BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c-

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c-"

Transkripsi

1 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil peneltian Proses Analisis Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Super Oxide Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c- reaktif protein (hs-crp) pada pasien penyakit ginjal diabetik Stadium V yang menjalani hemodialisis. Obyek penelitian berjumlah 28 orang dibagi dalam dua kelompok sampel yaitu kelompok kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 14 orang dan kelompok perlakuan dengan jumlah sampel juga sebanyak 14 orang. Kelompok perlakuan mendapatkan perlakuan dengan pemberian SOD, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan sebagaimana dimaksud dalam kelompok perlakuan. Seluruh kelompok sampel tetap melanjutkan terapi yang diberikan sebelum dilakukan penelitian yaitu captopril 3x 25mg, glicuidon 1x1tab, as folat 3x1tab, caco3 3x1tab. Sebelum melakukan analisis lebih lanjut, lebih dahulu dijelaskan karakteristik obyek penelitian untuk masing-masing kelompok sampel. Selain deskripsi singkat tentang karakteristik obyek penelitian, sekaligus dilihat sejauhmana tingkat homogenitas karakteristik obyek penelitian itu berdasarkan kelompok sampel. Karakteristik penelitian yang berupa variabel kualitatif, uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Chi Square. Karakteristik penelitian yang berupa variabel-variabel kuantitatif, uji homogenitas dilakukan menggunakan uji beda 2 40

2 mean dimana jenis ujinya didasarkan pada distribusi data variabel karakteristik itu. Jika distribusi data variabel bersifat normal, maka uji beda 2 mean menggunakan jenis analisis statistik parametrik yaitu uji t untuk beda 2 mean sampel independent. Namun apabila distribusi data bersifat tidak normal, maka uji beda 2 mean menggunakan jenis analisis statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Karakteristik jenis kelamin dan hasil uji homogenitas variabel karakteristik jenis kelamin dimaksud menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin ternyata homogen antara kelompok sampel kontrol dan perlakuan. Nilai chi kuadrat didapatkan sebesar 2,286 dengan probabilitas sebesar 0,131 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin laki-laki atau perempuan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Tabel 5.1 Perbandingan Jenis Kelamin Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Jenis Kelamin Kontrol Perlakuan Uji Chi Square n % n % Χ 2 P value Laki-laki 9 64,3 5 35,7 Perempuan 5 35,7 9 64,3 2,286 0,131 Berdasarkan tabel 5.1. di atas, pada kelompok kontrol dari 14 orang sampel terdiri dari 9 orang laki-laki (64,3 persen) dan 5 orang perempuan (36,7 persen), sedangkan pada kelompok perlakuan dengan 14 orang sampel terdiri dari 5 orang laki-laki (35,7 persen) dan 9 orang perempuan (64,3 persen). Dengan komposisi 41

3 jenis kelamin seperti diuraikan di atas didapatkan hasil pengujian bahwa variabel jenis kelamin homogen berdasarkan kelompok sampel. Variabel karakteristik demografis dan klinis obyek penelitian ini yang bersifat kuantitatif meliputi umur responden, tinggi badan (TB), berat badan (BB), nadi, sistole, diastole, trombosit (AT), low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan lama menjalani hemodialisa. Setelah masing-masing variabel diuji normalitas datanya, kemudian dilanjutkan uji homogenitas variabel itu menurut kelompok sampel. Variabel karakteristik umur responden menunjukkan nilai rata-rata 51,00 tahun untuk kelompok perlakuan dengan standar deviasi 5,99 tahun dan sebesar 51,79 tahun untuk kelompok kontrol dengan standar deviasi sebesar 3,07 tahun. Distribusi data variabel umur bersifat normal sehingga uji homogenitas untuk variabel umur digunakan uji parametrik uji t untuk beda 2 mean sampel independent. Hasil analisis uji beda 2 mean menggunakan uji t untuk sampel independent mendapatkan nilai t sebesar -0,437 dengan probabilitas 0,666 (p > 0,05). Hasil itu menunjukkan uji beda 2 mean yang tidak signifikan pada derajat signifikansi 5 persen, yang berarti bahwa rata-rata umur antar kedua kelompok sampel itu tidak berbeda secara meyakinkan atau dengan kata lain variabel karakteristik umur bersifat homogen. Deskripsi dan hasil pengujian karakteristik umur adalah sebagai berikut : 42

