MAGNETORESISTAN PADA LAPISAN TIPIS Fe DAN APLIKASINYA PADA SISTEM SPIN-VALVES FeNi/Cu/Co

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAGNETORESISTAN PADA LAPISAN TIPIS Fe DAN APLIKASINYA PADA SISTEM SPIN-VALVES FeNi/Cu/Co"

Transkripsi

1 22 ISSN Trimardji Atmono, dkk. MAGNETORESISTAN PADA LAPISAN TIPIS Fe DAN APLIKASINYA PADA SISTEM SPIN-VALVES FeNi/Cu/Co Trimardji Atmono P3TM-BATAN Kamsul Abraha, Edi Suharyadi Jurusan Fisika F-MIPA,UGM Karl-Heinz Otto GhK-Universität, Kassel-Germany ABSTRAK MAGNETORESISTAN PADA LAPISAN TIPIS Fe DAN APLIKASINYA PADA SISTEM SPIN- VALVES FeNi/Cu/Co. Telah dilakukan penelitian pengaruh medan magnet terhadap besarnya tahanan lapisan tipis Fe. Cuplikan dalam bentuk lapisan tipis tersebut dihasilkan dengan metode DC dan RF-Sputtering. Pada metode RF, dilakukan variasi tegangan self-bias untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap gejala Magnetoresistance (MR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik DC maupun RF memiliki dua karakter yang sama, yaitu watak simetri untuk medan magnet luar B positif dan negatif dan nilai resistansi maksimum disekitar B = 0. Pengukuran MR juga memperlihatkan ketergantungan pada ketebalan yang menunjukkan secara tidak langsung keterkaitannya dengan struktur mikroskopis lapisan tipis yang terbentuk. Pada aplikasi lapisan Fe untuk sistem spin-valves FeNi/Cu/Co, terjadi pergeseran gaya koersitiv FeNi dari lapisan tunggalnya, dari 0,08 menjadi 0,12 ka/m untuk Hc 1, demikian pula Co dari 2,46 menjadi 1 ka/m Hc 2. Dengan demikian kemungkinan telah terbentuk sistem Pseude-spin-valves. Pengamatan Magnetoresistance menunjukkan ketergantungan tahanan spin-valves dari medan magnet terpasang, mencapai maksimum bila medan magnet terletak antara Hc 1 dan Hc 2, minimum bila orientasi kedua magnetisasi saling antiparallel pada medan diatas ± 1 ka/m. ABSTRACT THE MAGNETORESISTANCE ON Fe THIN FILM AND THE APPLICATION IN THE SYSTEM SPIN-VALVES FeNi/Cu/Co. The research of the effect of magnetic field on the resistance Fe thin film has been done. The sample in the form of thin films were produced by means of DC- and RF- Sputtering. By the RF-method, the variation of self bias voltage (SBV) was carried out in order to investigate the influence of this SBV on the Magnetoresistance. The results show that the prepared DC- and RF Sputtering has symmetrical properties of MR for positive and negative field and the maximal resistance at the B = 0. The measured resistance also show the thickness dependece which indicates indirect correlation with microstructure. The shifting of the Coercitiv force from the single layer is occurred in the application Fe for spin-valves FeNi/Cu/Co, namely 0.08 to 0.12 ka/m for Ni and 2.46 tp 1 ka/m for Co. This indicate the forming of Pseude-spinvalves. The measurement of the magnetoresistance show the dependence of resistance on the magnetic field, reached the maximum value if the magnetic field lay between Hc 1 and Hc 2 and also the minimum value if the magnetization oriented antiparallel at the field above ± 1 ka/m. PENDAHULUAN G MR (Giant Magneto-Resistance) merupakan akibat langsung dari polarisasi spin arus elektron total yang dipengaruhi oleh perubahan keadaan magnetis sampel dengan mengenakan suatu medan magnet luar. Ditinjau keadaan dimana elektron-elektron berspin antiparalel (berlawanan arah) terhadap magnetissai (Spin Down) lebih sering terhambur dari pada elektron-elektron berspin paralel (searah) terhadap magnetisasi (spin up). Resistansi elektron-elektron spin up lebih rendah dibandingkan dengan resistansi elektron-elektron spin down, yang berakibat pada rendahnya resistansi total. Dalam kasus magnetisasi anti paralel, elektron-elektron di dalm saluran spin memiliki laju hamburan yang tinggi pada salah satu dari lapisan-lapisan, yang berakibat pada tingginya resistansi total. Ukuran efek GMR

