Jurnal Sains Materi Indonesia Vol.6, No. 1, Oktober 2004.

dokumen-dokumen yang mirip
Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DI ATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DIATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

ANALISIS SIFAT LISTRIK DAN MAGNETIK LAPISAN TIPIS Ni80Fe2o HASIL DEPOSISI SEBAGAI BAHAN DASAR SENSOR MAGNET

Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 1 Januari 2008 :

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT GELAS UNTUK JENDELA SEL SURYA

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK LAPISAN NiCr-Al YANG DIBENTUK DENGAN METODE SPUTTERING PADA BAJA ST 40

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUHU DEPOSISI LAPISAN TIPIS TiN TERHADAP SIFAT MEKANIK METAL HASIL PLASMA SPUTTERING

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

SIFAT OPTIK, STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT KACA SEBAGAI BAHAN TCO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH IMPLANTASI ION BESI (Fe) DOSIS TINGGI PADA LAPISAN TIPIS Fe/Ag HASIL SPUTTERING TERHADAP SIFAT GMR

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

SIFAT MAGNETISASI DAN EFEK GMR PADA SISTEM LAPISAN TIPIS TOP SPIN VALVE NiFe/Cu/NiFe/NiO

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

DEPOSISI LAPISAN TIPIS DUA LAPIS ZnO DAN Al UNTUK MEMBUAT SAMBUNGAN P-N DENGAN TEKNIK SPUTTERING

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

SIFAT OPTIK STRUKTUR KRISTAL DAN STRUKTUR MIKRO LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT KACA SEBAGAI BAHAN TCO

PENGARUH SUHU SUBSTRAT DAN WAKTU DEPOSISI TERHADAP STRUKTUR MIKRO LAPISAN FeN PADA RODA GIGI

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

MAGNETORESISTAN PADA LAPISAN TIPIS Fe DAN APLIKASINYA PADA SISTEM SPIN-VALVES FeNi/Cu/Co

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

Karakterisasi XRD. Pengukuran

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN OPTIK FILM TIPIS TiO 2 :Co YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE MOCVD DI ATAS SUBSTRAT SILIKON

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Penumbuhan Multilayer [Ni 80 Fe 20 /Cu] N dengan Metode Elektrodeposisi Sebagai Bahan Dasar Sensor Magneto-Impedansi TESIS

Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance (GMR) pada Nanopartikel Cobalt (CoFe 2 O 4 ) dilapisi Polyethelyn Glicol

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

STUDI PENGARUH UKURAN GRAIN TERHADAP KOERSIVITAS ALLOYMAGNETIK FESI (SI = 3,2 AT%) Zulkarnain 1, D. Triyono 2 ABSTRAK

Bab III Metodologi Penelitian

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab III Metodologi Penelitian

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Efek doping Al pada sifat optik dan listrik lapisan tipis ZnO hasil deposisi dengan DC sputtering

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

PEMBUATAN BATANG PELET La 2-2X Sr 1+2X Mn 2 O7 SEBAGAI BAHAN PENUMBUH KRISTAL TUNGGAL

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH PENAMBAHAN MULTIWALLED KARBON NANOTUBE PADA SIFAT MAGNET BAHAN KOMPOSIT Fe 0,8 -C 0,2

Pengaruh Pemanasan dan Ethylen Glycol pada Elektrodeposisi Lapisan Tipis Magnetite menggunakan Continue Direct Current

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b)

Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe

Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe

RINGKASAN HIBAH BERSAING

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PREPARASI LAPISAN TIPIS SAMBUNGAN p-n ZnO DAN CuInSe MENGGUNAKAN PENYANGGA LAPISAN CdS UNTUK APLIKASI SEL SURYA

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI SPUTTERING TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS SnO 2

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( )

PENGARUH KONDISI PENUMBUHAN PADA SIFAT FISIS FILM TIPIS GA 2 O 3 DENGAN DOPING ZNO

EFEK GMR DARI SISTEM SPIN VALVE Au/Fe 2 O 3 / NiFe/Cu/Co YANG TELAH DIIMPLANTASI DENGAN ION Al

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

Pengaruh Rapat Arus Terhadap Ketebalan Dan Struktur Kristal Lapisan Nikel pada Tembaga

