BAB III TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KERJA PRAKTIK SISTEM DEADMAN PEDAL PADA LOKOMOTIF CC 201 DI PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)

BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

1. EMISI GAS BUANG EURO2

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Analisis Gaya Pada Rem Tromol (drum brake) Untuk Kendaraan Roda Empat. Ahmad Arifin

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR KNKT

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

ELEKTRO-PNEUMATIK (smkn I Bangil)

BAB III LANDASAN TEORI

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KELISTRIKAN BODI SISTEM KELISTRIKAN BODY

INSTALASI PERMESINAN

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

menentukan atau melaksanakan sesuatu.

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. Sebuah modifikasi dan aplikasi suatu sistem tentunya membutuhkan

KUMPULAN SOAL PNEUMATIC By Industrial Electronic Dept. Of SMKN 1 Batam

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Session 11 Steam Turbine Protection

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Masinis lapor. Masinis menyerahkan handel RH & T.200. Pengawas menanyakan keadaan lok selama dilintas.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG)

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

2016, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Divisi Regional II Sumatera Barat. Daerah Operasi IX. Divisi Regional III Sumatera Selatan

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

BAB III TEORI PENUNJANG. penggerak frekuensi variable. KONE Minispace TM

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

CARA PERAWATAN FORKLIFT BATTERY

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN STUDI PUSTAKA KONDISI MESIN DALAM KEADAAN BAIK

III. METODE PENELITIAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

14. Teknis Pengoperasian Kendaraan Pendukung SUBSTANSI MATERI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DASAR PERANCANGAN LIFT

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI TRAKTOR Identifikasi dan Pengecekan Unit-unit Operasional Traktor

BAB II LANDASAN TEORI

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

SISTEM KENDALI KERETA OTOMATIS PADA KERETA REL LISTRIK VVVF

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

15. Teknik Pengoperasian Kendaraan Rapid Intervention Vehicle Type IV / Rescue Tender

Menguak Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolik

PERAWATAN FORKLIFT FD20ST-3

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB 13 SISTEM KELISTRIKAN TAMBAHAN (ASESORIS)

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

Gambar Lampu kepala

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

Disusun Oleh : Nama : HERDI HARYADI NIM :

BAB III METODE PENGUJIAN. Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) seperti Uji emisi, Akselerasi, dan. Kendaraan uji yang disiapkan adalah :

Transkripsi:

12 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 LOKOMOTIF Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari rangkaian kereta api. Operator dari lokomotif disebut masinis. Masinis menjalankan kereta api berdasarkan perintah dari pusat pengendali perjalanan kereta api melalui sinyal yang terletak di pinggir jalur rel (Wikipedia,2016). Berdasarkan mesin, lokomotif terbagi menjadi: 1. Lokomotif uap merupakan cikal bakal mesin kereta api. Uap yang dihasilkan dari pemanasan air yang ada di ketel uap digunakan untuk menggerakkan mesin dan selanjutnya menggerakkan roda. Bahan bakarnya dari kayu atau batu bara. 2. Lokomotif diesel mekanis menggunakan mesin diesel sebagai tenaga yang kemudian disalurkan ke roda melalui transmisi mekanis. Lokomotif ini biasanya bertenaga kecil dan sangat jarang karena keterbatasan kemampuan dari transmisi mekanis untuk dapat menyalurkan tenaga. 3. Lokomotif diesel elektrik pada lokomotif ini mesin diesel digunakan untuk memutar generator agar dapat menghasilkan listrik, listrik digunakan untuk menggerakkan motor listrik besar yang langsung digunakan untuk menggerakan roda. 4. Lokomotif diesel hidraulik lokomotif ini menggunakan tenaga mesin diesel untuk memompa oli dan selanjutnya disalurkan ke perangkat hidraulik untuk menggerakkan roda, lokomotif ini tidak sepopuler dengan lokomotif diesel elektrik karena perawatan dan kemungkinan terjadi masalah yang besar.