2 Trimardji Atmono, dkk. ISSN diungkapkan dalm nisbah GMR, biasanya relatif terhadap medan tinggi: R R = R AP R R dengan R AP dan R P berturut-turut adalah resistansi keadaan anti paralel dan resistansi keadaan paralel. Penyearahan paralel dapat dicapai dengan me - masang medan magnet luar yang cukup besar untuk merotasikan megnetisasi kedua lapisan paralel terhadap medan yang dikenakan. Untuk mengetahui gejala GMR atau ketergantungan resistivitas bahan terhadap medan magnet luar dapat dilakukan dengan sistem 4 Probe yaitu dengan mengambil empat titik pada sampel. Sampel di letakkan pada daerah dengan medan magnet lu ar yang dapat divariasi. Pengukuran efek magnetorisistansi (GMR) dapat dilakukan dalam dua konfigurasi: geometri CIP dan geometri CPP. Secara alamiah, geometri CIP dihasilkan bila suatu susunan banyak lapisan (multilayer) dideposisi di atas suatu substrat datar (planar substrat), dan karena itu merupakan konfigurasi yang diteliti secara intensif. Tetapi secara teori efek GMR diramalkan lebih besar untuk geometri CPP, karena semua elektron harus melewati semua lapisan dan permukaan. (2) Suatu jabaran teoritis mengenai efek GMR ini juga lebih maju dan dapat dijelaskan oleh model dua saluran yang diperkenalkan oleh Baibich. (5) Resistansi dua saluran spin diuraikan secara terpisah dengan mengasumsikan bahwa tidak ada hamburan flip spin. Hal ini telah dibenarkan secara makrokopis (Cablong dan Valet, (6) ). Mereka menggunakan persamaan transport Boltzman agar berlaku model dua kanal bila perioda lapisan-lapiasn jauh lebih pendek dari pada panjang difusi spin l sf yang merupakan skala panjang khas untuk sebuah elektron mempertahankan spinnya. Secara normal yang terakhir ini lebih besar dari pada panjang lintasan bebas rerata elektron λ, berakibat pada validitas penggambaran resistansi elektron yang gayut pada spin sebagai suatu jumlahan resistansi-resistansi bulk gayut spin dan resistansi permukaan-sambungan (interface) FN. Kelompok Riset di Michigan State pertama menunjukkan bahwa model ini dapat dengan baik menggambarkan ketergan-tungan yang teramati secara eksperimen untuk efek GMR CPP terhadap lapisan dan cacah permukaan sambungan dalam sampel. Meskipun efek yang diramalkan lebih besar dan meskipun suatu gambaran teoritis yang mendahului telah tersedia, efek GMR untuk CCP bukan merupakan konfigurasi yang sering diselidiki. Hal ini disebabkan oleh kesulitan bahan preparat dalam kondisi pengukuran geometri ini. Panjang bagian aktif sampel hanya setebal film yang biasanya P P jauh lebih kecil dari pada ukuran lebar melintang. Resistansi yang sangat kecil hanya dapat diukur dengan teknik yang sangat sensitif, atau menggunakan teknik mikrofabrikasi atau bahkan nanofabrikasi. Masalah ini tidak tejadi untuk CIP GMR karena dalam kasus ini panjang sampel dapat dengan mudah berorde besar, lebih besar dari ketebalan thin filmnya, sehingga resistansinya dapat diukur dengan lebih sederhana. Gambaran studi secara ringkas dapat diberikan dengan asumsi bahwa interaksi antara elektron-elektron konduksi dengan momen-momen magnetik hanya merupakan interaksi spin-spin. Tentu saja interaksi ini juga berisi sumbangan anisotropi, sebagai contoh yang muncul dari bentuk interaksi. Apabila dihitung resistivitas berdasarkan domain tunggal, maka diperoleh (4) : 1. Resistivitas bergantung arah arus paralel atau tegak lurus dengan magnetisasi. Resistivitas ini disebut resistivitas anisotropik. 2. Untuk arus sepanjang sumbu x dengan magnetisasi sepanjang sumbu z, muncul medan listrik searah sumbu y. Ini dikenal dengan efek Hall Spontan. Resistansi elektron-elektron spin up lebih rendah dibandingkan dengan resistansi elektronelektron spin down, yang berakibat pada rendahnya resistansi total. Dalam kasus magnetisasi anti paralel, elektron-elektron di dalam saluran spin memiliki laju hamburan yang tinggi pada salah satu dari lapisan-lapisan, yang berakibat pada tingginya resistansi total. Salah satu aplikasi Magnetoresistance adalah sistem Spin -Valves yang pada dasarnya terdiri dari tiga lapisan tipis. Sebagai contohnya adalah lapisan FeNi, lapisan Co yang berfungsi sebagai hartmagnetic dan lapisan non magnetic Cu. Dalam hal ini tidak terjadi koppling antara FeNi dan Co karena dipisahkan oleh lapisan tipis Cu. Efek Magnetoresistance adalah maksimum bila magnetisasi dari FeNi antiparallel terhadap Co. TATA KERJA DAN PERCOBAAN Lapisan tipis Fe dihaslkan melalui proses sputtering, DC dan RF pada tegangan searah antara elektroda 2, 2,5 dan 3 kv serta tegangan self-bias pada RF masing-masing 950 V, 975 V dan 1000 V. Sistem Spin -Valves FeNi/Cu/Co dihasilkan dengan metode RF-Sputtering. Sistem sputtering yang dipergunakan adalah peralatan komersial Hüttinger PFG650, buatan Jerman. Target selalu dipasang pada katoda yang bertegangan negativ, sedangkan anoda adalah sebagai ground. Sebagai sputtergas digunakan Argon dengan tekanan 10-2 mbar. Dengan

3 24 ISSN Trimardji Atmono, dkk. menggunakan pompa rotary dan turbo diperoleh tekanan hampa sebesar 10-6 mbar. Waktu sputtering berkisar antara 20 sampai 60 menit., dengan daya W. Sebagai substrat adalah kaca preparat dengan tebal 1mm dan diameter 20mm. Pengukuran resistan dilakukan dengan metode four-point probe, kemudian dipasang medan magnit luar untuk menentukan perubahannya terhadap variasi medan. Hasil pengujian ditampilkan dalam bentuk kurva Tahanan (R) dengan Medan Magnet luar (B).Untuk karakterisasi sistem spin-valves dilakukan pengamatan kurva hysterisis, yaitu ketergantungan magnetisasi dari medan magnet luar, masing masing untuk lapisan tipis tunggal NiFe dan Co dan sistem NiFe/Cu/Co. Dilakukan pula pengukuran magnetoresistan pada sistem ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Magnetoresistance adalah perubahan tahanan (R) karena pengaruh medan luar, disajikan dalam bentuk grafik tahanan versus madan magnet (B). Gambar 1 dan 2 di bawah ini merupakan hasil pengukuran untuk masing-masing lapisan tipis dengan metode preparasi dan tegangan berbeda. Dari hasil ini terlihat bahwa lapisan tipis hasil metode sputtering maupun DC -Sputtering me-nunjukkan sifat yang sama dalam hal pengaruh medan magnet luar B terhadap nilai tahanan R. Teramati watak simetris serta nilai maksimum tahanan disekitar B = 0. Keberadaan resistivitas magnetik tidak dapat dip isahkan dari sumbangan yang berasal dari ketakteraturan spin (spin disorder) dalam bahan tersebut yang berasal dari hamburan tukar (exchange scattering). (2) Gambar 1. Hasil pengukuran MR dari lapisan tipis Fe, RF-Sputtering.

