Analisis Faktor Kesiapan Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) STUDI KASUS : UPN VETERAN JAKARTA

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data penelitian tingkat kesiapan penerapan e-learning yang

PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR KESIAPAN E-LEARNING MENGGUNAKAN ONTOLOGI ONTOLOGY FOR E-LEARNING READINESS FACTORS

MODEL E-LEARNING READINESS SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN E-LEARNING. Priyanto Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

1. Pendahuluan. Merry Agustina 1) A.Mutatkin Bakti 2)

E-Learning: Electronic Delivery

Bab III Pengukuran Kesiapan E-Learning

TINGKAT KESIAPAN (READINESS) IMPLEMENTASI E-LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KOTA YOGYAKARTA

TINGKAT KESIAPAN E-LEARNING (E-LEARNING READINESS) UNIVERSITAS BINA DARMA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JARAK JAUH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertanyaan pertanyaan pada kuesioner tersebut. Uji tersebut dilakukan pada

ANALISIS USABILITY TERHADAP SISTEM LECTIVE GEGULANG BERBASIS USE QUESTIONNAIRE

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Amarta Multi Corporation. bagi industri. Berdiri di Yogyakarta sejak tahun 2004.

MANUAL BOOK E-LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. jauh lebih kecil dan tidak memerlukan modal, padahal mendirikan usaha tersebut

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

EVALUASI KESIAPAN PENGGUNA DALAM ADOPSI SISTEM INFORMASI TERINTEGRASI DI BIDANG AKADEMIK PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN METODE HOT FIT MUHAMMAD NASIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

TINGKAT KESIAPAN (READINESS) IMPLEMENTASI E-LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KOTA YOGYAKARTA

Pengukuran Tingkat Kesiapan E-Learning (E-Learning Readiness)

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS WEBSITE TERHADAP CITRA (Studi Kuantitatif Kualitas Website Pemerintah Kota Yogyakarta Terhadap Citra Pemerintah Kota Yogyakarta)

KAJIAN IMPLEMENTASI E-LEARNING BERDASARKAN TINGKAT KESIAPAN PESERTA E-LEARNING. Siti Hasanah 1 Enjang Ali Nurdin 2 Herbert 3.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, definisi operasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Didalam suatu penelitian, obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

2.1 Dasar Teori E-Learning

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. SMA Persada Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Juni 2013 sampai dengan bulan Agustus Berdasarkan jenis masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang sistematis

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

BAB III METODE PENELITIAN. perwalian terhadap kepuasan pengguna dengan menggunakan metode Webqual

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

TINGKAT KESIAPAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DALAM PENERAPAN E-PROCUREMENT DI LHOKSEUMAWE

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Won-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2013:11) penelitian deskriptif adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Bagi perusahaan yang mempunyai banyak karyawan diperlukan

BAB III METODOLOGI. Bina Nusantara. Responden yang dijadikan target penelitian adalah mahasiswa

III. METODE PENELITIAN. survey dengan pendekatan diskriptif mengenai perluasan merek oleh PT Unilever

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

Analisa Hubungan Antara Manfaat dan Kualitas Binus Online Learning

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang akan menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian survey. Penelitian survey. 3.2 Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

BAB 3 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MAHASISWA PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

KERA GKA PEMIKIRA DA HIPOTESIS

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Analisis Kesiapan E-Learning Telkom University Dengan Menggunakan E-Learning Readiness (ELR) Model (Studi Kasus I- Caring)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODA PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah masyarakat baik pria maupun wanita di sekitar

BAB III METODE PENELITIAN. Sekretaris No 88 BA Daan Mogot, Jakarta Barat.

STUDI ASOSIATIF TENTANG MOTIVASI KERJA KARYAWAN STMIK AMIKOM PURWOKERTO. Oleh : Yusmedi Nurfaizal (STMIK AMIKOM Purwokerto) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang nafsu

TINGKAT PERSEPSI PENERIMAAN MAHASISWA TERHADAP TEKNOLOGI MOTION CAPTURE DENGAN MULTI KAMERASEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA PEMBUATAN ANIMASI 3D

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Dosen Pembimbing Dr.Apol Pribadi S.T, M.T Hanim Maria Astuti, S.Kom, M.Sc. Aris Kusumawati NRP :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN HANDPHONE IPHONE (STUDI KASUS WARGA KELURAHAN KELAPA DUA TANGERANG)

Bab V Evaluasi V.1 Skenario Evaluasi

Mengapa menggunakan ICT. Bagaimana level kompetensi ICT bagi seorang guru? Pemanfaatan ICT untuk Pembelajaran 5/24/12. Learning: dahulu vs sekarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self. regulation dengan motivasi belajar pada siswa-siswi SMA Permata

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL. LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah..

