Pengantar: Perbedaan Sifat & Karakteristik Organisasi PUBLIK dengan SWASTA

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA PROGRAM STUDI AKUNTANSI. Bambang Kesit Tim Akuntansi Sektor Publik Prodi Akuntansi 2009

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kegagalan Pasar Dan Peran Sektor Publik. Wahyudi Kumorotomo

Pertemuan ke: 03 KEBIJAKAN FISKAL. POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.

PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. (1) pure-profit organization, (2) quasi-profit organization, (3) quasi-nonprofit

Pertemuan ke: 04 KEBIJAKAN MONETER: EKSPRESI FUNGSI STABILISASI DAN SUSTAINIBILITAS DALAM POLITIK KEUANGAN NEGARA

EKONOMI PUBLIK JUNAEDI

Review Sistem Perekonomian

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah laju pertumbuhan ekonomi global yang semakin cepat,maka

Peran Pemerintah dalam Perekonomian

KUESIONER Isilah dan beri tanda ( ) pada jawaban yang paling sesuai Nomor Responden.. (diisi oleh petugas) 1 Jenis Kelamin 1 Laki laki 2 Perempuan

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

Teori Organisasi dan Manajemen Publik Ali Rokhman

(GOODS) Anang Muftiadi

Ruang Lingkup Ekonomi Publik. Individu, Masyarakat dan Pemerintah

JURNAL IMPLEMENTASI PERMENDAGRI 13 TAHUN 2006 TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAERAH (Study Kasus Pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur)

BABI PENDAHULUAN. Sebuah organisasi tidak akan berjalan mulus tanpa adanya. manajemen, yang merupakan satu kelompok utuh dari pengelola organisasi,

Pertemuan ke: 06 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA


Akuntansi Sektor Publik

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Teori Barang Publik (II)

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

Kewirausahaan. Persaingan Dalam Pasar Bebas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

KONSEP BARANG PUBLIK KONSEP EKSTERNALITAS PUBLIC CHOICE KEGAGALAN PASAR

Mengapa perlu sektor publik?

Akuntansi Sektor Publik

Oleh : Erick E Abednego 11/315703/EK/18501

Agus Widarsono, SE., M.Si, Ak Prodi Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia

ORGANISASI BISNIS & ORGANISASI PUBLIK IKA RUHANA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

TANTANGAN PENERAPAN KURIKULUM AKUNTANSI PEMERINTAHAN UNTUK SMK KELOMPOK KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN DENGAN ADANYA UU DESA NOMOR 6 TAHUN 2014

Urgensi Aspek Pengawasan Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan BLU. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

By: Ida Nurnida. School of Communication & Business Telkom University

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

MG-3 KONSEP PENILAIAN EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN

Kelompok 4. Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Dessy yana Enra Sari LOGO

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan suatu entitas yang aktivitasnya

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

SILABUS KULIAH. 1 Pendahuluan, Karakteristik dan Lingkungan Sektor Publik, Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

KONSEPSI dan TEORI EKONOMI dan PENDIDIKAN M.D. Niron

Eksternalitas & Barang Publik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan

BAB II PENENTUAN TARIF LAYANAN JASA

TEORI PENGELUARAN NEGARA

KEBIJAKAN FISKAL. Sayifullah, SE., M.Akt

BAB 3 KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN AKUNTANSI BISNIS. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

Teori Barang Publik (I)

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa tahun kemudian atau di tahun 1970-an, fakta

Dalam system perekonomian yang demokratis melalui wakil di DPR harus nbisa mengalokasikan sumbersumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perusahaan lain. Sebagai contohnya perusahaan consumer goods yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

ENVIRONMENTAL VALUATION VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM & LINGKUNGAN (ESL 434) DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN PERTEMUAN 1

Fokus utama dari pelaporan keuangan adalah laba. Informasi laba merupakan indikator utk menilai kemampuan perusahaan dlm menghasilkan kas di masa

BAB I PENDAHULUAN. sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada negara dan

MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL

Konsep Keuangan Publik

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kebijakan Fiskal. Kuliah ke 13,10 Desember 2009 Erry Sukriah, MSE

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien, maka dibutuhkan kinerja prima dari penyelenggara pelayanan

Materi 2 Ekonomi Mikro

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

Kuliah-2. Pembangunan sebagai Planned Societal Change : Suatu Fenomena Abad XX

Sekretari

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro

MAKALAH EKONOMI SEKTOR PUBLIK

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Prinsip Ekonomi Manajerial dan Penerapannya Dalam Manajemen Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan modal untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

HARGA TRANSFER / TRANSFER PRICING

BARANG PUBLIK & FREE RIDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

BAB I PENDAHULUAN. satunya yang terpenting adalah keuangan (Kusuma, 2008). Dewasa ini tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengurus Organisasi Kepemudaan Pengurus Kabupaten Cabang Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan

Iuran rakyat ke negara. berdasarkan UU (memaksa) kepentingan negara. penggunaan publik. tanpa timbal balik ( non kontraprestasi)