4 Trimardji Atmono, dkk. ISSN Gambar 2. Hasil pengukuran efek MR pada lapisan tipis Fe, DC-Sputtering. Bila sekarang dipasang medan magnet luar, maka ketidak teraturan tersebut akan berkurang, sehingga kontribusinya pada tahanan akan cenderung menurun, ditandai dengan berkurangnya nilai tahanan terukur. Sumbangan resistivitas magnetik akan mencapai minimal pada saat spin-spin magnetik dalam keadaan teratur (ordered), sehingga pada keadaan ini medan magnet luar yang dikenakan tidak lagi berpengaruh pada nilai resistivitas. Medan magnet ini disebut medan magnet jenuh, artinya pada keaadaan ini arah magnetisasi telah searah dengan medan luar yang terpasang. Hasil pengamatan pengaruh ketebalan terhadap gejala MR diperlihatkan pada Tabel 1, masing-masing untuk metode DC - dan RF-sputtering. Tampak bahwa lapisan tipis yang dihasilkan dengan kedua metode mempunyai karakter yang sama dalam hal pengaruh ketebalan terhadap tahanan parallel (R p ), tahanan terukur saat medan magnet jenuh. Tabel 1. Gejala MR terhadap variasi ketebalan lapisan tipis. Tebalan (m A) Rp (Ohm) Tebalan (m A) Rp (Ohm) 1,7 ± 0,2 3,8 ± 0,1 0,22 ± 0,01 24,23 ± 0,5 1,8 ± 0,3 0,46 ± 0,09 0,44 ± 0,02 0,18 ± 0,04 1,9 ± 0,2 (5,3 ± 0,2)10-3 0,57 ± 0,01 (4,3 ± 0,7)10-3 a). RF-Sputtering b). DC-Sputtering Semakin tebal lapisan tipis, diperoleh nilai tahanan terukur yang mengecil. Hamburan spin yang terjadi dalam material magnetik adalah hamburan spin flip (spin-flip scattering) dan hamburan potensial (potential scattering) /3/. Kedua hamburan tersebut menyebabkan perbedaan jumlah rapat keadaan (state density) elektron konduksi di kedua kanal spinup dan spin-down. Karena efek hamburan spin lebih besar untuk lapisan yang makin tipis, maka peningkatan ketebalan mengakibatkan nilai tahanan parallel makin menurun. Selain itu juga ukuran butir (grain) permukaan yang jauh lebih kecil dari ketebalannya berakibat mengurangi ketergantungan hamburan spin. Efektifitas hamburan ini menurun terhadap ketebalan, sehingga menyebabkan penurunan nilai tahanan. Pengotor non magnetik juga dapat memberikan sumbangan pada pengukuran resistansi, karena akan menimbulkan hamburan potensial pada elektron konduksi, yaitu hamburan yang tidak menimbulkan perbedaan populasi kanal spin -up dan spin-down yang optimal (3). Pada Gambar 3 ditunjukkan hasil pengamat-an kurva hysterisis lapisan tunggal dengan tebal 80 Å untuk Co dan 100Å untuk NiFe. Untuk lapisan Co diperoleh Hc = 2,46 ka/m, sedangkan gaya koer-sitiv dari NiFe adalah 0,08 ka/m. Pada Gambar 4 ditunjukkan hasil pengamat-an kurva hysterisis untuk lapisan FeNi/Cu/Co dengan tebal yang sama seperti lapisan tunggalnya, untuk Cu adalah 50 Å. Terlihat adanya pergeseran gaya koersitiv dari lapisan tunggalnya. Untuk lapisan FeNi dari 0,08 menjadi 0,12 ka/m, sedangkan untuk Co dari 2,46 menjadi 1 ka/m. Kemungkinan disini telah terbentuk sistem Pseudo-spin-valves karena terjadinya pergeseran gaya koersitiv. Pada daerah

5 26 ISSN Trimardji Atmono, dkk. medan diantara Hc1 untuk NiFe dan Hc2 untuk Co, orientasi momen magnetik adalah antiparallel. Gambar 3. Magnetisasi dan Gaya Koersitiv dari lapisan tunggal FeNi dan Co. Sumbu Y adalah besarnya magnetisasi setelah dinormalisasi terhadap Magnetisasi jenuh. Gambar 4. Kurva hysterisis dari sistem Spin-valves FeNi/Cu/Co. Gambar 5 adalah hasil pengukuran magnetoresistance pada spin-valves NiFe/Cu/Co. dengan tebal masing-masing 100Å, 50Å dan 80Å. Didalam setiap logam, dikenal dua orientasi spin, yaitu up dan down. Efek GMR bermula dari hamburan yang tergantung spin pada elektron-elektron yang terletak di perbatasan antara lapisan tipis. Dari Gambar 5 terlihat bahwa gejala MR mencapai maksimum pada medan luar 0,3 ka/m dan -0,3 ka/m yaitu pada orientasi momen magnetik kedua lapisan yang saling antiparallel. Sedangkan harga R/R mencapai minimal untuk orientasi parallel, yaitu pada medan di atas ± 1 ka/m. Elektron dengan orientasi spin sejajar magnetisasi (elektron minoritas) akan terus, hampir tidak terjadi hamburan, sedangkan elektron mayoritas dengan orientasi spin antiparallel terhadap magnetisasi akan terhambur dengan kuat (Gambar 6) karena kanalnya tertutup Sebagai akibatnya adalah bahwa tahanan tergantung dari spin, elektron mayoritas menyebabkan naiknya tahanan yang terukur. Kontribusi terbesar transport arus listrik pada logam adalah elektron-elektron pada daerah energy Fermi E F. Gambar 7 menunjukkan rapat keadaan (state density) sebagai fungsi dari tenaga. (1) Pergeseran dari pita s pada umumnya diabaikan karena pengaruhnya yang tidak begitu signifikan terhadap occupationsnumber. Bila orientasi dari spin adalah parallel terhadap magnetisasi maka terjadi pergeseran pita d ke tenaga yang lebih rendah, sedangkan orientasi antiparallel menyebabkan pergeseran ke tenaga yang lebih tinggi.dengan demikian terjadi perubahan yang besar pada occupationsnumber pada daerah tenaga Fermi EF, ditandai dengan perubahan form dari pita d, sehingga akan menaikkan sifat konduktivitas dari logam.

6 Trimardji Atmono, dkk. ISSN Gambar 5. Hasil pengukuran efek GMR pada spin-valves 100Å NiFe /50Å Cu/80Å Co. Gambar 6. Hamburan elektron spin down pada perbatasan thin film. Gambar 7. Pita-pita s dan d pada logam 3d (logam peralihan) untuk menjelaskan efek magneti-sasi dan konduktivitas.