13 5. Lokomotif listrik prinsip kerjanya hampir sama dengan lokomotif diesel elektrik, tapi tidak bisa menghasilkan listrik sendiri, listriknya didapat dari kabel transmisi diatas jalur kereta api. Jenis lokomotif berdasarkan konfigurasi sumbu, yaitu: 1. Kode B artinya lokomotif dengan 2 roda penggerak atau Bo-Bo. Misal Lokomotif Uap Tahun 1898: Seri B Bristol. 2. Kode C artinya lokomotif dengan 3 roda penggerak atau Co-Co. Misal Lokomotif Uap Tahun 1905: Seri C Birmingham. 3. Kode BB artinya lokomotif bergandar 2 jadi dengan roda penggerak ada 4 roda atau memiliki 8 roda. Misal Lokomotif Uap Tahun 1920: Seri BB Mancheste.r 4. Kode CC artinya lokomotif bergandar 3 jadi total penggeraknya ada 6 roda atau memiliki 12 roda. Misal Lokomotif Uap Tahun 1930: Seri CC Manchester. 5. Kode D artinya lokomotif bergandar 4 loko jenis ini biasanya hanya memiliki gandar tunggal sehingga total penggeraknya ada 4 roda dengan jumlah roda 8. Misal Lokomotif Uap Tahun 1954: Seri D54 Krupp Liepzig. Adapun beberapa Dipo yang mempunyai hak kepemilikan lokomotif, yakni: 1. JNG : Jatinegara 2. THB : Tanahabang 3. BD : Bandung 4. CN : Cirebon 5. SMC : Semarang Poncol 6. PWT : Purwokerto 7. YK : Yogyakarta 8. MN : Madiun 9. SDT : Sidotopo 10. MDN : Medan

14 3.2 KONTROL DASAR PADA RUANG KEMUDI Beberapa kontrol dasar dalam kereta api, yakni: 1. Reverser, berguna untuk mengendalikan arah laju kereta api. Beberapa reverser memiliki tiga kondisi untuk mengendalikan laju kereta api, yaitu forward (maju), neutral (diam), dan reverse (mundur). 2. Throttle, yaitu tuas untuk mengatur tenaga dalam kereta api. Beberapa throttle dapat diatur sesuai keinginan, dan beberapa throttle telah dibagi-bagi menjadi beberapa segmen (notch). Lokomotif diesel hidrolik di Indonesia umumnya tidak memiliki notch, sedangkan kebanyakan lokomotif diesel elektrik dilengkapi dengan 8 notch. 3. Rem, yakni tuas untuk mengatur perlambatan pada kereta api. Pada tiga kereta api, terdapat tiga jenis rem, yaitu rem kereta, rem lokomotif, dan rem dinamis. Rem kereta berguna untuk mengendalikan sistem pengereman di seluruh kereta. 3.3 ALAT PENGAMAN PADA LOKOMOTIF 3.3.1 Fungsi alat pengaman pada lokomotif, yaitu: 1. Untuk mencegah komponen utama dari kerusakan. 2. Memberi isyarat kepada driver atau masinis saat ada emergency pada lokomotif itu sendiri. 3.3.2 Alat-Alat yang ada dalam lokomotif,yaitu: 1. Untuk mencegah komponen utama dari kerusakan. 2. Memberi isyarat kepada driver atau masinis saat ada emergency pada lokomotif.

15 1. Pemutus Sirkuit ( Circuit Breaker ) Merupakan sakelar otomatis yang dipakai untuk mengamankan terjadinya hubung singkat/panas yang berlebihan (Susanti,2008). 2. Lampu Indikator Berwarna dan Bell - Lampu Indikator pada Console Control. - Lampu Indikator pada Panel EC. 3. Roda Slip Sistem pengaman yang bekerja saat terjadi selisih putaran roda ( TM ),yang mengakibatkan perbedaan tegangan, seperti tanjakan dan jalan yang licin (Susanti,2008). 4. Engine Overspeed Shutdown Pengaman ini akan bekerja apabila terjadi putaran mesin diesel melampaui putaran aman sesuai yang telah ditetapkan lebih dari 1160 rpm (Susanti,2008). 5. Barring Over Switch Sebuah alat yang berfungsi untuk mengamankan motor diesel agar tidak bisa dihidupkan atau di start (Susanti,2008).. 6. Deadman Device Pengaman pada saat operator/masinis lengah atau ngantuk, yang bekerja pada saat masinis tidak merespon terhadap tombol/pedal. Deadman ini sendiri cara kerjanya diinjak 50 detik dan dilepas 4 detik setelah rem lok sendiri dilepas (Modul PT KAI THB,2014).