5.2 HIPOTESA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengambil sampel atau satu populasi dengan mengunakan kuesioner

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN KOTA TANGERANG.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (explanatory),

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Organisasi di PT. Telkom Indonesia Witel Solo

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya yaitu, produk

Transkripsi:

Analisis Faktor Penerapan E-learning di Perguruan Tinggi Pertanian (Studi Kasus di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta) Bagus Muhammad Akbar Magister Teknik Infromatika Program Pasca Sarjana Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia bagusmuhammadakbar@gmail.com Abstrak Sistem pembelajaran di Instiper yang merupakan perguruan tinggi dalam bidang pertanian berbeda dengan sistem pembelajaran pada umumnya karena membutuhkan praktek kerja lapangan dan magang pada perkebunan nasional. Untuk itu, pihak manajemen Instiper berencana meningkatkan kualitas pendidikan dengan menerapkan e-learning. Di Instiper sendiri banyak pihak yang menolak dengan rencana penerapan e- learning ini. Untuk meminimalisir kegagalan tersebut diperlukan strategi penerapan e-learning yang baik dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan e-learning. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kesiapan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan e-learning. Penelitian ini menggunakan model penelitian kesiapan e-learning yang disesuaikan untuk perguruan tinggi pertanian. Model penelitian ini menggunakan empat faktor penelitian yaitu kemampuan, persepsi, inovasi dan komitmen organisasi. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan menggunakan internet, kemampuan membuat konten, sikap, sosiologis pengguna, kultur organisasi, adopsi inovasi, pengembangan diri, infrastruktur TI, finansial, dan kebijakan. Data penelitian ini didapatkan dengan menyebarkan kuesioner berskala 1-5 yang terbagi dalam tidak setuju sampai sangat setuju. Berdasarkan data yang didapat diperoleh kesimpulan bahwa hasil keseluruhan dari semua indikator adalah 3,94 dari skala 5 yang berarti Instiper siap menerapkan e-learning dengan melakukan beberapa perbaikan dan peningkatan pada faktor komitmen organisasi terutama untuk infrastruktur TI dan finansial yang mempunyai nilai cukup rendah. Kata kunci e-learning; kesiapan e-learning; faktor kesiapan e-learning I. PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini metode pembelajaran sudah sangat berkembang dan salah satunya adalah e-learning. E-learning merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau jaringan komputer lainnya. Menurut sebuah penelitian, pertumbuhan e- learning memang sangat cepat akan tetapi tidak semua yang dikembangkan berhasil. Lebih dari seribu institusi di lima puluh negara menggunakan e-learning [5]. Sebagian besar e-learning tersebut tidak mampu memenuhi kepuasan [11]. Salah satu perguruan tinggi yang akan menerapkan e- learning adalah Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta. Instiper adalah perguruan tinggi swasta yang bergerak di bidang pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit. Sejak tahun 1958, Instiper terus berkonsentrasi pada pendidikan pertanian khususnya kelapa sawit. Pola pendidikan Instiper juga menerapkan pola pendidikan dengan praktek kerja lapangan dan magang selama 6 bulan. Untuk itu, pihak manajemen Instiper berencana untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menerapkan e- learning. Sistem pembelajaran dalam bidang pertanian berbeda dengan sistem pembelajaran pada umumnya karena membutuhkan praktek kerja lapangan dan magang pada perkebunan nasional yang berada di Sumatra dan Kalimantan untuk perkebunan kelapa sawit. Di Instiper sendiri banyak pihak yang menolak dengan rencana penerapan e-learning ini. Untuk meminimalis ir kegagalan tersebut diperlukan strategi penerapan e-learning yang baik dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan e-learning. Hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan metode untuk mengukur kesiapan penggunaan e- learning pada organisasi (e-learning readiness). Dari latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut : Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan penerapan e-learning di Instiper Yogyakarta? Akan tetapi pada penelitian ini, pembahasan masalah hanya dibatasi pada faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kesiapan penerapan e-learning pada persepsi. Hal tersebut dikarenakan posisi sebagai penentu kesuksesan pada penerapan e-learning. Dosen sebagai pengguna e-learning sangatlah menentukan keberhasilan penerapan e-learning, sedangkan pengguna e-learning lainnya yaitu pasti akan menggunakan e-learning dengan baik jika menerapkan e-learning dengan baik Adapun tujuan penelitian ini adalah Bagi Instiper : memberikan rekomendasi kepada Instiper faktor-faktor yang harus diperhatikan dan diperbaiki supaya dapat meningkatkan keberhasilan penerapan e- learning. Yogyakarta, 6 Agustus 2016 E-38

