PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ADELINA ANJANI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

ANALISIS PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI DAN DAMPAK INVESTASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN CIAMIS (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TIMUR: ANALISIS INPUT-OUTPUT

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Sebagai suatu model kuantitatif, Tabel IO akan memberikan gambaran menyeluruh mengenai: mencakup struktur output dan nilai tambah masingmasing

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BANGKA BELITUNG (ANALISIS INPUT OUTPUT) Oleh: SIERA ANINDITHA CASANDRI PUTRI H

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor,

Analisis Input-Output (I-O)

INDONESIA OLEH H

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Transkripsi:

PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ADELINA ANJANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peranan Agroindustri Terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2012a Adelina Anjani H44080057

RINGKASAN ADELINA ANJANI. Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output). Dibimbing oleh ADI HADIANTO Kota Bogor merupakan wilayah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Pertumbuhan ekonomi tersebut, terutama didorong oleh berkembangnya sektor industri pengolahan. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar kedua dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Bogor yaitu sekitar 28 persen dari total PDRB selama periode 2006-2010. Sektor agroindustri merupakan subsektor penting dalam sektor industri pengolahan yang menyumbang PDRB terbesar dalam sektor industri pengolahan. Pembangunan sektor agroindustri diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi wilayah, terutama menciptakan nilai tambah, menyediakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Peranan sektor agroindustri tersebut dapat dijadikan sebagai informasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan sektoral dan ekonomi Kota Bogor mendatang. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral Kota Bogor, (2) menganalisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri di Kota Bogor, (3) menganalisis besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor agroindustri, dan (4) menganalisis dampak investasi di sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan Input-Output (I-O) dengan basis data Tabel Input- Output Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 yang diagregasi menjadi 10 dan 12 sektor. Pengolahan data dengan menggunakan bantuan software I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian memperlihatkan kontribusi sektor agroindustri yang cukup besar terhadap pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output Kota Bogor. Permintaan total dan permintaan akhir menempati urutan pertama dari klasifikasi sepuluh sektor dengan nilai masing-masing sebesar 27.61 persen dan 34.80 persen dari total permintaan. Permintaan antara sektor agroindustri menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar 18.33 persen dari total permintaan antara. Tingginya permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukkan bahwa output sektor agroindustri sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain. Selanjutnya untuk pembentukan nilai tambah bruto, sektor agroindustri menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar 10.05 persen dari total nilai tambah bruto dan untuk output sektoral, sektor agroindustri menempati urutan pertama terbesar dengan nilai sebesar 27.61 persen dari total output Kota Bogor. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan, diperoleh hasil bahwa sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang relatif lebih besar dibandingakan dengan nilai keterkaitan ke depan (forward linkage). Hal ini dapat disimpulkan bahwa keberadaan sektor agroindustri

memiliki kemampuan menarik yang lebih besar terhadap sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sektor hulu agroindustri yang dimaksud adalah sektor pertanian atau sektor yang outputnya digunakan sebagai input oleh sektor agroindustri. Sedangkan sektor hilir agroindustri yang dimaksud adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran atau sektor yang inputnya berasal dari output sektor agroindustri. Sesuai dengan hasil analisis multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor agroindustri memiliki nilai pengganda relatif tinggi dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga sektor agroindustri dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output, pendapatan, dan penciptaan lapangan kerja di Kota Bogor. Analisis dampak dalam penelitian ini menggunakan nilai investasi sektor agroindustri berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor tahun 2010-2014 sebesar Rp 2.18 triliun. Jika diasumsikan target investasi dalam RPJMD terealisasi, maka injeksi investasi tersebut berdampak besar terhadap perekonomian Kota Bogor dalam hal pembentukan output sebesar Rp 2.01 triliun, pendapatan sebesar Rp 265 miliar, dan penyerapan tenaga kerja sebesar 102 318 orang. Berdasarkan hasil analisis, disarankan Pemerintah Kota Bogor mengadakan kerjasama dengan pemerintah kota atau kabupaten yang merupakan kawasan agropolitan sebagai usaha dalam menjamin kontinuitas bahan baku bagi sektor agroindustri di Kota Bogor, membuat inovasi produk baru hasil pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk, menerapkan teknologi untuk produk agroindustri, memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja lokal demi meningkatkan kualitas SDM Kota Bogor, dan mengadakan penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh berbagi aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran. Selain itu Pemerintah Kota Bogor diharapkan mengembangkan strategi investasi yang tepat untuk meningkatkan investasi di sektor agroindustri, diantaranya dengan pemberian fasilitas-fasilitas demi menarik para investor baik dalam negeri maupun asing, seperti perbaikan infrastruktur yang menunjang dalam kegiatan usaha, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang investasi, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif di bidang keamanan dalam berusaha. Kata Kunci : Agroindustri, Kota Bogor, Analisis Input-Output, Backward and Forward Linkages, Investasi

PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT) ADELINA ANJANI H44080057 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Judul Nama NIM : Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output) : Adelina Anjani : H44080057 Disetujui Pembimbing Adi Hadianto, SP, M. Si NIP. 19790615 200501 1 004 Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003 Tanggal Lulus :

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-nya atas terlaksananya penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan dorongan serta kerjasama berbagai pihak. maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Adi Hadianto, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan perhatiannya. 2. Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta pengarahan kepada penulis. 3. Ayahanda Joko Mintono dan Ibunda Emma Suhaema serta kakak Harry Suseno, kakak Astrid Wulandari dan adik Amelia Ayuningtyas tersayang atas doa, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan motivasi tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan perhatiannya dalam bidang akademik. 5. Gupuh Samirono, BBA selaku Kasi. Industri Agro dan Hasil Hutan Disperindagkop Kota Bogor, dan instansi-instansi lainnya yang telah membantu dalam penelitian.