16 7. Pemasir Peralatan ini bekerja pada saat terjadi roda slip dikarenakan jalan licin.pemasir ini bisa bekerja secara otomatis pada saat terjadi slip ataupun secara manual dengan cara menginjak pedal pemasir (Susanti,2008). 8. Overspeed Lokomotif Pengaman Ini Bekerja Apabila kecepatan Lokomotif Melebihi 120 Km/Jam (Modul PT KAI THB,2014). 9. Fire Warning Alat ini bekerja bila di ruangan mesin suhunya melebihi 163ºC (Modul PT KAI THB,2014). 10. Pengaman Ground Alat pengaman dapat ini bekerja bila : a. Salah satu kabel tenaga hubung singkat dengan bodi. b. Generator hubung singkat dengan bodi. c. Traksi motor hubung singkat dengan bodi. 11. Low Water Pressure ( LWP ) Alat ini bekerja apabila tekanan pada saluran sirkulasi air pendingin rendah.

17 12. Low Oil Pressure ( LOP ) Alat ini bekerja apabila tekanan minyak pelumas pada waktu idle kurang dari 12 psi, dan pada notch 8 kurang dari 46 psi. 13. Pengaman SETK Pengaman ini bekerja jika tekanan udara di dalam crankcase mencapai 1,9-2,1 kg/cm². 3.5 MEKANISME KOMPONEN PADA BAGIAN KEMUDI Komponen pada bagian kemudi adalah: 1. Automatic Brake, Pengereman pada suatu Lokomotif masinis mendorong handle rem ke posisi lepas, berarti udara yang diproduksi oleh kompresor akan dialirkan ke seluruh pipa utama rem (Modul Pengaman Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.1 Automatic Break 2. Throttle Handle, posisi transmisi dalam keadaan netral/ iddle, dengan posisi ditengah (tuas bagian bawah). Pada posisi ini, loko dapat di tinggikan putaran

18 mesinnya, dengan menggeser tuas gas (throttle) diatasnya, dari angka 1 sampai 8, sehingga tekanan angin dapat diperbesar untuk mempercepat pengisian angin pada silinder rem, makin ke kiri semakin kuat remnya (Modul Pengaman Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.2 Throttle Handle 3. Pengendali tegangan (Voltage Regulator) ini adalah pengendali tegangan yang berfungsi saat kejadian emergency remnya (Modul Pengaman Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.3 Voltage Regulator

19 4. Saklar Batrai, Pemutus aliran battray pada lokomotif Gambar 3.5.4 Saklar Battrey 5. Circuit Breaker, merupakan sakelar otomatis yang dipakai untuk mengamankan terjadinya hubung singkat/panas yang berlebihan remnya (Modul Pengaman Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.5 Circuit Breaker

20 6. Console Operator, Alat ini di gunakan untuk masinis sebelum menjalankan suatu lokomotif, masinis atau operator harus menstel Console Operator ini terlebih dahulu. Seperti yang tertera di gambar yang menerangkan pengaturan ECS, menghidupkan,di posisi iddle ( terpisah ) dan saat jalan remnya (Modul Pengaman Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.6 Console Operator 7. Lampu indikator Panel, Sebuah lampu indikasi yang berfungsi saat keadaan emergency terjadi. Gambar 3.5.7 Lampu indikator Panel

21 8. Load Meter, Merupakan alat pengukur beban satuan ampere yang bekerja menjadi petunjuk dalam menambah notch secara benar atau bertahap. Setiap menambah notch, jarum loadmeter akan brgerak ke kanan, untuk naik ke notch yg lebih tinggi, tunggu jarum loadmeter brgerak ke kiri perlahan sampai berhenti, dan rasakan putaran mesin diesel sudah stabil remnya (Modul Pengaman Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.8 Load Meter 9. Deadman, salah satu jenis switch yang otomatis akan dioperasikan saat manusia atau operator tidak bekerja sebagaimana mestinya. Hal ini dapat terjadi saat manusia mati atau lalai dalam tugasnya, misalnya dalam keadaan mengantuk atau tidak pada posisinya remnya (Modul Deadman Pedal Lokomotif PT KAI THB,2011). Gambar 3.5.9 Deadman