4 Tabel 5.2 Perbandingan Umur Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Variabel Kontrol Perlakuan Uji Beda 2 Mean Nilai t P value Umur (tahun) 51,79 ± 3,07 51,00 ± 5,99-0,437 0,666 Selanjutnya berdasarkan deskripsi dan pengujian homogenitas variabel karakteristik klinis menunjukkan bahwa semua variabel karakteristik klinis bersifat homogen karena perbedaan rata-rata variabel-variavel karakteristik klinis tersebut pada dua kelompok sampel yaitu kelompok placebo dan kelompok perlakuan SOD oral tidak signifikan pada derajat signifikansi sebesar 5 persen (p > 0,05). Deskripsi dan hasil pengujian homogenitas variabel-variabel karakteristik klinis itu dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut Tabel 5.3 Perbandingan variabel karakteristik klinis sebelum perlakuan pada kelompok plasebo dan perlakuan SOD oral Variabel kontrol Perlakuan Uji beda 2 mean Rata- rata Nilai t P value Tinggi badan 159,29±6,03 160,86±7,96-0,589 0,125 Berat badan 52,43±7,197 58,14±14,96-1,287 0,183 Nadi 178,64±128,92 183,07±78,51-0,110 0,278 Sistole 147,86±13,11 147,14±9,94-0,162 0,508 Diastole 90,71±7,30 91,43±5,34-0,295 0,325 43

5 HDL 35,07±18,074 36,71±10,440-0,294 0,071 LDL 84,29±32,535 88,79±28,837-0,387 0,535 Trombosit 201,86±76, ,93±38,440-0,872 0,072 Platelet Disribution Width 12,24±3,27 8,162±2,181-0,309 0,093 Dengan demikian karena semua variabel karakteristik bersifat homogen, maka analisis dapat dilanjutkan pada pengujian terhadap variabel utama kadar Glicated Albumin (GA) dan hs-crp Pengujian Variabel Utama Pembuktian hipotesis ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar Glicated Albumin dan hs-crp dilakukan dengan tiga cara, yaitu : 1.Menguji beda 2 mean kadar Glicated Albumin dan hs-crp antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol untuk masing-masing kondisi sebelum dan sesudah pemberian SOD dengan uji beda 2 mean sampel independent. Dengan langkah ini diharapkan pada kondisi setelah pemberian perlakuan perbedaan mean kelompok kontrol dan kelompok sampel akan terjadi perbedaan yang signifikan, sedangkan pada kondisi sebelum pemberian perlakuan tidak terjadi perbedaan yang signifikan, karena pada kondisi ini sama-sama tidak diberikan perlakuan pemberian SOD. 2.Menguji beda 2 mean kadar Glicated Albumin dan hs-crp sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan untuk masing-masing kelompok sampel dengan uji beda 2 mean untuk sampel berpasangan. Dengan langkah ini diharapkan pada kelompok perlakuan akan terjadi perbedaan yang signifikan, sedangkan pada kelompok 44

