Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

dokumen-dokumen yang mirip
Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

BAB II TINJAUAN TEORI

Peran Citra Visual terhadap Daya Tarik Kawasan Wisata Malioboro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEKATAN PEMAHAMAN CITRA LINGKUNGAN PERKOTAAN (melalui kemampuan peta mental pengamat)

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL RESORT DI KAWASAN CANDI PRAMBANAN

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

Teori lokasi (Place Theory) Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

Prakata: Prof. Ir. ANTARIKSA, M.Eng., Ph.D

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

MODEL GROUP MAPPING ACTIVITY (GMA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

PENATAAN BUNDARAN KALIBANTENG SEBAGAI SIMPUL KOTA DENGAN KORIDOR JALAN JENDERAL SUDIRMAN SEMARANG

Bab 4 ANALISA & PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus

BAB II TINJAUAN TEORI CITRA KOTA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, citra berarti 1) rupa, gambar,

Pengertian Kota. Pengertian Kota (kamus)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

KAWASAN AGROWISATA DI KOPENG

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

HOTEL RESORT DI PARANGTRITIS

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

AUDITORIUM UNIVERSITAS DIPONEGORO DI TEMBALANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

BAB IV KONSEP. Sistem panduan arah terpadu dapat dibedakan menjadi 6 jenis; yaitu: membutuhkan informasi yang spesifik.

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REDESAIN KAMPUS JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO dengan Penekanan Desain Arsitektur Dekonstruksi

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan ini merupakan suatu paparan mengenai hal hal yang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

2. TUJUAN DAN SASARAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA (WANAWISATA) CINDELARAS DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN BENTUK SPASIAL KAMPUS UNDIP TEMBALANG MENURUT KEMAMPUAN PETA MENTAL MAHASISWA. Edi Purwanto 1, Wijayanti 2

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

TATA LOKA VOLUME 15 NOMOR 4, NOVEMBER 2013, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP

KAMPUS FISIP UNDIP SEMARANG (Penekanan Desain Gaya Arsitektur Renzo Piano)

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA RAWA JOMBOR, KLATEN

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya. persaingan merek untuk memberikan citra khusus bagi pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

KAMPUNG KOTA BANDUNG. Penulis : Pele Widjaja. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

METODOLOGI. Gambar 31 Peta lokasi. Metode Penelitian

Faktor-Faktor dalam. Perancangan Desain

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

interior yang berperan sebagai perantara untuk menawarkan dan menunjukkan aktivitas pengguna. Desain mebel mengekspresikan pencitraan ruang dengan ber

KEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR. Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB II LANDASAN TEORI

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENDESAIAN MALL PADA SUB KAWASAN CIBADUYUT SEBAGAI SENTRA PERDAGANGAN SEPATU

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK KLASIK DI JAKARTA

BAB 4 KONSEP. Tetapi, kejelekan dari pendekatan ini adalah meskipun dalam bentuk yang

Transkripsi:

i

MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA Dr.Ir. Edi Purwanto, MT Diterbitkan Oleh: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang 2014 ii

MEMAHAMI CITRA KOTA TEORI, METODE, DAN PENERAPANNYA Dr.Ir. Edi Purwanto, MT Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2014 v; 72; 15,5cm x 23cm ISBN : 978 979 097 186 8 Cetakan Pertama : September 2010 Cetakan Kedua : September 2012 Cetakan Ketiga : September 2014 Perupa Sampul : Edi Purwanto Copyright Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang Prof. H. Soedarto, SH Kampus UNDIP Tembalang Telp. 024-76480683 Semarang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, termasuk fotokopi, mikro film, dan cetak tanpa ijin penerbit. iii