7 28 ISSN Trimardji Atmono, dkk. KESIMPULAN Dari pengukuran magnetoresistance pada lapisan tipis Fe hasil RF- dan DC Sputtering, diperoleh dua karakter pokok yang sama, yaitu watak simetri dan nilai resistansi maksimumnya di sekitar B = 0. Respon magnetik terhadap medan terpasang akhirnya mengalami kejenuhan, artinya nilai resistansinya tidak berubah meskipun medan terus dinaikkan. Pengukuran MR juga memperlihat-kan ketergantungan pada ketebalan yang menunjuk-kan keterkaitannya dengan struktur mikroskopis lapisan tipis yang terbentuk. Pada aplikasinya dalam sistem Spin-valves FeNi/Cu/Co, terjadi pergeseran gaya koersitiv FeNi dari lapisan tunggalnya, yang mengindikasikan timbulnya suatu sistem Pseudospin-valves. Pengamatan magnetoresistance menunjukkan ketergantungan tahanan spin-valves dari medan magnet terpasang. Hal ini bisa dijelaskan dengan model spin yang terorientasi parallel dan antiparallel terhadap arah magnetisasi, yaitu spin-up dan spin down yang jelas memberikan kontribusi pada efek medan magnit luar terhadap pergeseran pita d, sehingga menyebabkan proses hamburan, menyebabkan perubahan konduktivitas logam, terutama logam peralihan (3d). UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Sdr.Giri Slamet yang telah mengerjakan preparasi thin film dengan metode Sputtering. Kepada Sdr. Yunanto, BE penulis mengucapkan terimakasih atas diskusi ilmiah yang sangat berguna untuk penulisan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA 1. C. KITTEL, Introduction to Solid State Physics, John Wiley and Sons, New York, USA GSM RIJKS, Layered Thin Film for Sensor Applications : Magnetoresistance and Magnetic Interactions, PhD-Thesis, Eindhoven Univer-sity of Technology, Netherland, C. LOCH, Struktur und Thermische Stabilitat von Spin-Valve Systemen, Thesis Doktor, GhK- Universitt, FB.Physik, Kassel-Germany E. SUHARYADI, Pengaruh Metoda Preparasi DC dan RF Sputtering Terhadap Sifat Lapisan Tipis Fe, Thesis S2, Program Pasca Sarjana UGM, M.N. BAIBICH, et al, Giant Magnetoresistance of (001)Fe/(001)Cr Magnetic Supperlattices, Physical Review Letter, 61(21), , M. CABLONG, V. VALET, Layered Magnetic Structures:Interlayer Exchange Coupling and Giant Magneto-resistance, J. Magn. and Magnetic Materials, 140, 144, TANYA JAWAB Djoko SP Mohon dijelaskan apa yang dimaksudkan dengan spin valve. Mengapa pada B = 0, resistansi maksimum dan simetri. Bahan-bahan apa saja yang mempunyai sifat GMR. Trimardji Atmono Spin valve adalah spin-ventile yaitu ventile yang bisa dibuka dan ditutup oleh orientasi pin, sesuai dengan spin-up dan spin-down. Bila medan luar searah dengan spin-up maka resistansi bahan menjadi kecil karena hamburan yang terjadi menjadi sangat sedikit, elektronelektron penghantar dan hole bisa melewati lapisan tipis tanpa hambatan yang berarti. Sebaliknya bila orientasi spin-down yang terjadi antiparallel terhadap medan luar maka proses hamburan yang lebih sering terjadi mengakibatkan resistansi yang besar pada bahan karena elektron-elektron penghantar sulit menembus thin film. Pada medan luar = 0 maka orientasi momen magnetik adalah acak, sehingga terjadi hamburan (scattering) yang mengakibatkan resistansi mak simum. Sifat simetris pada B = 0 disebabkan pengaruh medan magnit yang sama, baik + maupun terhadap orientasi momen magnetik yang tersebar secara acak. Pada umumnya gejala GMR terjadi pada bahan yang bersifat ferromagnetik dan penghantar listrik, seperti Fe, Co, Cr. M. Munawir Z.

8 Trimardji Atmono, dkk. ISSN Mohon dijelaskan pengertian spin valve? Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan MR dari lapisan tersebut (secara mikroskopis)? Trimardji Atmono Lihat jawaban untuk Sdr. Djoko SP (no. 1). Pada penelitian ini dilakukan variasi ketebalan yang menyebabkan perubahan MR. Gejala MR bertambah dengan menurunnya ketebalan lapisan tipis. Hal ini secara mikroskopis bisa dimengerti karena dengan berkurangnya ketebalan maka terjadi lebih banyak hamburan, yaitu spin-flip-scattering dan juga potentialscattering yang menyebabkan perubahan jumlah rapat keadaan (state density). Wirjoadi Bagaimana pembuatan lapisan tipis FeNi apakah dengan sistem mosaik atau campuran Fe dan Ni pada target. Bagaimana pengukuran resistivitas, apakah pada bagian lapisan tipis Co atau lapisan tipis diberi 2 elektrode dan diukur pada elektrode tersebut. Trimardji Atmono Pembuatan lapisan tipis dilakukan dengan teknik RF-sputtering, dimana target FeNi berupa mosaik, yaitu Ni di atas target massiv Fe. Pengukuran resistivitas dikerjakan dengan sistem elektrode, artinya bukan hanya pada lapisan Co saja, melainkan sistem spin-valve FeNi/Cu/Co.