6 kontrol tidak terjadi perbedaan yang signifikan karena pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan pemberian SOD. 3.Menguji beda 2 mean variabel perubahan kadar Glicated Albumin (delta-ga) dan perubahan hs-crp (delta-hs-crp) dengan uji beda 2 mean untuk sampel independent. Dengan langkah ini diharapkan ada perbedaan signifikan beda 2 mean kedua variabel perubahan tersebut (delta-ga dan delta-hs-crp) antar kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, karena kelompok perlakuan diharapkan mengalami perubahan setelah perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak berubah setelah perlakuan. Sebelum dilakukan pengujian beda 2 mean itu, terlebih dahulu juga dilakukan pengujian normalitas data variabel utama untuk memastikan jenis uji statistik yang akan digunakan untuk pengujian beda 2 mean dimaksud. Langkah Pertama, variable kadar Glicated albumin pada kondisi sebelum perlakuan pemberian SOD, untuk data pada kelompok kontrol tidak berdistribusi normal, namun pada kelompok perlakuan berdistribusi normal. Dengan demikian uji beda 2 mean kadar Glicated Albumin kelompok kontrol dan perlakuan itu dapat menggunakan uji beda 2 mean uji t untuk sampel independent. Data variabel hs- CRP sebelum perlakuan pemberian SOD untuk kelompok kontrol berdistribusi tidak normal dan untuk kelompok perlakuan berditsribusi normal. Dengan demikian uji beda 2 mean hs-crp kelompok kontrol dan perlakuan itu dapat menggunakan uji beda 2 mean dengan uji t untuk sampel independent. Hasil pengujian beda 2 mean kelompok kontrol dan perlakuan untuk variable kadar Glicated Albumin pada kondisi sebelum pemberian perlakuan 45

7 pemberian SOD menunjukkan hasil pengujian yang tidak signifikan pada derajat signifikansi 5 persen (p > 0,05). Demikian pula hasil uji beda 2 mean variabel hs- CRP kelompok kontrol dan kelompok perlakuan kondisi sebelum pemberian SOD tidak signifikan pada derajat signifikan pada derajat signifikansi 5 persen (p > 0,05). Berdasarkan hasil pengujian kedua variabel di atas maka dapat dinyatakan bahwa variable kadar Glicated Albumin dan hs-crp yang ada pada kelompok kontrol dan perlakuan pada kondisi sebelum perlakuan pemberian SOD tidak berbeda secara meyakinkan. Nilai mean dan standar deviasi serta hasil pengujian kadar Glicated Albumin dan hs-crp kelompok kontrol dan perlakuan pada kondisi sebelum perlakuan adalah : Tabel 5.4 Perbandingan Kadar Glicated Albumin dan hs-crp pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan di Kondisi Sebelum Perlakuan Variabel Kadar GA ( %) hs-crp (mg/l) Kontrol Perlakuan 29,84 ± 12,97 30,53 ± 6,69 4,67 ± 1,46 5,24 ± 0,94 Uji Beda 2 Mean Nilai Statistik P value t = 1,247 0,224 t = 0,178 0,860 Data variable kadar kelompok kontrol Glicated Albumin pada kondisi sesudah perlakuan pemberian SOD tidak berdistribusi normal, namun pada kelompok perlakuan berdistribusi normal, sementara untuk data variabel hs-crp pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan masing-masing berdistribusi normal. Dengan demikian uji beda 2 mean kadar Glicated Albumin dan hs-crp 46

8 kelompok kontrol dan perlakuan itu masing-masing dapat menggunakan uji beda 2 mean uji t untuk sampel independent. Hasil pengujian beda 2 mean kelompok kontrol dan perlakuan untuk variable kadar Glicated Albumin dan hs-crp pada kondisi sesudah perlakuan pemberian SOD menunjukkan hasil pengujian beda 2 mean yang signifikan pada derajat signifikansi 5 persen (p < 0,05) baik untuk variable kadar Glicated Albumin maupun hs-crp. Hal itu berarti setelah mendapat perlakuan pemberian SOD variable kadar Glicated Albumin dan hs-crp mengalami perubahan secara meyakinkan. Tabel 5.5 Perbandingan Kadar Glicated Albumin dan hs-crp Kelompok Kontrol dan Perlakuan pada Kondisi Sesudah Perlakuan. Variabel Kontrol Perlakuan SOD Uji Beda 2 Mean Nilai P value Statistik Kadar GA 32,67 ± 15,30 21,88 ± 7,36 t = -3,077 0,005** (%) hs-crp 5,13 ± 1,56 3,73 ± 0,66 t = -2,380 0,025* (mg/l) Keterangan : *) Signifikan pada derajat signifikansi 5 persen. **) Signifikan pada derajat signifikansi 1 persen. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar Glicated Albumin pada pasien Penyakit Ginjal Diabetik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis, dapat dibuktikan kebenarannya. Demikian pula hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar hs-crp pada pasien 47