PENGANTAR ISI BUKU Selama ini, perancangan kota (urban design) merupakan media yang menjembatani antara perencanaan kota (urban planning) dengan perancangan arsitektur. Dengan kata lain bahwa perancangan kota merupakan perwujudan secara tiga dimensi dari perencanaan kota dan perancangan arsitektur mewujudkan elemen-elemen tiga dimensi tersebut. Dilihat dari aspek perancangannya, kota merupakan pengaturan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik,ekonomis untuk dibangun dan memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup didalamnya (Anthony dalam Purwanto, 2010). Muncul pertanyaan, apakah kota yang dirancang oleh arsitek dan perancang kota sudah cukup jelas dipahami oleh pengamat? Pertanyaan ini layak muncul karena beberapa rancangan kota membuat pengamat merasakan dis-orientasi karena struktur kotanya kurang jelas dipahami, sehingga menjadikan pengamat kesulitan arah untuk melakukan penjelajahan. Kasus lain, beberapa kota tidak mudah diingat atau dibayangkan suasananya karena kota tersebut tidak cukup menarik bahkan sama sekali tidak meninggalkan kesan yang menyenangkan sehingga suasana kota tidak disimpan dalam ingatan pengamat dengan cukup kuat dan cenderung dihindari. Disisi lain banyak pengamat yang menyimpan kenangan cukup kuat terhadap kota tertentu karena kota tersebut berhasil menjadikan dirinya sebagai tempat memproduksi banyak kenangan bagi siapapun yang menikmatinya (Purwanto, 2010). Penjelasan tersebut di atas menggambarkan bahwa kota harus mempunyai citra yang baik, karena kalau kota mempunyai citra yang baik maka akan mudah dibayangkan dan meninggalkan kesan bagi siapapun (Purwanto, 2001). Citra kota tidak lain adalah gambaran mental hasil proses kognisi dan ingatan atas dasar pengalaman tentang lingkungannya, bersifat dinamis, mampu memadukan perilaku manusia sebagai pengamat, membantu menafsirkan informasi yang diperolehnya dari lingkungan sekitar. Citra lingkungan perkotaan yang baik memberikan perasaan aman secara emosional pada manusia dan memungkinkan manusia untuk membangun hubungan yang iv

selaras dengan lingkungan perkotaannya. Citra lingkungan perkotaan terbentuk antara lain oleh kaitan lokasi keruangan dan pemaknaan. Kaitan lokasi antar obyek dalam lingkungan perkotaan merupakan acuan penting yang memungkinkan manusia secara cermat mengenali berbagai isyarat petunjuk, tanda-tanda dalam penjelajahan lingkungan yang berbeda-beda. Pemaknaan terhadap berbagai obyek dalam lingkungan perkotaan dilakukan menurut berbagai dimensi: simbolik, fungsional, emosional, historik, budaya, politik (Purwanto, 2004). Pemaknaan ini merupakan ekspresi dari mental (kognisi) manusia sebagai pengamat terhadap lingkungan perkotaan sebagai simpul makna pengalaman dan eksistensinya. Pengungkapan citra kota memberikan manfaat karena menjadi salah satu cara untuk mengevaluasi apakah rancangan sebuah kota sudah sesuai dengan yang diharapkan semua pihak. Buku ini disusun oleh penulis berdasarkan beberapa studi kepustakaan yang berkaitan dalam rangka memberikan wawasan kepada calon peneliti atau praktisi yang berkecimpung di bidang perancangan kota di Indonesia yang berminat untuk mengembangkan penelitian pemahaman citra kota. Dengan demikian munculnya pertanyaan yang timbul dalam benak seorang calon peneliti bagaimana suatu kota yang telah direncanakan dan dirancang oleh ahlinya dapat dipahami dan dievaluasi oleh masyarakat luas akan dapat dilakukan dengan mudah. Buku ini merupakan buku cetakan ketiga yang isinya telah mengalami penyempurnaan pada bagian contoh penerapan teori dan metode pemahaman citra kota berupa hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Semarang, September 2014 Dr.Ir. Edi Purwanto, MT v

