadi tersendat yang berdampak negatif pada pemecahan masalah pembangunan yang dihadapi Provinsi Riau Pada Era Otonomi Daerah sebahagian dari hasil sumberdaya Provinsi Riau dikembalikan sehingga berdampak pada meningkatnya kemampuan fiskal daerah Riau Peningkatan kemampuan fiskal itu berdampak positif pada pemecahan masalah pembangunan yang dihadapi Pada Era Otonomi Daerah dengan meningkatnya kemampuan fiskal, Pemerintah Riau mencoba untuk mengatasi masalah pembangunan yang dihadapi melalui Program Pengentasan Kemiskinan, Kobodohan dan Pemantapam Inftrastruktur (Program K2I) Untuk mensukseskan Program K2I Pemerintah Daerah Riau membangun perkebunan kelapa sawit yang dilatarbelakangi oleh baiknya kinerja perkebunan kelapa sawit pada krisis moneter dan tingginya angka kemiskinan di sektor pertanian Dengan dipilihnya perkebunan kelapa sawit untuk mensukseskan Program K21 perlu dilihat Peran Perkebunan Kelapa Sawit Pada Era Otonomi Daerah di Riau Peran perkebunan kelapa sawit dilihat secara deskritif berupa potensi yang dimiliki sekaligus permasalahan yang dihadapi Selain itu, peran perkebunan kelapa sawit dilihat dengan melakukan Analisis Input Output berupa: Analisis Struktur Perekonomian Riau, Analisis Keterkaitan dan Penyebaran, Analisis Penganda, Analisis Elastisitas dan Analisis Simulasi Kebijakan Untuk lebih jelas lihat Gambar 1

22 Pembangunan Provinsi Riau Negatif Permasalahan Pembangunan Kemiskinan Kebodohan Pengangguran Positif Sebelum Era Otonomi Daerah Setelah Era Otonomi Daerah Kurang Kemampuan Fiskal Peningkatan Kemampuan Fiskal Pembangunan Tersendat Pembangunan Lancar Kinerja Perkebunan Kelapa Sawit Pada Krisis Moneter Program K21 Tinggi Angka Kemiskinan di sektor pertanian Pembangunan Perkebunan Kelapa sawit Peran Perkebunan Kelapa sawit dalam Era Otonomi Daerah di Provinsi Riau Analisis Deskriptif Analisis Input Output Potensi Perkebunan kelapa sawit Permasalahan Perkebunan Kelapa Sawit Analisis Struktur Perekonomian Riau Analisis Keterkaitan dan Penyebaran Analisis Penganda Output, Pendapatan Rumah Tangga, dan Penyerapan Tenaga Kerja Analisis Elastisitas Output, Pendapatan Rumah Tangga, dan Penyerapan Tenaga Kerja Analisis Simulasi Kebijakan Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

23 32 Kerangka Teori 321 Tabel Input Output Badan Pusat Statistik (2000) memberikan definisi Tabel Input Output sebagai suatu tabel transaksi yang menggambarkan hubungan supply dan demand antar berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian Mangiri (2000) mendefinisikan Tabel Input Output sebagai suatu perangkat data yang komprehensif, konsisten dan terinci yang menggambarkan perekonomian suatu negara (bila lingkup negara), atau wilayah, bahkan suatu daerah yang lingkup lebih kecil Sedangkan Menurut Leontief (1985) Analisis Input-Output merupakan metode yang sistematis mengukur hubungan timbal balik antara berbagai sektor dalam sistem perekonomian yang komplek, dimana ekonomi yang dimaksud dapat diterapkan pada sistem suatu bangsa atau daerah atau juga perusahaan Leontief (1985) memaparkan kelebihan Tabel Input Output yang merupakan model General Equilibrium dimana sifat keseimbangan merupakan kelebihan tabel input output sebagai alat analisis ekonomi perencanaan dan pembangunan karena: 1 Dapat menjelaskan dengan baik keterkaitan antar berbagai macam sektor dalam perekonomian nasional atau wilayah, serta dapat ditentukan besarnya output dan kebutuhan faktor produksi lain dari satu sektor ke sektor lain pada permintaan akhir 2 Akibat yang ditimbulkan oleh perubahan permintaan, baik oleh pemerintah maupun swasta terhadap perekonomian dapat diramalkan dengan rinci dan tepat 3 Adanya perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui penyesuaian koefisien 4 Menggambarkan struktur perekonomian yang tersusun atas sektor-sektor ekonomi yang saling berinteraksi Berdasarkan kelebihan dari Analisis Tabel Input Output, Tabel Input Output juga mempunyai beberapa kelemahan yang juga merupakan asumsi pokok dari analisis ini, yaitu antara lain (Mangiri, 2000)

