BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, Kabupaten/ Kota telah dipercayakan oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur daerahnya sendiri. Oleh karena itu Pemerintah Daerah diharapkan agar menggali dan memberdayakan potensi daerah yang dapat dijadikan sumber penerimaan bagi daerah. Otonomi daerah mempunyai konsekuensi bahwa peran pemerintah pusat akan semakin kecil sehingga pemerintah daerah dituntut untuk memiliki kemandirian dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunan dengan melakukan optimalisasi sumber- sumber penerimaan daerahnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pengertian pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Sedangkan pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di wilayahnya sendiri dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Dalam perkembangannya, untuk menghadapi otonomi daerah pemerintah harus mengetahui sejauh mana pemanfaatan retribusi yang dimiliki pemerintah daerah saat ini karena retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu retribusi ini harus dikelola dengan sistem pengendalian intern yang baik dan benar sehingga akan terwujud pengelolaan retribusi daerah yang transparan, efisien dan akuntabel.

2 Sistem pengendalian intern merupakan suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan aktiva perusahaan, mengecek kecermatan dan ketelitian data akuntansi, meningkatkan efisiensi, dan mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi (Widjajanto 2001:18) Suatu sistem pengendalian intern yang baik harus memiliki empat elemen pokok yang terdiri dari struktur oganisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat, sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang baik, praktik yang kompeten, karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya (Widjajanto 2001:18). Apabila keempat elemen ini diterapkan dengan baik dan benar maka informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipercaya dan menjamin keamanan harta kekayaan suatu organisasi/ dinas. Sistem pengendalian intern yang efektif merupakan komponen penting dalam manajemen dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional pemerintah yang sehat dan aman. Pengendalian intern yang efektif dapat membantu pemerintah menjaga asetnya, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan aparatur pemerintah terhadap ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku, serta mengurangi resiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran. Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang efektif dan handal menjadi tanggung jawab dari kepala daerah dan pejabat pemerintah lainnya. Setiap pemerintah daerah perlu menerapkan sistem pengendalian intern dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, apabila dalam kegiatan pemungutan pemerintah daerah, dimana salah

3 satunya adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu di dalam penerimaan retribusi daerah diperlukan suatu alat yang dapat membantu dalam proses pengawasan penerimaan, sehingga dapat meningkatkan penerimaan retribusi. Untuk meningkatkan pungutan retribusi daerah, fungsi pengendalian intern merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penerimaan retribusi, dimana tujuan pokok pengendalian intern adalah menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efektivitas dan efisiensi organisasi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Ada juga pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggung jawaban setiap pegawai dengan pembeban tugas dan fungsi masing masing pegawai dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan kas merupakan bagian yang sangat rentan terjadinya kecurangan yang tidak diinginkan. Dengan itu, unsur unsur sistem pengendalian intern sangat berperan dalam pengelolaan kas yaitu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang diberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya, praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi, karyawan/ pegawai yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) diprakarsai oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai pelaksanaan dari pasal 58 ayat (2) Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, perlu menetapkan peraturan pemerintah tentang

4 Sistem Pengendaian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintah, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang undangan. Retribusi daerah merupakan pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara dikarenakan ada jasa tertentu yang diberikan pemerintah kepada individu secara perorangan. Pungutan dari masyarakat akan menjadi sumber utama pendapatan daerah selain pajak daerah, bagian laba usaha daerah maupun lain- lain PAD yang sah. Semakin besar penerimaan retribusi yang diterima secara otomatis semakin meningkatkan PAD. Kemandirian permerintah daerah dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh. Semakin besar penerimaan retribusi yang diperoleh daerah tersebut, semakin besar kemampuan daerah untuk membiayai pengeluaran untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat seperti memfasilitasi sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Salah satu sumber pendapatan retribusi daerah adalah retribusi pasar yang dikelolah oleh Dinas Pendapatan Dan Aset Daerah. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdapat tiga jenis retribusi daerah yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu. Pasal 109 menyebutkan bahwa Objek Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Pasal 126 menyebutkan bahwa Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial

5 yang meliputi (a) Pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan Kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan/atau (b) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Sedangkan Objek Perijinan tertentu diatur dalam Pasal 104 yaitu pelayanan perijinan tertentu oleh Pemerintah Daerah Kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksud untuk pengaturan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi pasar atau retribusi pelayanan pasar merupakan salah satu jenis retribusi jasa umum yang keberadaannya cukup dimamfaatkan oleh masyarakat. Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah No. 97 Tahun 2012 yang dimaksud pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional atau sederhana berupa pelataran, los yang dikelola pemerintah daerah, yang khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah dan Pihak Swasta. Fasilitas-fasilitas lain yang dikelola oleh pemerintah daerah untuk pedagang yaitu keamanan, penerangan umum, penyediaan air, telepon, kebersihan dan penyediaan alat-alat pemadam kebakaran. Dalam pelaksanaannya retribusi jasa umum harus memenuhi kriteria yaitu (1) Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu; (2) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; (3) Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan untuk membayar retribusi disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum; (4) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi; (5) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional tentang pelaksanaannya; (6) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan

6 salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; (7) Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan kualitas layanan yang baik. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum, dijelaskan bahwa untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah, khususnya retribusi daerah dan lebih spesifik retribusi pasar pengaturannya perlu lebih ditingkatkan, karena apabila retribusi pasar meningkat akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah. Sejalan dengan makin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta pengembangan perekonomian maka perlu penyediaan sumber sumber pendapatan asli daerah khususnya retribusi pasar. Upaya peningkatan penyediaan pelayanan maka perlu dilakukan penyederhanaan dan penyempurnaan serta peningkatan kinerja pemungutannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efesiensi pemungutan retribusi pasar, mengurangi biaya ekonomi tinggi, serta peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat sehingga wajib retribusi pasar dapat dengan mudah memahami dan memenuhi kewajibannya dalam membayar retribusi pasar. Ada kecenderungan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya dengan berusaha menciptakan sumber pendapatan yang baru tanpa dibarengi dengan perubahan dan perbaikan pelayanan kepada masyarakat, hal ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat karena penciptaan pendapatan asli daerah yang baru kemungkinan dapat membebani masyarakat dengan bertambahnya pungutan. Berdasarkan hal tersebut, maka peran retribusi pasar haruslah berorientasi pada pelayanan yang baik dalam memuaskan pengguna fasilitas pasar, baik dari segi aksebilitas

7 penjual dan pembeli, diperlukan penataan pasar yang memadai dan ditunjang oleh tingkat keamanan dan kenyamanan untuk menjual maupun untuk berbelanja. Petugas pengelolah pasar merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kepuasan pengguna fasilitas pasar. Apabila kepuasan pengguna pasar terpenuhi maka akan timbul kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi pasar sehingga pada akhirnya retribusi pasar akan meningkat. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk menambah pendapatan daerah dan memberdayakan masyarakat untuk berwirausaha adalah dengan mendirikan 44 pasar di berbagai tempat di Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk disewakan kepada masyarakat. Dalam prosedur pemungutan retribusi pelayanan pasar, pemungutan dilakukan oleh petugas pemungut dari Dispenda dengan menggunakan karcis yang telah disiapkan oleh Dispenda kepada anggota masyarakat yang menggunakan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, kios dan los untuk berjualan, kemudian dibayar secara tunai oleh si pengguna kepada petugas pemungut. Hasil dari pungutan retribusi ini kemudian diserahkan kepada bendahara penerimaan dan bendahara penerimaan pembantu. Khusus untuk bendahara penerimaan dan bendahara penerimaan pembantu, terdapat proses verifikasi untuk mengecek kesesuaian uang yang diterima dengan SKR yang diterbitkan pengguna anggaran kemudian disetor ke Kas Daerah melalui Bank yang ditunjuk. Setelah disetor, bendahara penerimaan akan menerima slip setoran atau bukti setoran. Kemampuan mengelola sistem pengendalian intern retribusi pasar dengan baik menjadi salah satu elemen penting yang menjadi landasan bagi penilaian kinerja keuangan

8 pemerintah daerah. Berikut ini adalah data prapenelitian pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Tabel 1.1 Laporan Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Pasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun No TAHUN ANGGARAN TARGET APBD REALISASI % CAPAIAN SISA YANG BELUM TERCAPAI Rp Rp ,53 Rp Rp Rp ,91 Rp Rp Rp ,01 Rp Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Berdasarkan data pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 target Rp dan realisasinya Rp , target tahun 2013 adalah Rp dan realisasinya Rp , target tahun 2014 adalah Rp dan realisasinya Rp Dapat dilihat pada nominalnya bahwa realisasi dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan tetapi pada tahun terakhir 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Menurut Singgih (2011) menurunnya realisasi penerimaan retribusi pasar pada umummnya dipengaruhi berbagai faktor diantaranya menurunnya kinerja SDM, keterlibatan banyak pihak dalam menentukan tarif retribusi, keterlibatan banyak pihak dalam pelaksanaan pemungutan retribusi, kurang memadainya fasilitas dan infrastruktur yang tersedia, masih lemahnya pengawasan dan rendahnya kepatuhan para pedagang terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan. Menurunya jumlah penerimaan ini menandakan bahwa sistem pengendalian intern pada penerimaan retribusi pelayanan pasar belum berjalan dengan baik. Pengelolaan retribusi pelayanan pasar yang baik juga merupakan unsur dominan yang berpengaruh terhadap pendapatan daerah.

9 Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Retribusi Pelayanan Pasar pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah yang digunakan adalah: 1. Apakah sistem pengendalian intern yang diterapkan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan sudah sesuai dengan unsur pengendalian intern? 2. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan menurunnya realisasi retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan?

10 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sistem pengendalian intern yang diterapkan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan sudah sesuai dengan unsur pengendalian intern. 2. Untuk mengetahui faktor faktor yang menyebabkan menurunnya realisasi retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Timor Tengah Selatan Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam mengelola Retribusi Pelayanan Pasar yaitu Pasar Inpres Soe dan juga sebagai bahan informasi bagi pengelolaan Pasar Inpres Soe pada tahun- tahun mendatang. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.