DAFTAR ISI PENGANTAR ISI BUKU UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI i iii v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 4 C. Manfaat 5 D. Lingkup Bahasan 5 BAB II TEORI DASAR DALAM MEMAHAMI KOTA 6 A. Model Informasi Lingkungan 6 B. Perilaku Sebagai Satu Pendekatan 8 C. Kerangka Studi Perilaku 13 D. Konsep Penting dalam Kajian Pemahaman Lingkungan Kota 15 E. Hubungan Manusia dan Lingkungan dalam Memahami Kota 19 E.1. Persepsi 22 E.2. Kognisi 23 E.3. Kognisi Spasial atau Peta mental 24 F. Teori Spasial Kota 27 G. Teori Citra Kota 29 H. Teknik Penggalian Informasi dalam Pemahaman Citra Kota 37 BAB III PENERAPAN TEORI, METODE, DAN MEMBACA HASIL PEMAHAMAN CITRA KOTA 39 A. Deskripsi Objek pemahaman Citra Kota 39 B. Metode yang Digunakan 44 B.1. Teknik Penggalian Informasi yang Digunakan 45 B.2. Cara Analisis Data 48 C. Temuan Penelitian dan Pembahasan 48 C.1. Temuan Penelitian 48 C.2. Pembahasan 66 BAB IV PENUTUP 69 Kepustakaan 71 vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman seorang pengamat terhadap suatu kota akan lebih mendalam daripada sekedar kesan visual. Di dalam sebuah kota terbentang banyak arti lainnya : keindahan, kenangan, pengalaman, harapan, keramaian banyak orang, keragaman bangunan serta drama kehidupan dan kematian, mempengaruhi setiap orang yang mendiami dan memahami suatu kota (Purwanto, 2004). Dari sebuah lingkungan, bagi setiap orang akan terbentuk gambaran citra (image) dalam hubungan fisik antara satu lingkungan dengan yang lainnya. Pengamat dapat menyusun satu gambaran atau kesan-kesan dari sebuah kota; sebuah gambaran bersama dari apa yang disarikan dari realitas fisik sebuah kota yang sebagian besar dibentuk oleh banyak karya-karya arsitektur. Pengetahuan dan pemahaman manusia tentang lingkungan perkotaan tidak diperoleh dengan sendirinya secara sepihak, tetapi melalui rangkaian proses hubungan timbal balik yang bersifat dinamis. Manusia tidak menempatkan dirinya sebagai pengamat yang pasif, tetapi sebagai tokoh penting yang berperan aktif di atas pentas peristiwa timbal balik manusia dengan lingkungannya. Dari waktu ke waktu manusia secara berkesinambungan dan aktif menjelajah untuk memahami lingkungannya, dengan bantuan indera persepsi dan mekanisme penataan pengalaman yang dimilikinya. Pemahaman tersebut tidak diperoleh dalam waktu singkat, tetapi secara bertahap melalui proses yang panjang yang berkaitan dengan berbagai macam kejadian, konteks sekeliling dan ingatan masa silam (Purwanto, 2001). Citra lingkungan perkotaan tidak lain adalah gambaran mental hasil proses kognisi dan ingatan atas dasar pengalaman tentang lingkungannya, bersifat dinamis, mampu memadukan perilaku manusia sebagai pengamat, membantu menafsirkan informasi yang diperolehnya dari lingkungan sekitar. Citra lingkungan perkotaan yang baik memberikan perasaan aman secara emosional pada manusia dan memungkinkan manusia untuk membangun 1