MASALAH PARTISIPASI. Masalah pembentukan partisipasi menurut Jochen Ropke adalah : 1. Konflik kepentingan / Perbedaan keinginan (Conflict of interest)

. harga atas barang/jasa sulit/ tidak dapat ditentukan oleh pasar (market)

ANALISIS ALOKASI BELANJA LANGSUNG PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

MERANCANG DAN MENGELOLA JASA BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

Dasar-dasar Bisnis & Ekonomi

Transkripsi:

Pertemuan ke: 03 Public Goods dan Private Goods POLITIK KEUANGAN NEGARA (3 SKS) Pengampu: Miftah Adhi Ikhsanto, S.IP, MiOP Amirudin, S.IP, M.Ec.Dev 1 Alamat: Jurusan Politik danpemerintahan Fisipol UGM Jl. Sosio-Justisia, Bulaksumur, Yogyakarta INDONESIA 55281 Telp. 0274-563362 ext: 212 Pengantar: Perbedaan Sifat & Karakteristik Organisasi PUBLIK dengan SWASTA No Aspek Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta 2 1 Tujuan Organisasi 2 Sumber Pendanaan 3 Pertanggungjawaban 4 Struktur Organisasi 5 Karakteristik Anggaran Non profit motive Pajak, retribusi, utang, obligasi, laba BUMN/BUMD, penjualan Aset negara, dsb Kepada masyarakat (publik) dan parlemen (DPR/D) Birokratis, kaku, hirarkis Terbuka untuk publik (Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Andi Yogyakarta, Hal. 8) Profit motive a. Internal: Modal sendiri Laba ditahan Penjualan aktiva b. Eksternal: Utang bank Obligasi Penerbitan saham Kepada pemegang saham dan kreditur Fleksibel, datar, lintas fungsional Tertutup untuk publik 1

Jenis Barang/Jasa Salah satu cara yang bisa membantu membedakan area kedua sektor publik dan swasta adalah dengan berpedoman pada kategorisasi tipe barang/jasa: Public Goods 1. Pure Public Goods a. Non Rivalry b.non Exclusive c. Low Excludabilty d.low Competitive Private Goods 1. Pure Private Goods a. Rivalry b.exclusive c. Excludabilty d.high Competitive 2. Quasi Public Goods 2. Quasi Private Goods 4 (Mahsun, 2006, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE UGM) 2

Karakteristik: Pure (1) PURE PUBLIC GOODS: dinikmati oleh seluruh masyaraat bersama-sama Apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi/digunakan orang lain akan barang tersebut Layanan atau jasa yang diberikan untuk kepentingan masyarakat luas PURE PRIVATE GOODS: hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, dan yang tidak membelinya tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut Apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu akan mengurangi konsumsi/digunakan orang lain akan barang tersebut Layanan atau jasa yang diberikan dibatasi hanya kepada konsumen tertentu 5 Karakteristik: Pure (2) PURE PUBLIC GOODS: a) Non-Rivalry in consumtion: Merupakan konsumsi umum sehingga pengguna tidak bersaing dalam mengkonsumsinya b) Non-Exclusive Penawaran atas barang publik tidak hanya diperuntukkan bagi seseorang sehingga tidak ada yang ekslusif antar orang dimasyarakat Semua mempunyai hak yang sama dalam mengkonsumsinya c) Low-Excludability Penyedia/konsumen suatu barang/jasa tidak bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain utk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tsb d) Low-Competitive Antar penyedia (produsen) barang privat tidak saling bersaing secara ketat Keberadaan barang/jasa tersedia dalam jumlah/kualitas yang sama Membutuhkan pengawasan/pengaturan pemerintah shg pendistribusian dan pengalokasiannya bisa adil dan 6 merata PURE PRIVATE GOODS: a) Rivalry in consumtion: Bukan merupakan konsumsi umum sehingga terdapat persaingan antar pengguna dalam mengkonsumsinya Ketersediaan barang privat yang tidak sama baik (kualitas/kuantitas) mengakibatkan para konsumen saling bersaing untuk bisa mendapatkan kualitas/kuantitas yg lebih baik b) Exclusive Penawaran atas barang private hanya diperuntukkan bagi seseorang yang mampu menggantikan nilai barang yang disediakan tersebut (bersifat eksklusif) Sementara seseorang yang tidak memiliki sumber daya yang cukup, tidak bisa mengkonsumsinya c) Excludability Penyedia/konsumen suatu barang/jasa bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain untuk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tersebut d) High Competitive Antar penyedia (produsen) barang privat saling bersaing secara ketat, sehingga sangat beragam (kualitas/kuantitas) Mekanisme pasar akan menentukan siapa produsen yang dapat memenangkan kompetisi Keberadaannya diserahkan mekanisme pasar Pemerintah tidak banyak mengatur dan mengendalikan barang/jasa 3

