Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

dokumen-dokumen yang mirip
Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos Sp.) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar

Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

GAMBARAN KLINIS SAPI BALI YANG TERINFEKSI. CACING Fasciola spp SKRIPSI

Prevalensi Parasit Gastrointestinal Ternak Sapi Berdasarkan Pola Pemeliharaan Di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI PENGENDALIAN PENYAKIT PARASIT DI SEKITAR SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DI DESA SOBANGAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING TREMATODA PADA TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari pada bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

Indonesia Medicus Veterinus Januari (1): 20-29

1. BAB I PENDAHULUAN

Persentase positif

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

KERAGAAN INFEKSI PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI BALI MODEL KANDANG SIMANTRI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

PREVALENSI DAN JENIS TELUR CACING GASTROINTESTINAL PADA RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA DESA API-API KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

KECACINGAN TREMATODA Schistosoma spp. PADA BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

TINGKAT INFESTASI CACING HATI PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

Kata kunci: Albumin, Cross sectional studies, Fasciolosis, Fasciola gigantica, Sapi Bali.

STATUS PRAESEN SAPI BALI BETINA DEWASA DI SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DESA SOBANGAN, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

Identifikasi dan Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Anak Babi di Bali

Infestasi Cacing Hati (Fasciola sp.) dan Cacing Lambung (Paramphistomum sp.) pada Sapi Bali Dewasa di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru

Kolokium: Ulil Albab - G

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO YOGYAKARTA. The Gastrointestinal Parasites Cows on Progo Watershed in Yogyakarta

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Januari 2015 di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

an sistem pemel ubucapan TERIMA KASIH

PREVALENSI KASUS INFEKSI TREMATODA DI JARINGAN HATI SAPI PADA RUMAH POTONG HEWAN DI MEDAN MABAR TAUN Oleh : ZAKY RIVANA NASUTION

TINGKAT INFESTASI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

STATUS PRAESEN SAPI BALI BETINA PADA KEBUNTINGAN TRIMESTER KE II SKRIPSI

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :41-46 ISSN : Agustus 2009 PREVALENSI INFEKSI CACING TRICHURIS SUIS PADA BABI MUDA DI KOTA DENPASAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila

Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran Pencernaan pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali

STATUS PRAESEN SAPI BALI BETINA SELAMA SATU SIKLUS ESTRUS DI SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DESA SOBANGAN KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

Peternakan sapi perah umumnya tergabung dalam suatu koperasi. Perhatian dan pengetahuan koperasi terhadap penyakit cacing (helminthiasis) saluran cern

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Epidemiologi Helminthiasis pada Ternak Sapi di Provinsi Bali (Epidemiology of Helminthiasis in Cattle in Bali Province )

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : X

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

Investigasi Keberadaan Cacing Paramphistomum sp. Pada lambung sapi yang berasal dari Tempat Pemotongan Hewan di Kota Gorontalo

Kata kunci : Prevalensi, infeksi cacing Toxocara canis, Anjing Kintamani Bali.

SATUAN ACARA PERKULIHAN (SAP)

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

STATUS PRAESEN SAPI BALI DARA DI SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DESA SOBANGAN, KECAMATAN MENGWI, KABUPATEN BADUNG SKRIPSI

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus. Pimpinan: I Wayan Batan. Wakil Pimpinan: Muhsoni Fadli

DAFTAR ISI ... i... ii iii... iv... vi... vii ... ix... x

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

Transkripsi:

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDING CENTER SOBANGAN VILLAGE, DISTRICT MENGWI, BADUNG Fajar Mubarok 1, Nyoman Adi Suratma 2, I Made Dwinata 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Hewan 2 Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali Telp/Fax:(0361)223791 Email : Fajarvetbali@gmail.com ABSTRAK Sapi Bali merupakan tipe sapi yang berukuran kecil namun peluang pengembangannya sangat potensial, karena memiliki kemampuan reproduksi dan adaptasi yang tinggi. Selain itu, diketahui bahwa Sapi Bali rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya disebabkan oleh parasit. Infeksi parasit cacing masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan sapi bali dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, dan jenis cacing trematoda pada Sapi Bali di sentra pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sampel penelitian adalah feses induk Sapi Bali berjumlah 290 sampel yang diambil dari sentra pembibitan Sapi Bali. Sampel feses diperiksa dengan metode Parfitt dan Bank yang telah modifikasi. Parameter yang diamati adalah morfologi telur cacing untuk mengetahui jenis cacing trematoda yang menginfeksi Sapi Bali. Prevalensi infeksi cacing trematoda pada sapi bali sebesar 5,51%. Setelah diindentifikasi, jenis cacing trematoda yang menginfeksi Sapi Bali adalah cacing Paramphistomum spp (2,41%) dan Fasciola spp (3,1%). Pemberian obat cacing secara berkala sebaiknya tetap dilakukan untuk menekan infeksi cacing trematoda. Manajemen pemeliharaan intensif sebaiknya tetap di pertahankan supaya tingkat prevalensi cacing trematoda tetap rendah atau tidak ada sama sekali. Kata kunci ; prevalensi, trematoda, Sentra Pembibitan, Sapi Bali PENDAHULUAN Sapi bali merupakan sapi yang berasal dari domestikasi banteng yang pada awalnya termasuk banteng liar asli dari Pulau Bali (Hayashi et al., 1980). Meskipun sapi bali tidak hanya ada di Pulau Bali tapi sapi bali dijaga kualitas genetik murninya, sehingga sapi bali memiliki keunggulan dari sapi lain. Infeksi parasit internal dapat menyebabkan kerugian ekonomis yang sangat besar bagi para peternak. Dari sekian banyak parasit yang menginfeksi sapi bali, salah satu parasit yang menginfeksi sapi bali yakni dari golongan cacing trematoda. 48