Bagi peneliti : memberikan gambaran model untuk mengukur kesiapan penerapan e-learning pada suatu organisasi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian E-learning Menurut (Chandrawati, 2010) e-learning adalah proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan [6]. E-learning merupakan sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa [3]. E-learning adalah metode pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran [1]. B. Penerapan E-learning / E-learning Readiness Borotis & Poulymenakou (Priyanto, 2008) mendefinisikan e-learning readiness (ELR) sebagai kesiapan mental atau fisik suatu organisasi untuk suatu pengalaman pembelajaran. Model ELR dirancang untuk menyederhanakan proses dalam memperoleh informasi dasar yang diperlukan dalam mengembangkan e-learning. [6] Chapnick (2000) mengusulkan model ELR dengan mengelompokkan kesiapan e-learning ke dalam delapan kategori kesiapan, yaitu: a. Psychological readiness. Faktor ini mempertimbangkan cara pandang individu terhadap pengaruh inisiatif e- learning. Ini adalah faktor yang paling penting yang harus dipertimbangkan dan memilki peluang tertinggi untuk sabotase proses implementasi. b. Sociological readiness. Faktor ini mempertimbangkan aspek interpersonal lingkungan di mana program akan diimplementasikan. c. Environmental readiness. Faktor ini mempertimbangkan operasi kekuatan besar pada stakeholders, baik di dalam maupun di luar organisasi. d. Human resource readiness. Faktor ini mempertimbangkan ketersediaan dan rancangan sistem dukungan sumber daya manusia. e. Financial readiness. Faktor ini mempertimbangkan besarnya anggaran dan proses alokasi. f. Technological skill (aptitude) readiness. Faktor ini mempertimbangkan kompetensi teknis yang dapat diamati dan diukur. g. Equipment readiness. Faktor ini mempertimbangkan kepemilikan peralatan yang sesuai. h. Content readiness. Faktor ini mempertimbangkan konten pembelajaran dan sasaran pembelajaran. [8] Selanjutnya Swatman (2006) mengelompokan enam komponan e-learning readiness untuk mengukur kesiapan e- learning yang lebih speseifik pada institusi pendidikan, yakni Students preparedness, yaitu kesiapan dari untuk menerapkan e-learning Teachers preparedness, yaitu kesiapan dari untuk menggunakan fasilitas e-learning dalam pembelajaran IT infrastructure, yaitu kesiapan infrastruktur TI yang meliputi hardware, software, dan network Management support, yaitu dukungan dari institusi terkait regulasi, kebijakan, dan finansial pada penerapan e- learning School culture, yaitu bagaimana kultur yang ada di universitas terkait menjalin hubungan dan, regulasi yang mengatur reward dan punishment Preference to meet face-to-face, yaitu bagaimana proses pembelajaran berlangsung yang memungkinkan bertemunya dan atau proses pembelajaran secara online. [12] Kemudian Aydin dan Tasci (2005) juga menyebutkan bahwa kesiapan e-learning dipengaruhi oleh 4 hal yaitu [4] People yaitu kesiapan penerapan e-learning dipengaruhi oleh kesiapan pengguna dalam penerimaan maupun kemampuan belajar pengguna Self Development yaitu kesiapan penerapan e-learning dipengaruhi bagaimana sikap pengguna untuk selalu mengembangkan diri Technologi yaitu kesiapan penerapan e-learning ditentukan oleh kemampuan pengaksesan dan penggunaan komputer dan internet. Inovation yaitu kesiapan penerapan e-learning ditentukan bagaimana adopsi inovsi oleh pengguna dan organisasi. C. Model Penelitian Berdasarkan dari berbagai tinjauan pustaka yang ada, maka variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yogyakarta, 6 Agustus 2016 E-39