6. Rekan-rekan satu bimbingan Novianti, Mafia Sartika Dewi, Septiana Ully, Latifah Hanum, Rani Sumarni, dan Anissa Saras Waty atas kekompakan dan motivasi yang diberikan. 7. Ryanza Prasetya, Cattleya Rizkita, Abdul Hady, Ruby Larasaty, Sugistiawaty, Kemala Indah Wahyuni dan Dewi Shinta Ramadhani serta seluruh sahabatku tercinta lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa, dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis selama ini. 8. Keluarga besar Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 45 atas kebersamaan dan kekompakan selama ini. 9. Seluruh dosen dan staf departemen yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL. 10. Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Juli 2012 Penulis

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya yang telah diberikan sehingga skripsi dengan judul Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output) dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai peranan dan perkembangan sektor agroindustri di Kota Bogor. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Adi Hadianto, SP, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini. 2. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi saya pribadi dan bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Juli 2012 Adelina Anjani H44080057

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Adelina Anjani, dilahirkan pada tanggal 7 Oktober 1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Joko Mintono dan Emma Suhaema. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di TK Tri Bhakti Bogor. Kemudian penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Sukadamai 3 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 5 Bogor. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Setelah menyelesaikan pendidikan 12 tahun, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008 di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Menejemen (FEM), IPB.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian... 7 1.4. Manfaat Penelitian... 8 1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA... 11 2.1. Tinjauan Teoritis... 11 2.1.1. Investasi... 11 2.1.2. Agroindustri... 14 2.1.3. Keterkaitan Sektor Agroindustri... 16 2.2. Pendekatan Input-Output... 18 2.2.1. Model Input-Output... 18 2.2.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Ouput... 20 2.2.3. Analisis Keterkaitan... 25 2.2.4. Analisis Multiplier... 25 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 26 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 29 IV. METODE PENELITIAN... 32 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 32 4.2. Jenis dan Sumber Data... 32 4.3. Metode Analisis Data... 32 4.3.1. Analisis Keterkaitan... 33 4.3.2. Analisis Multiplier... 35 4.3.3. Analisis Dampak Investasi... 38 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH... 40 5.1. Kondisi Geografis... 40 5.2. Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja... 42 5.3. Kondisi Perekonomian Daerah... 42 5.4. Karakteristik Sektor Agroindustri Kota Bogor... 43 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 47 6.1. Peranan Sektor Agroindustri terhadap Perekonomian Kota Bogor... 47 6.1.1. Struktur Permintaan... 47 i iii iv

6.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto... 49 6.1.3. Struktur Output Sektoral... 53 6.2. Analisis Keterkaitan... 54 6.2.1. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage)... 55 6.2.2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage)... 57 6.3. Analisis Multiplier... 59 6.3.1. Multiplier Output... 60 6.3.2. Multiplier Pendapatan... 62 6.3.3. Multiplier Tenaga Kerja... 63 6.4. Analisis Dampak Investasi Sektor Agroindustri... 64 6.4.1. Kondisi Investasi Sektor Agroindustri... 64 6.4.2. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Output... 67 6.4.3. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pendapatan Rumah Tangga... 68 6.4.4. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja... 69 VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 71 7.1. Kesimpulan... 71 7.2. Saran... 72 DAFTAR PUSTAKA... 75 LAMPIRAN... 78

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010... 1 2.1. Struktur Kuadran Input-Output... 21 2.2. Ilustrasi Tabel Input-Output... 22 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Agroindustri Tentang Multiplier... 28 4.1. Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja... 37 6.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah)... 48 6.2. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah)... 50 6.3. Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah)... 54 6.4. Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008... 56 6.5. Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 57 6.6. Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008... 58 6.7. Keterkaitan Output ke Depan Sektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 59 6.8. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008... 61 6.9. Multiplier Output Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 62 6.10. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008... 62 6.11. Multiplier Pendapatan Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 63 6.12. Multiplier Tenaga kerja Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008... 64 6.13. Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Investasi Pemerintah Daerah (Pemda) Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Kota Bogor... 67 i

6.14. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pembentukan Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Juta Rupiah)... 68 6.15. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Juta Rupiah) 69 6.16. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Orang)... 70 ii

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Fungsi Investasi... 12 2.2. Dampak Tingkat Bunga terhadap Investasi dan Pendapatan dalam Perpotongan Keynesian... 13 3.4. Diagram Alur Berpikir... 31 5.1. Peta Wilayah Kota Bogor... 41 iii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Potensi Rata-Rata Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan Kota Bogor Tahun 2008-2011... 79 2. Keterangan Kode Sektor Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008... 80 3. Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor... 81 4. Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 12 Sektor... 83 5. Struktur Permintaan Antara dan Akhir Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 85 6. Struktur Nilai Tambah Bruto Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 86 7. Struktur Output Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008... 86 8. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor... 87 9. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 10 Sektor... 88 10. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor... 89 11. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor... 90 12. Multiplier Output Klasifikasi 10 Sektor... 91 13. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 10 Sektor... 92 14. Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 10 Sektor... 93 15. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 12 Sektor... 94 16. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 12 Sektor... 95 17. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 12 Sektor... 96 18. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 12 Sektor... 97 19. Multiplier Output Klasifikasi 12 Sektor... 98 20. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 12 Sektor... 99 21. Jumlah Investasi Industri Kota Bogor Tahun 2010-2014... 100 22. Jumlah Minat Investasi PMDN dan PMA Berdasarkan Penerbitan Izin yang Tercatat di BPPTPM Kota Bogor Periode Tahun 2011.. 101 23. Output Final Demad Impacts (Juta Rupiah)... 102 24. Income Final Demand Impacts (Juta Rupiah)... 103 25. Employment Final Demad Impacts (Juta Rupiah)... 104 iv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara menjadikan Kota Bogor sebagai tempat yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan yang tengah berkembang pesat di Kota Bogor ialah kegiatan industri pengolahan. Keberadaan sektor industri pengolahan di Kota Bogor menjadi sektor yang potensial bagi perekonomian dengan ditunjukannya data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor sepanjang tahun 2006-2010, memperlihatkan kontribusi terbesar kedua dalam pembentukan perekonomian dipegang oleh sektor industri pengolahan dengan nilai lebih dari 28 persen dari total PDRB Kota Bogor seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 Sektor Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 0.33 0.32 0.31 0.30 0.29 2. Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3. Industri Pengolahan 28.01 28.07 28.16 28.25 28.34 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 3.17 3.19 3.22 3.24 3.27 5. Bangunan 7.32 7.18 7.05 6.92 6.79 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 30.14 30.03 29.80 29.54 29.24 7. Pengangkutan dan Komunikasi 9.74 9.83 9.94 10.06 10.19 8. Keunangan, Persewaan, dan Jasa Persh. 13.83 13.97 14.17 14.39 14.63 9. Jasa-jasa 7.46 7.40 7.35 7.29 7.25 Total PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber : BPS Kota Bogor, 2011

