PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab kajian pustaka berikut ini akan dibahas beberapa materi yang meliputi

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

BAB II KAJIAN TEORI. memindahkan barang dari pihak supplier kepada pihak pelanggan dalam suatu supply

Matematika dan Statistika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lingkup Metode Optimasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

PERANCANGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN JALUR TERPENDEK. Kata kunci: Algoritma Genetika, Shortest Path Problem, Jalur Terpendek

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

BAB III. Metode Penelitian

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Prosiding Matematika ISSN:

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Penentuan Optimalisasi TSP (Travelling Salesman Problem) Distribusi Barang Menggunakan Algoritma Genetika Di Buka Mata Adv

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Algoritma Genetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Optimasi Multiple Travelling Salesman Problem Pada Pendistribusian Air Minum Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: UD.

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Algoritma Evolusi Dasar-Dasar Algoritma Genetika

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu graph merupakan suatu pasangan { E(G), V(G) } dimana :

PENYELESAIAN MINIMUM SPANNING TREE (MST) PADA GRAF LENGKAP DENGAN ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN TEKNIK PRUFER SEQUENCES

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE HILL CLIMBING

PERBANDINGAN ALGORITMA EXHAUSTIVE, ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN HOPFIELD UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK

PRESENTASI TUGAS AKHIR

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Perbandingan Algoritma Exhaustive, Algoritma Genetika Dan Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield Untuk Pencarian Rute Terpendek

ANALISA ALGORITMA GENETIKA DALAM TRAVELLING SALESMAN PROBLEM SIMETRI. Lindawati Syam M.P.Siallagan 1 S.Novani 2

Pemaksimalan Papan Sirkuit Di Pandang Sebagai Masalah Planarisasi Graf 2-Layer Menggunakan Algoritma Genetika

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

OPTIMASI JALUR TRANSPORTASI PRODUK HOUSING CLUTCH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA PADA PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

PENERAPAN TEORI GRAF UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH MINIMUM SPANNING TREE (MST) MENGGUNAKAN ALGORITMA KRUSKAL

T I N J A U A N P U S T A K A Algoritma Genetika [5]

Algoritma Genetika dan Penerapannya dalam Mencari Akar Persamaan Polinomial

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sebuah graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E), dengan V

PERANCANGAN APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK MENEMUKAN TEMPAT PARIWISATA TERDEKAT DI KEDIRI DENGAN METODE FLOYD- WARSHALL UNTUK SMARTPHONE

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan dalam penelitian yaitu teori graf, vehicle routing problem (VRP),

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menyatakan objek dinyatakan dengan sebuah titik (vertex),

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN BIAYA MINIMAL DISTRIBUSI BARANG TIGA TAHAP PT. SEMEN TONASA

APLIKASI HASIL PENCARIAN DAN RUTE PENGIRIMAN BARANG DARI SOLUSI MASALAH TRANSPORTASI BIKRITERIA DENGAN METODE LOGIKA FUZZY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Khowarizmi. Algoritma didasarkan pada prinsiup-prinsip Matematika, yang

Bab II Konsep Algoritma Genetik

BAB I PENDAHULUAN an berkembang algoritma genetika (genetic algorithm) ketika I. Rochenberg dalam bukunya yang berjudul Evolution Strategies

BAB II KAJIAN TEORI. berbeda di, melambangkan rusuk di G dan jika adalah. a. dan berikatan (adjacent) di. b. rusuk hadir (joining) simpul dan di

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

Algoritma Evolusi Real-Coded GA (RCGA)

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Penentuan Rute Belanja dengan TSP dan Algoritma Greedy

Dwiprima Elvanny Myori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan dalam penelitian ini yaitu graf, vehicle routing problem (VRP),

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SWEEP PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM (CVRP) UNTUK OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN GULA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Aplikasi Shortest Path dengan Menggunakan Graf dalam Kehidupan Sehari-hari

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI PENDISTRIBUSIAN PUPUK DI PT PUPUK ISKANDAR MUDA ACEH UTARA

Transkripsi:

PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENENTUKAN LINTASAN TERPENDEK STUDI KASUS : LINTASAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) MAKASSAR Karels, Rheeza Effrains 1), Jusmawati 2), Nurdin 3) karelsrheezaeffrains@gmail.com 1), jusmawati@gmail.com 2), nurdin1701@gmail.com 3) Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos 90245 ABSTRAK Lintasan terpendek merupakan salah satu kajian yang berkaitan dengan graf. Permasalahan BRT (Bus Rapid Transit) merupakan salah satu contoh kasus yang dapat dirumuskan sebagai sebuah permasalahan graf yang berkaitan dengan lintasan terpendek. Pada kasus ini, titik (vertex) merepresentasikan halte sedangkan sisi (edge) merepresentasikan jalur penghubung antara dua halte. Jika bobot sisi menyatakan panjang jalur antara dua halte, maka dengan mengasumsikan setiap dua halte memiliki jalur penghubung, maka permasalahan lintasan terpendek berkaitan dengan pencarian jalur yang melalui semua halte tepat sekali dan dengan total jarak terkecil. Pada tulisan ini, penentuan lintasan terpendek dilakukan melalui metode pencarian heuristic yaitu Algoritma genetika. Algoritma genetika bekerja dengan meniru proses evolusi alamiah, dimana individu dengan fitness terbesar memiliki kemampuan lebih besar untuk bertahan. Dalam kasus ini, fitness terbesar berkaitan dengan total jarak rute yang terkecil. Selanjutnya, dengan menerapkan operator-operator genetika, yaitu seleksi, crossover dan mutasi yang di terjemahkan ke dalam bahasa pemrograman Java diperoleh bahwa rute terpendek dengan kode 1 7 6 11 8 5 4 2 3 9 10 adalah 19,67 km. Kata Kunci : BRT (Bus Rapid Transit), TSP (Traveling Salesman Problem), lintasan terpendek, algoritma genetika

ABSTRACT The shortest path is one of the research relating to the graph. BRT (Bus Rapid Transit) problem is one example of a case that can be formulated as a graph problems that associated with the shortest path. In this case, point (vertex) represents the bus stop while the side (edge) represents the link between the two bus stops. If the weight of the edge stated length of the path between the two bus stops, by assuming every two bus stops have connecting lines, then the shortest path problems associated with the search path through all the appropriate bus stops once and with the smallest total distance. In this paper, the determination of the shortest path is done through a heuristic search method namely genetic algorithm. Genetic algorithm works by duplicate the natural evolution process, where the individual with the greatest fitness has a greater ability to survive. In this case, the largest fitness associated with the smallest total distance. Furthermore, by applying genetic operators, that are selection, crossover and mutation are translated into the Java programming language is obtained that the shortest route with the code 1 7 6 11 8 5 4 2 3 9 10 is 19,67 km. Keywords : BRT (Bus Rapid Transit), TSP (Traveling Salesman Problem), shortest path, genetic algorithm 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kehidupan sehari - hari masalah transportasi di kota - kota besar sering menjadi kendala bagi pemerintah setempat dikarenakan jumlah kendaraan tiap tahunnya semakin bertambah, khususnya di kota Makassar. Hal ini mendorong pemerintah menciptakan sistem transportasi baru yang dikenal dengan nama BRT ( Bus Rapid Transit ). BRT diciptakan oleh pemerintah dengan tujuan agar masyarakat memperoleh akses ke tempat sarana umum yang nyaman, murah, dan mempunyai fasilitas yang lengkap serta mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di Makassar yang kian hari semakin padat. Salah satu masalah yang di hadapi oleh pemerintah yaitu memperoleh jalur terpendek dari halte ke halte. Untuk memperoleh jarak terpendek antar halte ke halte digunakan salah satu cabang ilmu teori graf yaitu TSP ( Travelling Salesman Problem ). TSP adalah masalah untuk