Karakteristik: Quasi QUASI PUBLIC GOODS: dinikmati oleh seluruh masyaraat bersama-sama, namun apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu akan mengurangi konsumsi/digunakan orang lain akan barang tersebut QUASI PRIVATE GOODS: hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya (jadi semua konsumen harus membayar), walaupun sebetulnya barang/jasa tersebut dapat dinikmati oleh semua masyarakat. Apabila dikonsumsi/digunakan oleh individu tertentu tidak akan mengurangi ketersediaan orang lain akan barang tersebut Barang/jasa tersebut sebenarnya mempunyai high rivalry (daya saing tinggi) tetapi non excludable. Artinya penyedia/konsumen suatu barang/jasa tidak bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain utk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tersebut Barang jasa tersebut mempunyai low rivalry (daya saingnya rendah) tetapi bersifat excludable,artinya penyedia/ konsumen suatu barang/jasa bisa menghalangi (atau mengecualikan) orang lain utk menggunakan /memperoleh manfaat dari barang tersebut 7 Tataran Empiris: tidak mudah membedakan barang publik dengan barang privat Batasan keduanya sulit ditentukan apakah aksesnya barang publik yang dianggap sebagai kebutuhan dasar (pendidikan/kesehatan) harus dibatasi dan hanya bagi yang mampu membayar? Terdapat barang/jasa publik, tapi ada pembebanan langsung. (Misal pelayanan medis, tarif obat-obatan, tarif air) Kecendrungan membebankan tarif pelayanan daripada membebankan pada pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulannya Jika digunakan pajak akan terdapat kesulitan dalam menentukan pajak yang pantas dan cukup Bahkan orang bersedia untuk membayar lebih untuk memperoleh jasa yang diinginkannya. 8 4

Interseksi: Public Goods Private Goods PUBLIC GOODS PRIVATE GOODS Pure Public Goods a. Non Rivalry b. Non Exclusive c. Low Excludabilty d. Low Competitive (Pertahanan, pemadam kebakaran, kepolisian, peradilan) Quasi Public Goods (Pelay.Kesehatan/ Pendidikan) Quasi Private Goods (Jalan Tol/Listrik) Pure Private Goods a. Rivalry b. Exclusive c. Excludabilty d. High Competitive (Makanan, pakaian, hiburan) 9 Klasifikasi Public Goods dan Private Goods Tingkat ekslusif 1 Misalnya penggunaan internet dan fasilitas telekomunikasi. Untuk menggunakan barang tersebut tidak gratis, namun tinggi seorang pengguna tidak terganggu kepuasannya karena adanya orang lain yang menggunakan produk yang sama. PURE PRIVAT GOODS (Mobil/Rumah) rendah PURE PUBLIC GOODS (Pertahanan/peradilan/ kepolisian) Misalnya, karena banyaknya mobil yang menggunakan jalan raya sehingga menjadi macet. Dalam hal ini, walaupun penggunanya tidak dipungut bayaran, namun kepuasan pengguna menjadi berkurang 0 1 rendah tinggi Tingkat rivalry 10 5

Siapa yang bertanggung jawab menyediakan public goods? Terdapat anggapan bahwa suatu sistem ekonomi campuran (mixed economy) Privat Goods lebih baik disediakan oleh pihak swasta Public Goods lebih baik disediakan oleh pemerintah yang dibiayai melalu pajak Dalam penyediaan barang publik, Pemerintah juga memiliki keterbatasan dana untuk menyediakan seluruh barang publik yang diperlukan warganegaranya, oleh karena itu Pemerintah dapat mengajak pihak swasta untuk menyediakan barang-barang publik terutama untuk barang-barang publik yang memiliki rivalry (persaingan), sedangkan untuk barang-barang publik yang memiliki tingkat rivalry (persaingan) rendah seyogyanya tetap disediakan oleh pemerintah. Penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem kontrak: Adanya risiko yg sangat besar yg tdk mungkin dikelola oleh swasta Adanya sifat monopoli dlm bidang usaha tertentu Adanya inflasi & deflasi yg tdk dpt diselesaikan scr otomatis oleh meknisme pasar Adanya distribusi pendapatan yang tdk merata antar pelaku ekonomi pasar 11 free-rider problem free-rider problem: Because people can enjoy the benefits of public goods whether they pay for them or not, they are usually unwilling to pay for them Free-rider problem: Karena orang dapat menikmati manfaat dari barang publik apakah mereka membayar untuk mereka atau tidak, mereka biasanya tidak mau membayar untuk mereka. Masalah mendasar dari semua barang publik adalah aku lebih suka orang lain yang membayar untuk barang publik yang saya konsumsi. 12 6

Eksternalitas Eksternalitas merupakan biaya-biaya yang dibebankan pada pihak ketiga atau keuntungan yang diperoleh oleh pihak ketiga di luar transaksi pasar, dimana biaya tersebut tidak dapat dibebankan pada yang menimbulkannya atau keuntungan yang diperoleh seseorang tidak perlu dipungut biaya bagi yang menikmatinya 13 7