SIFAT MAGNETISASI DAN EFEK GMR PADA SISTEM LAPISAN TIPIS TOP SPIN VALVE NiFe/Cu/NiFe/NiO

SIFAT MAGNETISASI DAN EFEK GMR PADA SISTEM LAPISAN TIPIS TOP SPIN VALVE NiFe/Cu/NiFe/NiO SIFAT MAGNETISASI DAN EFEK GMR PADA SISTEM LAPISAN TIPIS TOP SPIN VALVE NiFe/Cu/NiFe/NiO Tri Mardji Atmono P3TM Badan Tenaga Nuklir Nasional ABSTRAK SIFAT MAGNETISASI DAN EFEK GMR PADA SISTEM LAPISAN TIPIS

Lebih terperinci

EFEK GMR DARI SISTEM SPIN VALVE Au/Fe 2 O 3 / NiFe/Cu/Co YANG TELAH DIIMPLANTASI DENGAN ION Al

EFEK GMR DARI SISTEM SPIN VALVE Au/Fe 2 O 3 / NiFe/Cu/Co YANG TELAH DIIMPLANTASI DENGAN ION Al 118 ISSN 0216-3128 Tri Mardji Atmono, dkk. EFEK GMR DARI SISTEM SPIN VALVE Au/Fe 2 O 3 / NiFe/Cu/Co YANG TELAH DIIMPLANTASI DENGAN ION Al Tri Mardji Atmono, Yunanto, Lely Susita Puslitbang Teknologi Maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sensor magnetik berbasis teknologi Giant Magnetoresistance (GMR) pada saat ini menarik minat banyak peneliti. Hal ini dikarenakan material GMR memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT LISTRIK DAN MAGNETIK LAPISAN TIPIS Ni80Fe2o HASIL DEPOSISI SEBAGAI BAHAN DASAR SENSOR MAGNET

ANALISIS SIFAT LISTRIK DAN MAGNETIK LAPISAN TIPIS Ni80Fe2o HASIL DEPOSISI SEBAGAI BAHAN DASAR SENSOR MAGNET 55 ANALISIS SIFAT LISTRIK DAN MAGNETIK LAPISAN TIPIS Ni80Fe2o HASIL DEPOSISI SEBAGAI BAHAN DASAR SENSOR MAGNET SPUTTERING Budi Purnama, Fahru Nurosyid, Kamsul Abraha, Sudjatmoko ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering

Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering 1,2 Ramli, 1 Mitra Djamal, 1 Freddy Haryanto & 1 Khairurrijal 1 Jurusan Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( )

ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) ABSTRACT STUDY OF THE EFFECT OF DIMENSION AND GEOMETRIC TOWARD MAGNETIC DOMAIN WALL PROPAGATION ON PERMALLOY THIN LAYER ( ) By Anisa Indriawati 12/336436/PPA/3796 Research of magnetic domain wall propagation

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Giant-Magnetoresistance (GMR) merupakan material yang sedang dikembangkan di berbagai negara. GMR pertama kali diselidiki oleh Baibich dkk (1988) dalam struktur

Lebih terperinci

EFEK GIANT MAGNETORESISTANCE PERALIHAN Co,Ni,Cu PADA LOGAM ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. Tri Mardji Atmono, Yunanto P3TM-BATAN

EFEK GIANT MAGNETORESISTANCE PERALIHAN Co,Ni,Cu PADA LOGAM ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. Tri Mardji Atmono, Yunanto P3TM-BATAN 58 ISSN 0216-3128 Tri Mrardji A/mono, dkk. EFEK GIANT MAGNETORESISTANCE PERALIHAN Co,Ni,Cu Tri Mardji Atmono, Yunanto P3TM-BATAN K. RlSlI Kassel- University-Germany PADA LOGAM ABSTRAK EFEK GIANT-MAGNETORESISTANCE

Lebih terperinci

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan

ketebalan lapisan Cromium (Cr) sebagai lapisan coupling dengan menggunakan metode Current in line with Plane (CIP). Penelitian di bidang lapisan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi memungkinkan pengembangan instrumen yang murah, berkualitas dan otomatis. Salah satu jenis instrumen yang akhir-akhir ini menarik untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini difabrikasi nanopartikel magnetik cobalt ferrite (CoFe 2 O 4 ) menggunakan metode kopresipitasi dengan konsentrasi NaOH 1,5 M, suhu 80 C dan lama pengadukan

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT BAHAN LAPISAN TIPIS FEROMAGNETIK Ni x Fe 1-x HASIL DEPOSISI DENGAN TEKNIK EVAPORASI HAMPA

KAJIAN SIFAT BAHAN LAPISAN TIPIS FEROMAGNETIK Ni x Fe 1-x HASIL DEPOSISI DENGAN TEKNIK EVAPORASI HAMPA Sudjatmoko ISSN 0216-3128 111 KAJIAN SIFAT BAHAN LAPISAN TIPIS FEROMAGNETIK Ni x Fe 1-x HASIL DEPOSISI DENGAN TEKNIK EVAPORASI HAMPA Sudjatmoko Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK KAJIAN SIFAT BAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dunia industri saat ini dan masa yang akan datang menekankan pada peningkatan sistem otomatisasi, keamanan, kenyamanan akan sangat bergantung pada suatu

Lebih terperinci

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D

STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D STUDI MAGNETISASI PADA SISTEM SPIN MENGGUNAKAN MODEL ISING 2D Dwi Septiani *), Bambang Heru Iswanto, dan Iwan Sugihartono 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Jakarta, Jln. Pemuda No. 10 Rawamangun,

Lebih terperinci

Jurnal Sains Materi Indonesia Vol.6, No. 1, Oktober 2004.

Jurnal Sains Materi Indonesia Vol.6, No. 1, Oktober 2004. NISBAH GMR SUPERKISI Ag/NiFe/Ag/NiFe ABSTRAK Moh. Toifur 1, Prayoto 2, Kamsul Abraha 3 dan Ridwan 4 1 Jurucan Fisika Univesitas Ahmad Dahlan JI. Kapas No. 9, Semaki, Yogayakarta 55166 2 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Desty Anggita Tunggadewi 1, Fitria Hidayanti 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional dtunggadewi@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering

Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering Penumbuhan Lapisan Tipis Material Sensor Giant Magnetoresistance Berstruktur Sandwich dengan Metode Sputtering 1,2 Ramli, 1 M. Djamal, 1 F. Haryanto & 1 Khairurrijal 1 Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT BAHAN LAPISAN TIPIS FEROMAGNETIK Ni x Fe 1-x HASIL DEPOSISI DENGAN TEKNIK EVAPORASI HAMPA

KAJIAN SIFAT BAHAN LAPISAN TIPIS FEROMAGNETIK Ni x Fe 1-x HASIL DEPOSISI DENGAN TEKNIK EVAPORASI HAMPA ISSN 1410-6957 KAJIAN SIFAT BAHAN LAPISAN TIPIS FEROMAGNETIK Ni x Fe 1-x HASIL DEPOSISI DENGAN TEKNIK EVAPORASI HAMPA Sudjatmoko Puslitbang Teknologi Maju BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb, Yogyakarta