Pada Tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa kontribusi terkecil dalam PDRB Kota Bogor adalah sektor pertanian dengan kisaran nilai 0.30 persen dari total PDRB sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian memang bukan sektor yang memberikan kontribusi utama bagi PDRB sehingga sektor ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah Kota Bogor demi menunjang kegiatan industri pengolahan yang tengah dikembangkan. Dengan mengetahui sektor industri pengolahan berperan dalam pembentukan PDRB, maka diperlukannya suatu integrasi antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan yaitu melalui agroindustri. Dimana sektor pertanian sebagai pasar bagi produk sektor agroindustri dan sebaliknya sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku bagi sektor agroindustri disamping sektor lainnya (Sitanggang, 2002). Menurut Soekartawi (2005), pembangunan agroindustri sebagai salah satu lanjutan dari pembangunan pertanian. Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agroindustri merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan lapangan pekerjaan, dan memperbaiki pembagian pendapatan masyarakat. Dalam sektor agroindustri ditemui sejumlah keunggulan, indikatornya antara lain: pertama, dari sisi sektor tenaga kerja, kegiatan pertanian merupakan penyerap tenaga kerja yang terbesar dan merupakan sumber pendapatan mayoritas penduduk. Kedua, dari sisi sektor pangan, pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan. Ketiga, 2

dari sisi sektor ekonomi makro, komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga, yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat. Harga produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. Keempat, dari sisi sektor perdagangan, akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor. Kelima, dari sisi sektor industri, komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur pertanian. Keenam, dari sisi sektor pembangunan daerah, pada tataran pelaksanaan pertanian memiliki keterkaitan antara regional dan sektoral yang sangat tinggi. Ketujuh, dari sisi penanggulangan kemiskinan, sektor-sektor agroindustri merupakan kegiatan yang paling banyak mengikutsertakan kelompok masyarakat yang tidak mampu dan berada dalam kawasan yang belum maju atau kawasan tertinggal. Dan kedelapan, dari sisi investasi, sektor-sektor agroindustri merupakan kegiatan yang paling banyak menarik dan menghimpun investasi, terutama investasi asing (Dharma, 2008). Dengan memperhatikan kendala dan peluang untuk mencapai sasaran pembangunan yang mempunyai dampak terhadap kesejahteraan masyarakat maka perlu ada suatu kebijaksanaan yang tepat yaitu bagaimana mengembangkan sektor yang dapat menjadi unggulan dalam pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor agroindustri penting bagi pertumbuhan ekonomi karena peranannya dalam hal: (1) meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, (2) meningkatkan kesempatan kerja, (3) meningkatkan pangsa pasar dan ekspor, (4) meningkatkan pendapatan, (5) persiapan menuju negara industri baru. 3

Jumlah industri yang beroperasi di Kota Bogor sepanjang tahun 2008-2011 dirata-ratakan sebanyak 2 193 unit dengan penyerapan tenaga kerja rata-rata 20 617 orang dan nilai investasi rata-rata sebesar Rp 331 miliar. (Lampiran 1). Pemerintah Kota Bogor lebih menekankan pembangunan ekonominya dengan mengembangkan industri pengolahan, dengan prioritas utama diberikan kepada Industri Kecil Menengah (IKM). Program Pengembangan IKM di Kota Bogor telah menjadi bagian dari Rencana Strategis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Tahun 2010-2014 dengan meningkatkan nilai tambah produk IKM sehingga produktivitas dan pemasaran hasil IKM akan mengalami peningkatan. Tambunan (2003) menyatakan strategi industri berbasis IKM perlu diterapkan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang tangguh. IKM bersifat padat tenaga kerja dengan tingkat keterampilan sedang, berbasis sumberdaya lokal (hemat devisa), menggunakan teknologi tepat guna dan bersifat fleksibel. Sebaliknya industri besar bersifat padat modal dengan tenaga kerja berketerampilan tinggi, berbasis bahan baku impor (boros devisa) dan kurang fleksibel. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan industri pengolahan termasuk agroindustri perlu ditingkatkan dan didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman modal. Menurut Priyarsono (2007), investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu untuk meningkatkan output, dan pada 4

akhirnya akan menjadi sumber pendapatan bagi tenaga kerja yang bekerja pada sektor tersebut. Besarnya peranan sektor agroindustri dalam perekonomian Kota Bogor perlu dikaji lebih jauh untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan pembangunan sektor agroindustri dan pembangunan ekonomi daerah umumnya. Hal ini tergantung pada besarnya keterkaitan sektor ini dengan sektor lainnya untuk membentuk struktur perekonomian daerah. Pernyataan tersebut menjadikan pertimbangan dasar penulis melakukan penelitian tentang Peranan Agroindustri Terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor. 1.2. Perumusan Masalah Pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan pembangunan. Diakui atau tidak, ekonomi Indonesia sekarang mempunyai masalah yang krusial diantaranya pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita adalah tidak bergeraknya sektor riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini, khususnya pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan keberanian pemerintah untuk melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya. Seperti diketahui, keunggulan komparatif perekonomian Indonesia adalah besarnya potensi sumber daya alam terbarukan (renewable resources) dan pengalaman agroindustri sebagai penyelamat ekonomi kita selama krisis. 5

Agroindustri atau industri berbasis pertanian diharapkan besar dalam menarik pembangunan sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penerimaan devisa dan meningkatkan pembagian pendapatan (Departemen Pertanian, 2009). Dalam era otonomi daerah, masing-masing daerah berusaha untuk mengembangkan potensi daerahnya. Salah satu daerah yang mengembangkan potensinya adalah Kota Bogor. Pengembangan agroindustri akan sangat strategis apabila dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Pengertian terpadu adalah keterkaitan usaha sektor hulu dan hilir (backward and forward linkages), serta pengintegrasian kedua sektor tersebut secara sinergis dan produktif. Sedangkan dengan konsepsi berkelanjutan, diartikan sebagai pemanfaatan teknologi konservasi sumberdaya dengan melibatkan kelompok atau lembaga masyarakat, serta pemerintah pada semua aspek. Tantangan pembangunan yang dihadapi oleh pemerintah Kota Bogor pada masa yang akan datang adalah bagaimana mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh penciptaan iklim investasi yang kondusif dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pembangunan ekonomi Kota Bogor khususnya dalam pengembangan agroindustri menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala tersebut adalah (1) kualitas dan kontinuitas produk pertanian kurang terjamin, (2) kemampuan SDM masih terbatas, (3) belum berkembang secara luas kemitraan antara agroindustri skala 6

besar/menengah dengan agroindustri skala kecil/rumah tangga, (4) keterbatasan modal, (5) teknologi yang masih rendah. Usaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan juga berkelanjutan (sustainable) akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan ekonomi, dan ekspor. Peluang yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bogor untuk mencapai tersebut antara lain: (1) potensi sumber daya yang belum optimal dimanfaatkan, (2) adanya industri pengolahan (agroindustri) yang cukup berkembang, (3) lokasi yang strategis, dan (4) jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral Kota Bogor? 2. Bagaimana keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri di Kota Bogor? 3. Bagaimana besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor agroindustri di Kota Bogor? 4. Bagaimana dampak investasi sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menganalisis peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral 7