mengoptimalkan dan menemukan perjalanan (tour) yang paling pendek serta menentukan urutan dari sejumlah kota yang harus dilalui oleh salesman, setiap kota hanya boleh dilalui satu kali dalam perjalanannya, dan perjalanan tersebut harus berakhir pada kota keberangkatannya dimana salesman tersebut memulai perjalanannya. Salesman tersebut harus meminimalkan pengeluaran biaya, dan jarak yang harus ditempuh untuk perjalanannya tersebut. Pada penelitian ini digunakan algoritma genetika dengan harapan akan diperoleh optimasi rute perjalanan yaitu kondisi dimana terjadi kombinasi terbaik untuk jalur terpendek. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Graf 2.1.1 Konsep Dasar Graf Graf merupakan struktur diskrit yang terdiri dari pasangan himpunan berhingga dari obyek yang disebut titik (vertex) dan pasangan titik yang disebut sisi ( edge ). Definisi 2.1.1 (Teori Graf) Suatu graf G merupakan suatu pasangan himpunan (V, E) dinotasikan dengan G = (V, E), dengan V adalah himpunan berhingga dan tidak kosong dari objek - objek yang disebut titik (vertex) dan E adalah himpunan pasangan tidak terurut dari elemen - elemen V yang berbeda yang disebut sisi (edge). Definisi 2.1.2 (Graf Sederhana & Tak-Sederhana) Sebuah sisi yang menghubungkan simpul yang sama disebut sebuah loop. Berdasarkan ada tidaknya loop pada suatu graf, maka secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu : Graf sederhana(simple graph) yaitu graf yang tidak mengandung loop. Graf tak-sederhana (unsimple-graph) yaitu graf yang mengandung loop. Definisi 2.1.3 (Graf Hamilton) Sebuah siklus di graf G yang mengandung tiap titik dari G disebut siklus Hamilton dari G. Dengan demikian sebuah siklus Hamilton dari G mencakup siklus dari G. Graf Hamilton adalah sebuah graf yang mengandung siklus Hamilton Definisi 2.1.4 (Graf Terboboti) Graf terboboti (weightedgraph) yaitu tiap sisi dari G diberikan sebuah bilangan bulat positif yang menunjukkan angka dari sisi sejajar yang tergabung dalam pasangan tertentu dari simpul di graf. Definisi 2.1.5 (Lintasan) Sebuah jalan u- v di dalam sebuah graf dimana tidak ada simpul - simpul yang berulang ialah sebuah lintasan (path) u - v.

Definisi 2.1.6 (Graf Terhubung) Jika G mengandung sebuah lintasan u - v, maka u dan v dikatakan terhubung dimana u terhubung ke v (dan v terhubung ke u). Sebuah graf G terhubung (connected) jika setiap dua simpul dari G terhubung. Jika G mengandung sebuah lintasan u - v untuk tiap pasangan u, v dari simpul yang berbeda dari G. 2.1.2 Lintasan Terpendek (Shortest Path) Persoalan mencari lintasan terpendek di dalam graf merupakan salah satu persoalan optimasi. Graf yang digunakan dalam pencarian lintasan terpendek adalah graf berbobot (weighted graph), yaitu graf yang setiap sisinya diberikan suatu nilai atau bobot. Bobot pada sisi graf dapat menyatakan jarak antar kota, waktu pengiriman pesan, ongkos pembangunan, dan sebagainya. 2.2 TSP (Traveling Salesman Problem) Permasalahan TSP (Traveling Salesman Problem) adalah permasalahan dimana seorang salesman harus mengunjungi semua kota dimana tiap kota hanya dikunjungi sekali, dan dia harus mulai dari dan kembali ke kota asal. Tujuannya adalah menentukan rute dengan jarak total atau biaya yang paling minimum. Persoalan ini sendiri menggunakan representasi graf untuk memodelkan persoalan yang diwakili sehingga lebih memudahkan penyelesaiannya. Diantara permasalahan yang dapat direpresentasikan dengan TSP adalah pencarian rute bis sekolah untuk mengantarkan siswa, pengambilan tagihan telepon, efisiensi pengiriman surat atau barang, perancangan pemasangan pipa saluran dan lain-lain. Persoalan yang muncul adalah bagaimana cara mengunjungi node (simpul) pada graf dari titik awal ke setiap titik - titik lainnya dengan bobot minimum (biaya paling murah) dan kembali lagi ke asal node. Bobot atau biaya ini sendiri dapat mewakili berbagai hal, seperti berapa biaya minimum, jarak minimum, bahan bakar minimal, waktu minimum dan lain - lain. 2.3 Algoritma Genetika 2.3.1 Struktur Umum Algoritma Genetika Algoritma genetika memiliki struktur umum, antara lain :

