VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK. partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK. umum perilaku ekonomi rumahtangga petani di wilayah penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERUBAHAN NILAI PENDAPATAN RUMAH TANGGA TANI DI KAWASAN PRIMA TANI LAHAN KERING DATARAN TINGGI IKLIM BASAH KABUPATEN GIANYAR

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 kiranya dapat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

IV. ANALISIS KEBERHASILAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PURWAKARTA. Tingkat Keberhasilan Hutan Rakyat di Kabupaten Purwakarta

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI...

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kelayakan Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik Petani Penggarap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh Tim Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi. Disampaikan Pada Seminar Proposal Kegiatan 2018 Kusu, 25,26, dan 29 Januari 2018

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Suatu gagasan, praktek, atau objek yang dipandang sebagai hal yang baru oleh seorang individu. Teknologi yang senantiasa berubah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana halnya di negara-negara Asia Tenggara, konsep pertanian

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI PROSES DIFUSI, KATEGORI ADOPTER DAN LAJU ADOPSI INOVASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUSUN MUHARA

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

USAHATANI SAYURAN-TERNAK SEBAGAI BASIS AGRIBISNIS PEDESAAN DI LAHAN PASANG SURUT BONGKOR KECAMATAN BASARANG

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH

IV. METODE PENELITIAN. daerah yang memiliki luas areal yang cukup potensial dalam pengembangan padi

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

Transkripsi:

VI. ADOPSI PROGRAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN- TERNAK Penerapan program sistem integrasi tanaman-ternak yang dilakukan secara partisipatif di lahan petani diharapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani. Pada kenyataannya, adopsi penerapan program ini masih belum dilaksanakan secara seimbang oleh sebagian besar petani. Di sisi lain, terdapat harapan bagi petani yang tidak terlibat dalam program sistem integrasi tanaman-ternak juga memperoleh dampak dari kegiatan dimaksud. Hal ini dapat diperoleh selain langsung dari petani juga berasal dari pihak lain seperti penyuluh, petugas dinas, peneliti/pengkaji, dan lain sebagainya. Bagian ini akan menyajikan faktor-faktor apa sebenarnya yang berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menerapkan program sistem integrasi tanaman-ternak tersebut. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap adopsi program sistem integrasi tanaman-ternak, maka diharapkan dapat dijadikan landasan dalam upaya lebih memperluas tingkat adopsi program tersebut. Terdapat lima kelompok yang digunakan dalam analisis ini, yaitu kelompok karakteristik rumahtangga petani, kondisi usahatani, alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga, kontribusi pendapatan usaha dan informasi teknologi. Peubah-peubah yang dipergunakan untuk merepresentasikan karakteristik rumahtangga petani adalah pendidikan suami (ED) dan pekerjaan suami (PEK). Peubah-peubah yang dipergunakan untuk menggambarkan profil kondisi usahatani adalah jumlah sapi yang dipelihara saat ini (JS) dan penggunaan kompos (JK). Alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga dari suami untuk usaha padi (TKDP1) dan alokasi penggunaan tenaga kerja keluarga dari suami (TKDS1)

118 dan istri (TKDS2) pada usaha sapi merupakan peubah-peubah yang dianggap dapat merepresentasikan profil ketersediaan tenaga kerja keluarga dalam penelitian ini. Pendapatan rumahtangga petani dari usaha sapi (PDS) dianggap relevan untuk dapat menggambarkan profil pendapatan rumahtangga petani yang dapat mempengaruhi terhadap keputusan petani untuk mengadopsi program sistem integrasi tanaman-ternak. Faktor informasi untuk menerapkan program sistem integrasi tanaman-ternak diwakili oleh peubah keikutsertaan anggota keluarga dalam organisasi pertanian (ORG) dan frekuensi kontak dengan petugas penyuluh (PNL). Petugas ini dapat berasal dari berbagai instansi baik pemerintah daerah, pusat maupun swasta atau perorangan. Kelompok faktor informasi ini sudah merupakan kegiatan rutin yang ada sebelum program SITT ini berlangsung. Sebagai contoh, petani memang sudah ada yang terlibat dalam kelompokkelompok maupun organisasi tani sebelum tahun 2002. Demikian pula halnya dengan kegiatan penyuluhan yang secara umum memang sudah dilaksanakan kepada seluruh petani yang ada di desa tersebut, tanpa dibedakan apakah petani tersebut terlibat atau tidak ikut dalam program SITT. Hasil pendugaan pada Tabel 9 memperoleh nilai p sebesar 0.001 dan uji goodness of fit untuk berbagai metoda memberikan nilai p yang sangat signifikan. Hal ini berarti model tersebut cukup baik dalam mengidentifikasi faktor-faktor karakteristik dan kondisi ekonomi rumahtangga petani yang relevan terhadap keputusan mengadopsi program sistem integrasi tanaman-ternak. Berdasarkan total output yang diperoleh terdapat 15633 pasangan, dimana nilai concordant mencapai hampir 97 persen yang berarti bahwa peluang petani untuk mengadopsi

