Bab III Metode Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

Model Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD Negeri Candisari Kecamatan Secang Kabupaten Magelang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikembangkan adalah LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) berbasis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III MOTODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Proses Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

Kata kunci: mutu nonakademik, analisis swot, ban pt, renstra

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

BAB. III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. dari berbagai macam perubahan yang bersumber dari lingkungan eksternal

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono, (2011)

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL. Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Strategi penanganan, risiko biaya kontrak, SWOT. iii

Analisis SWOT Sebagai Dasar Menentukan Kualitas Lulusan di SMK TI Bali Global Karangasem

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan karena peneliti ingin

BAB V HASIL PENELITIAN. Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

Transkripsi:

A. Jenis Penelitian Bab III Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian R&D. Menurut Sugiono (2010:297) Metode penelitian R&D digunakan apabila peneliti bermaksud menghasilkan produk tertentu dan sekaligus menguji keefektifan produk tersebut. Potensi dan masalah Pengumpulan data Desain Produk Validasi Desain Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain Revisi Produk Produk Masal Gambar 3.1 Alur Penelitian R&D Sugiyono (2011) Menurut Sugiyono ada sepuluh langkah yang dilakukan untuk memperoleh suatu produk, tetapi dalam penelitian yang akan dilakukan tidak memakai alur yang disampaikan di atas, karena dalam langkahnya tidak sampai pada tahap eksperimen, dengan alasan tidak bisa diperoleh sebuah model yang dapat dipakai secara masal. Mengingat satuan pendidikan yang

menjadi obyek penelitian memiliki permasalahan dan cara pemecahan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan Four-D Model oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, Melvyn I. Semmel (1974), karena dalam langkahnya dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada, serta dapat dilakukan modifikasi sesuai kebutuhan asal masih dalam tahap yang rasional. Model ini terdiri 4 tahap pengembangan yaitu: Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran. Modifikasi terhadap langkah tahapan penelitian dilakukan untuk memperoleh hasil yang dapat dikembangkan sebagai model disatuan pendidikan untuk keperluan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) serta keterbatasan dana dan waktu bagi peneliti. Dalam penelitian ini dikembangkan model berupa strategi yang dapat ditempuh untuk mencapai model pengembangan melalui evaluasi diri sekolah. Pengembangan model tidak sampai pada tahap uji coba di lapangan, tetapi dilakukan uji coba bersifat perkiraan berdasarkan analisis dan pertimbangan dari data yang diperoleh dengan strategi yang akan ditempuh. B. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Data diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara mendalam dengan key informan, observasi, koesioner,dan brainstorming. Dokumen berbentuk arsiparsip kegiatan di sekolah. Dalam observasi, peneliti

terlibat langsung dalam kegiatan di sekolah, sambil melakukan pengamatan. Wawancara dilakukan jika peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi di mana hal ini tidak dapat ditemukan melalui observasi. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali kepada sumber data untuk memperoleh kepastian. Data berbentuk tulisan diperoleh dari dokumen-dokumen yang relevan: kuesioner, dokumen KTSP dokumen I dan KTSP dokumen II. UU 20/2003 tentang Sisdiknas, PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Permendiknas 22/2006 tentang Standar Isi. Data lisan diperoleh melalui wawancara mendalam dengan key informan maupun sumber lain yang dianggap memiliki pengetahuan dan informasi yang memadai tentang permasalahan yang diteliti, sedangkan data observasi dilakukan sesuai fokus yaitu tentang model pengembangan KTSP di sekolah ini. Semua data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian, yaitu tentang model pengembangan KTSP di SD Negeri Candisari Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. C. Prosedur Model Pengembangan KTSP Model pengembangan KTSP yang dikembangkan adalah Model pengembangan KTSP yang mengacu pada pedoman penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP, meliputi (1) melakukan koordinasi dinas pendidikan setempat, (2) melakukan analisis konteks, (3)

penyiapan dan penyusunan draf, (4) reviu dan revisi draf, (5) finalisasi draf, (6) pemberlakuan KTSP. Model pengembangan KTSP ini menggunakan model pengembangan 4 D (model Thiagarajan) yang dimodifikasi. Kegiatan yang peneliti lakukan hanya terbatas sampai pada tahap pengembangan (develop) saja, tidak sampai pada tahap penyebaran (disseminate). Rancangan alur pengembangan model pengembangan kurikulum Model 4 D yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 3.

