HUBUNGAN KNOWLEDGE DAN PERCEPTION GAP DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RS SEMEN GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dilakukan oleh rumah sakit (Brady dan Cronin, 2001).

201 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik)

Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135

KORELASI ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN HARAPAN SERTA PERSEPSI PASIEN DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK X DI DAERAH SEMINYAK

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan. macam kebutuhan. Teknologi canggih dari sebuah perangkat keras akan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perubahan teknologi informasi berlangsung dan berkembang

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi P-ISSN X Volume 11, No 2, September 2016 E-ISSN

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN MENGENAI KUALITAS LAYANAN FIRST MEDIA DI BANDUNG MENGGUNAKAN METODE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS

ANALISIS PENYEBAB PENURUNAN KUNJUNGAN PASIEN BERDASARKAN MODEL SERVICE QUALITY GAPS

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan Usaha Perjalanan Wisata

The Relationship between Inpatient Expectations of Staff Responsiveness and Empathy with Inpatient Satisfaction at Wangaya District Hospital Denpasar

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KAMAR OBAT PUSKESMAS KABUPATEN JEPARA TAHUN 2017

TINGKAT KEPUASAN PASIEN UMUM RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Dimensi Kualitas, Kepuasan Pasien, Askes Sosial, Pelayanan Rawat Jalan, Rumah Sakit

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP UNIT GEDUNG A-RSCM JAKARTA

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

PERSEPSI PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN RAWAT JALAN DI RS MISI LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Instruksi-instruksi tersebut berbentuk perangkat lunak (software).

BAB I PENDAHULUAN. Riset dalam pelayanan pelanggan secara berulang-ulang menunjukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

Kata kunci: kualitas pelayanan, loyalitas pelanggan

Usulan Peningkatan Kualitas Pelayanan Rawat Inap Menggunakan Metoda Service Quality (Servqual) *

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN (Studi Kasus di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang)

SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA LAYANAN: STUDI KASUS PADA BANK MANDIRI DAN BANK BCA

ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN RESEP DI APOTEK KIMIA FARMA 286 PADANG ASRI

UPAYA MENCIPTAKAN KEPUASAN PELANGGAN DENGAN PENGELOLAAN SERVICE QUALITY (SERVQUAL)

PERSEPSI STAF PELAYANAN TENTANG MANAJEMEN PEMASARAN DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

ABSTRAK TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP BANGSAL BEDAH RUANG KUTILANG DAN MAWAR DI RUMAH SAKIT X DI BANDAR LAMPUNG 2010

HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN DENGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN GIZI PADA RSUD dr. SOEDIRAN MS. WONOGIRI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

PENGUKURAN KEPUASAN PELANGGAN COMLABS INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN. (Studi pada Konsumen Assalam Hypermarket)

Ega Subiyantoro 1), Atika Nurani Ambarwati 2) 1,2 Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang. Abstract

KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PADA BALAI PENGOBATAN SANTA FAMILIA DI BARONG TONGKOK KAB. KUTAI BARAT

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UNS

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DALAM MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT JALAN RS ADENIN ADENAN MEDAN

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN JASA KESEHATAN (STUDI PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN. Diah Yulisetiarini Fakultas Ekonomi Universitas Jember

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara

Kualitas Pelayanan an Kepuasan Pasien Rumah Sakit: Kasus Pada Pasien Rawat Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PASIEN UNIT INSTALASI RAWAT JALAN (IRJ) RUMKITAL

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM KOTA MAGELANG

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (STUDI PADA STIE TOTALWIN SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS TEPUS I KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UNTUK MENILAI TINGKAT KEPUASAN NASABAH PT. BANK RAKYAT INDONESIA UNIT GENTENG BANYUWANGI. Rinawati Anwar Rudi Kusubagio

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

ANALISIS INDEKS KEPUASAN PESERTA BPJS TERHADAP PELAYANAN DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : SYAIFUDIN NOOR D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN GIZI DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. menentu, yang tidak hanya menyediakan peluang tetapi juga tantangan. Begitu

BAB II. Tinjauan Pustaka

ANALISA KUALITAS PELAYANAN ASET FISIK DAN FASILITAS DI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI

BAB IV. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif. kelas pelayanan berhubungan dengan persepsi pasien rawat inap terhadap

BAB 2 LANDASAN TEORI. Jasa merupakan pemberian kinerja atau tindakan tidak kasat mata yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

KEPUASAN PASIEN BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN DI UNIT RAWAT JALAN (URJ) RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK TINJAUAN DIMENSI SERVICE QUALITY PADA PASIEN RAWAT INAP BAGIAN PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2008

tidak mempengaruhi loyalitas pelanggan jasa transportasi udara.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan karena kesehatan dinilai sangat berharga dan mahal. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sakit adalah kemampuan rumah sakit dalam memberikan layanan kepada pasien.