119 program integrasi lebih besar dibandingkan dengan peluang petani untuk tidak mengadopsi program tersebut. Tabel 9 menunjukkan bahwa pada taraf nyata 10 persen, pendidikan dan pekerjaan suami cenderung tidak berpengaruh terhadap keputusan petani dalam menerapkan program sistem integrasi tanaman-ternak. Hal ini tidak berarti bahwa karakteristik rumahtangga petani tidak berpengaruh terhadap keputusan petani dalam proses adopsi program integrasi, namun kesadaran petani untuk menuju pada proses adopsi masih memerlukan upaya khusus. Tabel 9. Hasil Pendugaan Model Adopsi Program Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Peubah Koefisien Penduga Nilai p Odds ratio Konstanta - 11.583 0.000 - Pendidikan suami (ED) 0.02368 0.773 1.02 Pekerjaan suami (PEK) 0.8752 0.302 2.40 Jumlah sapi (JS) 0.1361 0.737 1.15 Penggunaan kompos (JK) 0.018953 0.017 1.02 TK keluarga usaha padi 0.003531 0.601 1.00 (suami) (TKDP1) TK keluarga usaha sapi 0.018184 0.001 1.02 (suami) (TKDS1) TK keluarga usaha sapi (istri) 0.021077 0.010 1.02 (TKDS2) Pendapatan usaha sapi (PDS) 0.00013215 0.078 1.00 Keikutsertaan organisasi tani 3.0151 0.000 20.39 (ORG) Frekuensi kontak penyuluh (PNL) 0.03516 0.396 1.00 Log-likelihood = - 53.621 G = 225.453 df = 10 p-value = 0.000 Hasil serupa disampaikan oleh Basit (1996) yang menyatakan bahwa pengalaman berusahatani, umur dan pendidikan petani tidak berpengaruh terhadap

120 adopsi teknologi usahatani konservasi di wilayah hulu DAS Jratunseluna. Namun, hal ini belum dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak akan mempengaruhi kesadaran petani untuk mengadopsi teknologi usahatani konservasi, tetapi ada kemungkinan bahwa faktor-faktor tersebut belum mengarah untuk menimbulkan kesadaran petani tentang pentingnya upaya konservasi lahan kering. Sedangkan Bulu et al., (2004) melaporkan bahwa karakteristik petani meliputi pendidikan, umur dan pengalaman beternak sapi mempunyai pengaruh terhadap tingkat adopsi komponen teknologi produksi usahatani terpadu. Pada kondisi usahatani rumahtangga, peubah penggunaan kompos cenderung berpeluang terhadap keputusan petani dalam mengadopsi program sistem integrasi tanaman-ternak. Hal ini sangat relevan dengan tujuan dari pelaksanaan program sistem integrasi tanaman-ternak yang salah satunya adalah meningkatkan produktivitas padi melalui penggunaan kompos sebagai pupuk organik. Petani padi menyadari pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki struktur lahan pertanian, sehingga penggunaan kompos menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keputusan petani untuk mengadopsi program tersebut. Hasil ini sesuai dengan harapan peneliti bahwa keterpaduan usaha padi dan sapi menjadi penting melalui pemanfaatan kompos secara optimal. Hanafi et al., (2004) melaporkan bahwa inovasi teknologi pengolahan kotoran ternak menjadi kompos dapat meningkatkan pengetahuan kognitif petani dan memiliki respon positif terhadap inovasi crop livestock systems di lahan kering kabupaten Gunung Kidul, DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap petani dalam menerima inovasi model pendekatan crop livestock systems mampu