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DI ATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DI ATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS ISSN 1410-6957 DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DI ATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS Wirjoadi, Yunanto, Bambang Siswanto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DIATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DIATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS 250 ISSN 0216-3128 Wirjoadi, dkk. DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DIATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS Wirjoadi, Yunanto, Bambang Siswanto Pusat Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLANTASI ION BESI (Fe) DOSIS TINGGI PADA LAPISAN TIPIS Fe/Ag HASIL SPUTTERING TERHADAP SIFAT GMR

PENGARUH IMPLANTASI ION BESI (Fe) DOSIS TINGGI PADA LAPISAN TIPIS Fe/Ag HASIL SPUTTERING TERHADAP SIFAT GMR Sudjatmoko, dkk. ISSN 0216-3128 109 PENGARUH IMPLANTASI ION BESI (Fe) DOSIS TINGGI PADA LAPISAN TIPIS Fe/Ag HASIL SPUTTERING TERHADAP SIFAT GMR Sudjatmoko, Tjipto Sujitno, Tri Mardji Atmono Pusat Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI Studi Pengaruh Suhu Substrat. (Rully Fakhry Muhammad) 303 STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI STUDY

Lebih terperinci

Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance (GMR) pada Nanopartikel Cobalt (CoFe 2 O 4 ) dilapisi Polyethelyn Glicol

Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance (GMR) pada Nanopartikel Cobalt (CoFe 2 O 4 ) dilapisi Polyethelyn Glicol Jurnal Fisika Indonesia Susanti dan Suharyadi Vol. 20 (2016) No. 1 p.6-13 ISSN 1410-2994 (Print) ISSN 2579-8820 (Online) ARTIKEL RISET Analisa Magnetoresistance Berbasis Lapisan Tipis Giant Magentoresistance

Lebih terperinci

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur Magnetometer. Medan magnet bumi mempunyai arah utara-selatan dan besarnya 45000 gama ( 1 gama = 1 nano Tesla), untuk posisi di katulistiwa. Medan ini disebut juga dengan medan normal. Keberadaan mineral

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

PREPARASI LAPISAN TIPIS SAMBUNGAN p-n ZnO DAN CuInSe MENGGUNAKAN PENYANGGA LAPISAN CdS UNTUK APLIKASI SEL SURYA

PREPARASI LAPISAN TIPIS SAMBUNGAN p-n ZnO DAN CuInSe MENGGUNAKAN PENYANGGA LAPISAN CdS UNTUK APLIKASI SEL SURYA , dkk. ISSN 0216-3128 153 PREPARASI LAPISAN TIPIS SAMBUNGAN p-n ZnO DAN CuInSe MENGGUNAKAN PENYANGGA LAPISAN CdS UNTUK APLIKASI SEL SURYA PTAPB Badan Tenaga Nuklir Nasional Agung B.S.U, Messa Monika Sari

Lebih terperinci

PENGARUH DOPING EMAS DAN PERLAKUAN ANIL PADA SENSITIVITAS LAPISAN TIPIS SnO 2 UNTUK SENSOR GAS CO

PENGARUH DOPING EMAS DAN PERLAKUAN ANIL PADA SENSITIVITAS LAPISAN TIPIS SnO 2 UNTUK SENSOR GAS CO PENGARUH DOPING EMAS DAN PERLAKUAN ANIL PADA SENSITIVITAS LAPISAN TIPIS SnO 2 UNTUK SENSOR GAS CO Almunawar Khalil 1*, Sri Yani Purwaningsih 2, Darminto 3 Jurusan Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Asisten: (Heldi Alfiadi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Kata Kunci : Efek Hall, Potensial Hall, Gaya Lorentz

Asisten: (Heldi Alfiadi/ ) Tanggal Praktikum: ( ) Kata Kunci : Efek Hall, Potensial Hall, Gaya Lorentz MODUL 5 EFEK HALL Muhammad Ilham, Rizki, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10210023, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS DUA LAPIS ZnO DAN Al UNTUK MEMBUAT SAMBUNGAN P-N DENGAN TEKNIK SPUTTERING

DEPOSISI LAPISAN TIPIS DUA LAPIS ZnO DAN Al UNTUK MEMBUAT SAMBUNGAN P-N DENGAN TEKNIK SPUTTERING 58 ISSN 0216-3128, dkk. DEPOSISI LAPISAN TIPIS DUA LAPIS ZnO DAN Al UNTUK MEMBUAT SAMBUNGAN P-N DENGAN TEKNIK SPUTTERING, Trimardji Atmono, Wirjoadi Puslitbang Teknologi Maju Batan Yogyakarta ABSTRAK DEPOSISI

Lebih terperinci

Penumbuhan Multilayer [Ni 80 Fe 20 /Cu] N dengan Metode Elektrodeposisi Sebagai Bahan Dasar Sensor Magneto-Impedansi TESIS

Penumbuhan Multilayer [Ni 80 Fe 20 /Cu] N dengan Metode Elektrodeposisi Sebagai Bahan Dasar Sensor Magneto-Impedansi TESIS Penumbuhan Multilayer [Ni 80 Fe 20 /Cu] N dengan Metode Elektrodeposisi Sebagai Bahan Dasar Sensor Magneto-Impedansi TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

DIPREPARASI DARI PASIR BESI PANTAI TIRAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT DENGAN METODE SOL-GEL SPIN COATING

DIPREPARASI DARI PASIR BESI PANTAI TIRAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT DENGAN METODE SOL-GEL SPIN COATING Pillar of Physics, Vol. 10. Oktober 2017, 31-38 ANALISIS SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS Fe 3 O 4 YANG DIPREPARASI DARI PASIR BESI PANTAI TIRAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT DENGAN METODE SOL-GEL

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN Salomo 1), Erwin 1), Usman Malik 1), Maksi Ginting 1) 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto Karakteristik dan Rangkaian Dioda Rudi Susanto 1 Pengantar tentang Dioda Resistor merupakan sebuah piranti linier karena arus berbanding terhadap tegangan. Dalam bentuk grafik, grafik arus terhadap tegangan

Lebih terperinci

Materi 18 Listrik dan Magnet 2: Hambatan dan Arus Listrik. Tim Dosen Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Materi 18 Listrik dan Magnet 2: Hambatan dan Arus Listrik. Tim Dosen Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Materi 18 Listrik dan Magnet 2: Hambatan dan Arus Listrik Tim Dosen Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Arus Listrik dan Hambatan SUTET: Merupakan solusi untuk distribusi energi listrik