24 1 Homogenitas (Homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi antar output dari sektor yang berbeda 2 Proporsionalitas (Propotionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan oleh sektor tersebut 3 Additivitas (Additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing-masing sektor tersebut Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistim input output diabaikan 4 Instantenius (Instanteneous), adalah asumsi yang menyatakan model input output memberikan hasil prediksi dalam skala sesaat sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan pada permintaan akhir Menimbang dari kelebihan dan kelemahan Tabel Input Output, Analisis Input Output mempunyai beberapa manfaat atau kegunaan yang dikemukan oleh Tarigan (2002) yaitu: 1 Menggambarkan kaitan-kaitan antar sektor, sehingga memperluas wawasan kita atas perekonomian wilayah Kita bisa melihat perekonomian wilayah bukan lagi sebagai kumpulan dari sektor-sektor, melainkan perekonomian wilayah merupakan suatu sistem yang saling berhubungan Perubahan pada suatu sektor akan langsung mempengaruhi keseluruhan sektor walaupun perubahan itu akan terjadi secara bertahap 2 Dapat digunakan untuk mengetahui daya menarik (backward linkage) dan daya mendorong (forward lingkage) dari setiap sektor, sehingga mudah menetapkan sektor mana yang dijadikan sektor strategis dalam perencanaan pembangunan perekonomian wilayah 3 Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor diketahui akan meningkat Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah (kemakmuran) 4 Sebagai salah satu analisis yang penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah karena bisa melihat permasalahan secara komprehensif

25 5 Dapat digunakan sebagai bahan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja dan modal perencanaan pembangunan ekonomi wilayah, seandainya inputnya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja atau modal Format dari Tabel Input Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran n x n dimensi dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan hubungan tertentu Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap format Tabel Input Output disajikan pada Tabel 3 Tabel 3 Simplikasi Tabel Input Output Susunan Input I N P U T A N T A R A Alokasi ouput Sektor Produksi 1 2 n Sektor Produksi 1 2 j n x 11 x 21 x n1 x 12 x 22 x n2 x 1n x 3n x nn Jumlah Input Primer V 1 V 2 V n Total Masukan X 1 X 2 X n Sumber: Badan Pusat Statistik, 1999 Komsumsi Akhir (F) F 1 F 2 F n Total Produksi (X) X 1 X 2 X n Tabel 3 menunjukan isian angka-angka sepanjang baris (bagian horizontal) memperlihatkan bagaimana output dibeli dari satu sektor ke sektor lain, sebahagian dibeli oleh permintaan antara (intermediate demand) sebahagian lagi dibeli oleh permintaan akhir (final demand) Sedangkan isian angka-angka sepanjang garis vertikal (kolom) menunjukan pembelian dari satu sektor ke sektor lain untuk kegiatan produksi sektor lain Apabila Tabel 3 tersebut dilihat secara baris (bagian horizontal) maka alokasi output secara keseluruhan dapat ditulis dalam bentuk persamaan aljabar berikut ini :

26 X 1 = x 11 + x 12 + x 13 + F 1 X 2 = x 21 + x 22 + x 23 + F 2 X 3 = x 31 + x 32 + x 33 + F 3 Atau dapat disederhanakan menjadi : n i=1 x + F = X ij i j untuk i = 1,2,3, dst (1) Dimana x ij adalah banyaknya output yang dibeli sebagai input oleh sektor j dan F i adalah permintaan akhir terhadap sektor I serta X i adalah jumlah output sektor i Sebaliknya jika Tabel 3 tersebut dibaca secara kolom (vertical), terutama disektor produksi, angka-angka itu menunjukan susunan input suatu sektor Dengan mengikuti cara-cara membaca seperti secara baris di atas, maka persamaan secara aljabar menurut kolom dapat ditulis menjadi: X 1 = x 11 + x 21 + x 13 + V 1 X 2 = x 21 + x 22 + x 23 + V 2 X 3 = x 31 + x 32 + x 33 + V 3 Atau dapat disederhanakan menjadi: n j=1 x + V + = X ij j j untuk j = 1,2,3, dst (2) Dimana x ij adalah banyaknya output sektor i yang dijual sebagai input sektor i, V j adalah input primer dari sektor j dan m j impor sektor ke j Aliran antar sektor dapat ditransformasikan menjadi koefisien-koefisien dengan mengasumsikan bahwa jumlah berbagai pembelianan tetap, koefisien itu antara lain : A ij = x ij /X j (3) atau x ij = a ij X j (4) Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam persamaan (1) didapatkan n i= 1 a ij X j + Fi = X j untuk i = 1,2,3 dst (5) Dalam notasi matrik persamaan (5) dapat ditulis, sebagai berikut: AX + F = X (6) Atau hubungan dasar dari tabel input output: (I A) -1 F = X (7)