Kota Bogor. 2. Menganalisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri di Kota Bogor. 3. Menganalisis besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor agroindustri di Kota Bogor. 4. Menganalisis dampak investasi sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan manfaat dalam hal : 1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pertumbuhan sektor agroindustri di Kota Bogor. 2. Memberi masukan bagi Pemerintah Kota Bogor dan instansi-instansi terkait lainnya dalam menentukan kebijakan mengenai perencanaan pembangunan sektor agroindustri di Kota Bogor. 3. Sebagai bahan informasi terdokumentasi bagi peneliti lain yang mempunyai keinginan melakukan studi tentang sektor agroindustri. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai peranan sektor agroindustri tehadap pertumbuhan wilayah, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor dengan ruang lingkup dan keterbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini meliputi langkah-langkah berikut: (1) pengklasifikasian sektor dalam Tabel Input-Output menjadi 10 dan 12 sektor, (2) pengkajian struktur ekonomi wilayah, (3) pengkajian keterkaitan ke belakang dan ke 8

depan, serta dampak pengganda agroindustri, (4) pengkajian dampak investasi terhadap sektor agroindustri. 2. Lingkup wilayah penelitian dibatasi pada tingkat makro wilayah Kota Bogor dan tidak menganalisis keterkaitan antarwilayah. Salah satu alat analisis data yang dipergunakan adalah Model Input-Output (I-O) sehingga berlaku asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam model tersebut. Asumsi-asumsi tersebut adalah: (1) keseluruhan kegiatan ekonomi dibagi habis menurut klasifikasi tertentu ke dalam sektor dan institusi, (2) jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran dari masing-masing sektor atau institusi berimbang (adanya prinsip keseimbangan umum), dan (3) distribusi koefisien antar sektor/berlaku konstan. 3. Asumsi yang digunakan dalam analisis input-output yaitu: (1) keseragaman (homogenity), yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbedabeda, (2) kesebandingan (proportionality), yang menyatakan hubungan antara input dan output di dalam tiap sektor merupakan fungsi linier, yaitu jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output dari sektor-sektor tersebut, (3) penjumlahan (additivity), yang berarti bahwa efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan efek masing-masing kegiatan. 4. Instrumen kebijakan ekonomi yang digunakan peneliti dalam analisis dampak ialah investasi. Perhitungan dampak investasi pada agroindustri 9

tersebut berdasarkan total investasi (PMDN dan Pemda) rata-rata per tahun, yakni tahun 2010-2014 yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor (RPJMD). Pengambilan tahun tersebut didasarkan untuk mengetahui besarnya dampak dari investasi di masa depan sebagai salah satu langkah strategis dalam penentuan prioritas suatu sektor. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto (NX). Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX (2.1) GDP atau produk domestik bruto adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan diatas disebut identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity). Investasi merupakan salah satu unsur GDP yang paling sering berubah. Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2006). Tujuan pengeluaran untuk investasi adalah pembeliaan barang-barang yang memberi harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak membeli barang dan jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama dalam investasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga. Agar proyek investasi menguntungkan,

hasilnya (penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa masa depan) harus melebihi biayanya (pembayaran untuk dana pinjaman). Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit proyek investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun. Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut : Tingkat Bunga Riil (r) Fungsi Investasi, I(r) Sumber : Gregory, N. Mankiw, 2006 Kuantitas Investasi (I) Gambar 2.1 Fungsi Investasi Model GDP seperti dalam model IS-LM didasarkan pada fungsi investasi sederhana yang mengaitkan investasi dengan tiket bunga riil. Untuk memasukkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi ke dalam model maka tingkat investasi yang direncanakan dapat ditulis sebagai berikut : I = I (r). (2.2) Fungsi investasi ini dapat diperlihatkan dalam bagian (a) Gambar 2.2. Karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman untuk mendanai proyek-proyek investasi, maka kenaikan tingkat bunga akan mengurangi investasi yang direncanakan. Akibatnya fungsi investasi miring ke bawah. 12

(b) Perpotongan Keynesian Pengeluaran, E Pengeluaran aktual I Pengeluaran yang direncanakan 45 o Y 2 Y 1 Pendapatan, Output, Y (a) Fungsi Investasi (c) Kurva IS Tingkat bunga, r Tingkat bunga, r r 2 r 2 r 1 I I(r) r 1 IS I(r 2 ) I(r 1 ) Investasi, I Y 2 Y 1 Pendapatan, Output, Y Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006 Gambar 2.2 Dampak Tingkat Bunga terhadap Investasi dan Pendapatan dalam perpotongan Keynesian 13

Untuk menentukan bagaimana pendapatan berubah ketika tingkat bunga berubah, fungsi investasi dapat dikombinasikan dengan diagram perpotongan Keynesian. Karena investasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga, maka kenaikan tingkat bunga dari r 1 ke r 2 mengurangi jumlah investasi dari I(r 1 ) ke I(r 2 ). Pengurangan investasi yang direncanakan, akan menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan ke bawah, sebagaimana terlihat dalam bagian (b) Gambar 2.2. Pergeseran dalam fungsi pengeluaran yang direncanakan menyebabkan tingkat pendapatan turun dari Y 1 ke Y 2.. Dengan demikian, kenaikan tingkat bunga mengurangi pendapatan. Kurva IS yang ditunjukkan dalam bagian (c) Gambar 2.2, meringkas hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan. Esensinya, kurva IS mengkombinasikan interaksi antara r dan I yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara I dan Y yang ditunjukkan oleh perpotongan Keynesian. Setiap titik pada kurva IS menggambarkan keseimbangan pendapatan tergantung pada tingkat suku bunga. Karena kenaikan tingkat bunga menyebabkan investasi yang direncanakan turun, dan menyebabkan keseimbangan pendapatan turun, maka kurva IS miring ke bawah (Mankiw, 2006). 2.1.2. Agroindustri Agroindustri dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru baik yang bersifat setengah jadi maupun yang dapat dikonsumsi. Menurut Saragih (2010) sektor agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup 14

hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung, berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) di luar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dan lain-lain, beserta kegiatan ekonomi yang memasarkan dan memperdagangkannya. Agroindustri sebagai salah satu subsistem dalam sistem agribisinis yang terutama memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga mempercepat pembangunan daerah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu: (1) agroindustri memiliki potensi dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total karena memiliki pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan, (2) mampu menarik pertumbuhan sektor lainnya, (3) keragaan dan performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal. Krisnamurthi, et al. (2010) menjelaskan bahwa salah satu alternatif strategi industrialisasi yaitu dengan pengembangan agroindustri. Sektor ini dapat dijadikan sebagai salah satu sektor yang memimpin atau a leading sector dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor agroindustri paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan (sustainability). Dalam perkembangannya kemudian, agroindustri yang bersistem agribisnis ini akan menjadi suatu paradigma baru dalam pembangunan berbasis pertanian. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis termasuk pertanian di dalamnya, memiliki posisi tetap dan peranan 15

yang sangat strategis dan mendasar dalam pembangunan ekonomi nasional karena hamparan wilayah Indonesia yang berbasiskan pertanian. Dari beberapa definisi di atas jelas bahwa agroindustri mempunyai ruang lingkup yang lebih kecil dibandingkan agribisnis. Agroindustri terbatas pada kegiatan pengolahan produk yang berbasiskan pertanian, sedangkan agribisnis mencakup semua kegiatan sejak menyediakan input, membudidayakan, mengolah, menyediakan dana, memasarkan, dan mendistribusikan produk-produk berbasiskan pertanian. 2.1.3. Keterkaitan Sektor Agroindustri Menurut Meier dalam Affandi (2009), dua mekanisme yang bekerja dalam sektor aktivitas produksi secara langsung adalah pertama, penyediaan input yang menghasilkan permintaan atau backward linkage effects, yaitu setiap aktivitas ekonomi non-primer akan mempengaruhi upaya untuk mensuplai melalui produksi domestik input yang diperlukan oleh aktivitas tersebut. Kedua, pemanfaatan output atau forward linkage effects, yaitu setiap aktivitas yang menurut sifatnya tidak menjadi barang akhir, akan mempengaruhi usaha untuk memanfaatkan output sebagai input pada aktivitas baru. Pengembangan agroindustri di satu pihak meningkatkan permintaan input antara (intermediate input) seperti bahan baku tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan lain-lain yang dipasok oleh sektor pertanian. Hal ini disebut keterkaitan ke belakang (backward linkage). Di pihak lain, sektor agroindustri meningkatkan penawaran output untuk sektor-sektor lain seperti perdagangan dan industri lainnya, di samping ada yang digunakan sendiri oleh agroindustri. Hal ini disebut keterkaitan ke depan (forward linkage). Jadi, kedua 16

aspek ini yang dikenal sebagai efek keterkaitan antar industri (interindustry linkage effect), yang mengarah ke belakang dan ke depan. Selain itu, pengembangan sektor agroindustri akan meningkatkan penyediaan kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang dihasilkan sektor lain. Keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut merupakan dorongan untuk meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatkan tabungan di sektor agroindustri. Hubungan ini dikenal sebagai efek keterkaitan ketenagakerjaan (employment linkage effect) dari efek keterkaitan penciptaan pendapatan (income generation linkage effect) Keberadaan agroindustri yang terpisah dengan industri hulu dan hilir tidak akan mampu menjadi penggerak ekonomi secara efektif. Sektor ini hanya dapat menjadi kekuatan yang efektif apabila dikombinasi dengan sektor hulu dan hilir serta industri penunjang lain yang terkait misalnya, transportasi, industri, perdagangan, dan jasa. Agroindustri merupakan rangkaian kegiatan agrobisnis berbasis pertanian yang saling berkaitan dalam suatu sistem produksi, pengolahan, distribusi, pemasaran dan berbagai kegiatan atau jasa penunjangnya. Keterkaitan struktural antar sub-sistem amat vital dan merupakan kunci sukses dalam membangun agroindustri yang tangguh. Kegiatan agroindustri dapat menghasilkan produk pangan dan/atau produk nonpangan. Bahkan hampir semua jenis pangan yang dipasarkan dan dikonsumsi berasal dari kegiatan produsen agroindustri di dalam negeri maupun di luar negeri. Bagi Indonesia, sejauh pada aspek produksi tingkat kemandirian kita masih cukup tinggi karena sebagian besar produk agroindustri yang dikonsumsi penduduk utamanya berasal dari 17

agroindustri dalam negeri. Menurut Tambunan dalam Krisnamurthi, et al. (2010), pengembangan agribisnis terutama agroindustri mempunyai arti penting dalam suatu perekonomian yakni: (1) besarnya efek pengganda nilai tambah (multiplier effect of value added) sektor agroindustri, sehingga mempunyai potensi besar mendorong pertumbuhan ekonomi, (2) sektor ini sebagai penyedia lapangan kerja dalam suatu perekonomian baik nasional maupun regional, sehingga dapat mengurangi pengangguran, dan (3) dalam perdagangan luar negeri, sektor ini mempunyai potensi besar dalam meningkatkan devisa negara. Sehingga reorientasi strategi industrialisasi berbasis agroindustri merupakan syarat mutlak dalam menghadapi era globalisasi. Menggerakkan ataupun mengembangkan sektor agroindustri harus diimplementasikan dalam kerangka sistem agribisnis secara menyeluruh. Agroindustri sebagai down-stream agribusiness sub-system, akan mempunyai hubungan keterkaitan dengan on-farm agribusiness sub-system. Oleh karena itu, dalam pengembangan agroindustri akan dipengaruhi oleh kinerja sub-sistem pertanian primer, lembaga penopang, kebijakan pemerintah dan berbagai perubahan pada faktor eksternal lainnya. 2.2. Pendekatan Input-Output 2.2.1. Model Input-Output Leontief dalam Daryanto (2010) menjelaskan bahwa analisis Input-Output merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor yang terdapat dalam sistem ekonomi yang kompleks. Analisis ini fokus pada hubungan antar sektor di dalam suatu wilayah dan mendasarkan analisisnya terhadap keseimbangan. Model Input-Output juga 18

dianggap sebagai pengembangan penting dari teori keseimbangan umum. Tabel I-O adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks (Priyarsono, et al., 2007). Dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor di dalam perekonomian didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor yang lainnya. Dalam BPS (2009), Tabel I-O sebagai suatu metode kuantitatif yang memberikan gambaran menyeluruh tentang : 1. Struktur perekonomian negara atau wilayah yang mencakup output, input, dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari negara atau wilayah lain. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. Priyarsono, et al. (2007) menyatakan tentang beberapa kegunaan dari analisis I-O adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan 19