Lebih terperinci

Ringkasan Tugas Akhir. : Pengaruh Substitusi Bi Terhadap Spektrum Electron Spin Resonance

Ringkasan Tugas Akhir. : Pengaruh Substitusi Bi Terhadap Spektrum Electron Spin Resonance Ringkasan Tugas Akhir Nama, NPM : Siti Maryam, 0806326424 Pembimbing : Budhy Kurniawan Judul (Indonesia) : Pengaruh Substitusi Bi Terhadap Spektrum Electron Spin Resonance La 1-x Bi x MnO 3 Melalui Proses

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS

RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS RANGKUMAN MATERI LISTRIK DINAMIS KUAT ARUS LISTRIK (I) Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan

Lebih terperinci

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR Penumbuhan film tipis semikonduktor di atas substrat dapat dilakukan secara epitaksi. Dalam bahasa yunani epi berarti di atas dan taksial berarti menyusun dengan kata

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb:

Materi Pembinaan. Terdapat dua jenis muatan listrik: muatan positif dan muatan negatif. Besar gaya antara dua muatan diberikan oleh hukum Coulomb: Materi Pembinaan Draft Materi Pembinaan Teori Singkat Contoh Soal Soal-soal 1. Kemampuan Matematika/dimensi 2. Pengukuran 3. Kinematika 4. Dinamika 5. Dinamila Rotasi 6. Osilasi 7. Gravitasi (Provinsi)

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Karakterisasi XRD. Pengukuran 11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b)

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b) ISSN 1410-6951 PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b) Bambang Siswanto, Wirjoadi, Sudjatmoko Puslitbang Teknologi Maju Batan Yogyakarta Jl. Babarsari Kotak Pos 6101

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan Magnetik oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Historis Magnet Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan tentang kelistrikan. Ditemukan sejak 2000 tahun

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS ISSN 1410-6957 DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS Sayono, Tjipto Sujitno Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Toto Trikasjono Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI PADA TEKNIK SPUTTERING TERHADAP TAHANAN DAN REFLEKSIVITAS LAPISAN TIPIS a-si DAN Ag

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI PADA TEKNIK SPUTTERING TERHADAP TAHANAN DAN REFLEKSIVITAS LAPISAN TIPIS a-si DAN Ag GANENDRA, Vol. V, N0.2 ISSN 1410-6957 PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI PADA TEKNIK SPUTTERING TERHADAP TAHANAN DAN REFLEKSIVITAS LAPISAN TIPIS a-si DAN Ag Yunanto, Sudjatmoko, Trimardji Atmono, Wirjoadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

PREPARASI DAN PENGAMATAN SIFAT KURVA HISTERISIS LAPISAN TIPIS FeCoNi UNTUK APLIKASI DESAIN ELEKTROMAGNET

PREPARASI DAN PENGAMATAN SIFAT KURVA HISTERISIS LAPISAN TIPIS FeCoNi UNTUK APLIKASI DESAIN ELEKTROMAGNET Yunanto, dkk. ISSN 0216-3128 103 PREPARASI DAN PENGAMATAN SIFAT KURVA HISTERISIS LAPISAN TIPIS FeCoNi UNTUK APLIKASI DESAIN ELEKTROMAGNET Yunanto, Tri Mardji Atmono Pusat Sains dan Teknologi Akselerator

Lebih terperinci

Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe

Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe Yenni Darvina 1*, Ramli 1, Yulkifli 1 dan Mitra Djamal 2 1 Jurusan Fisika, Universitas Negeri

Lebih terperinci

Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe

Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe Pengaruh Ketebalan Lapisan Antiferomagnetik pada Sifat Magnetik Lapisan Tipis Spin Valve FeMn/NiCoFe/Cu/NiCoFe Yenni Darvina 1*, Ramli 1, Yulkifli 1 dan Mitra Djamal 2 1 Jurusan Fisika, Universitas Negeri

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013)

Gambar 1.1 Ilustrasi struktur MTJ (tanpa skala) dengan arah lapisan magentisasi (Ali, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang spintronik memberikan paradigma baru dalam teknologi modern saat ini. Elektron yang semula hanya dipandang sebagai muatannya saja,

Lebih terperinci

PENGARUH DOPING INDIUM TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS DARI LAPISAN TIPIS SnO 2

PENGARUH DOPING INDIUM TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS DARI LAPISAN TIPIS SnO 2 Suharni, dkk. ISSN 0216-3128 33 PENGARUH DOPING INDIUM TERHADAP SENSITIVITAS SENSOR GAS DARI LAPISAN TIPIS SnO 2 Suharni dan Sayono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN ABSTRAK PENGARUH DOPING

Lebih terperinci

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN: STUDI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAUN PEPAYA TERHADAP SIFAT OPTIK DAN LISTRIK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN LAPISAN TIPIS Ummu kalsum 1, Iqbal 2 dan Dedy Farhamsa 2 1 Jurusan Fisika Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR JANUARI 202 Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Lebih terperinci

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik

Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik Simulasi Mikromagnetik dari Proses Switching dalam Nano Dot Permalloy Magnetik F Rohmah, Utari, B Purnama Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS Sayono, dkk. ISSN 0216-3128 263 DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS Sayono, Tjipto Sujitno PTAPB - BATAN Toto Trikasjono STTN - BATAN ABSTRAK DEPOSISI LAPISAN TIPIS

Lebih terperinci

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS Syuhada, Dwi Bayuwati, Sulaiman Pusat Penelitian Fisika-LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314 e-mail: hadda212@yahoo.com

Lebih terperinci

DEPOSISI LAPISAN TIPIS A&,CuInSe-SiP PADA SUBSTRAT KACA UNTUK MENGHASILKAN SAMBUNGAN P-N

DEPOSISI LAPISAN TIPIS A&,CuInSe-SiP PADA SUBSTRAT KACA UNTUK MENGHASILKAN SAMBUNGAN P-N DEPOSISI LAPISAN TIPIS A&,CuInSe-SiP PADA SUBSTRAT KACA UNTUK MENGHASILKAN SAMBUNGAN P-N Giri Slamet PTAPB-BATAN ABSTRAK DEPOSISI LAPISAN TIPIS Ag/CuinSe-SiP PADA SUBSTRA T KACA UNTUK MENGHASILKAN SAMBUNGAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS Oleh: Dina Puji Lestari 120210102019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 1 Januari 2008 :