27 Matriks kebalikan Leontief (I A) -1 (matrik pengganda masukan), yaitu bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor akan menyebabkan berkembangnya sektor lain Dalam analisa input output sistem persamaan diatas memegang peranan penting yaitu sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah Selanjutnya secara umum matrik dalam tabel input output dapat dibagi menjadi 4 kuadran I, II, III, dan IV Isi dan pengertian masing-masing kuadran tersebut adalah sebagai berikut: 1 Kuadran I (Intermediate Quadrant) Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian Dalam analisa input output kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukan keterkaiatan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksi 2 Kuadran II (Final Demand Quadrant) Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir Permintaan akhir adalah output suatu perekonomian yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor 3 Kuadran III (Primary input Quadrant) Menunjukan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah/gaji), pajak langsung, surplus usaha dan penyusutan Jumlah keseluruhan nilai tambah ini merupakan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut 4 Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tampa melalui sistem produksi atau kaudran antara Kuadran ini biasanya jarang ditunjukan dalam Tabel Input Output

28 322 Analisis Input Output a Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan biasa digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya Berdasarkan konsep ini dapat diketahui besarnya pertumbuhan suatu sektor yang dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui mekanisme induksi Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukan dari matrik kebalikan leontief Matrik kebalikan leontief ( ) disebut sebagai matrik koefisien keterkaitan, karena matrik ini mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian b Analisis Pengganda Salah satu jenis analisis yang umum dilakukan dalam kerangka Analisis Input Output adalah analisis Pengganda Pada intinya, analisis Pengganda ini mencoba melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen seperti permintaan akhir di dalam perekonomian Tiga variabel yang menjadi perhatian utama dalam analisis Pengganda ini adalah output sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga (household income), dan lapangan pekerjaan (employment) Oleh karena itu dikenal adanya pengganda output, pengganda pendapatan pendapatan rumah yangga, dan pengganda tenaga kerja ( Nazara, 1997) 1 Pengganda Output Secara sederhana dapat dirumuskan bahwa pengganda output suatu sektor adalah nilai total dari output atau produksi yang dihasilkan oleh

29 perekonomian untuk memenuhi (atau akibat) adanya perubahan satu unit moneter permintaan akhir suatu sektor tersebut Peningkatan permintaan akhir disuatu sektor tidak hanya akan meningkatkan output pada sektor tersebut, tetapi juga mengakibatkan peningkatan output pada sektor lain di perekonomian Peningkatan output sektor-sektor lain ini tercipta akibat efek langsung dan efek tidak langsung dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor tersebut Pengganda output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter Setiap elemen dalam matrik kebalikan leontief (matrik invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter permintaan akhir Matrik invers dirumuskan dengan persamaan α = (I A) -1 = (α ij ) (8) Dengan demikian matrik α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara Koefosien dari matrik invers ini (α ij ) menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain 2 Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan (income multiplier) juga sering disebut dengan efek pendapatan (income efek) dari Model Input Output nilai pengganda pendapatan suatu sektor menunjukan jumlah pendapatan total yang tercipta akibat adanya tambahan satu unit satuan moneter permintaan akhir disuatu sektor tersebut Jadi kalau Pengganda output menghitung output total yang tercipta akibat adanya satu satuan moneter permintaan akhir, maka pengganda pendapatan rumah tangga ini mencoba menerjemahkan peningkatan permintaan akhir tersebut dalam bentuk pendapatan Jika terdapat perubahan permintaan akhir dalam Model Input-Output ini, terjadi pula perubahan output yang diproduksi oleh sektor-sektor produksi di perekonomian Hal ini telah ditunjukkan oleh angka pengganda output Perubahan jumlah output yang diproduksi tersebut tentunya akan pula mengubah