substitusinya. 3. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 4. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Dalam suatu model Input-Output yang bersifat terbuka statis (static model) menurut Jensen dan West dalam Priyarsono, et al. (2007) bahwa transaksitransaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O diperlukan tiga asumsi atau prinsip dasar, yaitu berikut ini ; 1. Keseragaman (Homogenity), yaitu asumsi dimana hanya dihasilkan secara tunggal, artinya setiap sektor hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut. 3. Penjumlahan (Additivity), yaitu total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor sebagai penjumlahan dari efek pada kegiatan sektor secara terpisah. 2.2.2. Kerangka Dasar Tabel Input- Output Tabel Input-Output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi yaitu baris dan kolom. Isian sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan 20

permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya. Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dapat dikelompokkan menjadi 4 kuadran dengan kerangka penyajian seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Struktur Kuadran Input-Output I Transaksi Antar Sektor II Input Primer Sumber : Bappeda Kota Bogor, 2011 II Permintaan Akhir IV Berdasarkan contoh Tabel 2.1, empat kuadran yang terdapat dalam Tabel I-O diberi nama yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Isi dan pengertian masing-masing kuadran tersebut adalah sebagai berikut : Pada kuadran I (Intermediate Quadran) merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis I-O kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan produksinya. Kuadran II (Final Demand Quadrant) menjelaskan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. 21

Kuadran III (Primary Input Quadrant) menjelaskan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan 24 transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi. Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian Tabel Input-Output, maka diberikan ilustrasi Tabel Input-Output pada sistem perekonomian. Ilustrasi Tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Ilustrasi Tabel Input-Output Alokasi Output Intermediate Demand Struktur Input Production Sectors Final Demand Total Output 1 j n Intermediate Production 1 x 11 x 1j x 1n F 1 X 1 Input Sector i x j1 x jj x jn F i X i n x n1 x nj x nn F n X n Primary Input V 1 V j V n Total Input X 1 X j X n Sumber : BPS dalam Bappeda Kota Bogor, 2010 Hubungan sepanjang baris menunjukan alokasi output dari sektor i kepada intermediate sector, yaitu sektor 1, j hingga sektor-n, serta kepada final demand (F). Keseluruhan output yang dihasilkan oleh sektor produksi ini ditunjukan oleh X 1 hingga X n. Maka dengan persamaan matematis, hubungan baris ini dapat dinotasikan sebagai berikut : 22

Dimana : x ij Fi I X i n x ij + F i = X i (2.1) j =1 : banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input produksi : permintaan akhir terhadap sektor i (terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan nilai tambah bruto, perubahan stok dan ekspor. : 1, 2, 3,..., n : jumlah output total sektor i Hubungan sepanjang kolom menunjukan pemakaian atau penggunaan intermediate input dan primary input oleh masing-masing sektor ekonomi. Persamaan yang menyatakan hubungan sepanjang kolom dinotasikan sebagai berikut : Dimana : x ij V ij j n x ij + V j = X j.(2.2) i =1 : banyaknya input yang digunakan sektor j yang berasal dari sektor i : input primer terhadap sektor j (terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, indirect taxes dan impor) : 1, 2, 3,..., n Susunan angka-angka dalam bentuk matriks pada Tabel 2.2, memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengait di antara beberapa sektor. Dalam Tabel I-O ada suatu patokan yang sangat penting, yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Maka dalam bentuk persamaan, hubungan masing-masing output di atas dapat dinotasikan dengan : 23

x 11 + x ij + x in + F 1 = X 1 M x 1n + M x nj + M x nn + M Fn = M Xn (2.3) Sedangkan hubungan inputnya, dapat dibuat persamaan sebagai berikut : x 11 + x ij + x in + V 1 = X 1 M x 1n + M x nj + M x nn + M Vn = M Xn. (2.4) Input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output daam sektor bersangkutan dan bersifat unik. Koefisin input dapat diperoleh dengan membandingkan antara output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j (x ij ) dengan jumlah total input sektor j, atau dapat dinotasikan dengan : aij = xij Xj (2.5) Koefisien input mencerminkan hubungan antara output dan inputnya, atau lebih jelas menunjukkan jumlah input yang dibutuhkan oleh tiap sektor untuk menghasilkan output senilai satu unit. Di dalam analisis input-output, hubungan ini bersifat tetap. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun terdapat peningkatan-peningkatan output dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan proses produksi di dalam analisisi input-output mengikuti fungsi produksi Leontif yang bersifat constant return to scale. Fungsi produksi yang demikian menyatakan bahwa proses produksi yang optimal di sepanjang expansion path diperoleh dengan proporsi penggunaan input yang konstan. Di sepanjang isoquant dari suatu proses produksi hanya terdapat satu titik optimal produksi. 24

2.2.3. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan ini dapat digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan Leontief. 2.2.4. Analisis Multiplier Digunakan untuk mengetahui respon atau dampak dari stimulus ekonomi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Di dalam Tabel Input-Output, stimulus ekonomi umumnya merupakan perubahan atau peningkatan satu unit permintaan akhir suatu sektor, mencakup stimulus perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja. Di dalam model input-output, rumah tangga dapat diperlakukan sebagai faktor endogen atau eksogen. Dalam kondisi biasa, rumah tangga diperlakukan sebagai sektor yang eksogen dengan asumsi bahwa rumah tangga memiliki perilaku sendiri yang dapat memutuskan pengeluaran mereka. Namun dalam kondisi riil, perilaku pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang diperolehnya sebagai hasil bekerja dari sektor produksi. Dalam kondisi ini 25

rumah tangga diperlakukan sebagai variabel endogen sehingga seakan-akan seperti posisi sektor produksi yang lain di dalam sektor antara (Bappeda Kota Bogor, 2011) 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai peran dan keterkaitan suatu sektor dalam perekonomian dengan menggunakan analisis Input-Output telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap salah satu sektor dalam perekonomian seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan hotel, jasa-jasa dan lain sebagainya. Setiap penelitian umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage), keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan juga multiplier effect pendapatan, output dan tenaga kerja. Berdasarkan dari tiga referensi penelitian terdahulu yaitu Karmi (2006), Triastuti (2010), dan Iman (2011) didapatkan adanya persamaan dalam hasil dari penelitian yang mereka lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan metode analisis Input-Output. Penelitian yang dilakukan oleh Karmi (2006) dalam skripsinya menganalisis tentang peranan dan kenaikan ekspor agroindustri terhadap perekonomian Indonesia. Tabel I-O Indonesia tahun 2003 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sektor agroindustri mempunyai peranan penting dalam struktur permintaan akhir dibandingkan dengan struktur permintaan antaranya. Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa dampak penyebaran sektor agroindustri lebih mampu mempengaruhi pembentukan output terhadap sektor-sektor yang menyediakan 26

