BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insidensi dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat setiap tahunnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal, dengan gambaran klinis

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB I PENDAHULUAN. depigmentasi kulit berupa makula hipopigmentasi disebabkan karena hilangnya

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi. 1. mematikan namun dapat dihindari. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. imunitas, gangguan sensasi kornea, riwayat operasi kornea, abnormalitas

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dapat mengalami keluhan gatal, nyeri, dan atau penyakit kuku serta artritis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit beragam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Manifestasi klinis SLE

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronis (Chronic Kidney Disease / CKD) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit autoimun kronis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

B A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Keratitis ulseratif atau ulkus kornea adalah suatu kondisi inflamasi yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c-

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Musher, 2014). Penumonia komunitas merupakan penyakit infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus uremia (PU) masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada 15% - 49% pasien gagal ginjal kronis dan 50% - 90% pada pasien dialisis (Kurban dkk., 2008). Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan pruritus uremia tidak dipengaruhi oleh karakteristik sosiodemografi pasien misalnya jenis kelamin, umur, etnis, status ekonomi, dan status pendidikan; selain itu juga tidak didapatkan hubungan pruritus uremia dengan parameter medis misalnya penyakit penyebab gagal ginjal, tipe dialisis, lamanya dialisis, penyakit diabetes melitus, penyakit jantung koroner, penyakit pada hepar, dan penggunaan obat rutin gagal ginjal (Kurban dkk., 2008; Patel dkk., 2007). Mekanisme patofisiologi dari pruritus uremia pada pasien gagal ginjal terminal masih belum jelas. Banyak hipotesis mengenai penyebab dan patofisiologi dari pruritus uremia, diantaranya : kulit serotik, produksi sitokin pruritogenik pada dermis, perubahan yang berhubungan dengan uremia, hipotesis opioid, hipotesis neuropati uremia dan yang terakhir adalah hipotesis inflamasi imun (Manenti dkk., 2009). Berdasarkan hipotesis terakhir ini, PU diduga terjadi karena gangguan keseimbangan sistem imun yang menyebabkan status inflamasi oleh karena peningkatan sintesis sitokin-sitokin T helper-1 ( Th-1). Dominansi sitokin Th-1 akan lebih banyak menginduksi sel-sel sitotoksik. Sitokin 1

proinflamasi seperti interleukin-2 (IL -2), IL-6, IL-8, tumor necrosis factor-α (TNF- ), monocyte chemotactic protein-1 (MCP -1), c-reactive protein (CRP), dan reactive oxygen species (ROS) meningkat dalam serum pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis. Hal ini disebabkan kontak darah dengan permukaan asing membran dialisis saat proses hemodialisis yang kemudian akan terjadi aktivasi komplemen dan sel mononuklear dan menginduksi proses peradangan akut; walaupun secara klinis gambaran peradangan tidak tampak jelas. (Manenti dkk., 2009; Kimmel dkk., 2006; Patel dkk., 2007). Pada penelitian Kimmel dkk, didapatkan hasil serum CRP dan interleukin-6 (IL-6) meningkat secara signifikan pada pasien HD dengan PU dibanding yang tanpa PU (Kimmel dkk., 2006). Interleukin-6 itu sendiri merupakan salah satu petanda inflamasi dan merupakan sitokin proinflamasi yang diduga terlibat dalam mekanisme PU. Modalitas terapi sspesifik untuk pruritus uremia merupakan tantangan. Tatalaksana PU dimulai dari terapi topikal, terapi sistemik, dan fototerapi. Beberapa penelitian menunjukkan fototerapi dengan broad-band ultraviolet B (BBUVB) maupun narrow-band ultraviolet B (NBUVB) menunjukkan hasil yang efektif pada manajemen pruritus uremia (Patel dkk., 2007). Narrow-band ultraviolet B lebih baik dibandingkan BBUVB karena sifat NBUVB yang lebih minimal dalam beberapa risiko, antara lain: eritemogenik, pruritogenik, dan karsinogenik (Ada dkk., 2002). Efektivitas fototerapi NBUVB pada pruritus uremia dapat dilihat dari perbaikan klinis dengan cara menilai intensitas pruritus dengan Visual Analogue Scale (VAS) (Chen, 2012). Narrowband-UVB memiliki efek imunosupresif dan 2

digunakan secara luas untuk terapi pada penyakit-penyakit yang dimediasi oleh sistem imun dan inflamasi. Efek imunomodulasi dari radiasi UV dapat menjelaskan terjadinya stabilisasi dari respon imun abnormal lokal maupun sistemik. NBUVB dapat mengurangi secara selektif produksi sitokin proinflamasi oleh sel T (Bulat dkk., 2011). Pruritus uremia disebabkan karena adanya peranan mikroinflamasi dan terdapat perubahan (ketidakteraturan) dari sistem imun. Kemampuan dari radiasi NBUVB menekan secara sistemik komponen utama dari fungsi sel yang dimediasi oleh sistem imun sepertinya merupakan efek yang menguntungkan pada beberapa penyakit inflamasi pada kulit termasuk pruritus uremia (Dogra dkk., 2004). Interleukin-6 merupakan salah satu petanda inflamasi dan pada penelitian Kimmel dkk, didapatkan adanya peningkatan yang signifikan IL-6 serum pada pasien HD dengan PU dibanding yang tanpa PU. Narrowband- UVB memiliki efek dapat mengurangi produksi sitokin proinflamasi, antara lain salah satunya IL-6 pada penderita psoriasis. Penelitian yang mengkaji tentang penurunan kadar IL-6 serum setelah fototerapi NBUVB pada penderita PU yang menjalani hemodialisis belum pernah dilaporkan. B. Pertanyaan Penelitian ini adalah: Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang diajukan dalam penelitian 1. Apakah fototerapi NBUVB dapat menurunkan kadar IL-6 serum pada penderita pruritus uremia yang menjalani hemodialisis? 3