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI KLINIK SPESIALIS GRAHA AMANAH

SURVEI KEPUASAN PASIEN KLINIK UIN SUNAN AMPEL

Transkripsi:

319 HUBUNGAN KNOWLEDGE DAN PERCEPTION GAP DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RS SEMEN GRESIK RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND PERCEPTION GAP WITH INPATIENT SATISFACTION OF SEMEN GRESIK HOSPITAL Titan Wahyudi, Nyoman Anita Damayanti Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: wahyudititan@yahoo.com ABSTRACT Quality control was very important to done by the hospital for obtain patient satisfaction and prevent the gap. Patient satisfaction rates of Semen Gresik Hospital known that still below of patient satisfaction targets 80%. Seven service quality gaps was a framework to identify seven types of gaps in the services quality that provided by the service provider. Furthermore, this research was conducted to analyze the relationship between knowledge gap and perception gap with patient satisfaction of Semen Gresik Hospital. The results show that the service quality gap in knowledge gap is positive (0.10) and the perception gap is negative (-0.11), while the average of patients satisfaction are satisfied category. It means that the hospital are able to understand the patient s expectation but can not meet the patient s expectation. This study concluded that was more significant relationship between the perception gap with patient satisfaction (α = 0.000) than the knowledge gap with patient satisfaction (α = 0.161). It means that if the hospital is unable to meet the patient s expectations, the patient satisfaction will decrease. Therefore, Semen Gresik Hospital is expected to provide health services to patients by giving more attention to the realization of the patient s expectations. Keywords: gap, knowledge, perception, satisfaction PENDAHULUAN Pelayanan prima merupakan wujud dari pelayanan medis dan non medis yang diberikan oleh dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya yang berinteraksi secara langsung dengan pasien. Penilaian pasien terhadap kondisi pelayanan prima sering kali tergambar dari prinsip Service Quality yang meliputi Reliability (Keandalan), Assurance (Jaminan), Tangible (Bukti fisik), Empathy (Empati), dan Responsiveness (Daya tanggap) (Arali, 2008). Pada akhir abad ini, pelayanan rumah sakit harus tetap mengarah pada mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Mutu pelayanan merupakan hal mendasar bagi perusahaan jasa untuk bersaing dan terus berkembang. Oleh karena itu, kendali mutu sangat penting dilakukan oleh rumah sakit. Konseptualisasi dan pengukuran persepsi mutu pelayanan telah dianggap sebagai topik yang paling diperdebatkan dan kontroversial dalam literatur pemasaran jasa sampai saat ini (Brady dan Cronin, 2001). Pelayanan yang berkualitas sesuai dengan harapan pasien akan menghasilkan kepuasan pasien. Pasien akan merasa puas jika kinerja produk atau jasa sesuai dengan harapannya dan akan sangat puas jika kinerja produk atau jasa melebihi harapan semula, sebaliknya, pasien akan merasa tidak puas jika kinerja produk atau jasa tidak sesuai dengan harapannya (Kotler dan Armstrong, 2008). RS Semen Gresik memiliki visi menjadi rumah sakit pelayanan trauma di Gresik dan sekitarnya pada tahun 2015 dengan motto Kesembuhan dan Kepuasan Pasien adalah Kebahagiaan Kami. Berdasarkan data kepuasan pasien, diketahui belum tercapainya target kepuasan pasien oleh rumah sakit pada tahun 2012, dimana angka kepuasan pasien