Populasi, istilah pada teknik pencarian yang dilakukan sekaligus atas sejumlah kemungkinan solusi dan merupakan kumpulan kromosom. Gen, variabel dasar yang membentuk suatu kromosom. Gen dapat bernilai biner, float, integer maupun karakter. Kromosom, individu yang terdapat dalam satu populasi dan merupakan gabungan gen - gen yang membentuk nilai tertentu. Generasi, populasi awal dibangun secara acak sedangkan populasi selanjutnya merupakan hasil evolusi kromosom-kromosom melalui iterasi dan menyatakan satu siklus proses evolusi atau satu iterasi di dalam algoritma genetika. Fungsi Fitness, alat ukur yang digunakan untuk proses evaluasi kromosom. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut. Generasi berikutnya dikenal dengan anak (offspring) yang terbentuk dari gabungan dua kromosom generasi sekarang yang bertindak sebagai induk (parent) dengan menggunakan operator penyilang (crossover). Mutasi, operator untuk memodifikasi kromosom. 2.3.2 Operator Algoritma Genetika Sederhana Terdapat 3 operator algoritma genetika sederhana, yaitu : 1. Seleksi (Reproduksi) Operator reproduksi memiliki beberapa metode seleksi diantaranya yaitu roulettewheel, tournament selection dan lain-lain. Dalam masalah kali ini digunakan seleksi dengan metode roulettewheel. Seleksi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan reproduksi yang lebih besar bagi anggota populasi yang memiliki fitness tinggi untuk melakukan reproduksi. 2. Penyilangan (crossover) Setelah populasi hasil reproduksi terbentuk, maka operator selanjutnya setelah reproduksi yaitu penyilangan. Crossover (penyilangan) dilakukan atas 2 kromosom untuk menghasilkan kromosom anak (offspring). Kromosom anak yang terbentuk akan mewarisi sebagian sifat kromosom induknya. Metode crossover yang paling sering digunakan pada algoritma genetika sederhana dengan kromosom berbentuk string biner adalah penyilangan satu titik

(one-point crossover), penyilangan banyak titik (multi-point crossover), atau penyilangan dengan Metode Order (OX). 3. Mutasi Pada mutasi dasarnya akan mengubah nilai dari suatu kromosom pada posisi tertentu. Ada satu parameter yang sangat penting yaitu peluang mutasi. Peluang mutasi menunjukkan presentasi jumlah total gen pada populasi yang akan mengalami mutasi. Untuk melakukan mutasi, terlebih dahulu kita harus menghitung jumlah total gen pada populasi tersebut. Kemudian bangkitkan bilangan random yang akan menentukan posisi mana yang akan dimutasi (gen keberapa pada kromosom keberapa). 2.3.3 Penentuan Parameter Parameter adalah parameter kontrol algoritma genetika, yaitu : ukuran populasi (popsize), peluang crossover (p c ) dan peluang mutasi (p m ). Rekomendasi menentukan nilai parameter : Untuk permasalahan yang memiliki kawasan solusi cukup besar, De Jong merekomendasikan nilai parameter : (popsize; p c ; p m ) = (50; 0,6; 0,001). Bila rata-rata fitness setiap generasi digunakan sebagai indikator, maka Grefenstette merekomendasikan : (popsize; p c ; p m ) = (30; 0,95; 0,01). Bila fitness dari individu terbaik dipantau pada setiap generasi, maka usulannya : (popsize; p c ; p m ) = (80; 0,45; 0,01). Ukuran populasi sebaiknya tidak lebih kecil dari 30, untuk sembarang jenis permasalahan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Persoalan jalur BRT (Bus Rapid Transit) sebenarnya merupakan persoalan yang berkaitan dengan graf. Titik pada graf merupakan representasi dari halte, sedangkan sisi graf merupakan jalur yang menghubungkan antar halte. Jadi ditinjau sebagai sebuah graf, order dari graf berkaitan dengan banyaknya halte. Secara khusus, persoalan jalur BRT (Bus Rapid Transit) akan dibahas pada tulisan ini berkaitan dengan graf terboboti, dimana sisi - sisi graf memiliki bobot yang bersesuaian dengan jarak koordinat antara 2 halte terhubung. Data mengenai titik koordinat dan jarak antara halte dapat dilihat pada tabel. Asumsi : Halte sebagai titik dalam graf.