121 merubah kebiasaan berusaha ternak sapi dari sistem tradisional, dimana ternak hanya sebagai tabungan, menjadi sistem yang berorientasi bisnis. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja keluarga untuk usaha sapi bagi KK dan istri cenderung berpeluang mempengaruhi terhadap keputusan petani dalam mengadopsi program sistem integrasi tanaman-ternak, dengan masing-masing koefisien sebesar 0.0182 dan 0.021. Masing-masing nilai odds ratio adalah 1.02 yang mengindikasikan bahwa peubah ini mempunyai kecenderungan bagi petani dalam membuat keputusan untuk menerapkan program dimaksud. Hal ini cukup beralasan mengingat program sistem integrasi tanamanternak merupakan kegiatan terpadu, dimana untuk usaha sapi memerlukan input berupa pakan dari limbah usaha padi dan usaha ini juga menghasilkan output berupa kompos yang dapat dipergunakan untuk menyuburkan lahan pertanian. Proses ini memerlukan tenaga kerja yang harus tersedia, utamanya adalah dari dalam keluarga. Tidak berpengaruhnya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada usaha padi tidak memberi arti bahwa peubah ini menjadi tidak penting. Hal ini diduga karena usaha padi merupakan usaha yang penting dan diutamakan, sehingga petani belum mengarah kepada usaha selain padi seperti sistem integrasi tanaman-ternak. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa pendapatan dari usaha sapi cenderung berpeluang mempengaruhi terhadap keputusan petani dalam mengadopsi program sistem integrasi tanaman-ternak. Koefisien dan odds ratio dari peubah ini masing-masing adalah 0.00001325 dan 1.00. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan dari usaha sapi mempunyai kecenderungan bagi petani dalam membuat keputusan untuk menerapkan program dimaksud.

122 Sejalan dengan hasil analisis pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usaha sapi yang memberikan pengaruh terhadap tingkat adopsi program sistem integrasi tanaman-ternak, maka usaha sapi menjadi salah satu faktor penentu bagi petani dalam memutuskan untuk mengikuti program tersebut atau tidak. Hal senada juga dinyatakan oleh Bulu et al., (2004) bahwa pendapatan dari usahaternak (sapi Bali) merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting sehingga petani mampu mengadopsi teknologi produksi yang diintroduksikan oleh peneliti. Disamping itu, petani memerlukan sumber pendapatan lain guna memenuhi kebutuhan rumahtangga, seperti dari pengembangan usaha sapi maupun kompos. Program sistem integrasi tanaman-ternak, disamping berperan sebagai diversifikasi usaha, juga dapat meminimalkan resiko usaha dari usaha padi apabila mengalam gagal panen. Hasil analisis pada kelompok informasi teknologi menunjukkan bahwa keikutsertaan anggota keluarga dalam organisasi pertanian memberikan pengaruh terhadap keputusan petani untuk mengadopsi program sistem integrasi tanamanternak, dengan koefisien sebesar 3.0151 dengan nilai odds ratio sebesar 20.39. Peubah terkait dengan frekuensi kontak dengan penyuluh cenderung tidak mempengaruhi terhadap keputusan petani dalam mengadopsi program tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan semakin banyak organisasi yang diikuti oleh petani akan semakin besar peluang petani untuk mengadopsi program tersebut. Oleh karenanya, dapat menjadi indikasi bahwa dengan pembentukan kelompok-kelompok tani mampu memberikan respon positif terhadap inovasi program sistem integrasi tanaman-ternak.

123 Kelompok-kelompok tani yang diikuti adalah kelompok tani-ternak, kelompok pengairan, kelompok konservasi sumberdaya alam, kelompok kelembagaan KUAT, dan koperasi aneka tani. Kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan rutin setiap bulan yang mendiskusikan tentang kegiatan yang telah dijalankan dan rencana kegiatan ke depan, disamping menghadirkan narasumber terkait dengan masing-masing bidang kelompok. Kelompok-kelompok tani ini pada umumnya menjadi target untuk menambah frekuensi kontak dengan petugas penyuluh, baik melalui peningkatan intensitas kegiatan maupun penambahan jumlah tenaga penyuluh sehingga dapat membantu mempercepat proses adopsi program sistem integrasi tanaman-ternak. Basit (1996) melaporkan bahwa faktor informasi teknologi konservasi usahatani melalui frekuensi kontak dengan tenaga penyuluh merupakan salah satu faktor penting dalam proses adopsi teknologi konservasi tersebut. Faktor-faktor lain sebagai media informasi teknologi seperti kontak antara petani dengan lembaga pemerintah maupun swasta dan kontak dengan tokoh informal tidak memberikan pengaruh yang nyata.