SISTEM PENGUKUR RESISTANSI LAPISAN TIPIS TER- KOMPUTERISASI DENGAN MENGGUNAKAN PROSESOR KONVERSI DAC 0808 DAN ADC 0809

Magnetoresistansi Divais Spintronika TiO 2 :Co/Si/TiO 2 :Co

Struktur kristal dan Morfologi film tipis GaN yang ditumbuhkan dengan metoda Hot-Wire Pulsed Laser Deposition

SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO LAPISAN TIPIS NITRIDA BESI YANG DIDEPOSISIKAN PADA ROLL BEARING DENGAN TEKNIK SPUTTERING

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPISAN TIPIS Sn(So,4Te0,6) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK EVAPORASI VAKUM

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

ANALISIS STRUKTUR NANO DARI LAPISAN TIPISCOBALT FERRITE YANG DIPREPARASI DENGAN METODE SPUTTERING

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary

PENGARUH DEPOSISI BAHAN STAINLESS STEEL (SS) AUSTENITIK TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM (Al)

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

Transkripsi:

NISBAH GMR SUPERKISI Ag/NiFe/Ag/NiFe ABSTRAK Moh. Toifur 1, Prayoto 2, Kamsul Abraha 3 dan Ridwan 4 1 Jurucan Fisika Univesitas Ahmad Dahlan JI. Kapas No. 9, Semaki, Yogayakarta 55166 2 Jurusan Fisika FMIPA - UGM Jl. Sekip Utara, Yogayakarta 55281 3 Puslitbang Ilptek Bahan (P31B) - BA TAN Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang NISBAH GMR SUPERKISI Ag/NiFe/Ag/NiFe. Telah dibuat sistem multilapisan berstruktur Ag/NiFe/Ag/NiFe dengan mesin sputtering dc pada variasi waktu deposisi Ag(2) dari 2 menit sampai dengan 10 menit dengan tujuan untuk memperoleh multilapisan dengan nisbah GMR terbesar akibat sumbangan GMR yang berasal dari antiferromagnetic coupling antara spin-spin lapisan NiFe(1) dan NiFe(2). Karakterisasi yang dilakukan meliputi keadaan morfologi lapisan, sifat magnetik dari bahan lapisan, strukturmikro serta resistansi dibawah pengaruh medan magnet luar (H ext ). Hasil penelitian menunjukkan multilapisan dengan waktu deposisi Ag(2) = 8 menit memiliki nisbah GMR terbesar yaitu 67,74% atau 11,2 kali lebih besar dari efek MR lapisan tunggal NiFe dan telah mendekati perkiraan Pool bahwa efek GMR 4 lapis sekitar 75%. Lapisan ini memiliki remanen magnet (M) dan medan koersif (H) yang kecil. Sementara itu pemakaian lapisan penyangga Ag( 111) semakin memperkokoh struktur atom paduan NiFe (111) yang ditumbuhkan di atasnya. Kata kunci : GMR, multilapisan, anti ferromagnetic coupling ABSTRACT GMR RATIO OF Ag/NiFe/Ag/NiFe SUPERLATTICE. The Ag/NiFe/Ag/NiFe multilayer have