Jumlah titik disesuaikan dengan jumlah halte. Bobot sisi diambil berdasarkan jarak dari titik ke titik. Jarak dari titik ke titik diambil dari Google Maps. Total Fitness (T) = Fit i k i=1 Masing - masing individu dalam populasi dihitung Peluang Fitnessnya/Fitness Relatif (P k ) dengan menggunakan rumus : 3.1 Pengukuran Populasi Nilai Objektif Setiap individu di dalam populasi menggambarkan sebuah jalur dengan nilai objektifnya berupa total bobot sisi dari graf. Masing - masing individu dihitung nilai objektifnya dengan menggunakan fungsi objektif : D i = 11 C i,j i,j =1 Dimana (C i,j ) merupakan jarak antar titik Nilai Fitness Masing - masing individu dalam populasi dihitung nilai fitnessnya dengan menggunakan rumus : Nilai Fitness Fit i = 1 D i Masing - masing populasi awal dihitung Total Fitnessnya dengan menggunakan rumus : Peluang Fitness (P. Fit i ) = Fit i T Masing - masing individu dalam populasi dihitung Fitness Kumulatifnya (Q k ) dengan menggunakan rumus : Fitness Kumulatif (Q k ) = k i=1 P. Fit i Dalam contoh kasus kali ini kita menggunakan parameter : jumlah gen 11, banyak generasi 100, ukuran populasi 10, peluang mutasi 0,07. Setelah diproses dengan operator genetika (seleksi, crossover, mutasi) maka generasi ke-80 hingga generasi ke-100 kromosom yang tercipta dan nilai fitness sudah konvergen ke suatu nilai. Apabila dalam generasi telah terjadi kekonvergenan nilai maka generasi dapat dihentikan. Jadi, pada kasus ini nilai optimum terjadi dengan kromosom = 1 7 6 11 8 5 4 2 3 9 10, dengan nilai fitness 0,05084.

4. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan mengenai penggunaan algoritma genetika pada masalah menentukan lintasan terpendek dengan studi kasus lintasan BRT (Bus Rapid Transit) Makassar, algoritma genetika menggunakan cara kerja berdasarkan pada seleksi dan genetika alam, mengikuti prinsip seleksi alam yaitu "siapa yang kuat, dia yang bertahan (survive)". Maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Algoritma genetika dapat memberikan solusi untuk pencarian nilai dalam sebuah masalah optimasi. Untuk memperoleh solusi yang diharapkan, diperlukan operator genetika yang sesuai, dalam hal ini penentuan generasi yang tepat, jumlah populasi dan peluang mutasi. Jika jumlah populasi yang diambil banyak maka penentuan generasi harus banyak agar kita mendekati hasil yang optimum. Jika peluang mutasi terlalu besar maka kromosom yang dihasilkan akan membuat perubahan yang terlalu besar pada suatu populasi. Pencarian solusi mendekati optimal dilakukan dengan melakukan beberapa kali generasi atau proses iterasi, yaitu evaluasi, seleksi, crossover, dan mutasi secara berulang sampai didapatkan solusi yang optimal. Biasanya didapatkan suatu kromosom dengan nilai fitness sama tetapi bentuk kromosomnya berbeda Pada TSP (Traveling Salesman Problem) metode yang digunakan dalam masalah ini ialah Metode Order (OX) agar tidak ada gen yang sama dalam suatu kromosom. Dari hasil pengujian kombinasi probabilitas crossover yang terbaik adalah 0,5 dan mutasi adalah 0,07. Semakin banyak titik yang digunakan maka semakin banyak variasi solusi yang didapatkan. Pada kasus BRT Makassar solusi yang mendekati nilai optimum terjadi pada kromosom = 1 7 6 11 8 5 4 2 3 9 10, dengan nilai fitness 0,05084. DAFTAR PUSTAKA Amin, A. R., Ikhsan, M., & Wibisono, L. (2003). Traveling Salesman Problem. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Chartrand, G., & Zhang, P. (2005). Introduction to Graph Theory. New York: McGraw-Hill. Firmansyah, E. R., Ahmad, S. S., & Nurul, H. A. (2012). Algoritma Genetika. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasbih, M. (2008). Penggunaan Algoritma Genetika Pada Masalah Minimal Spanning Tree. Makassar: Universitas Hasanuddin. Kusumadewi, S., & Purnomo, H. (2005). Penyelesaian Masalah Optimasi dengan Teknik-teknik Heuristik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mahmudy, W. F. (2013). Algoritma Evolusi. Malang: Universitas Brawijaya. Munir, R. (2014). Matematika Diskrit. Bandung: Informatika. Sulfida, A. (2004). Penggunaan Algoritma Genetika Pada Masalah Lintasan Terpendek Dalam Graf Terhubung. Makassar: Universitas Hasanuddin.