Variabel TABEL I. FAKTOR KESIAPAN E-LEARNING Berdasarkan tabel 1 faktor kesiapan e-learning yang diambil dari beberapa referensi seperti di atas dibuat menjadi variabel dan indikator dari kesiapan e-learning yang sesuai dengan perguruan tinggi bidang pertanian. Untuk tabel variabel dan indikator yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut : Variabel Chapnick SDM Konten Psikologis Sosiologis Lingkungan Finansial Peralatan TABEL II. VARIABEL DAN INDIKATOR Indikator menggunakan internet membuat konten Sikap Sosiologis pengguna Kultur organisasi Adopsi inovasi Pengembangan diri Infrastruktur TI Finansial Kebijakan Sumber Referensi Swatman Kecenderungan untuk bertatap muka Kultur Sekolah Dukungan Manajemen Infrastruktur TI Aydin & Tascii Teknologi Manusia Pengembangan Diri Cecillia akses akses Sikap Sikap Institusi Berdasarkan beberapa referensi yang ada pada tinjauan pustaka seperti pada tabel 1 dan 2 diatas, untuk menentukan faktor kesiapan penerapan e-learning pada perguruan tinggi pertanian dapat dibuat model penelitian sebagai berikut : D. Uji Validitas dan Reliabilitas Dalam penelitian ini digunakan metode kuantitaif dengan menggunakan kuesioner. Oleh karena itu, diperlukan uji validitas untuk mengukur ketepatan item penilaian sehingga kueisioner yang digunakan dapat dipercaya dan uji realibilitas untuk menjamin bahwa item penilaian kuesioner handal. Menurut Sugiyono (2007) validitas data diukur dengan menggunakan teknik korelasi spearman, item yang dikatakan valid adalah item yang memiliki koefisien korelasi minimum r = 0.3 [10]. Sedangkan untuk uji realibilitas menggunakan Cronbach Alpha. Cronbach Alpha yaitu nilai konsistensi internal korelasi antar item yang mengukur konstruk yang sama. Menurut Sekaran (2006) cronbach alpha pada kisaran 0.70 adalah dapat diterima, di atas 0.80 baik [9]. III. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitaif dengan menggunakan kuesioner. Oleh karena itu, tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah 1. Studi Pustaka, baik yang bersumber dari buku maupun berbagai tulisan dari internet, mengenai e-learning dan e- learning readiness 2. Penentuan variabel penelitian 3. Perancangan kuesioner 4. Pengumpulan data 5. Pengolahan dan analisis data 6. Penyajian hasil dan kesimpulan penelitian 7. Membuat rekomendasi yang berisi hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan e-learning di Instiper Responden yang digunakan penelitian ini adalah tetap Instiper Yogyakarta yang berjumlah 30 orang. Berikut adalah sebaran demografi responden yang ada : TABEL III. DEMOGRAFI RESPONDEN e-learning Demografi responden Jumlah Presentase Berdasarkan tingkat Pendidikan S1 4 13 % S2 20 67 % S3 6 20 % Yogyakarta, 6 Agustus 2016 E-40