30 permintaan tenaga kerja yang dibutuhkan Tentunya peningkatan output yang diproduksi akan meningkatkan permintaan tenaga kerja, dan penurunan output yang diproduksi akan menurunkan permintaan tenaga kerja Karena balas jasa tenaga kerja tersebut merupakan sumber pendapatan rumah tangga, maka perubahan permintaan tenaga kerja tersebut akan mempengaruhi pendapatan rumah tangga 3 Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output Untuk pengganda tenaga kerja maka pada tabel input output harus ditambahkan baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau Negara Koefisien tenaga kerja (e i ) menunjukkan efek langsung ketenagakerjaan dari setiap sektor akibat adanya perubahan output sektor ke-i Efek tidak langsung ditunjukkan dengan ij e i untuk setiap sektor, dan efek total ditunjukkan dari dari * ij e i Respon atau efek pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja diklasifikasikan sebagai berikut : 1 Dampak awal (initial impact), merupakan stimulus perekonomian diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit satuan moneter Dari sisi output, sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter Peningkatan output memberikan efek peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (h i ) dan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (e i ) 2 Efek putaran pertama (first round effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian tiap sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter Dari sisi output, ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedang dari sisi permintaan ( a ij h i ) menunjukkan peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya adanya efek putaran pertama dari sisi output, dari sisi tenaga kerja ( a ij e i ) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output

31 3 Efek dukungan industri (industrial support effect), dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, menunjukkan efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua akibat dukungan industri menghasilkan output 4 Efek induksi konsumsi (consumption induced effect), dari sisi output menunjukkan suatu pengaruh induksi akibat pendapatan rumah tangga Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, diperoleh masing-masing dengan mengalikan efek induksi komsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja 5 Efek lanjutan (flow-on effect), merupakan efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjumlahan dari suatu sektor Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal c Analisis Dampak 1 Dampak Output Dalam Model Input Output, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir dan output tersebut Artinya jumlah output yang diproduksi tergantung dari jumlah permintaan akhir Namun demikian dalam keadaan tertentu, output justru yang menentukan permintaan akhir Output terbentuk sebagai dampak permintaan akhir dalam model input output dapat dirumuskan sebagai berikut X FT = (I A) -1 (F M) (9) atau X FD = (1 A d ) -1 F d (10) Rumus diatas sekaligus mencerminkan bahwa pembentukan output (X) dipengaruhi oleh permintaan akhir (F M) atau F d Output yang terbentuk sebagai akibat dari dampak seluruh permintaan akhir (X FT ) akan sama dengan output yang terbentuk sebagai akibat permintaan akhir domestik (X FD ) Penggunaan persamaan diatas antara lain adalah untuk menghitung porsi output yang terbentuk sebagai dampak dari masing-masing

32 komponen permintaan akhir dan memperkirakan output yang terbentuk akibat dampak permintaan akhir yang diproyeksikan 2 Dampak Nilai Tambah Bruto Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input secara keseluruan Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input Output, maka hubungan antara NBT dengan output adalah linier Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan atau penurunan NBT Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam persamaan berikut: dimana : V = V X (11) V = Matriks NTB V = Matrik diagonal koefisien NTB X = (I A) -1 (F M) atau (1 A d ) -1 F d Maka berdasarkan X dari hasil perhitungan pada persamaan 10, penciptaan NBT yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir 3 Dampak Kebutuhan Impor Sama halnya dengan perhitungan dampak yang lain, dasar perhitungan yang digunakan untuk melihat dampak permintaan akhir terhadap kebutuhan impor adalah (I-A) -1 dan (I-A d ) -1 Akan tetapi barang dan jasa impor ternyata dapat juga untuk memenuhi permintaan akhir secara langsung, maka penjabaran dengan pengaruh permintaan akhir terhadap kebutuhan impor terjadi sedikit lebih kompleks Andaikan yang digunakan dalam analisis adalah (I-A d ) -1, hubungan antara permintaan akhir terhadap kebutuhan impor dapat dijabarkan dalam bentuk dua persamaan dimana : M K = A m (I-A d ) -1 F d K (12) M E = A m (1-A d ) -1 F E (13) M K = Matriks impor yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir kecuali ekspor A m = Koefisien impor