hubungan yang selaras dengan lingkungan perkotaannya. Citra lingkungan perkotaan terbentuk atara lain oleh kaitan lokasi keruangan dan pemaknaan. Kaitan lokasi antar obyek dalam lingkungan perkotaan merupakan acuan penting yang memungkinkan manusia secara cermat mengenali berbagai isyarat petunjuk, tanda-tanda dalam penjelajahan lingkungan yang berbedabeda. Pemaknaan terhadap berbagai obyek dalam lingkungan perkotaan dilakukan menurut berbagai dimensi: simbolik, fungsional, emosional, historik, budaya, politik (Purwanto, 2004). Pemaknaan ini merupakan ekspresi dari mental (kognisi) manusia sebagai pengamat terhadap lingkungan perkotaan sebagai simpul makna pengalaman dan eksistensinya. Citra Kota merupakan kesan fisik yang memberikan ciri khas kepada suatu kota. Dalam pengembangan suatu kota, citra kota berperan sebagai pembentuk identitas kota, dan sebagai penambah daya tarik kota. Oleh karena itu, citra kota yang jelas dan kuat akan memperkuat identitas dan wajah kota sehingga membuat kota tersebut menarik dan memiliki daya tarik. Citra dan identitas kawasan seakan telah menjadi tolak ukur bagi kualitas suatu lingkungan khususnya menyangkut cara pandang orang terhadap nilai lingkungan tersebut (Lynch, 1972). Salah satu upaya untuk mencoba memahami citra lingkungan perkotaan dapat dilakukan dengan cara mengetahui peta mental manusia sebagai pengamat (Pocock, 1978; Lang, 1987; Hartshorn, 1980; Holahan, 1982; Bell, 2001, dan Gifford, 2007;). Peta mental mempersoalkan cara pengamat memperoleh, mengorganisir, menyimpan, dan mengingat kembali informasi tentang lokasi, jarak dan susunan dalam lingkungan fisik (kota). Peta mental melibatkan imaji-imaji gambar dan semantik di dalam kepala pengamat dan pada tanda-tanda / simbol-simbol (Gifford, 2007). Peta mental mempunyai konsep dasar (utama) yang disebut dengan legibility atau kemampuan untuk mendatangkan kesan. Legibility mempunyai hubungan yang sangat erat dengan imageability, atau kemudahan untuk dapat dipamahi / dibayangkan dan dapat diorganisir menjadi satu pola yang koheren (Lynch, dalam Purwanto, 2004). Agar suatu kota dapat dengan mudah dipahami citranya, maka kota tersebut harus mempunyai karakter, karena 2

karakter kota diperlukan untuk memberikan pernahanan tentang identitas kota, sesuai dengan potensi yang ada. Dalam hal ini, karakter merupakan jiwa, perwujudan watak, baik secara fisik maupun non-fisik, yang memberikan suatu citra dan identitas kota (Lynch, 1960). Identitas kota pada hakekatnya merupakan jejak peradaban yang ditampilkan sejarah suatu kota (Budihardjo, 2009). Pemahaman terhadap suatu lingkungan kota berkaitan erat dengan tiga komponen, yaitu: [i] identitas dari beberapa obyek/elemen dalam suatu kota yang berkarakter dan khas sebagai jatidiri yang dapat membedakan dengan kota lainnya; [ii] struktur, yaitu mencakup pola hubungan antara obyek/elemen dengan obyek/elemen lain dalam ruang kota yang dapat dipahami dan dikenali oleh pengamat, struktur berkaitan dengan fungsi kota tempat obyek/elemen tersebut berada; [iii] makna merupakan pemahaman arti oleh pengamat terhadap dua komponen (identitas dan struktur) berdasarkan dimensi-dimensi: simbolik, keunikan, fungsional, emosional, historik, budaya, politik (Lynch dalam Purwanto, 2004). Selanjutnya menurut Lynch, ketiga komponen tersebut mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting sebagai satu kesatuan yang holistik dalam membentuk citra lingkungan kota. Kajian pemahaman citra kota berdasarkan konsep citra kognitif menekankan kepada teori hubungan antara lingkungan dan perilaku akan menjabarkan dan menstrukturkan beberapa teori tersebut dalam suatu struktur pemahaman lingkungan kota. Kevin Lynch dalam bukunya yang terkenal dengan judul The Image of The City telah melakukan penelitian tentang citra kota di kota-kota di Amerika yaitu: Boston, New Jersey dan Los Angeles. Pada perkembangan selanjutnya penelitian Kevin Lynch dilanjutkan oleh beberapa peneliti lain di kota-kota Amerika Utara dan Eropa ( Pocock, dalam Purwanto, 2004) dengan tetap menggunakan metode dan pendekatanyang sama seperti yang digunakan oleh Kevin Lynch. Meskipun hasilnya berbeda dengan hasil penelitian Kevin Lynch, namun metode dan pendekatan yang digunakan oleh Kevin Lynch telah menjadi acuan yang tidak lekang oleh waktu dalam upaya memahami citra kota dimanapun berada. Pada perkembangan berikutnya Nasar (1997) telah 3