9 Penyakit Ginjal Diabetik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis, juga dapat benar-benar terbukti secara meyakinkan. Jadi dengan pemberian SOD belum dapat mempengaruhi kadar Glicated Albumin dan kadar hs-crp. Langkah Kedua, variable kadar Glicated Albumin sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol tidak berdistribusi normal, maka uji beda 2 mean untuk sampel berpasangan dilakukan dengan uji Willcoxon. Sementara variable hs-crp sebelum perlakuan pada kelompok kontrol tidak berdistribusi normal dan sesudah perlakuan berdistribusi normal sehingga uji beda dua mean sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok control dapat menggunakan uji beda 2 mean uji t untuk sampel berpasangan. Hasil pengujian beda 2 mean variabel kadar Glicated Albumin sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa beda 2 mean variable Glicated Albumin keduanya berbeda secara signifikan pada derajat signifikansi 5 persen (p < 0,05), demikian pula untuk variabel hs-crp perbedaan 2 mean sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol itu berbeda secara meyakinkan dengan derajat signifikansi sebesar 5 persen (p < 0,05). Dengan demikian berarti variabel Glicated Albumin pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah pemberian SOD mengalami perubahan yang meyakinkan, demikian pula untuk variabel hs-crp sebelum dan sesudah pemberian SOD mengalami perubahan yang meyakinkan. Tabel 5.6 Perbandingan Kadar Glicated Albumin dan hs-crp Sebelum dan Sesudah Pemberian Plasebo pada Kelompok Kontrol 48

10 Variabel Sebelum Sesudah Uji Beda 2 Mean Nilai P Statistik value Kadar GA (%) 29,84 ± 12,97 32,67 ± 15,30 t = -1,915 0,058 hs-crp 4,67 ± 1,46 5,13 ± 1,56 Z = -0,864 0,403 (mg/l) Keterangan: * Signifikan pada Derajat Signifikansi 5 persen. Selanjutnya data variabel kadar Glicated Albumin sebelum dan sesudah perlakuan pemberian SOD pada kelompok perlakuan berdistribusi normal, demikian pula data variabel hs-crp sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan juga berdistribusi normal. Maka pengujian beda 2 mean sampel berpasangan variabel kadar Glicated Albumin maupun variable hs-crp menggunakan uji beda 2 mean uji t untuk sampel berpasangan. Hasil pengujian beda 2 mean variabel kadar Glicated Albumin maupun hs-crp sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol menunjukkan hasil perbedaan yang tidak signifikan pada derajat signifikansi sebesar 5 persen (p > 0,05). Hal itu dapat diartikan bahwa setelah mendapatkan perlakuan pemberian SOD, variabel Glicated Albumin mengalami perubahan secara meyakinkan, demikian pula variabel hs-crp juga mengalami peruabahan yang meyakinkan. Variabel kadar Glicated Albumin setelah perlakuan pemberian SOD mengalami perubahan yang menurun secara meyakinkan, demikian pula variable hs-crp setelah perlakuan pemberian SOD mengalami perubahan yang menurun secara signifikan. 49

11 Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan bahwa : Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar Glicated Albumin pada pasien Penyakit Ginjal Diabetik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis dapat dibuktikan kebenarannya. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa: Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar hs-crp pada pasien penyakit ginjl diabetik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis juga sudah dapat benar-benar terbukti secara meyakinkan. Tabel 5.7 Perbandingan Kadar Glicated Albumin dan hs-crp Sebelum dan Sesudah Pemberian SOD pada Kelompok Perlakuan Variabel Sebelum Sesudah Uji Beda 2 Mean Nilai P value Statistik Kadar GA (%) 30,53 ± 6,69 21,88 ± 7,36 t = 4,237 0,002** hs-crp (mg/l) 5,24 ± 0,94 3,73 ± 0,66 t = 7,815 0,001** Keterangan: * Signifikan pada Derajat Signifikansi 5 persen. ** Signifikan pada Derajat Signifikansi 1 persen. Langkah Ketiga, pembuktian hipotesis pertama dan kedua itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian atas variabel perubahan Glicated Albumin (delta-ga) dan perubahan hs-crp (delta-hscrp). Variabel perubahan Glicated Albumin (delta-ga) merupakan selisih GA sebelum perlakuan dengan Glicated Albumin sesudah perlakuan, sedangkan variabel perubahan hs-crp (deltahscrp) merupakan selisih hs-crp sebelum perlakuan dengan hs-crp sesudah perlakuan. Maka apabila rata-rata variabel perubahan (delta) itu positif 50