Berdasarkan Usia 20-30 tahun 6 20 % 31-40 tahun 4 13,3 % 41-50 tahun 8 26,7 % 51-60 tahun 9 30 % 61-70 tahun 3 10 % Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki 14 46,7 % Perempuan 16 53,3 % Selanjutnya pada penelitian ini dilakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan nilai 1-5 yang merepresentasikan nilai tidak setuju sampai sangat setuju pada item pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian. Contoh beberapa pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah Variabel TABEL IV. CONTOH PERTANYAAN KUESIONER Pertanyaan K1. Saya mengerti dan terbiasa menggunakan internet dan email K2. Saya mengerti dan terbiasa membuat materi kuliah dengan ms. power point atau video interaktif P1. Saya berpikir bahwa e-learning membantu pembelajaran P2. Saya berpikir bahwa e-learning dan kelas lebih baik dari kelas saja I1. Saya menggunakan diskusi sebagai strategi pengajaran untuk mata pelajaran kuliah saya I2. Saya menggunakan strategi untuk mendorong keaktifan, interaksi, dan partisipasi di kalangan M1. Menurut saya, Institut menyediakan anggaran yang memadai untuk mendukung penerapan e-learning M2. Menurut saya, Institut menyediakan Infrastruktur TI yang dapat mendukung e- learning IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui kehandalan dan ketepatan pengukuran oleh suatu instrumen kuesioner harus dilakukan uji validitas dan uji realibilitas pada instrumen tersebut. Pada penelitian ini uji validitas dan uji realibilitas dilakukan dengan software SPSS sehingga memperoleh hasil sebagai berikut A. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk menilai suatu item kuesioner penilaian dapat dikatakan valid (dapat dipercaya) jika hasil pengukuran uji koefisian korelasi ( r ) > 0,3. Sedangkan untuk melihat faktor yang digunakan dalam kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika faktor tersebut memliki Cronbach Alpha > 0,7 [10]. Untuk hasil dari pengukuran uji validitas dan realibilats kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL V. UJI VALIDITAS Variabel Item Koefisien (r) Keterangan Validitas K1 0,366 0,3 Valid K2 0,455 0,3 Valid K3 0,382 0,3 Valid K4 0,531 0,3 Valid P1 0,548 0,3 Valid P2 0,548 0,3 Valid P3 0,504 0,3 Valid P4 0,553 0,3 Valid P5 0,555 0,3 Valid P6 0,480 0,3 Valid I1 0,704 0,3 Valid I2 0,547 0,3 Valid I3 0,565 0,3 Valid I4 0,567 0,3 Valid M1 0,346 0,3 Valid M2 0,627 0,3 Valid M3 0,593 0,3 Valid M4 0,507 0,3 Valid M5 0,490 0,3 Valid M6 0,612 0,3 Valid TABEL VI. UJI REALIBILITAS Variabel Item Cronbach s (α) Keterangan Alpha 4 0,725 0,7 Reliabel 6 0,703 0,7 Reliabel 4 0,839 0,7 Reliabel 6 0,835 0,7 Reliabel Dengan melihat hasil pengukuran uji validitas dan realibilitas pada kuesioner penelitian diatas didapatkan hasil bahwa semua item pertanyaan yang ada dalam kuesioner dapat dikatakan valid dan faktor yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat dikatakan reliabel. B. Hasil Penelitian Hasil yang didapat setelah dilakukan penyebaran kuesioner pada 30 tetap Instiper Yogyakarta sebagai responden pada penilitan ini adalah TABEL VII. HASIL KUESIONER Variabel Nilai Indikator Nilai 4,52 4,28 menggunakan internet 4,03 membuat konten 3,92 Sikap 4,08 Yogyakarta, 6 Agustus 2016 E-41

4,37 3,44 Sosiologis pengguna 4,22 Kultur organisasi 3,45 Adopsi 4,37 Pengembangan diri 4,37 Infrastruktur TI 3,15 Finansial 3,48 Kebijakan 3,70 Dengan melihat tabel diatas didapatkan hasil pengukuran dari semua indikator kesiapan e-learning di Instiper Yogyakarta mempunyai nilai 3,94. Nilai tersebut berarti memndekati nilai 4. Berdasar dari skala yang ada pada kuesioner, nilai 4 berarti setuju. Oleh karena itu, berdasarkan penilaian kesiapan e- learning, Instiper berada pada kategori setuju dengan penerapan e-learning tetapi butuh peningkatan. Dalam skala yang dibuat oleh Aydin dan Tasci (2005) merepresentasikan bahwa angka 3,94 dapat dikatakan siap menerapkan e-learning tetapi membutuhkan beberapa perbaikan untuk melaksanakannya [4]. C. Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dari ke empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini, variabel yang mempunyai nilai terendah adalah komitmen organisasi. Hal tersebut dapat kita lihat pada grafik di bawah ini: 5 4 3 2 1 0 Grafik Variabel Nilai 41-50 22,4 51-60 21,4 61-70 17,7 Pendidikan Hasil Rata-rata S1 17,5 S2 21,5 S3 20 Jenis Kelamin Hasil Rata-rata Laki-laki 21 Perempuan 20,4 Dilihat dari tabulasi silang antara usia, pendidikan dan jenis kelamin maka variabel komitmen organisasi bernilai rendah terjadi pada penilaian responden dengan jenis kelamin perempuan, responden dengan usia muda yaitu 20-30 dan usia 60-70 serta responden dengan pendidikan bergelar sarjana. Selain itu kita juga dapat melihat hasil pengukuran kesiapan e- learning dari tiap indikator pada grafik di bawah ini: Pengembangan diri Sosiologis Pengguna membuat menggunakan Grafik Indikator Kebijakan Finansial Infrastruktur TI Adopsi Kultur Sikap 0 1 2 3 4 5 Nilai Faktor komitmen organisasi mempunyai nilai yang rendah nilai dari tiap indikator yang digunakan juga bernilai rendah. Dari ketiga indikator di dalam variabel komitmen organisasi yang ternendah adalah Infrastruktur TI, diikuti dengan Finansial dan Kebijakan. Untuk itu, kita dapat melihat responden yang memberikan nilai yang rendah pada faktor tersebut berdasarkan sebaran demografinya sehingga dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian responden pada faktor komitmen organisasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL VIII. VARIABEL KOMITMEN ORGANISASI Usia Hasil Rata-rata 20-30 17,7 31-40 22,3 Melihat dari grafik indikator diatas, indikator yang mempunyai nilai yang rendah dibawah nilai 4 (yang berarti setuju) ada empat indikator yaitu kebijakan, finansial, infrastruktur TI dan kultur organisasi. Kebijakan, finansial dan infrastruktur TI adalah indikator dari variabel komitmen organisasi sedangkan kultur organisasi adalah salah satu dari indikator dari variabel persepsi. Hal tersebut yang menjadikan nilai dari variabel persepsi menjadi rendah. Untuk itu, perlu adanya perbaikan dan peningkatan pada kultur organisasi yaitu tentang budaya kerja sama dalam organisasi di Instiper Yogakarta. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat dihasilkan beberapa kesimpulan Yogyakarta, 6 Agustus 2016 E-42