mengembangkan metode bagaimana mengevaluasi citra kota berbasis metode yang dibuat oleh Kevin Lynch namun dibuat dalam konteks kekinian. Evaluasi rancangan kota dengan fokus pada citra kotanya menjadi topik bahasan buku ini. Beberapa ahli (terutama disiplin ilmu perancangan kota, psikologi lingkungan, geografi) telah mengembangkan penelitian tentang citra kota ini. Sudut pandang tentang arti dari sebuah kota pun bisa berbedabeda tergantung bagaimana pendekatannya terhadap konsentrasi bidang ilmunya masing-masing. Seperti misalnya, seorang dengan profesi di bidang Geografi akan menekankan pada permukaan kota dan lingkungannya dengan mencari hubungan antara wajah kota dan bentuk serta fungsi kotaitu. Lain halnya dengan seorang ahli spikologi lingkungan, dia akan memperhatikan aspek peta mental manusianya dalam konteks hubungan timbal balik lingkungan dan perilaku manusianya. Sudut pandang seorang perancang kota akan berbeda lagi karena dia akan mementingkan pengaturan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik. Adapun seorang Antropolog akan memandang kota dari lingkup budaya dan sejarah. B. Tujuan Mengapa memahami citra kota sangat penting, terutama bagi para ahli yang terkait? Jawabannya adalah memahami citra kota mempunyai dua tujuan utama dan cukup penting untuk dikemukakan. 1. Memahami citra kota bertujuan agar sebuah kota dapat diketauhi apa kelemahan dan apa kelebihan sebuah kota dari sisi strukturnya, bentuknya, estetika dan suasananya, maknanya. 2. Memahami citra kota bertujuan mengembangkan wawasan pengetahun dibidang perkotaan, yaitu dengan cara mengembangkan metode meneliti tentang citra kota dengan berbagai teknik dan caranya dan dengan objek kota dengan segala keberagaman ciri dan keuanikannya. Dengan demikian tujuan pembahasan dalam buku ini adalah pada dimensi praktis dan dimensi teoritiknya. 4

C. Manfaat Manfaat yang didapat pembaca setelah mendalami buku ini ada dua, yaitu manfaat aplikasi/penerapan bagaimana mengevaluasi rancangan kota melalui aspek citra kotanya. Kelompok pembaca yang mendapatkan manfaat adalah para praktisi dibidang perancangan kota dan bidang lain yang terkait dengan pembangunan kota. Manfaat kedua yaitu manfaat pengembangan wawasan pengetahuan bagaimana meneliti citra kota dengan baikdan benar. Kelompok pembaca yang mendapatkan manfaat adalah para peneliti yang tertarik dibidang arsitektur dan perkotaan serta mahasiswa S1, S2 dan S3 yang tertarik meneliti dengan topik citra kota. D. Lingkup Bahasan Buku ini akan membatasi lingkup bahasan pada aspek bagaimana memahami citra kota berbasis pada buku Kevin Lynch (1960) yang kemudian dikembangkan oleh beberapa pakar dibidang psikologi lingkungan, geografi, arsitek, perancang kota serta objek pembahasannya adalah kota/bagian kota di kota Semarang (kawasan Simpang Lima) sebagai contoh penerapannya. 5