12 menunjukkan adanya penurunan setelah ada perlakuan, dan sebaliknya jika ratarata variabel perubahan (delta) itu negatif berarti setelah ada perlakuan variabel itu mengalami peningkatan. Distribusi data variable delta_ga pada kelompok kontrol maupun perlakuan keduanya bersifat normal sehingga uji beda mean keduanya menggunakan uji beda dua mean uji t untuk sampel independen. Sementara itu data variable delta_hs-crp pada kelompok kontrol maupun perlakuan keduanya tidak berdistribusi normal sehingga uji beda dua mean keduanya menggunakan uji Willcoxon. Hasil perhitungan beda 2 mean dengan uji t untuk sampel independent antara mean variabel delta-ga pada kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan bahwa kedua mean itu berbeda secara meyakinkan pada derajat signifikansi 5 persen (p < 0,05). Sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa : Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar Glicated Albumin pada pasien penyakit ginjal diabetik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis dapat dibuktikan kebenarannya. Demikian pula hasil pengujian beda mean variabel delta-hs-crp pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuam menggunakan uji Wilcoxon juga berbeda secara meyakinkan pada derajat signifikansi 5 persen (p < 0,05). Sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa : Ada pengaruh pemberian SOD terhadap kadar hs-crp pada pasien penyakit ginjal diabetik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis juga dapat dibuktikan kebenarannya. 51

13 Tabel 5.8 Perbandingan Delta-Glicated Albumin dan Delta-hs-CRP pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Uji Beda 2 Mean Variabel Kontrol Perlakuan Nilai P value Statistik Delta-GA (%) +2,84 ± 4,56-8,65 ± 4,14 t = 2,123 0,043* Delta-hs-CRP +0,46 ± 1,99-1,51 ± 1,37 (mg/l) Z = -3,907 0,001** Keterangan : * Signifikan pada Derajat Signifikansi 5 persen. ** Signifikan pada Derajat Signifikansi 1 persen. 52

14 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Pendekatan Prinsip Ontologi Berdasarkan prinsip Ontologi, Stres oksidatif merupakan gangguan keseimbangan oksidatif pada penyakit ginjal diabetik berawal dari kombinasi peningkatan produksi dan penurunan klirend Reactive Oxygen Species ( ROS ), serta tidak adekuatnya mekanisme pertahanan oksidan ( Kaol et al., 2010). Penyakit penyakit ginjal diabetik menstimulsi akumulasi toksin uremik, peningkatan produksi ROS, dan gamgguan metabolisme mineral. Sebagai akibatnya, menstimulasi sitokin pro-inflamasi sistemik (TNF- α dan IL-1), merangsang pembentukan CRP, fibrinogen dan respon vaskuler (MCP-1, IL-1β, ICAM-1, dan VICAM-1), yang menyebabkan disfungsi endotel, memudahkan terjadinya pembentukan plak dan proses terjadinya aterosklerosis. (Stinghen, 2007; Guntur, 2008; Fasset, 2011) Faktor yang memicu stress oksidatif pada pasien penyakit ginjal diabteik antara lain adalah angiotensin II, sitokin proinflamasi, homosistein, gangguan metabolism kalsium fosfor, amenia, asymmetrical dimethyl arginine (ADMA), interaksi darah dengan dialyzer, reaksi terhadap kateter dan arterio venosa (AV) graft, beban besi, infeksi kronis, gangguan dasar imunologi dan metabolisme. Proses dialisa turut memberikan kontribusi terhadap terjadinya stress oksidatif. (Reddy et al., 2012) 53