been produced by dc sputtering machine on the varied of deposition time of Ag(2) from 2 up to 10 minutes with the aim to get the highest GMR effect caused by contribution of ant ferromagnetic coupling between electron spins on the NiFe(l) layer and NiFe(2) layer. Characterization was done on morphology, magnetic properties, and microstructure and film resistance in the external magnetic field (H ext ). From the result show that the multilayer with deposition time of Ag(2) = 2 minute has the highest GMR ratio i.e.: 67,74% that 11.2 more higher than MR effect of NiFe single layer and has closed to Pool's estimation that GMR effect of four layers was about 75%. This layer have low of remanen magnetic and high of coercive field. While by using a buffer layer of Ag(111) the structure of alloy NiFe (111) growth above it was more corroborate. Key words : GMR, multilayers, antiferromagnetic coupling PENDAHULUAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada pembuatan multilapisan NiFe/Ag/NiFe diperoleh kenyataan bahwa peran lapisan Ag sebagai lapisan seta (spacer) sangat besar dalam menentukan besamya efek GMR [1]. Nisbah GMR dapat ditingkatkan hingga 9 kalinya dari nisbah GMR yang diperoleh pada lapisan tunggal NiFe yaitu dari 6% [2] menjadi 54%. Tebal lapisan Ag untuk sistem multilapisan ini adalah lapisan Ag hasil deposisi selama 2 menit. Masih terbuka kemungkinan untuk meningkatkan efek GMR multilapisan ini yaitu dengan menumbuhkan multilapisan NiFe/Ag/NiFe pada substrat Ag sehingga susunan lapisan menjadi Ag/NiFe/Ag/NiFe atau Ag(I)/NiFe(I)/Ag(2)/NiFe(2). Lapisan Ag(l) dapat berperan sebagai lapisan penyangga (buffer) terhadap atom-atom lapisan berikutnya. Diharapkan dengan adanya lapisan penyangga ini struktur atom lapisan yang ditumbuhkan di atasnya (baik jenis struktur maupun arah pertumbuhan kristalnya) sama dengan struktur atom lapisan penyangganya sehingga terjadi struktur atom yang teratur pada semua lapisan. Selain itu dengan terbentuknya interface antara lapisan NiFe(1) dan lapisan Ag(1) maka diharapkan spin-spin elektron lapisan NiFe(1) lebih mudah berpindah atau berputar (mengingat Ag merupakan konduktor yang baik) jika dipaparkan dibawah lingkungan medan magnet luar (H,, ) dibandingkan dengan spin-spin elektron lapisan NiFe(1) yang berbatasan langsung dengan substrat gelas pada susunan NiFe(1)/Ag/NiFe(2). Dengan keadaan ini diharapkan efek GMR dapat ditingkatkan lagi dari efek GMR yang dihasilkan sistem multilapisan NiFe( I )/Ag/NiFe(2).