320 pun turun pada Januari-Februari 2012. Hal tersebut menandakan bahwa layanan kesehatan RS Semen Gresik mengalami kendala. Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada kesenjangan yang terjadi antara manajemen dan pasien serta hubungannya dengan kepuasan pasien, sehingga dapat menentukan rekomendasi untuk memperbaiki mutu pelayanan rawat inap RS Semen Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan knowledge gap dan perception gap dengan kepuasan pasien rawat inap RS Semen Gresik. produk atau jasa yang diberikan kepada pasien). Persepsi pasien adalah penilaian kualitas layanan oleh pasien setelah menggunakan produk atau jasa (Supriyanto dan Ernawaty, 2010). Menurut Supriyanto dan Ernawaty (2010), penilaian pasien terhadap produk atau jasa apa pun dapat dibedakan menjadi penilaian kualitas teknis dan kualitas fungsional. Kualitas teknis adalah jenis pelayanan kesehatan yang diberikan. Dalam bidang pelayanan kesehatan kualitas teknis berkaitan dengan aspek pelayanan medis, keperawatan, penunjang medis (laboratorium, gizi), dan pelayanan non medis (administrasi, parkir), sedangkan kualitas PUSTAKA Harapan Pasien Tjiptono (2008), harapan merupakan perkiraan pasien mengenai produk atau jasa yang akan diterimanya. Menurut Supriyanto dan Ernawaty (2010), harapan adalah keinginan seseorang yang bersifat individual terhadap produk atau jasa dengan memperhatikan bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan keinginan. Harapan pasien mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas produk atau jasa dan kepuasan pasien (Tjiptono, 2008). Dalam menggunakan pelayanan kesehatan, harapan pasien dibentuk dari berbagai sumber seperti pengalaman masa lalu, berita dari mulut ke mulut, dan iklan. Pada umumnya, pasien membandingkan jasa yang diterima dengan jasa yang diharapkan (Kotler dan Keller, 2009). Persepsi Pasien Menurut Timm (2010), persepsi pasien adalah penilaian pasien pada kualitas produk atau jasa fungsional berkaitan dengan proses menyampaikan pelayanannya yang dapat dinilai dari tujuh aspek komunikasi interpersonal antara lain: 1. Reliability atau keandalan, meliputi kemampuan pemberi layanan untuk memberikan pelayanan yang diharapkan sesuai dengan janji penyedia jasa, sehingga harus sesuai dengan harapan pasien. 2. Responsiveness (ketanggapan), kecepatan dalam memberikan pelayanan pada pasien atau waktu tunggu yang pendek untuk mendapatkan pelayanan. 3. Assurance (jaminan dan kepastian), kemampuan penyedia jasa untuk menimbulkan rasa percaya pasien terhadap jasa yang ditawarkan. Indikatornya adalah jaminan sembuh dan dilayani petugas yang bermutu. 4. Empathy, kemampuan individu memberikan layanan dengan penuh perhatian, sesuai kebutuhan dan harapan pasien, kemudahan relatif terhadap biaya (penilaian terhadap manfaat

321 dalam melakukan hubungan, dan perhatian pribadi. 5. Communication, kemampuan penyedia jasa dalam memberikan informasi dan mendengarkan segala sesuatu (keluhan atau saran) yang disampaikan oleh pasien. 6. Caring (pengasuhan), kemampuan penyedia jasa yang selalu memberikan perhatian pada pasien dan yang mudah dihubungi. Selain itu, caring lebih berfokus pada tindakan untuk asuhan pasien yang rawat inap dan bertujuan untuk membantu pasien. 7. Tangible (physical environment), penampakan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan bahan komunikasi yang menunjang jasa yang ditawarkan. Kepuasan Pasien Menurut Kotler dan Keller (2009), kepuasan dinyatakan sebagai tingkat perasaan seseorang dari hasil perbandingan antara kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang diharapkan. Lovelock et al (2011), menyatakan bahwa kepuasan adalah perilaku seseorang dalam menilai suatu layanan jasa setelah adanya pengalaman menggunakan jasa tersebut. Kotler (2004), mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pasien, yaitu sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan pasien. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Tjiptono (2008), mengenai empat metode mengukur kepuasan 1. Sistem keluhan dan saran Sistem keluhan dan saran merupakan mekanisme memahami harapan pasien secara pasif (reactive model) melalui pengumpulan saran, kritik, pendapat, dan keluhan. 2. Ghost shopping (mystery shopping) Ghost shopping merupakan salah satu cara untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan penyedia jasa (perusahaan sendiri) untuk memperoleh gambaran kepuasan pasien. Hal tersebut dilakukan pula pada organisasi layanan kesehatan yang menjadi kompetitor. Oleh karena itu, perlu seseorang untuk menjadi ghost shopper yang berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk atau jasa pelayanan kesehatan dengan berpura-pura menjadi pelanggan potensial. 3. Lost customer analysis Lost customer analysis adalah metode mengukur kepuasan pasien melalui pemantauan customer loss rate. Selain memantau customer loss rate, melakukan kontak (menghubungi pasien) pada mantan pasien juga dilakukan untuk mendapatkan masukan dan evaluasi mengenai kinerja pelayanan kesehatan. 4. Survei kepuasan pasien Survei kepuasan pasien dilakukan untuk memperoleh tanggapan dan feedback secara langsung dari pasien dan untuk memberikan kesan positif bahwa perusahaan menaruh perhatian pada pasiennya. pasien, yaitu sebagai berikut:

322 Service Quality Customer needs and expectations Gap 1: The Knowledge Gap Management definition of these needs Gap 2: The Standards Gap Translation into design/delivery specs CUSTOMER MANAGEMENT Gap 4: The Internal Communication Gap Gap 3: The Delivery Gap Execution of design/delivery specs Gap 5: The Perceptions Gap Customer perseptions of product execution 4. Advertising and sales promises Gap 6: The Interpretation Gap Customer interpretation of communications Gap 7: The Service Gap Customer experience relative to expectations Gambar 1 Seven Service Quality Gaps (Lovelock, 2002) Sumber: Lovelock, C., Wirtz, J., Keh, H. 2002. Service Marketing in Asia Managing People, Technology, and Strategy. Singapore. Prentice Hall. Seven Service Quality Gaps pada gambar 1 adalah kerangka untuk mengidentifikasi tujuh tipe gap (kesenjangan) yang bisa terjadi pada titik yang berbeda dalam jasa yang diberikan oleh penyedia jasa. Kerangka ini dikembangkan dari model lima gap parasuraman dengan menambahkan dua tipe gap, yakni perceptions gap dan interpretation gap. Pada umumnya, seluruh gap tersebut dapat berkaitan dengan kepuasan pasien. Namun penelitian ini dibatasi dengan meneliti gap 1 dan gap 5. Tjiptono dan Chandra (2007), gap 1 ini terjadi ketika ada perbedaan antara harapan pasien dan mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan kontak pasien ke manajemen. Gap 5 tentang persepsi pasien terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa (Tjiptono, 2000). Persepsi muncul ketika sejumlah atribut produk atau jasa telah diterima atau dirasakan pasien. Gap ini akan terjadi ketika produk atau jasa yang dirasakan pasien tidak dapat memenuhi atau tidak sesuai dengan harapan pasien. Penilaian kualitas jasa yang dirasakan pasien terjadi ketika pasien menerima sejumlah layanan jasa dari penyedia jasa. pemahaman manajemen tentang harapan pasien. Kemungkinan penyebab gap ini adalah informasi yang didapatkan dari riset pasar dan analisis permintaan kurang akurat, interpretasi yang kurang akurat atas informasi mengenai harapan pasien, tidak ada analisis permintaan, dan terlalu banyak jenjang manajerial yang menghambat atau METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional yang dilakukan di RS Semen Gresik. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap pada tahun 2012. Sampel diambil menggunakan teknik simple