Satuan Pendidikan Analisis awal-akhir Analisis Konteks Pendefinisian (Define) Data Design Awal Revisi dan Pengembangan KTSP Sistem evaluasidan ketuntasan belajar Struktur Kurikulum dan Pengaturan beban belajar Validasi Dasar pemikiran landasan dan profil sekolah Standar Kompetensi Perancangan (Design) Kajian Teori Design Awal Model KTSP Revisi Design Analisis SWOT Validasi Pengembangan Develop Finalisasi Design Design Model KTSP Penyebaran Penyebaran Dessiminate Gambar. 3.2 Modifikasi Pengembangan Model KTSP 4-D : urutan pelaksanaan kegiatan : kegiatan : hasil kegiatan : siklus ulang ( jika diperlukan )

Penjelasan gambar pengembangan model KTSP 4-D: 1. Tahap Pendifinisian (Define) Tahap pendifinisian bertujuan untuk menentukan dan mendifinisikan langkah-langkah yang dibutuhkan dalam menyusun KTSP dengan menganalisis konteks. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah analisis awal-akhir, analisis kekuatan dan kelemahan, analisis peluang dan tantangan, dan mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan. Kegiatan ini diterapkan lebih dahulu sebagai landasan untuk melangkah ketahap-tahap selanjutnya. a. Analisis Awal-Akhir. Analisis awal-akhir bertujuan untuk memunculkan masalah mendasar yang diperlukan dalam pengembangan KTSP. Masalah mendasar yang perlu diupayakan dalam pengembangan KTSP adalah pelibatan guru, komite sekolah, ahli pendidikan (nara sumber) dan dinas pendidikan yang cenderung ditinggalkan dalam proses pengembangan KTSP. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap pedoman penyusunan KTSP, sehingga diperoleh gambaran yang benar dalam menyusun KTSP. Jadi dalam penelitian ini tidak mengembangkan model pengembangan KTSP yang baru, tetapi menggunakan petunjuk/pedoman yang telah ada untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik sekolah masing-masing. b. Analsis Konteks. Analisis konteks meliputi: (1) Analisis potensi dan kekuatan/kelemahan sekolah. Analisis potensi kekuatan/kelemahan yang ada di sekolah bertujuan untuk menelaah semua komponen yang meliputi peserta didik,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, dan program-program yang ada di sekolah. Hasil telaah semua komponen yang ada di sekolah, merupakan bahan masukan untuk menyusun rancangan draf KTSP, sehingga rancangan itu sesuai komponen yang ada di sekolah. Komponen yang ditelaah dalam penelitian pengembangan ini adalah semua komponen yang ada di SD Negeri Candisari Kecamatan Secang. (2) Analisis Peluang dan Tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran serta komite sekolah, dinas pendidikan serta sumber daya alam dan sosial budaya. Peluang dan tantangan yang dianalisis pada penelitian ini adalah komponen pendukung sekolah dalam mengembangkan KTSP. (3) Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dalam penyusunan KTSP. Setelah melakukan analisis potensi dan kekuatan/kelemahan, serta analisis peluang dan tantangan dilanjutkan dengan mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan. Hal tersebut diperlukan dalam penyusunan KTSP, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dan Standar Kriteria Lulusan (SKL). c. Pengumpulan Data. Data yang terkumpul digunakan untuk mengetahui kondisi awal dari satuan

pendidikan, serta memberikan gambaran peneliti letak ketimpangan dalam mengembangkan KTSP antara kondisi satuan pendidikan dibandingkan dengan pedoman penyusunan KTSP dari BSNP. Sebagai alat ukur menggunakan instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dari Kemendiknas. 2. Tahap Perancangan (Design) Design awal diperoleh berdasarkan analisis konteks serta data yang terkumpul. Tahap ini bertujuan merancang prototipe KTSP. Tahap ini dilaksanakan setelah diadakan rapat kerja/brainstorming, sehingga diperoleh draft awal (draft 1) yang sesuai dengan pedoman penyusunan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Langkah kegiatan pada tahap ini adalah: a. Penyiapan dan Penyusunan Draft. Penyiapan dilakukan untuk membentuk tim penyusun KTSP yang terdiri dari kepala sekolah, guru, komite sekolah, nara sumber, dan pihak lain yang terkait. Proses penyusunan draft isi KTSP disesuaikan dengan hasil analisis konteks dan model KTSP yang akan dikembangkan sekolah. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk rapat kerja sekolah/brainstorming dengan peserta semua tim penyusun KTSP yang telah dibentuk oleh sekolah. b. Desain Awal. Desain awal merupakan desain pengembangan KTSP yang dirancang dengan melibatkan aktivitas tim pengembang KTSP. Desain pengembangan KTSP yang disiapkan terdiri komponen-komponen seperti: Bab1 Pendahuluan (A. Latar belakang, B. visi, misi, dan tujuan sekolah),