Selanjutnya pada penelitian ini akan dibuat multilapisan Ag(1)/NiFe(1)/Ag(2)/NiFe(2) dengan memvariasi waktu deposisi lapisan sela Ag(2) dari 2 menit sampai dengan 10 menit. Di sini set up waktu deposisi Ag(2) dibuat berbeda dari waktu deposisi Ag pada multilapisan NiFe/Ag/NiFe karena adanya efek difusi lapisan NiFe(2) pada Ag(2) sehingga dapat mengurangi ketebalan lapisan Ag(2). Diharapkan dengan pengaturan tebal N 2 tersebut maka efek GMR sistem dapat lebih ditingkatkan lagi. Mengenai pengaturan daya dan waktu sputtering untuk NiFe adalah 30 watt dan 30 menit sedangkan untuk lapisan Ag(1) adalah 25 watt dan 2 menit [3]. Untuk melengkapi analisis dilakukan karakterisasi morfologi lapisan dengan foto SEM (Scanning Electron Microscope) tampang lintang, struktur mikro lapisan dengan XRD (X-Ray Diffraction), watak magnetik lapisan dengan VSM (Vibrating Sample Magnetometer) serta efek GMR dengan probe 4 titik dibawah lingkungan medan magnet luar dari -20 gauss sampai dengan 20 gauss. METODE PERCOBAAN Proses deposisi lapisan tipis ini meliputi empat tahap yaitu deposisi lapisan Ag sebagai lapisan penyangga, deposisi lapisan NiFe sebagai lapisan magnetik pertama, deposisi lapisan Ag sebagai lapisan sela dan yang terakhir deposisi lapisan NiFe sebagai lapisan magnetik kedua. Adapun prosedur deposisi lapisan adalah sebagai berikut. Mula-mula target Ag atau NiFe dipasang pada elektroda negatif (katoda) yang telah dilengkapi dengan pendingin target dan substrat dipasang pada elektroda positif (anoda). Kemudian stem sputtering, pendingin target, pemanas substrat, pompa turbo dijalankan untuk memompa tekanan udara dalam tabung hingga mencapai 10-1 torr. Setelah tekanan ini tercapai maka gas argon dialirkan ke dalam tabung reaktor sehingga tekanan gas dalam tabung naik menjad1 1,6 x 10 - 'torr atau diatur sesuai yang dikehendaki. Setelah itu sistem tegangan tinggi dc dihidupkan kemudian diatur sesuai daya kerja yang diinginkan. Maka akan nampak terbentuknya plasma di dalam reaktor, yang berarti proses deposisi sedang berlangsung. Pada deposisi NiFe untuk membantu pembentukan kesearahan spin-spin elektron maka deposisi dilengkapi dengan medan deposisi yang besarnya 150 gauss. Arah medan deposisi untuk lapisan NiFe(1) berkebalikan dengan arah medan deposisi untuk lapisan NiFe(2). Untuk lapisan Ag(1) waktu deposisi di set 2 menit, sedang lapisan Ag(2) waktu deposisi divariasi dari 2 menit sampai dengan 10 menit. Untuk lapisan NiFe(1) maupun NiFe(2) waktu deposisi diset 30 menit. Setelah deposisi selesai tegangan tinggi dc diturunkan sampai 0 volt kemudian dimatikan. Demikian pula aliran gas dimatikan, anus medan deposisi, pemanas substrat, pendingin target, dan pompa vakum dimatikan dan terakhir mesin sputtering dimatikan. Setelah 30 menit substrat dapat diangkat dari kamar deposisi. HASIL PENELITIAN Foto SEM,Tampang Lintang Multilapisan Ag/NiFe/Ag/NiFe Pada Gambar 1 ditampilkan hasil foto tampang lintang beberapa sampel multilapisan Ag(I )/NiFe( I )/Ag(2)/NiFe(2) pada berbagai waktu deposisi lapisan sela Ag(2) atau tag(2) yang diambil dengan SEM pada perbesaran 10.000 kali. Dari Gambar 1 tampak sem100akin lama t Ag(2) masing-masing lapisan Ag(1), NiFe(1), Ag(2) dan NiFe(2) tampak semakin jelas. Untuk multilapisan dengan t Ag(2) = 2 menit atom-atom pada lapisan NiFe(1), Ag(1), Ag(2) dan NiFe(2) saling berdifusi sehingga sulit menentukan ketebalannya secara teliti. Keadaan interface antar masing-masing lapisan juga sulit diamati. Lapisan NiFe(2) tampak tebal karena ditumbuhkan pada struktur atom campuran antara NiFe(1) dan Ag(2) sehingga rapat atomnya lebih besar. Keadaan ini mempermudah lapisan NiFe(2)