323 random sampling dengan kriteria inklusi pasien sedang rawat inap minimal 2 hari, sudah pernah rawat inap, dan berusia di atas 17 tahun serta pasien menggunakan korelasi pearson untuk mengetahui gap yang berdampak pada menurunnya kepuasan pasien. bersedia diwawancarai. Sampel sebanyak 105 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner untuk mengukur pemahaman manajemen tentang harapan pasien, harapan pasien, penilaian manajemen atas jasa rawat inap yang diberikan, dan penilaian pasien atas jasa rawat inap yang dirasakan. Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitas pada 10 responden. Teknik analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi skor knowledge gap dan perception gap berdasarkan analisis item by item dan dimension by dimension, mengidentifikasi kepuasan pasien berdasarkan item by item dan dimension by dimension. Skor bernilai negatif menandakan adanya ketidaksesuaian antara manajemen dan pasien. Kemudian skor berdasarkan analisis item by item dari knowledge gap dan perception gap masingmasing dihubungan dengan rata-rata kepuasan HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis dimension by dimension diketahui adanya gap yang bernilai negatif, yaitu pada dimensi reliability (-0,15), assurance (-0,02), dan tangible (- 0,29). Hal ini menandakan bahwa harapan pasien terkait dimensi tersebut masih belum sepenuhnya dipahami oleh manajemen. Gap negatif tertinggi terdapat pada dimensi tangible. Hal ini berarti bahwa harapan pasien tentang peralatan rumah sakit, penampilan petugas kesehatan, dan bukti fisik dari rumah sakit belum dapat dipahami dengan lebih baik oleh manajemen. Menurut pasien, dimensi tangible ini penting untuk bisa memberikan kepuasan pasien, namun manajemen memahami hal tersebut lebih rendah daripada harapan pasien, sehingga menimbulkan gap negatif yang cukup tinggi. Tabel 1 Knowledge Gap di Instalasi Rawat Inap RS Semen Gresik Tahun 2013 No Dimensi Kualitas Fungsional Skor Pemahaman Skor Harapan Manajemen Pasien Skor Gap 1. Reliability 2,78 2,93-0,15 2. Responsiveness 3,63 3,47 0,16 3. Assurance 3,63 3,65-0,02 4. Empathy 4,00 3,52 0,48 5. Caring 3,79 3,64 0,15 6. Communication 3,98 3,64 0,34 7. Tangible 2,96 3,25-0,29 Gap service quality 3,54 3,44 0,10 Selain itu, dapat diketahui bahwa untuk gap bernilai positif tertinggi terdapat pada dimensi empathy (0,48). Hal ini berarti bahwa manajemen sangat mampu memahami harapan pasien terkait dengan empathy yang dibutuhkan pasien dalam pelayanan kesehatan. Empathy yang dimaksud meliputi sikap perhatian yang diberikan oleh petugas gizi, dokter, dan perawat dalam memberikan layanan sesuai bidangnya. Skor gap yang semakin menjauh dari angka nol ke arah kanan, maka menunjukkan pemahaman manajemen terhadap harapan pasien yang semakin baik.

324 Berdasarkan pengukuran tunggal kualitas jasa diketahui gap service quality bernilai positif (0,10). Pada umumnya, tidak terdapat gap service quality pada knowledge gap antara pemahaman manajemen tentang harapan pasien dan harapan pasien yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa pada umumnya manajemen telah mampu memahami harapan pasien terkait mutu pelayanan rawat inap. Namun dalam memberikan layanan kesehatan, harapan pasien seperti ini perlu diperhatikan manajemen supaya bisa direalisasikan dengan baik untuk meningkatkan kepuasan pasien, sehingga bukan sekedar pengumpulan dan pemahaman tentang harapan pasien, melainkan lebih pada realisasi harapan tersebut yang dipandang penting bagi pasien atas layanan kesehatan yang memuaskan. Semakin besar skor gap service quality bernilai positif, maka menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan semakin mampu memahami harapan pasien. Tabel 2 Perception Gap di Instalasi Rawat Inap RS Semen Gresik Tahun 2013 No Dimensi Kualitas Fungsional Skor Penilaian Pasien Skor Penilaian Manajemen Skor Gap 1. Reliability 3,48 3,40 0,08 2. Responsiveness 3,29 3,41-0,12 3. Assurance 3,65 3,69-0,04 4. Empathy 3,01 3,34-0,33 5. Caring 3,59 3,92-0,33 6. Communication 3,25 3,58-0,33 7. Tangible 3,63 3,30 0,33 Gap service quality 3,41 3,52-0,11 Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis dimension by dimension diketahui adanya gap bernilai negatif, yaitu pada dimensi responsiveness (-0,12), assurance (-0,04), empathy (-0,33), caring (-0,33), dan communication (-0,33). Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua dimensi tidak dapat memenuhi harapan pasien, sehingga pasien memberikan penilaian lebih rendah daripada penilaian manajemen atas layanan kesehatan yang terjadi. Skor gap bernilai negatif tertinggi terdapat pada dimensi empathy, caring, dan communication dengan nilai yang sama, yaitu sebesar -0,33. Hal ini berarti bahwa apa yang diberikan oleh manajemen terkait dimensi tersebut belum bisa memenuhi harapan pasien daripada dimensi lainnya, sehingga penilaian pasien atas mutu pelayanan rawat inap berdasarkan dimensi tersebut menjadi lebih rendah daripada penilaian manajemen atas pelayanan yang diberikan. Selain itu, dapat diketahui bahwa untuk gap bernilai positif tertinggi terdapat pada dimensi tangible (0,33). Hal ini berarti bahwa manajemen sangat mampu memenuhi harapan pasien terkait dengan segala bukti fisik rumah sakit yang dibutuhkan pasien dalam pelayanan kesehatan. Meskipun pada tabel 1 dijelaskan bahwa manajemen belum mampu memahami harapan pasien terkait dimensi tangible, pada kenyataanya, pasien merasa bahwa apa yang diberikan oleh manajemen sudah dapat memenuhi harapan pasien. Segala bukti fisik yang diberikan rumah sakit sudah mampu diterima pasien dengan baik, namun disamping itu, pasien masih memiliki beberapa harapan tambahan selain yang sudah disediakan oleh RS Semen Gresik. Skor