Bab II Struktur dan muatan kurikulum (A.Struktur kurikulum, B. Muatan kurikulum terdiri mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, ketuntasan belajar, kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan budaya dan karakter bangsa. Bab III Kalender pendidikan dan lampiran-lampiran terdiri: silabus mata pelajaran, silabus muatan lokal, silabus pengembangan diri, dan pedoman pendukung KTSP. c. Validasi Design. Validasi design dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), langkah tersebut untuk menghindari kesalahan dalam gambar awal dan menentukan pengembangan design selanjutnya. 3. Tahap Pengembangan (Develop) Pengembangan design dilakukan untuk menjawab permasalahan, karena pengembangan KTSP saat ini belum sesuai dengan pedoman pengembangan KTSP dari BSNP. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan draft KTSP yang telah direviu dan direvisi berdasarkan pertimbangan, masukan para pakar dan data yang diperoleh hasil rapat kerja sekolah/brainstorming. Kegiatan pada tahap ini meliputi kajian teori dan revisi design. a. Kajian Teori. Kajian teori dilakukan sebagai dasar atau pijakan menyempurnakan pengembangan design. b. Revisi Design. Dalam revisi design menggunakan analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2006)

Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkahlangkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor-faktor internal dan eksternal akan ditentukan aspek-aspek yang menjadi kekuatan (sterngths), kelemahan (weaknesses), kesempatan (opportunities) dan yang menjadi ancaman (threats) sebuah organisasi. Dengan begitu akan dapat ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan. (Rangkuti, 2005) Teknik analisis yang digunakan adalah analisis matrik SWOT, analisis matrik IFAS, dan analisis matrik EFAS. Matrik tersebut terdiri dari: (1) Kekuatan (sterngths) maksud kekuatan di sini adalah berbagai hal yang merupakan kelebihan dari suatu organisasi. (2) Kelemahan (weaknesses) di dalamnya mengandung berbagai komponen yang kurang menunjang atau dapat menghambat tujuan dari suatu organisasi. (3) Peluang (opportunities) yang membahas kemungkinan potensi yang dapat dikembangkan oleh suatu organisasi. (4) Ancaman (threats) yang di dalamnya membahas kemungkinan yang berpengaruh terhadap keberlanjutan kegiatan pada suatu organisasi. Langkah analisis data dalam analisis SWOT sebagai berikut: (1) Melakukan pengklasifikasian data, faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan sebagai

internal sekolah, peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal sekolah. Pengklasifikasian ini akan menghasilkan tabel informasi SWOT. (2) Melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal sekolah kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). (3) Dari hasil analisis kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan menjadi keputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih biasanya hasil yang paling memungkinkan (paling positif) dengan resiko dan ancaman paling kecil. Menurut Sagala (2009): Strategi SO merupakan penggunaan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada, strategi WO yang berarti memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang, strategi ST yaitu menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman, strategi WT dapat diartikan mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang diperoleh dijadikan umpan balik sekolah sebagai acuan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). c. Validasi Design. Focus Group Discussion(FGD) dilaksanakan kembali bersama tim penyusun KTSP sekolah dengan nara sumber. Dalam FGD disampaikan hasil analisis tentang pengembangan KTSP yang disusun oleh sekolah dengan pedoman penyusunan KTSP dari BSNP. Tujuannya untuk