2. Apakah fototerapi NBUVB dapat menurunkan intensitas pruritus pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penurunan kadar IL-6 serum setelah fototerapi NBUVB pada pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis rutin. 2. Untuk mengetahui penurunan intensitas pruritus setelah fototerapi NBUVB pada pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis rutin. D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Dokter Apabila terbukti bahwa terdapat penurunan kadar sitokin IL-6 serum sesudah fototerapi NBUVB dibandingkan dengan sebelum fototerapi NBUVB pada penderita pruritus uremia yang menjalani hemodialisis rutin, maka dokter mendapat wawasan baru mengenai efektifitas fototerapi NBUVB terhadap sitokin proinflamasi (IL -6) yang merupakan faktor penyebab terjadinya pruritus uremia pada penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sehingga fototerapi NBUVB dapat dijadikan pilihan terapi pada pruritus uremia penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. 2. Bagi Perkembangan Dermatologi Apabila terbukti bahwa terdapat penurunan kadar sitokin IL-6 serum sesudah fototerapi NBUVB dibandingkan dengan sebelum fototerapi NBUVB 4

pada pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis rutin, maka wawasan mengenai patogenesis pruritus uremia yang disebabkan sitokin proinflamasi (IL- 6) semakin jelas, sehingga hasil ini dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan terapi yang lebih spesifik terhadap sitokin proinflamasi (IL -6) pada pruritus uremia penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. 3. Bagi Pasien Apabila terbukti bahwa terdapat penurunan kadar sitokin IL-6 serum sesudah fototerapi NBUVB dibandingkan dengan sebelum fototerapi NBUVB pada pasien pruritus uremia yang menjalani hemodialisis rutin, maka bagi pasien akan memililki pilihan terapi yang lebih baik dan spesifik serta dengan efek samping yang lebih minimal. E.Keaslian Penelitian Berdasarkan penulusuran arsip karya tulis baik skripsi, tesis, disertasi, maupun paper yang ada di perpustakaan Fakultas Kedokteran Unversitas Gadjah Mada, serta penelusuran jurnal ilmiah mengenai pengaruh fototerapi NBUVB pada pruritus uremia terhadap kadar sitokin proinflamasi (IL -6) serum sebelum dan sesudah fototerapi, belum pernah dilakukan. Adapun penelitian mengenai kadar sitokin pada pasien gagal ginjal dengan hemodialisis yang ditemukan dalam penelusuran, antara lain: 5

Tabel 1. Keaslian penelitian (Gimdt 1998) (Rysz 2006) (Kimmel 2006) Peneliti Judul Hasil Perbedaan dkk., dkk., dkk., Production of proinflammatory and regulatory monokines in hemodialysis patients shown at a single-cell level. Blood serum levels of IL-2, IL-6, IL-8, TNF-alpha and IL-1 beta in patients on maintenance hemodialysis. The role of microinflammation in the patogenesis of uraemia pruritus in hemodialysis patients. Kadar IL-6 proinfalmasi dan IL-10 regulator monosit meningkat pada pasien HD Selama sesi HD tunggal kadar IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF-α meningkat, kecuali kadar IL-2 yang tidak berubah. Kadar CRP dan IL- 6 serum pada pasien HD yang menderita pruritus uremia lebih tinggi dibandingkan pasien HD yang tidak menderita pruritus uremia Tidak ada intervensi fototerapi. Tidak ada intervensi fototerapi. Tidak ada intervensi fototerapi. Adapun mengenai fototerapi pada pruritus uremia pasien gagal ginjal dengan hemodialisis yang ditemukan dalam penelusuran, antara lain: Tabel 2. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Hasil Perbedan (Ada dkk., 2002) Treatment of uremic pruritus with narrowband ultraviolet B phototherapy: an open pilot study Penelitian pada 20 pasien, setengahnya tidak menyelesaikan fototerapi selama 6 minggu, 6 diantaranya sudah puas dengan respon terapi. Tiga pasien yang menyelesaikan Tidak dilakukan pengukuran kadar IL-6 serum. 6

(Ko dkk., 2011) Narrowband ultraviolet B phototherapy for patients with refractory uraeamic pruritus: a randomized controlled trial. terapi dinyatakan sembuh setelah 6 bulan follow-up. Empat pasien yang menyelesaikan terapi kambuh pada saat follow-up. Intensitas pruritus menunjukkan perbaikan pada terapi NBUVB maupun UVA selama periode terapi dan folow-up. Pengurangan luas lebih banyak ditemukan pada terapi NBUVB Tidak dilakukan pengukuran kadar IL-6 serum. 7