untuk langsung tumbuh. Salah satu akibatnya permukaan NiFe(2) tampak cukup halus. Untuk multilapisan dengan tag(2) 4 menit hampir mirip dengan multilapisan dengan to,(2)= 2 menit bahkan lebih jelek lagi karena atom-atom pada lapisan Ag( I) dan NiFe(1) maupun Ag(2) dan NiFe(2) saling berdifusi sehingga kedua lapisan tidak terbedakan secara jelas. Permukaan NiFe(2) sudah cukup halus namun di beberapa tempat masih ditemukan adanya celah. Untuk lapisan dengan IAg(2) = 6 menit masing-masing lapisan Ag( I ), NiFe(1), Ag(2) dan NiFe(2) tampak terpisah secara jelas dengan tebal tertentu. Lapisan NiFe(1) tampak lebih tebal dari NiFe(2). Permukaan interface antara substrat dan lapisan Ag(1) tampak halus. Permukaan antara Ag(1) dan NiFe(1) tampak cukup halus, namun untuk permukaan yang membatasi antara NiFe(1) dan Ag(2) kurang halus yang ditandai dengan adanya beberapa celah yang diisi oleh atom-atom Ag(2). Demikian pula permukaan yang membatasi Ag(2) dan NiFe(2) juga tampak kurang halus dan di beberapa tempat terdapat difusi atom-atom NiFe(2) ke Ag(2) walaupun dengan tingkat kerapatan yang rendah. Permukaan NiFe(2) tampak kurang halus juga. Di beberapa tempat terdapat celah yang sampai tembus hingga ke lapisan Ag(2). Tentu adanya celah seperti ini akan mengganggu keseragaman konduktivitas lapisan pada berbagai tempat. Untuk lapisan hasil deposisi pada tag(2) = 8 menit tampak masing-masing lapisan sudah lebih bagus lagi. Secara umum permukaan batas antara lapisan yang satu dengan yang lain tampak lebih halus. Lapisan Ag(1) tampak lebih tipis dibanding dengan lapisan Ag(2), namun tidak sampai menimbulkan difusi atom antara lapisan satu dengan lapsian yang lain. Hanya saja permukaan NiFe(2) tampak kurang halus. Pada sampel hasil deposisi dengan t Ag(2) = 10 menit pemisahan antar lapisan sudah lebih jelas lagi. oksigen. Yang pertama dapat dihindarkan dengan memanaskan target setelah di pres dalam tungku vakum dan yang kedua dapat dihindari dengan menunda pengangkatan sampel dari ruang deposisi. Arah pertumbuhan atom-atom NiFe dan Ag adalah sama yaitu (111). Selain itu waktu deposisi Ag(2) berpengaruh pada tingkat keteraturan struktur atomatom lapisan. Hal ini dapat diamati dari tinggi puncak difraksi (intensitas) yang berbeda-beda pada masingmasing sampel. Selain itu dengan rumus Scherer [5] dapat ditentukan ukuran butir masing-masing atom atau paduan. Gambar 2. Intensitas Ag. NiO, NiFe dan Fe,O, terhadap sudut difraksi 2 theta Gambar 3 menampilkan kurva intensitas dan ukuran butir terhadap t Ag(2). Kedua hal ini berperan dalam menentukan resistansi lapisan. Semakin teratur strukturnya semakin kecil resistansinya. Demikian pula Hasil Pengamatan Strukturmikro Multilapisan Ag/NiFe/Ag/NiFe dengan XRD Pada Gambar 2 ditampilkan kurva spektnun XRD untuk sistem lapisan ini. Dan gambar tersebut tampak struktur lapisan berupa kristal dengan puncak-puncak difraksi berada di sekitar sudut 37,2, 38,2, 43,1 dan 44,5. Sudut-sudut tersebut setelah dicocokkan dengan Powder Diffraction File [4] diidentifikasi sebagai NiO, Ag, NiFe dan Fe 2 0 3. Munculnya oksida NiO dan Fe 2 0 3 ini mungkin disebabkan karena adanya oksigen yang terikat pada target pads saat pemanasan target setelah dipres. Pemanasan dilakukan suhu 700 C' dalam ruang yang tidak vakum sehingga memungkinkan terjadinya ikatan antara atomatom oksigen dengan atom Ni atau Fe. Kemungkinan lain adalah reaksi antara paduan NiFe dengan oksigen saat lapisan diangkat dan ruang vakum (paska deposisi) mengingat NiFe merupakan bahan yang sangat reaktif terhadap Gambar 3. (a) Intensitas dan (b) ukuran butir lapisan Ag(I)/NiFe(I)/Ag(2)/NiFe(2) pada variasi t AsM