15 SOD bertindak sebagai antioksidan mengontrol pelepasan mediator pro-inflamasi sistemik seperti kemokin, sitokin (TNF, interleukin, interferon) agar bekerja tidak berlebihan sehingga menurunkan inflamasi kronik (Borras, 2004). Meningkatkan khususnya produksi tipe 1 helper limfosit T (Th1) serta ekspresi INF-gamma dan IL-4 dan untuk merangsang respon imunoglobulin G. Meningkatkan status antioksidan sel dan melindungi mereka terhadap Risiko kerusakan atau kematian akibat stres oksidatif ( Santoro, Mancini, 2002) Pendekatan Prinsip Epistomologi Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian SOD oral dengan merek dagang Glisodin dosis 1000 mg/hari selama 4 minggu dapat menurunkan kadar stres oksidatif yang diukur menggunakan marker hs- CRP dan menurunnya Glicated Albumin pada pasien penyakit ginjal diabetik yang menjalani hemodialisa. Pada penelitian ini pemberian SOD oral 1000 mg/hari selama 4 minggu dapat menurunkan kadar hs-crp pada pasien penyakit ginjal diabetik stadium V dengan hemodialisa yang secara klinis hal ini menunjukkan penurunan tingkat stres oksidatif. Pada penelitian ini, pemberian SOD oral 500 mg/hari selama 4 minggu dapat menurunkan Glicated albumin pada pasien penyakit ginjal diabetik stadium V yang menjalani hemodialisa. Pemeriksaan Glicated albumin bermanfaat sebagai marker faktor risiko kardiovaskular sejak dini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi 54

16 pemberian terapi. Teknik pemeriksaan Glicated albumin banyak diaplikasikan untuk menilai adanya disfungsi endotel, kondisi vaskular serta mempelajari mekanisme-mekanisme yang dapat mempengaruhi fungsi endotel dan vaskular. Keunggulan lainnya, Glicated albumin dapat dilakukan lebih singkat hanya 2-3 minggu. Pada pasien penyakit ginjal diabetik terjadi penurunan nilai Glicated albumin dan merupakan suatu prediktor independen terjadinya PKV dimasa yang akan datang (Eskurza et al., 2004). Endotel mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mengatur tonus dan struktur pembuluh darah. Fungsi NO mengatur mekanisme vasodilatasi pembuluh darah, menghambat proliferasi sel otot polos pembuluh darah dan menghambat agregasi dan adhesi trombosit serta monosit (Bambang, 2012). Gangguan pada endotel atau jalur pembentukan NO akan mengganggu tonus dan struktur pembuluh darah di seluruh tubuh dan juga menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang berhubungan erat dengan PKV. (Gosmanova dan Anh Le, 2011) 6. 3 Berdasarkan Prinsip Aksiologi Berdasarkan prinsip aksiologi, penggunaan SOD oral pada pasien penyakit ginjal diabetik dapat menghambat atau menurunkan stres oksidatif dan memperbaiki disfungsi endotel sehingga dapat 55

17 menghambat terjadinya ateroslerosis pada pasien penyakit ginjal diabetik. 6.4 Nilai Kebaruan Penelitian 18) : Nilai kebaruan penelitian meliputi berbagai aspek, seperti (gambar Gambar 6.1 Aspek-aspek Nilai-nilai Kebaruan (Judajana,2005) Solusi baru. Kerangka konsep dan hasil penelitian ini merupakan solusi baru dengan penggunaan SOD oral akan menurunkan stress oksidatif dan memperbaiki disfungsi endotel yang dideteksi dengan penurunan hs-crp dan penurunan Glicated Albumin Penurunan sitokin proinflamasi akan menurunkan progresifitas dari penyakit ginjal diabetik. 56

