BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan suatu peradangan, degenerasi jaringan lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih tinggi. Menurut WHO prevalensi penyakit periodontal pada usia tahun lebih dari 75% (Agtini, 1991). Menurut Wahyukundari (2009), di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah di masyarakat dan apabila tidak mendapatkan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi. Penyakit periodontal bersifat kronis, kumulatif, dan progresif serta dibagi menjadi reversible dan non-reversible (Kinney dkk., 2007). Salah satu penyakit periodontal adalah periodontitis. Periodontitis merupakan peradangan pada jaringan penyangga yang berifat non-reversible (Kinney dkk., 2007). Periodontitis adalah penyakit periodontal yang menyebabkan kerusakan jaringan pendukung gigi seperti ligamentum periodontal, gingiva, sementum, dan tulang alveolar (Brooker, 2005). Newman dkk. (2002) menyatakan bahwa penyakit periodontitis ditandai dengan kerusakan tulang alveolar dan pembentukan poket. Kelainan progresif pada penyakit ini dipengaruhi oleh faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal berhubungan dengan bakteri sedangkan faktor sistemik berkaitan dengan kelainan sistemik seperti diabetes mellitus dan HIV. Bakteri pada rongga mulut yang menyebabkan 1

2 2 keradangan dengan cara mengaktifkan sel inang untuk menghasilkan mediator pro-inflamatory yang dapat merangsang kerusakan jaringan ikat dan tulang alveolar (Bee dkk., 2007). Interaksi antara bakteri dan host yang menyebabkan resorbsi tulang yang merupakan suatu proses kompleks yang secara morfologi berhubungan dengan hilangnya permukaan tulang dan banyaknya sel multinuklear yang berupa osteoklas. Osteoklas berasal dari jaringan sistem hemopoetik yaitu monosit dan makrofag yang akan berdiferensiasi dengan adanya faktor lokal dan sistemik sehingga menjadi multinuklear. Pada saat osteoklas aktif, osteoklas akan menghasilkan enzim hidrolotik yang akan mendigesti unsur organik tulang. Osteoklas akan menyebabkan resorbsi tulang dalam waktu kurang dari 2 minggu (Sakuma dkk., 2000). Di samping penyakit periodontal, prevalensi hiperkolesterolemia di Indonesia juga mengalami peningkatan. Salah satu faktor pemicunya adalah faktor gaya hidup. Pola makan masyarakat saat ini banyak dipengaruhi perkembangan jaman yang menuntut serba cepat dan praktis, dan hal ini menuntun masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan siap saji yang diketahui jauh dari kata sehat. Tingginya prevalensi hiperkolesterolemia ini menyebabkan naik pula konsumsi obat yang dapat mengkontrol kadar kolesterol. Salah satu obatnya adalah golongan statin yang hingga kini telah menjadi salah satu terapi utama bagi pasien-pasien dengan hiperkolesterolemia dikarenakan efeknya yang sangat baik dalam menurunkan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Simvastatin adalah salah satu obat golongan statin yang dikenal dalam masyarakat, ternyata

3 3 selain dapat mengontrol kadar kolesterol dalam darah, suatu penelitian memperlihatkan simvastatin ini memiliki manfaat sebagai obat yang memiliki efek anti-inflamasi, imunomodulator, antioksidan, anti-trombotik, dan juga memiliki manfaat dapat menstabilisasi endothelium, memicu angiogenesis dan diferensiasi osteoblastik (Kinra dan Khan, 2011). Pada suatu penelitian lain juga menyebutkan bahwa simvastatin adalah obat penurun kolesterol yang telah dilaporkan mempunyai efek anabolik pada metabolisme tulang (Seto dkk., 2007). Kumari dkk., (2012) menyebutkan bahwa simvastatin meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menghambat aktivitas osteoklastik dengan jalan menghambat laju sintesis enzim kolesterol, bahkan simvastatin dilaporkan dapat menginduksi osteogenesis dan penyembuhan tulang karena simvastatin memiliki efek anti inflamasi. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat 3 hidroksi 3 metilglutari coenzima (HMG-CoA reduktase), diketahui dapat mempengaruhi metabolisme tulang dan menekan osteoklastogenesis oleh aktivitas Receptor Activator of Nuclear factor Kappa betaligand (RANKL). Menurut Yamashinta (2010), simvastatin dapat bertindak sebagai inhibitor osteoklastogenesis melalui penekanan ROS (Reactive Oxygen Species). Mekanisme simvastatin dalam penekanan jumlah osteoklas tampak dalam penekanan ROS dan pemblokiran jalur RANKL yang diperlukan untuk diferensiasi osteoklas sehingga melalui proses ini diharapkan akan terjadi penurunan jumlah osteoklas.

4 4 B. Perumusan Masalah Dari uraian di atas diajukan permasalahan : Apakah terdapat pengaruh aplikasi simvastatin secara topikal terhadap jumlah osteoklas pada penyakit periodontitis? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai aplikasi simvastatin pernah dilakukan oleh I Ross Garrett dan Greg R Mundy (2001) dengan judul, Peran Statin Sebagai Target Potensial Untuk Pembentukan Tulang. Perbedaannya adalah dalam penelitian tersebut menggunakan tulang kalvaria dari tikus sehat dan yang diamati adalah reaksi pembentukan tulang, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tulang alveolar dari tikus yang menderita periodontitis dan dihitung jumlah osteoklasnya. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi simvastatin secara topikal terhadap jumlah osteoklas pada penyakit periodontitis. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan sumbangan informasi ilmiah tentang aplikasi simvastatin secara topikal terhadap jumlah osteoklas pada penyakit periodontitis yang dapat berguna dalam bidang periodontologi pada khususnya dan kedokteran gigi pada umumnya.

5 5 2. Sebagai dasar penentuan penelitian lebih lanjut pada penelitian yang membutuhkan informasi mengenai aplikasi simvastatin secara topikal terhadap jumlah osteoklas pada penyakit periodontitis.