semakin besar ukuran butirnya juga semakin kecil resistansinya. Untuk lapisan sela Ag keteraturan strukturnya sangat penting untuk memastikan konduktivitasnya baik. Demikian pula besarnya ukuran butir penting untuk memastikan bahwa elektron konduksi tidak mengalami terlalu banyak hamburan pada batas butir. Dari Gambar 3 tampak bahwa untuk atom Ag mulai dari t Ag(2) = 2 menit sampai dengan 4 menit tingkat keteraturan struktur atomnya (ordering of atomic structure) mengalami penurunan, kemudian dari t Ag(2) 4 menit sampai dengan 8 menit tingkat keteraturan struktur atomnya mengalami perbaikan secara cukup signifikan kemudian setelah itu menjadi menurun lagi. Untuk NiFe, tingkat keteraturan strktur atomnya semakin bagus pada I Ag(2) = 2 menit sampai dengan 4 menit kemudian sedikit menurun dari t Ag(2) = 4 menit sampai dengan 8 menit kemudian naik lagi hingga t Ag(2) = 10 menit. Hal ini terkait dengan pola pertumbuhan lapisan Ag(2) yaitu dari island-lapisan kontinyugabungan island dan lapisan-dan seterusnya [6]. Untuk sampel dengan t Ag(2) = 8 menit tampak bahwa tingkat keteraturan struktur atom Ag paling bagus yaitu sebesar 455 cps dibandingkan tingkat keteraturan struktur atom Ag pada sampel yang lain. Demikian pula ukuran butirnya paling besar diantara ukuran butir Ag pada sampel yang lain yaitu sekitar 841,52A, sehingga untuk sampel ini konduktivitas lapisan Ag yang paling bagus. Sementara itu untuk atom NiFe intensitas puncak difraksi pada t Ag(2) = 8 menit menempati urutan kedua setelah sampel dengan t Ag(2) =10 menit yaitu 255 cps dan ukuran butirnya hampir sama dengan sampel hasil deposisi pada t Ag(2) = 6 menit dan 10 menit sebesar 427,53A. Sifat Magnetik Multilapisan Ag/NiFe/Ag/ NiFe Selanjutnya untuk mengetahui sifat magnet bahan (lapisan), sampel-sampel tersebut dikarakterisasi dengan VSM. Hasilnya sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4. Multilapisan Ag/NiFe/Ag/NiFe yang dihasilkan pada berbagai waktu deposisi Ag(2) memiliki sifat magentik yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat terutama pada remanen magnetic (M) dan medan koersifnya (H ). Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk semua sampel pada medan pemagnetisasi H = 10.000 Oe telah diperoleh magnetisasi jenuh (M ). Selain itu Was daerah yang dilingkupi oleh loop M-H cukup kecil sehingga bahan lapisan termasuk bahan magnet lunak. Semua grafik memiliki kurva kurang halus (agak bergerigi atau berosilasi) jika dibandingkan dengan kurva histeresis lapisan tunggal maupun multilapisan NiFe/Ag/Ni Fe. Hal ini disebabkan karena terjadinya interaksi antara spin-spin elektron pada lapisan NiFe(l) dan spin-spin elektron pada lapisan NiFe(2) pada saat diberi medan pemagnetisasi. Sedangkan yang paling tampak berosilasi adalah sampel dengan t Ag(2) = 8 menit. Gambar 4. Kurva loop histeresis sistem multilapisan Ag/NiFe/Ag/NiFe pada berbagai 1 2n. (a) untuk t, g12 1 2 menit, (b) untuk' Ap12 4 menit, (c) untuk t g(2 ) 6 menit, (d) untuk',g(2 8 menit, (e) untuk t, g)2) = 10 menit Selanjutnya pada Gambar 5(a) ditampilkan kurva M dan H, masing-masing sampel. Dari gambar tersebut tampak bahwa M terbesar 722,18 gauss bersesuaian dengan t Ag(2) = 2 menit dan berikutnya 673,41 gauss yang bersesuaian dengan t Ag(2) = 8 menit. H untuk keduanya masing-masing 0,45 Oe dan 0,34 Oe. Pada sampel yang pertama memang memiliki Al. yang besar namun H juga besar sehingga domain magnetic lapisan tidak mudah dihilangkan. Sampel kedua memiliki M sedikit lebih kecil namun H juga lebih kecil sehingga domain magnetik lapisan mudah digerakkan. Menilik implementasi bahan ini nantinya akan digunakan sebagai bahan sensor medan magnet lemah maka kecilnya H lebih menjadi pertimbangan utama asalkan M masih dalam batas yang bagus. Dari Gambar 5(b) dapat dilihat bahwa energi magnetik maksimum yang dikandung oleh sampel dengan tag(2) 8 menit 69,19 GOe Nisbah GMR Multilapisan Ag/NiFe/Ag/NiFe Selanjutnya pada Gambar 6 ditampilkan nisbah GMR masing-masing sampel.