33 F d K = Matrik komponen permintaan akhir domestik F m K = Matrik komponen permintaan akhir yang berasal dari impor M E = Matrik impor yang dipengaruhi oleh impor F E = Ekspor barang dan jasa 4 Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang balas jasa terhadapnya merupakan salah satu komponen input primer Sehingga sesuai dengan asumsi dasar model input output, maka tenaga kerja memiliki hubungan linier dengan output Hal ini berarti bahwa naik turunnya output di suatu sektor akan berpengaruh terhadap naik turunnya tenaga kerja disektor tersebut Hubungan antara tenaga kerja dan output jika diuraikan untuk masing-masing sektor akan diperoleh L 1 = i 1 X 1 ; L i = i i X i ; L n = i n X n (14) dimana : L i = Jumlah tenaga kerja sektor i i i = Koefisien tenaga kerja sektor i X i = Output sektor I 323 Model Input Output Miyasawa Model ini dikenal oleh seorang ahli ekonomi Jepang K Miyazawa, dalam analisisnya dia mengungkapkan secara eksplisit faktor pendapatan berdasarkan beberapa kelompok yaitu pendapatan desa (rural), kota (urban) dan yang tinggal di daerah perumahan (estate) Dalam pembagian pendapatan tersebut dapat dilihat apakah distribusi pendapatan dari tiga kelompok diatas terbagi dengan merata Model ini diperkenalkan sebagai pengembangan lebih lanjut dari kerangka kerja Input-Output dimana perbedaan terletak di blok input primer yang terdiri atas upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung dan penyusutan Pada

34 model Miyazawa upah dan gaji dan sebagian surplus usaha yang diterima sebagai balas jasa dibagi lagi berdasarkan atas beberapa kelompok pendapatan dan dijadikan sebagai salah satu variabel endogen Dan juga untuk kolom konsumsi rumah tangga pada blok permintaan akhir dibagi pula atas beberapa kelompok sesuai dengan kelompok pendapatan diatas Bentu tabel input output Model Miyazawa dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4 Simplikasi Tabel Input Output Model Miyazawa Susunan Input I N P U T Alokasi ouput 1 2 Sektor Produksi Konsumsi Rumah Tangga 1 2 j n tinggi sedang rendah x 11 x 21 x 12 x 22 x 1n x 3n Sektor A N Produksi T A R A n x n1 x n2 x nn Kelompok tinggi p t1 p t2 p tn pendapatan sedang p s1 p s2 p sn rendah p r1 p r2 p rn Jumlah Input Primer V 1 V 2 V n Total Masukan X 1 X 2 X n p 1t p 2t p tn p 1s p 2r p sn p 1r p 2s p rn Komsumsi Akhir (F) F 1 F 2 F n Total Produksi (X) X 1 X 2 X n Kelebihan dari model Miyazawa ini adalah untuk melihat distribusi pendapatan antar kelompok pendapatan dan sekaligus membelah pendapatan agar dapat dilihat tingkat distribusinya dalam perekonomian suatu daerah atau negara Tapi model ini juga memiliki kelemahan dimana hanya berbicara tentang distribusi pendapatan saja Karena kelemahannya itu maka kemudian diperkenalkan SAM (Social Accounting Matrix) dimana dalam konsep SAM ini dibicarakan tidak hanya dalam bentuk kelompok pendapatan tertentu saja tapi lebih mendalam yaitu distribusi pendapatan secara faktorial dan institusional Selanjutnya dalam melakukan analisis distribusi pendapatan, pendapatan pada masing-masing sektor rumah tangga (yang terdiri dari tiga

35 kelompok pengeluaran berdasarkan pendapatan) dimasukkan sebagai variabel endogen atau diangap bertingkah laku seperti produsen, dan sebagai penyimbang nilai tambah (value added) adalah hal ini upah dan gaji, sebahagian dari surplus usaha Bila digambarkan dalam matrik, maka bentuk model Miyasawa adalah: M = AC V O (15) dimana: A : koefisien teknologi (nxn) V : koefisien nilai tambah (nx3) C : koefisien konsumsi rumah tangga (nx3) n : jumlah sektor Dalam Model Miyazawa juga memperhitungkan nilai dari matrik kebalikan leontief (leontief invers matrix) yang memcerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap sektor-sektor didalam perekonomian Bentuk matrik kebalikan leontief adalah sebagai berikut: B (M) = (I M) -1 = I A C VI 1 (16) jika terdapat perubahan permintaan akhir maka ada pula perubahan pola pendapatan Dari kondisi tersebut dapat ditulis bahwa: dimana : X = Y I A C VI 1 f1 f 2 (17) f I : Permintaan akhir selain konsumsi rumah tangga : Matrik identitas