Dari tinjauan pustaka yang ada, faktor yang dapat digunakan dalam pengukuran kesiapan e-learning dalam perguruan tinggi bidang pertanian adalah kemampuan, persepsi, inovasi dan komitmen organisasi. Dengan mengunakan model penelitian ini didapatkan hasil dari pengukuran kesiapan e-learning di Instiper Yogyakarta mempunyai nilai 3,94. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Instiper berada pada level siap untuk menerapkan e-learning tetapi butuh perbaikan. Berdasarkan pada hasil pengukuran kesiapan e-learning di Instiper terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu komitmen organisasi khususnya pada penyediaan infrastruktur TI yang mendukung e-learning, peningkatan anggaran untuk penerapan e-learning, serta kebijakan yang jelas tentang penerapan e-learning dan juga memperbaiki kultur organisasi di Instiper khususnya untuk budaya kerja sama di lingkungan Instiper Yogyakarta. influencing learner satisfaction. Computer & Education : 1183-1202, 2008 [12] Swatman, Paul MC, E-learning Readiness of Hongkong Teachers, Proceedings of the Fifth IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies, 2006. B. Saran Berdasarkan pada hasil pengukuran dan temuan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran Instiper diharapkan dapat meningkatkan infrastruktur TI terutama dalam penyediaan koneksi internet yang stabil dan menyediakan sarana pendukung e-learning (laptop, gadget, dan lain-lain). Instiper diharapkan dapat meningkatkan anggaran untuk penerapan e-learning terutama pada pemberian reward pada yang akan menerapkan e-learning Instiper diharapkan dapat memberikan kebijakan yang jelas dalam penerapan e-learning. DAFTAR PUSTAKA [1] Allen, Michael, Michael Allen s Guide to E- learning, Canada, 2013 [2] A. Mercado, Cecilia, Readiness Assessment Tool for An elearning Environment Implementation, Fifth International Conference on elearning for Knowledge-Based Society, Thailand, 2008 [3] Ardiansyah, Ivan, Eksplorasi Pola Komunikasi dalam Diskusi Menggunakan Moddle pada Perkuliahan Simulasi Pembelajaran Kimia, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2013 [4] Aydin, C. H., dan Tasci, D, Measuring Readiness for e-learning : Reflections from an Emerging Country. Educational Technology & Society, International Forum of Educational Technology & Society (IFETS), 2005 [5] Bhuasiri, W., Xaymoungkhoun, O., Zo, H., & Jeung Rho, J, Critical success faktors for e-learning in developing countries: A comparative analysis between ICT experts and faculty, 2012 [6] Borotis, S., Poulymenkou, A., dan Rosenberg, M J, E-learning Readiness Components: Key Issues to Consider Before Adopting elearning Interventions. McGraw Hil : Digital Age, 2000 [7] Chandrawati, Sri Rahayu, Pemanfaatan E-learning dalam Pembelajaran. Jurnal Universitas Tanjungpura : No 2 Vol. 8, 2010 [8] Chapnick, S, Are you ready for e-learning?, learning circuits, 2000 [9] Sekaran, U, Metode Riset Bisnis, Jakarta : Salemba Empat, 2006 [10] Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta, 2007 [11] Sun, P.-C., Tsai, R. J., Finger, G., Chen, Y.-Y., & Yeh, D, What drives a successful e-learning? An empirical investigation of the critical faktors Yogyakarta, 6 Agustus 2016 E-43