Di desa Sobangan terdapat sentra pembibitan sapi bali milik pemda badung berkerjasama dengan dinas pertanian, perternakan, perkebunan dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Proyek ini direncanakan menjadi pusat pembibitan sapi bali yang ada di Bali dimana bibit unggul yang dihasilkan akan dikirim ke berbagai kelompok ternak dan beberapa instansi yang telah menjalin kerjasama. Sistem manajemen pemeliharaannya tersusun dengan baik, mulai dari sistem perkandangan yang menganut sistem kandang intensif, sampai tempat pakan dan minum yang dibuat secara permanen. Selain itu kandang terbuat dari semen yang bertekstur, sehingga permukaan tidak licin. Pemberian pakan dilakukan secara teratur, dengan dua kali waktu pemberian. Pagi hari sapi bali diberikan pakan ransum dan hijauan, sedangkan sore hari sapi bali diberikan hijauan saja. Pakan hijauan, didapat dari daerah sekitaran desa sobangan dan lahan milik sendiri. Sedangkan ransum dibuat berdasarkan kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh sapi bali. Pengobatan dilakukan jika ada pemeriksaan feses sapi bali yang positif terinfeksi cacing trematoda. Pemberian obat berdasarkan jenis infeksi cacing yang menginfeksi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan observasional. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat prevalensi dan jenis trematoda pada sapi bali di sentra pembibitan desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung. Sampel penelitian ini adalah feses sapi bali yang dipelihara di sentra pembibitan sapi bali desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung. Feses sapi bali yang diteliti di sentra pembibitan sapi bali sebanyak 290 sampel. Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti. Sebelum pengambilan sampel peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan yang meliputi : mempersiapkan plastik bebas minyak untuk tempat sampel dan diberi label. Sampel yang berupa feses sapi bali diambil kira-kira 10 gr, kemudian dimasukkan kedalam tempat yang telah disediakan. Sampel diambil langsung pada feses sapi bali yang masih baru. Untuk pemeriksaan cacing Trematoda menggunakan metode Parfitt dan Bank dengan modifikasi sebagai berikut: Sebanyak 3 gr feses ditempatkan ke dalam gelas plastik yang berukuran 400 ml, kemudian ditambahkan air sampai batas 200 ml sambil diaduk. Feses dalam gelas plastik didiamkan selama 5 menit, kemudian supernatan dibuang. Endapan feses yang tertinggal sekitar 15 ml dalam tabung kemudian dituang kedalam tabung sentrifius sebanyak 10 ml. disentrifius dengan kecepatan 1500 rpm dalam waktu 3 menit. Setelah dilakukan sentrifius, supernatan 49

dibuang sehingga hanya tersisa sedimen. Endapan tersebut ditetesi dengan tiga tetes NaOH 10%, kemudian dihomogenkan dengan ditambahkan air sebanyak 10 ml. Selanjutnya disentrifius selama 3 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Kemudian supernatan dibuang sehingga hanya tersisa sedimen. Tambahkan 1-2 tetes methylen blue 0,5%, aduk hingga homogen kemudian diperiksa dengan mikroskop (Soulsby, 1982). Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan dilakukan terhadap 290 sampel feses sapi bali yang dipelihara di sentra pembibitan desa Sobangan kecamatan Mengwi kabupaten Badung. Keseluruhan sampel feses sapi bali berasal dari induk sapi bali. Telur yang ditemukan berbentuk oval, berdinding tipis, memiliki operkulum, berwarna kuning keemasan dan biru sampai keunguan. Berdasarkan ciri tersebut cacing trematoda yang menginfeksi yaitu Fasciola spp (gambar 1) dan Paramphistomum spp (gambar 2). Gambar 1. Telur Cacing Fasciola spp Gambar 2.Telur Cacing paramphistomum spp Hasil penelitian dari 290 sampel feses sapi bali didapatkan 16 sampel (5,51%) positif terinfeksi cacing trematoda. Setelah diindentifikasi lebih lanjut, jenis cacing trematoda yang menginfeksi sapi bali yang dipelihara di sentra pembibitan sapi bali desa Sobangan kecamatan Mengwi kabupaten Badung hanya diinfeksi oleh cacing Paramphistomum spp 7 sampel (2,41%) dan Fasciola spp 9 sampel (3,1%) (Gambar 3). 50