325 gap yang semakin menjauh dari angka nol ke arah kanan, maka menunjukkan pemahaman manajemen terhadap harapan pasien yang semakin baik. Berdasarkan pengukuran tunggal kualitas jasa diketahui gap service quality bernilai negatif (- 0,11). Pada umumnya, terdapat gap service quality pada perception gap antara apa yang telah diberikan manajemen dan apa yang dirasakan pasien. Hal ini mampu memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan pasien, sehingga manajemen masih perlu memeriksa jasa yang sudah diberikan pada pasien, sudah sesuai dengan harapan pasien atau belum. Semakin besar skor gap service quality bernilai negatif, maka menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan semakin tidak mampu memenuhi harapan pasien. berarti bahwa pada umumnya manajemen kurang Tabel 3 Kategori Kepuasan Pasien Rawat Inap RS Semen Gresik Tahun 2013 No Dimensi Kualitas Fungsional Rata-rata Kepuasan Kategori 1. Reliability 3,10 Puas 2. Responsiveness 3,16 Puas 3. Assurance 3,29 Puas 4. Empathy 3,16 Puas 5. Caring 3,28 Puas 6. Communication 3,16 Puas 7. Tangible 3,29 Puas Mean 3,21 Puas Tabel 3 dapat diketahui bahwa setiap dimensi kualitas fungsional menunjukkan kategori yang sama, yaitu puas, dimana rata-rata kepuasan tertinggi terdapat pada dimensi assurance dan tangible dengan nilai yang sama, yaitu sebesar 3,29. Hal ini menandakan bahwa dimensi tersebut dapat memberikan rasa puas yang lebih baik daripada dimensi lainnya pada pasien saat menggunakan layanan kesehatan. Tingginya angka kepuasan pada item tersebut bisa disebabkan kemampuan manajemen dalam mengukur kepuasan pasien dan mengevaluasinya untuk bisa direalisasikan dalam pelayanan kesehatan, dimana menurut Kotler (2004), kepuasan pasien bisa diukur dengan empat metode, yaitu sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis, dan survei kepuasan pasien. Metode yang paling sering diterapkan oleh manajemen untuk mengukur kepuasan pasien adalah dengan sistem keluhan dan saran (reactive model) serta survei kepuasan pasien (active model). Berdasarkan mean secara keseluruhan, pada umumnya, rata-rata kepuasan pasien rawat inap RS di Semen Gresik termasuk dalam kategori puas, yaitu sebesar 3,21. Hal ini berarti bahwa pada umumnya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RS Semen Gresik sudah bisa memberikan rasa puas pada pasien. Pasien yang hanya merasa puas dan belum mencapai kategori sangat puas akan memiliki kecenderungan lebih besar untuk berpindah menjadi tidak puas. Kotler dan Keller (2009), menyatakan bahwa kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang dari hasil perbandingan antara kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang diharapkan. Seorang pasien dikatakan puas apabila layanan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan pasien dan tidak akan puas