18 6.4.2 Strategi baru. Dari hasil penelitian ini akan memberikan suatu informasi, bahwa dalam penggunaan SOD sebagai antioksidan dengan dosis yang tepat akan menurunkan tingkat stres oksidatif sehingga dapat memperlambat terjadinya aterosklerosis pada pasien penyakit ginjal diabetik Perspektif baru. Hasil penelitian ini dapat digunakan, dikembangkan lebih lanjut dalam usaha menurunkan kadar stress oksidatif dan memperbaiki disfungsi endotel. Perspektif baru dapat dimungkinkan penggunaan antioksidan-antioksidan lainnya untuk penelitian lanjutan Kondisi baru. Hasil penelitian ini menginformasikan kondisi penderita menjadi lebih baik, bila dalam terapi ditambahkan SOD peroral sehingga kualitas hidup akan menjadi lebih baik. 6.5 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu : Dilakukan di satu unit hemodialisa yaitu di Unit Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sehingga perlu dilakukan pada Beberapa Unit Hemodialisis ditempat lain, tentunya dengan skala yang lebih besar Dosis SOD yang digunakan satu macam dosis serta tidak dilakukan pengukuran kadar SOD plasma sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengetahui nilai defisiensi dan respon terhadap SOD secara absolut. 57

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Super Oxide. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar TGFβ1 dan Mean

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Super Oxide. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar TGFβ1 dan Mean 42 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik Obyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Super Oxide Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar TGFβ1 dan Mean Platelete Volume (MPV)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World health organization ( WHO ) telah mengumumkan bahwa prevalensi diabetes mellitus ( DM) akan meningkat di seluruh dunia pada millenium ketiga ini, termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dimana pada suatu derajat sehingga memerlukan terapi pengganti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kontrol (hanya terapi empirik). Dua biomarker yaitu kadar TNF- serum diukur digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian dilakukan pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Selama bulan September 2015 hingga Oktober 2015 diambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik subyek penelitian Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive sampling pada penderita dengan stenosis jantung koroner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

BAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016

BAB 1 : PEMBAHASAN. 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Hubungan Hiperurisemia Dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2016 Berdasarkan tabel 4.3dapat dilihat bahwa terdapat 27 pasang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan randomisasi (Randomized Control Trial/ RCT), double blind. B. Tempat Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi rokok sudah menjadi gaya hidup baru bagi masyarakat di seluruh dunia. Menurut laporan WHO yang ditulis dalam Tobacco Atlas tahun 2012, konsumsi rokok terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti kanker paru dan tumor ganas lainnya, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), dan kardiovaskular.

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema ditutupi sisik tebal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Obyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pemberian 1,25 Dihydroxyvitamin D (Calcitriol) terhadap kadar Fibroblast Growth

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke merupakan satu dari masalah kesehatan yang penting bagi individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian stroke, akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan antara kadar asam urat serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. terdiri dari dua variabel yaitu variabel ekspresi IL-17 dan TNF- α dan yang

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. terdiri dari dua variabel yaitu variabel ekspresi IL-17 dan TNF- α dan yang 37 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1.Deskripsi Variabel Penelitian Variabel penelitian yang diduga dipengaruhi oleh terapi secretome terdiri dari dua variabel yaitu variabel ekspresi IL-17 dan TNF- α

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan non randomisasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan non randomisasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan non randomisasi. B. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya (Cerda et al., 2008). Berbagai macam strategi pencegahan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah 20% dari penduduk dunia memiliki kebiasaan merokok dengan perbandingan antara pria dan wanita yaitu 4:1 (Eriksen & Ross, 2012). Data tersebut menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian (Stirban et al., 2012). Merokok telah menjadi gaya hidup tidak sehat hampir di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian diseluruh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J PERBEDAAN RERATA KADAR KOLESTEROL ANTARA PENDERITA ANGINA PEKTORIS TIDAK STABIL, INFARK MIOKARD TANPA ST- ELEVASI, DAN INFARK MIOKARD DENGAN ST-ELEVASI PADA SERANGAN AKUT SKRIPSI Diajukan oleh : Enny Suryanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang penting. Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian ketiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dilakukan pada penderita PPOK eksaserbasi akut yang dirawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan RSUD Ario Wirawan Salatiga pada tanggal 18 Maret sampai

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 50 BAB 6 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21 25 minggu yang dilakukan pemeriksaan kadar aktivin A serum. Selama perjalanan kehamilan didapatkan 11 subyek

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Untuk menjawab tujuan dan membuktikan hipotesis, pada penelitian ini menggunakan 72 ekor hewan, dikelompokkan ke dalam 3 kelompok waktu perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Berat kulit kira-kira 15% dari berat badan seseorang. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian ke-11. Pada 1986 kondisi naik menjadi peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit.