memperoleh perbaikan design yang telah disusun berupa kritik, saran, dan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan dan penyempurnaan dokumen KTSP. Penilaian ahli ini terutama untuk memeriksa kebenaran konsep, keterbacaan, dan kesesuaian untuk mendukung implementasinya. Berdasarkan masukan para ahli tersebut dilakukan revisi I untuk menghasilkan draft II. Dalam tahap penilaian ahli ini dapat dilakukan secara berulang melalui forum rapat kerja sekolah dengan mendatangkan nara sumber. Draft II dapat dikatagorikan baik dan dapat diberlakukan setelah melalui validasi ahli, secara umum dokumen telah diberikan penilaian layak serta dokumen dapat diberlakukan dengan revisi atau tanpa revisi. Adapun tahap dalam validasi ini secara umum mencakup : (1) validasi isi dokumen I KTSP, apakah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan satuan pendidikan dengan hasil analisis konteks, (2) validasi dari segi bahasa, apakah dokumen I KTSP menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau apakah dalam menyusun kalimat pada dokumen I KTSP tidak menimbulkan makna ganda. d. Finalisasi Design. Finalisasi design KTSP dimaksudkan sebagai kegiatan penyempurnaan akhir dokumen I KTSP berdasarkan hasil reviu dan revisi yang telah disepakati oleh berbagai pihak baik kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan ahli pendidikan.

4. Tahap Dessiminate Dalam tahap penyebaran ini terdapat dua bagian meliputi: a. Design Model. Merupakan hasil akhir yang diperoleh dari pengembangan model, berdasarkan kajian teori, analisis data yang telah mendapatkan persetujuan dalam validasi design. b. Dessiminate. Menyampaikan design model yang telah disusun kepada pihak sekolah dan komite sekolah untuk ditindaklanjuti. D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Seperti pendapat Sugiyono (2011) Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semua belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistic (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisah-pisahkan, variabelnya banyak sekali. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif the researcher is the key instrumen. Jadi peneliti adalah

merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 223). E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan tabel di atas, maka untuk teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Kuesioner. Dalam penelitian ini khusus untuk mengetahui pengembangan KTSP di SD Negeri Candisari Kecamatan Secang. Kuesioner dibuat berdasarkan indikatorindikator evaluasi diri sekolah. Kuesioner diserahkan pada kepala sekolah dan dewan guru. 2. Observasi Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi berdasarkan indikator-indikator dalam komponen KTSP. Dengan demikian, pada saat observasi peneliti selalu mengacu pada pedoman pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP. Sebagai contoh, sekolah dalam mengembangkan kurikulum menggunakan tujuh prinsip pengembangan KTSP yang dikeluarkan BSNP. Setelah mengetahui prinsip pengembangannya, semua hasil observasi dibuat catatan lapangan. Dengan demikian, dalam melakukan observasi, peneliti selalu mengarahkan pada fokus penelitian.

3. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap tim pengembang KTSP, dalam hal ini terdiri dari kepala sekolah, guru, dan komite sekolah. Selain itu untuk mendapatkan data yang valid, juga dilakukan wawancara terhadap siswa. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai orang yang independen. Materi wawancara disesuaikan dengan kedudukan orang yang diwawancarai. Khusus siswa, wawancara berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Selain itu, wawancara, juga dilakukan oleh peneliti saat ragu terhadap dokumen yang ada. Waktu wawancara dilakukan pada saat jam kerja sekolah antara pukul 07.15-14.00. 4. Dokumentasi Studi dokumentasi diharapkan dapat menjadi sumber yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak mungkin ditanyakan melalui wawancara atau observasi. Lebih lanjut Ekosusilo (2001) berpendapat: Terdapat beberapa alasan penggunaan dokumen sebagai sumber data. Pertama, sumber data ini selalu tersedia dan murah (terutama dari segi perolehannya). Kedua, dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau serta dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan. Ketiga, dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya. Keempat, sumber ini sering tidak seperti responden manusia, yaitu non reaktif (Ekosusilo, 2001).

Dalam penelitian ini, dokomen yang dapat peneliti peroleh di sekolah ini di antaranya: KTSP Dokumen I dan KTSP Dukumen II. Dokumen tersebut sebagai masukan peneliti dalam memerinci indikator-indikator dalam pengembangan KTSP. Dokumen ini sebagai alat cross check terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara. F. Analisis Data 1. Data Validasi Ahli Data yang diperoleh dari validator dianalisa secara deskripsi dengan menelaah hasil penilaian terhadap pengembangan KTSP. Hasil telaah digunakan sebagai bahan masukan untuk merevisi/memperbaiki pengembangan kurikulum yang meliputi: (1) revisi dan pengembangan KTSP, (2) dasar pemikiran landasan dan profil sekolah, (3) standar kompetensi, (4) struktur kurikulum dan pengaturan beban belajar, dan (5) sistem evaluasi dan ketuntasan belajar. 2. Analisis SWOT Dalam analisis SWOT, teknik yang digunakan adalah analisis matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary), analisis matrik EFAS (Exsternal Factors Analysis Summary), dan analisis matrik SWOT (Strengths,Weaknesses, Opportunities, and Threats). Matrik IFAS menggambarkan lingkungan internal yang memberikan informasi tentang kekuatan yang harus digunakan secara optimal dan kelemahan yang harus diatasi atau diminimalkan. Matrik EFAS menggambarkan lingkungan eksternal yang memberikan