dari sektor tersebut (sektor hulunya), dibandingkan terhadap sektor-sektor yang menggunakan output tersebut (sektor hilirnya). Hal ini dilihat dari hasil perhitungan untuk nilai kepekaan penyebaran sektor agroindustri sebesar 1.10 dan koefisien penyebaran 0.91. Sedangkan nilai multiplier digunakan untuk melihat dampak dari permintaan akhir output sektor agroindustri terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja rumah tangga. Penelitian yang dilakukan Triastuti (2010) yaitu tentang dampak revitalisasi sektor agroindustri di Indonesia dengan menggunakan Tabel I-O Indonesia Tahun 2008. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sektor agroindustri ternyata lebih mampu mendorong pertumbuhan atau pembentukan output sektor-sektor yang menjadi penyedia input sektor agroindustri (sektor hulu) dibandingkan terhadap sektor-sektor yang menggunakan outputnya (sektor hilirnya), hal ini terlihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih dari satu atau sebesar 1.14, serta nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.89 dan nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya. Sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 1.72, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 4.14. Adapun untuk keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0.65 dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 2.20. Hasil analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.3. 27

Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Multiplier Penelitian No. Lokasi & Sektor Tahun Indonesia 1 Agroindustri Nonagroindustri Indonesia 2 Agroindustri Nonagroindustri Sumber : Triastuti, 2010 2006 2010 Multiplier Output Pendapatan Tenaga Kerja Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II 2.14 2.34 2.19 2.18 2.87 3.07 2.91 2.93 2.64 2.49 2.83 2.32 3.69 3.49 3.99 3.26 4.68 5.29 6.07 3.48 6.04 9.69 8.04 6.53 Penelitian yang dilakukan oleh Iman (2011) yaitu tentang dampak investasi di sektor agroindustri di Kabupaten Ciamis dengan menggunakan Tabel Input-Output Kabupaten Ciamis Tahun 2008. Dari penelitian tersebut memperlihatkan sektor agroindustri lebih mampu meningkatkan sektor hulunya daripada sektor hilirnya. Hal ini terlihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari nilai kepekaan penyebaran yaitu 0.95 untuk nilai koefisien penyebaran dan 0.65 untuk nilai kepekaan penyebaran. Sedangkan untuk nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya. Sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 0.26, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.36. Adapun untuk keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0.29, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.38. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya dalam hal cakupan wilayah. Penelitian ini memfokuskan pada suatu wilayah atau regional yang lebih sempit yaitu Kota Bogor. Penelitian menggunakan metode Input-Output dengan klasifikasi 10 dan 12 sektor. Tabel Input-Output yang digunakan yaitu Tabel I-O Kota Bogor tahun 2008 atas dasar harga produsen. Dengan metode penelitian ini akan lebih dapat menjelaskan kondisi terkini dari perekonomian Kota Bogor. 28

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak kegiatan dalam suatu perekonomian secara komprehensif dapat diketahui melalui sebuah pendekatan analisis yang komprehensif pula. Dalam suatu perekonomian suatu wilayah, keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya saling berkaitan dan memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Begitu dengan perekonomian yang ada di Kota Bogor. Kota Bogor secara umum tetap memprioritaskan dan menjadikan sektor agroindustri sebagai sektor unggulan dalam perekonomian wilayahnya. Sektor agroindustri yang tercakup dalam sektor industri pengolahan memberikan kontribusi (share) yang relatif tinggi terhadap PDRB. Hal ini menjadikan sektor agroindustri harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah sehingga diharapkan sektor agroindustri mampu menjadi sektor yang memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, setiap sektor termasuk sektor agroindustri pasti akan memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sektor lainnya. Setiap transaksi atau kegiatan yang dilakukan dalam sektor agroindustri pasti memiliki pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung dengan sektor lain diluar sektor agroindustri. Peningkatan daya saing sektor agroindustri tidak dapat dicapai tanpa adanya kegiatan investasi dalam sektor tersebut. Dengan adanya kegiatan investasi, sektor agroindustri akan lebih mampu memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara optimal. Akan tetapi mengingat masih rendahnya nilai investasi yang terjadi di Kota Bogor secara umum, dan investasi sektor agroindustri secara khusus serta pentingnya sektor agroindustri bagi perekonomian Kota Bogor maka dengan menggunakan pendekatan analisis Input-Output diharapkan akan mampu

melihat bagaimana peranan sektor agroindustri bagi perekonomian Kota Bogor secara lebih mendalam, keterkaitan dengan sektor lain, nilai multiplier yang dihasilkan karena adanya investasi, serta menunjukkan pentingnya suatu kegiatan investasi bagi sektor agroindustri Kota Bogor. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, masalah pokok yang harus dijawab dalam penelitian ini antara lain : (1) bagaimana peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output Kota Bogor?, (2) bagaimana keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward linkage) sektor agroindustri dengan sektor ekonomi lainnya di Kota Bogor?, (3) bagaimana besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja?, dan (4) bagaimana besarnya dampak yang ditimbulkan dari investasi sektor agroindustri terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kota Bogor?. Alur kerangka dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. 30

Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Struktur Perekonomian Kota Bogor Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (10 Sektor) Sektor Agroindustri (3 Subsektor) Analisis Keterkaitan Analisis Multiplier Analisis Dampak Investasi Analisis Multiplier Output Analisis Multiplier Pendapatan Analisis Multiplier Tenaga Kerja Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor Gambar 3.1 Diagram Alur Berpikir 31

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah Kota Bogor yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan antara lain: (1) tersedianya Tabel Input-Output Kota Bogor, (2) sektor yang memiliki kontribusi cukup besar dalam PDRB Kota Bogor adalah industri pengolahan. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Februari hingga April 2012 meliputi kegiatan penulisan proposal, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan hasil analisis dalam bentuk skripsi. 4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 10 dan 12 sektor. Data sekunder diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) Kota Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor dan instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. 4.3. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui peranan agroindustri terhadap pertumbuhan wilayah, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor adalah metode analisis Input-Output (I-O). Pengolahan data dilakukan

dengan bantuan perangkat lunak program I-O Analysis for Practitioners version 1.0.1 dan Microsoft Excell 2007. Dari tabel I-O yang sudah tersedia maka dapat diketahui peranan dari sektor agroindustri terhadap pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto. Untuk mengetahui peranan dari sektor agroindustri sebagai penyedia input maupun sektor pemakai input serta mengetahui dampak yang ditimbulkan sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor maka dapat dikaji berdasarkan analisis keterkaitan dan multiplier. 4.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen dalam Nazara (2005) analisis keterkaitan meliputi analisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan analisis keterkaitan ke depan (forward linkage). Analisis keterkaitan ke belakang suatu industri atau sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian. Analisis keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian. 1) Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Dengan konsep keterkaitan output ke belakang ini dapat dilihat kemampuan suatu sektor dalam meningkatkan pertumbuhan produksi industri- 33