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 1 Januari 2008 : Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 1 Januari 2008 : 9-14 9 Studi Pengaruh Pengadukan dan Tanpa Pengadukan Larutan Elektrolit Terhadap Struktur Kristal, Morfologi dan Rasio Magnetoresistansi Lapisan Tipis Paduan

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan 29 III. PROSEDUR PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012, di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS NiCoFe/Si SEBAGAI MATERIAL PEMBUATAN SENSOR GIANT MAGNETORESISTANCE (GMR)

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS NiCoFe/Si SEBAGAI MATERIAL PEMBUATAN SENSOR GIANT MAGNETORESISTANCE (GMR) PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS NiCoFe/Si SEBAGAI MATERIAL PEMBUATAN SENSOR GIANT MAGNETORESISTANCE (GMR) Mitra Djamal 1,Yulkifli 1,2 1 Theoretical High Energy Physics and Instrumentation Research Division, Faculty

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PENGUKUR RESISTANSI LAPISAN TIPIS TER- KOMPUTERISASI DENGAN MENGGUNAKAN PROSESOR KONVERSI DAC 0808 DAN ADC 0809

SISTEM PENGUKUR RESISTANSI LAPISAN TIPIS TER- KOMPUTERISASI DENGAN MENGGUNAKAN PROSESOR KONVERSI DAC 0808 DAN ADC 0809 226 ISSN 0216-3128 Moh. Toifur, dkk. SISTEM PENGUKUR RESISTANSI LAPISAN TIPIS TER- KOMPUTERISASI DENGAN MENGGUNAKAN PROSESOR KONVERSI DAC 0808 DAN ADC 0809 Moh. Toifur, Nanang Suwondo Pusat Studi Fisika

Lebih terperinci

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar

D. 2 N E. 1 N. D. (1), (2) dan (3) E. semuanya benar 1. Pada gambar di atas Fy = komponen gaya P pada sumbu Y. Jika Fy = 2 N, maka komponen gaya pada sumbu x adalah... A. 4 N B. 2 N C. 2 N Kunci : B Diket : Fy = 2 N Ditanya : Fx Jawab : Fy = F sin 30 2 =

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN SPUTTERING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN INTERAKSI BUTIRAN MAGNETIK DALAM LAPISAN TIPIS COBALT-SAMARIUM

PENGARUH TEKANAN SPUTTERING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN INTERAKSI BUTIRAN MAGNETIK DALAM LAPISAN TIPIS COBALT-SAMARIUM PENGARUH TEKANAN SPUTTERING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN INTERAKSI BUTIRAN MAGNETIK DALAM LAPISAN TIPIS COBALT-SAMARIUM Salomo, Erwin, Hera Didana Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis IV. Arus Listrik Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis listrik alam kilat Pada tahun 1800: Alessandro Volta menemukan baterai listrik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA Oleh : 1. Riyanto H1C004006 2. M. Teguh Sutrisno H1C004007 3. Indri Kurniasih H1C004003 4. Gita Anggit H1C004014 Tanggal

Lebih terperinci

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA GANENDRA, Vol.VI, N0.1 ISSN 1410-6957 PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA Wirjoadi, Sudjatmoko, Yunanto, Bambang Siswanto, Sri Sulamdari Puslibang Teknologi

Lebih terperinci

UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA

UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA Sukidi, Suhartono -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail : skd_5633@yahoo.co.id ABSTRAK UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA. Telah dilakukan uji vakum 2 bejana nitridasi

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

PENGARUH DEPOSISI BAHAN STAINLESS STEEL (SS) AUSTENITIK TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM (Al)

PENGARUH DEPOSISI BAHAN STAINLESS STEEL (SS) AUSTENITIK TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM (Al) , dkk. ISSN 0216-3128 49 PENGARUH DEPOSISI BAHAN STAINLESS STEEL (SS) AUSTENITIK TERHADAP SIFAT MEKANIK ALUMINIUM (Al), Tjipto Suyitno, Bambang Siswanto, Sudjatmoko Puslitbang Teknologi Maju, Batan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran

BAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran 11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang,

Lebih terperinci

FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P

FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P PRIMA Volume 10, Nomor 1, Juni 2013 ISSN : 1411-0296 FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Kawasan PuspiptekSerpong,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum (1,2,4) Secara sederhana motor arus searah dapat didefenisikan sebagai suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi gerak atau energi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR RESISTIVITAS PADA LAPISAN TIPIS MENGGUNAKAN METODE 4 PROBE BERBASIS ATMega8535 DENGAN TAMPILAN LCD KARAKTER 2 X 16

RANCANG BANGUN ALAT UKUR RESISTIVITAS PADA LAPISAN TIPIS MENGGUNAKAN METODE 4 PROBE BERBASIS ATMega8535 DENGAN TAMPILAN LCD KARAKTER 2 X 16 RANCANG BANGUN ALAT UKUR RESISTIVITAS PADA LAPISAN TIPIS MENGGUNAKAN METODE 4 PROBE BERBASIS ATMega8535 DENGAN TAMPILAN LCD KARAKTER 2 X 16 Juwita Safitri, Meqorry Yusfi, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FISIKA MAJOR FISIKA STRATA SATU ( S1 ) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkaman magnetik berbantukan panas atau Heat Assisted Magnetic Recording (HAMR) merupakan kata kunci untuk merealisasikan perekam magnetis berkapasitas ultra

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA)

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA) PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA) PENGERTIAN DIODA Dioda merupakan komponenelektronikayang mempunyai dua elektroda(terminal), dapat berfungsi sebagai penyearah arus listrik. Dioda merupakanjunction ( pertemuan

Lebih terperinci

Arus Listrik dan Resistansi

Arus Listrik dan Resistansi TOPIK 5 Arus Listrik dan Resistansi Kuliah Fisika Dasar II TIP,TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. Jurusan Fisika FMIPA UGM ikhsan_s@ugm.ac.id Arus Listrik (Electric Current) Lambang : i atau I. Yaitu:

Lebih terperinci