Waktu deposisi Ag(2) (menit) Waktu deposisi Ag(2) (menit) Gambar 5. Sifat bahan magnet lapisan Ag/NiFe/Ag/NiFe. (a) kurva M, dan H, (b) Kurva (BH), x Pengukuran nisbah GMR dilakukan dengan alat probe 4 titik model CIP (Current in Plane) sehingga terdapat dua kanal spin yang menyumbang terhadap resistansi yaitu kanal spin up dan kanal spin down. Dari gambar tersebut tampak bahwa semua sampel mampu merespon medan magnet yang di set dari -20 gauss sampai dengan 20 gauss. Medan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kesearahan spin-spin lapisan (H) adalah 15 gauss. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel memungkinkan dijadikan bahan sensor medan magnet lemah. Multilapisan yang memiliki nisbah GMR terbesar adalah multilapisan yang dihasilkan dari deposisi dengan t Ag(2) = 8 menit sebesar 67,74%.Hasil ini lebih besar dari nisbah GMR sistem superkisi NiFe/Ag/NiFe yang besarnya 54% atau terjadi peningkatan sebesar 1,25 kali dari GMR NiFe/Ag/NiFe atau 11,2 kali dari GMR lapisan tunggal NiFe. Hasil ini setidaknya menuju ungkapan Kano [7] yang menyatakan bahwa dengan mengurangi tebal lapisan sela hingga 3 nm sampai dengan 5 nm maka hamburan elektron tergantung spin dapat mencapai maksimum sehingga efek GMR dapat mencapai nilai yang sangat tinggi, lebih 80 % [8]. KESIMPULAN Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa nisbah GMR terbesar bersesuaian dengan multilapisan Ag/NiFe/Ag/ NiFe dengan t Ag(2) = 8 menit sebesar 67,74%. Gambar 6. Nisbah GMR sistem multilapisan berstruktur Ag/NiFe/Ag/NiFe pada berbagai l A «,. (a) pada variasi medan magnet eksternal dai -20 s/j 20 gauss, (b) nilai nisbah GMR maksimum dari masing-masing sampel. Lapisan ini memiliki struktur atom NiFe dan Ag yang teratur serta ukuran butir yang besar. Sementara itu sifat magnet lapisan ini memiliki remanen magnet yang besar serta H yang kecil. Pemakaian lapisan buffer Ag (111) semakin mengokohkan arah pertumbuhan NiFe yaitu (1 11). DAFTAR ACUAN [1] TOIFUR, MOH., PRAYOTO, KAMSULABRAHA dan RIDWAN, EfekGMR Multilapisan Superkekisi NiFe/Ag/NiFe Pada Variasi Waktu Deposisi Ag, Makqlah Seminar MIPA dan Pendidikan MIPA, UNYYogyakarta, (2004 [2]. TOIFUR, MOH., SUGIYANTO, SUJATMOKO dan TONO WIBOWO. Efek Resistansi dan GMR dari Permalloy (Ni80Fe20) yang dideposisikan pada Substrat Gelas dengan Variasi Suhu. Jurnal Sains Materi Indonesia, 2 (1) (2000) 7-12 [3] TOIFUR, MOH., Ketergantungan Resistansi Terhadp Strukturmikro Kristal Film Perak Hasil Sputtering dc dengan Variasi Daya, Prosiding Seminar Nasional XRD 2002, PPIB dan Ilmu Dasar, LP ITS, Surabaya, 17 September (2002) [4]. MORRIS, M.C., MCMURDIE, H.F., EVANS, E, DE GROOT, J and PARETZKIN, Powder Diffraction File, Joint Committee on PDS, Park Lane, Pennsylvania, (1981) [5] TAN, M., TONG, H.C., TAN., S.I. and ROTTMAYER, R., J. Appl Phys., 79 (1996) 8

[6]. WASA, K. and HAYAKAWA, S., Handbook of Sputter Deposition Technology, Noyes Pub., New Jersey, USA, (1992) [7]. KANO, H., Substrate Temperature Effect on Giant Magnetoresistance of Sputtered Co/Cu Multilayers, Appl. Phys. Lett., 63 (1993) 2829 [8]. POOL, R., Magnetic Film Get Sensitivity Training, Science, 261 (1993) 20-26