326 apabila layanan kesehatan yang dirasakan pasien tidak sesuai dengan harapannya. Menurut Lovelock et al (2011), kepuasan adalah perilaku seseorang dalam menilai suatu layanan jasa setelah adanya pengalaman mengonsumsi jasa tersebut. Kepuasan pasien ini bisa berkaitan dengan apa yang dirasakan pasien, dimana pasien tetap bisa merasa puas meskipun harapan pasien belum terpenuhi oleh pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, kategori kepuasan pasien hanya sampai pada kategori puas pada umumnya. Hubungan Knowledge Gap dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Berdasarkan hasil uji korelasi pearson untuk menemukan hubungan antara 2 variabel atau lebih Berdasarkan hasil uji korelasi pearson untuk menemukan hubungan antara 2 variabel atau lebih dapat diketahui bahwa hubungan perception gap dengan kepuasan pasien rawat inap di RS Semen Gresik menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana pearson correlation = 0,815 yang berarti kekuatan hubungannya adalah sangat kuat karena mendekati angka 1 dan alpha (α) = 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara perception gap dengan kepuasan. Hal ini bisa dikarenakan bahwa semakin banyaknya gap bernilai negatif, maka semakin kuat hubungan perception gap dengan kepuasan pasien. Semakin manajemen tidak bisa memenuhi harapan pasien, maka kepuasan pasien akan semakin menurun. dapat diketahui bahwa hubungan knowledge gap dengan kepuasan pasien rawat inap di RS Semen Gresik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan, dimana pearson correlation = 0,254 yang berarti kekuatan hubungannya adalah sangat lemah karena menjauhi angka 1 dan alpha (α) = 0,161 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara knowledge gap dengan kepuasan pasien. Hal ini bisa dikarenakan bahwa semakin sedikitnya gap bernilai negatif, maka semakin lemah hubungan knowledge gap dengan kepuasan pasien. Semakin manajemen tidak bisa memahami harapan pasien, maka kepuasan pasien akan semakin menurun karena pasien merasa harapannya terkait layanan kesehatan tidak diketahui dan dipahami dengan baik oleh manajemen. SIMPULAN Berdasarkan analisis korelasi pearson, tidak ada hubungan yang signifikan antara knowledge gap dengan kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen sudah memahami dengan baik harapan pasien. Namun, pemahaman yang baik belum tentu memberikan atau meningkatkan kepuasan karena pasien belum merasakan pelayanan kesehatan sepenuhnya, sedangkan ada hubungan yang signifikan antara perception gap dengan kepuasan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar gap negatif antara apa yang diberikan manajemen dengan yang dirasakan pasien, maka pasien akan merasa semakin tidak puas. Hubungan Perception Gap dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap

327 DAFTAR PUSTAKA Arali. (2008). Pelayanan Prima. Retrieved Desember 31, 2012, from http://www.slideshare.net/arali2008/pelayanan-prima Azhary, M. E. (2009). Potret Bisnis Rumah Sakit Indonesia, Economic Review. Brady, M., & Cronin, J. (2001). 'Some New Thought on Conceptualizing Perceived Service Quality: A Hierarchical Approach'. Journal of Marketing. Vol. 65. July., pp. 34-39. Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi ke-12. Jakarta: Erlangga. Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Marketing Management 13th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Lovelock, C., Wirtz, J., & Keh, H. (2002). Service Marketing in Asia Managing People, Technology, and Strategy. Singapore: Prentice Hall. Lovelock, C., Wirtz, J., & M. J. (2011). Pemasaran Jasa Manusia, Teknologi, Strategi Perspektif Indonesia Jilid 1 Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Supriyanto, S., & Ernawati. (2010). Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yogyakarta: C.V ANDI. Timm, P. R. (2010). Customer Service: Career Success Through Customer Loyalty, Fifth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Tjiptono, F. (2000). Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tjiptono, F. (2008). Service Management: Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tjiptono, F., & Chandra, G. (2007). Service, Quality, & Satisfaction, Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Andi.