informasi tentang peluang yang harus dimanfaatkan dan ancaman yang harus dihindari atau dicegah. Matrik SWOT menunjukkan empat kemungkinan alternatif strategis, berdasarkan hasil audit terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Hasil audit lingkungan internal, yang berupa kekuatan dan kelemahan, dimasukkan ke dalam matrik IFAS (tabel 3.2). Hasil audit lingkungan eksternal, yang berupa peluang dan ancaman dimasukkan ke dalam matrik EFAS (tabel 3.3). Selanjutnya, kedua hasil audit tersebut diberi bobot dan rating (penilaian). Tabel. 3.1 Matrik IFAS ( Internal Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan Kelemahan Sumber: Rangkuti 2006 Tabel. 3.2 Matrik EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategis Eksternal Kekuatan Kelemahan Sumber: Rangkuti 2006 Bobot Rating Bobot x Rating Pemberian bobot dan rating dilakukan dalam Focus Group Discussion (FGD). Dengan tim pengembang KTSP. Penetapan besarnya bobot didasarkan pada besarnya daya dukung masing-masing faktor terhadap posisi strategis SD Negeri Candisari, dengan skala 1,0 (sangat mendukung), sampai 0,0 (tidak mendukung). Sedangkan besarnya rating dilakukan dengan membandingkan besarnya daya dukung terhadap pengembangan KTSP SD Negeri Candisari dengan model pengembangan KTSP

yang dikeluarkan BSNP. Skalanya adalah 1 sampai dengan 4 (Amat Baik). Semakin besar kekuatan dan peluang yang dimiliki SD Negeri Candisari untuk mengembangkan model KTSP sesuai pedoman pengembangan KTSP yang dikeluarkan BSNP, semakin besar angka rating-nya. Semakin kecil kekuatan dan peluangnya, jika model pengembangan KTSP SD Negeri Candisari tidak sesuai dengan model pengembangan KTSP yang dikeluarkan BSNP, semakin kecil angka rating- nya. Sebaliknya, semakin besar kelemahan dan ancaman yang dimiliki SD Negeri Candisari dibandingkan daya dukungnya, semakin kecil angka rating-nya. Semakin kecil kelemahan dan ancamannya dibandingkan dengan daya dukung, makin besar angka rating-nya. Setelah diberi bobot dan rating, selanjutnya dihitung total skor faktor internal dan faktor eksternal, dan hasilnya dimasukkan ke dalam matrik SWOT.

Tabel. 3.3 Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) Opportunities ( O ) IFA Weaknesses (W) Strengths Threats ( T ) Sumber: Wulanningrum et al. (2006) Cara menghitung total skor akhir faktor internal dan eksternal adalah sebagai berikut: Bobot setiap faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dikalikan rating-nya masing-masing. Selanjutnya skor setiap faktor dijumlahkan seluruhnya sesuai dengan kategori masingmasing. Dengan demikian didapatkan total skor kekuatan, total skor kelemahan, total skor peluang, dan total skor ancaman. Untuk mendapatkan total skor akhir, faktor internal, caranya adalah total skor kekuatan dikurangi total skor kelemahan. Sedangkan

total skor akhir faktor eksternal adalah total skor peluang dikurangi total skor ancaman. Nilai total skor akhir faktor internal digambarkan pada sumbu X pada metrik SWOT. Sedangkan nilai total skor akhir faktor eksternal digambarkan pada sumbu Y. Titik koordinat (X,Y) adalah hasil analisis SWOT yang menunjukkan empat kemungkinan posisi strategis SD Negeri Candisari, yaitu di kwadran SO (Strengths- Opportunities), kwadran ST (Strengths-Threats), Posisi pada salah satu dari antara kwadran-kwadran inilah yang dijadikan dasar untuk menentukan dan menyusun strategi model pengembangan KTSP SD Negeri Candisari Kecamatan Secang.