BAB I PENDAHULUAN. Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Fibrinogen merupakan suatu glikoprotein yang sangat penting, disintesa dihati dan dikumpulkan didalam alfa granul trombosit. Kadar fibrinogen dalam plasma

Lebih terperinci

TESIS OLEH. Oleh: DIA IRAWATI NIM : S

TESIS OLEH. Oleh: DIA IRAWATI NIM : S PENGARUH SUPER OXIDE DISMUTASE ORAL TERHADAP KADAR GLICATED ALBUMIN DAN HIGH SENSITIF C -REACTIVE PROTEIN (hs-crp) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DIABETIK STADIUM V YANG MENJALANI HAEMODIALISA TESIS OLEH

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran umum Penelitian dilaksanakan di klinik dan bangsal THT-KL dan laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode Mei Agustus 2011. Selama penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat janin kurang dari 500 gram (Cunningham et al., 2005). Abortus adalah komplikasi umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, setelah penyakit jantung dan kanker, dimana setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, setelah penyakit jantung dan kanker, dimana setiap tahunnya lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama serta merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negaranegara maju, setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu akan tetapi beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik. Asam urat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imunitas, gangguan sensasi kornea, riwayat operasi kornea, abnormalitas

BAB I PENDAHULUAN. imunitas, gangguan sensasi kornea, riwayat operasi kornea, abnormalitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata Kering (MK) merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan mata untuk mempertahankan jumlah air mata yang cukup pada permukaan bola mata. MK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Prevalensi Tekanan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6 BAB 4 HASIL 4.1. Data Umum Pada data umum akan ditampilkan data usia, lama menjalani hemodialisis, dan jenis kelamin pasien. Data tersebut ditampilkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Demogragis dan Lama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian pertama pada negara-negara berkembang. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus uremia (PU) masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada 15%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat

Lebih terperinci

RINGKASAN. commit to user

RINGKASAN. commit to user digilib.uns.ac.id 47 RINGKASAN Talasemia beta adalah penyakit genetik kelainan darah, dan talasemia beta mayor menyebabkan anemia yang berat. (Rejeki et al., 2012; Rodak et al., 2012). Transfusi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Adanya kelainan struktural atau fungsional pada. ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Adanya kelainan struktural atau fungsional pada ginjal yang berlangsung selama minimal 3 bulan disebut sebagai gagal ginjal kronis (Tanto, et al, 2014). Di Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2. BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode Randomized Double Blind Controlled Trial. 4.. Tempat Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dislipidemia Pada Penyakit Ginjal Kronis Dislipidemia sering terjadi pada pasien-pasien dengan gagal ginjal, bahkan jauh sebelum menjadi gagal ginjal tahap akhir, sehingga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

ABSTRAK... 1 ABSTRACT DAFTAR ISI ABSTRAK... 1 ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25 tahun ini bertambah 2 kali lipat. Penderita DM mempunyai resiko terhadap penyakit kardiovaskular 2 sampai 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit multisistem yang disebabkan kerusakan jaringan akibat deposisi kompleks imun berupa ikatan antibodi dengan komplemen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam proses spermatogenesis dan pembentukan karakteristik seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard akut (IMA) dan merupakan salah satu faktor risiko kematian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit Jumlah total leukosit sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel 52 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Penelitian Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel hamil dengan preeklamsi, dipakai sebagai kelompok kasus dan 33 sampel hamil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivasi koagulasi merupakan bagian dari proses hemostasis tubuh dalam hal mempertahankan keutuhan sistem sirkulasi darah setelah terjadinya kerusakan vaskular. Penyakit

Lebih terperinci