industri lain yang memasok input padanya. Jika BL 1, artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulu. Namun jika BL 1, artinya kurang memiliki kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan hulunya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontief (I-A) -1, rumus matematis untuk mencari nilai keterkaitan ke belakangnya adalah : n i =1 αij BLj = n n αij i =1 n j =1 (4.1) BL j α ij = keterkaitan ke belakang sektor j = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka 2) Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) Keterkaitan output ke depan ini mempunyai keuntungan yaitu dapat mengetahui kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika FL 1, artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Jika FL 1, maka sektor tersebut kurang mampu mendorong pertumbuhan hilirnya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontief (I-A) -1, rumus untuk mencari nilai indeks derajat kepekaannya adalah : n i =1 αij FLi = n n αij i =1 n j =1 (4.2) dimana : FLi α ij = keterkaitan ke depan sektor i = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka 34

4.3.2. Analisis Multiplier Analisis multiplier bertujuan untuk melihat adanya dampak perubahan permintaan akhir dari suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satu satuan perubahan jenis multiplier. a) Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (multiplier effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan persamaan : Α = ( I A ) -1 = [ α ij ]...(4.3) Dengan demikian, matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat kaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers ini [ α ij ] menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b) Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa 35

jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank (Jensen dalam Priyarsono.et al. 2007). Angka pengganda pendapatan dapat diperoleh dari rumus : MIj = n i=1 an + 1Dij an + 1, j... (4.4) Dimana : MI j = pengganda tipe II D ij = unsur matrik kebalikan leontif tertutup an + 1, j = koefisien input dari gaji/ upah rumah tangga sektor j c) Multiplier Tenaga Kerja Menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh oleh elemenelemen dalam Tabel I-O, seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan tenaga kerja. Besaran multiplier tenaga kerja dapat diperoleh dengan rumus : MLj = n i=1 wn + 1Dij wn + 1, j... (4.5) Dimana : ML j = pengganda tenaga kerja tipe II D ij = unsur matrik kebalikan leontif tertutup W n+i,j = koefisen tenaga kerja sektor j W n+1,i = koefisien tenaga kerja sektor i Berdasarkan matriks kebalikan Leontief terbuka (α ij ) maupun tertutup (α* ij ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, multiplier 36

pendapatan dan multiplier tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Nilai Multiplier Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek Awal 1 h i e i Efek Putaran Pertama a ij a ij h i a ij e i Efek Dukungan i α ij -1- i a ij Industri i α ij h i -h j - i a ij h i α ij e ij e i - i i a ij e i Efek Induksi Konsumsi i α* ij -1- i a ij i α* ij h i -h j - i a ij h i i α* ij e i e i - i a ij e i Efek Total i α* ij i α* ij h i i α* ij e i Efek Lanjutan i α* ij 1 i α* ij h i - h i i α* ij e i - e i Sumber : Priyarsono.et al. 2007 Keterangan : a ij h i e i α ij = Koefisien Output = Koefisien Pendapatan Rumah tangga = Koefisien Tenaga Kerja = Matriks kebalikan Leontief model terbuka α* ij = Matriks kebalikan Leontief model tertutup Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multipier tipe II, berikut : Tipe I = Efek awal + Efek putaran pertama + Efek dukungan industri Efek awal Efek awal +Efek putaran pertama +Efek dukungan industri +Efek induksi konsu Tipe II= Efek awal 37

4.3.3. Analisis Dampak Investasi Untuk melihat dampak investasi di sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor digunakan dua pendekatan yakni pendekatan berdasarkan data input-output yang terbentuk dan pendekatan dengan menggunakan proses simulasi terhadap kegiatan investasi sektor agroindustri. Rumus perhitungan mengenai dampak investasi dapat dilihat dibawah ini : a. Dampak Terhadap Pembentukan Output X = (I-A) -1 Y...(4.6) b. Dampak Terhadap Pendapatan Rumah Tangga I = a n+1 (I-A) -1 Y...(4.7) c. Dampak terhadap Tenaga Kerja L = w n+1 (I-A) -1 Y (4.8) dimana : X I L Y = dampak terhadap pembentukan output = dampak terhadap pendapatan rumah tangga = dampak terhadap tenaga kerja = investasi sektoral (I-A) -1 = matriks kebalikan Leontif a n+1 w n+1 = koefisien pendapatan = koefisien tenaga kerja a) Koefisien Pendapatan Menurut Daryanto dan Hafizryanda (2010), koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan 38

yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan input primer terhadap pembentukan pendapatan. Rumusnya adalah: an + 1 = Ui Xi.(4.9) dimana: an + 1 = koefisien pendapatan sektor i U i X i = jumlah upah dan gaji = jumlah input total sektor i b) Koefisien Tenaga Kerja Menurut Daryanto dan Hafizryanda (2010), koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan i primer terhadap pembentukan tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut: wn + 1 = Li Xi...(4.10) dimana: wn + 1 = koefisien tenaga kerja sektor i L i X i = jumlah tenaga kerja sektor i = jumlah input 39

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Secara geografis Kota Bogor terletak antara 106 derajat 43 40 BT sampai 106 derajat 51 100 BT dan 30 30 LS sampai 6 derajat 41 100 LS dengan jarak ± 60 km dari Ibukota Jakarta. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118.50 km 2 dan mengalir beberapa sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Kondisi ini merupakan faktor pendukung sehingga Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir. Kota Bogor berada pada ketinggian 200-350 di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kota Bogor itu sendiri adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. 2. Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. 3. Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. 4. Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kota Bogor terdiri dari enam Kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari 11 kelurahan, Kecamatan Bogor Utara terdiri dari 8 kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Barat terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Timur terdiri dari 6 kelurahan dan

Kecamatan Tanah Sareal terdiri dari 11 kelurahan. Kemiringan Kota Bogor sebagian besar berkisar antara 0-15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30 persen. Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah Latosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kedudukan topografis Kota Bogor di tengahtengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya dekat dengan ibukota negara merupakan potensiyang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini peta wilayah Kota Bogor yang tertuang pada Gambar 5.1. Sumber : BPS Kota Bogor, 2011 Gambar 5.1 Peta Wilayah Kota Bogor 41