3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 jenis cacing paramphistomum spp fasciola spp Gambar 3. Histogram Prevalensi Infeksi Cacing Trematoda pada sapi bali disentra pembibitan sapi bali desa Sobangan kecamatan Mengwi kabupaten Badung (%). Prevalensi infeksi cacing trematoda pada sapi bali di sentra pembibitan sapi bali desa Sobangan kecamatan Mengwi kabupaten Badung sebesar 5,51%, yaitu cacing trematoda jenis Fasciola spp sebesar 3,1% dan Paramphistomum spp sebesar 2,41%., walaupun ringan namun perlu mendapat perhatian sebab penyebaran penyakit trematoda yang sangat luas di seluruh dunia terutama terjadi pada sapi, domba, dan kerbau. Adanya infeksi Fasciola spp dan Paramphistomum spp mungkin akibat faktor pakan yang diberikan berasal dari hijauan yang berasal dari daerah sekitaran desa sobangan. Selain itu faktor lingkungan dan iklim juga berpengaruh. Curah hujan yang tinggi juga menimbulkan peningkatan prevalensi infeksi Fasciola spp dan Paramphistomum spp. Hasil penelitian ini berbeda dengan prevalensi yang ditemukan di Samarinda yaitu Fasciola spp sebesar 33,33% (Jusmaldi dan Saputra 2009). Penelitian lain mengenai prevalensi Fasciola spp pada sapi bali di RPH Makasar sebesar 53,95% (Purwanta,dkk 2006) dan hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa tingkat prevalensi cacing Paramphistomum spp pada sapi bali di Bali cukup tinggi, diantaranya oleh Briajaya,dkk (1984) melaporkan 100%. Rendahnya prevalensi infeksi Fasciola spp dan Paramphistomum spp di sentra pembibitan sapi bali desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung, kemungkinan dikarenakan sapi-sapi bali tersebut diberikan obat cacing secara berkala dan juga manajemen pemeliharaan sapi bali yang sudah baik. Rendahnya populasi siput sebagai hospes intermedier juga berpengaruh terhadap rendahnya prevalensi cacing Fasciola spp dan 51

Paramphistomum spp. Hal ini didukung oleh (Soulsby,1982) yang menyatakan pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampaui beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk perkembangannya, hospes intermedier itu diantaranya yakni siput (lymnea spp). Kondisi gizi yang baik dapat menurunkan tingkat infeksi karena tubuh akan memiliki daya tahan yang bagus terhadap serangan infeksi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan : 1. Prevalensi infeksi cacing trematoda pada sapi bali di sentra pembibitan sapi bali desa Sobangan kecamatan Mengwi kabupaten Badung adalah sebesar 5,51%. 2. Jenis cacing trematoda yang menyerang sapi bali di sentra pembibitan sapi bali desa Sobangan kecamatan Mengwi kabupaten Badung adalah dari genus Paramphistomum spp (2,41%) dan Fasciola spp (3,1%). SARAN Pemberian obat cacing secara berkala sebaiknya tetap dilakukan untuk menekan infeksi cacing trematoda. Jika telah dilakukan pengobatan, selanjutnya diikuti tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi cacing trematoda. Manajemen pemeliharaan intensif sebaiknya tetap dipertahankan supaya tingkat prevalensi cacing trematoda tetap rendah atau tidak ada sama sekali. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih utamanya kepada Sentra Pembibitan Sapi Bali desa Sobangan, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung, telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Beriajaya R, Soetedjo dan Adiwinata G. 1984. Beberapa Aspek Epidemiologi dan Biologi Paramphistomum spp Di Indonesia, Seminar Parasitologi Nasional II. 619-624 Hayashi YN, Otsuka TJ and Abdulgani IK. 1980. Measurement of the skull of native cattle and banteng in Indonesia. The Origin and Phylogeny of Indonesia Native Livestock. 404315 : 19-27. 52

Jusmaldi dan Saputra Y. 2009. Prevalensi Infeksi Cacing Hati (Fasciola hepatica) pada Sapi Potong di Rumah Potong Hewan Samarinda. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Mulawarman. Bioprospek. Vol. 6 No. 2. Purwanta, Ismaya, Burhan. 2006. Penyakit Cacing Hati (Fascioliasis) Pada Sapi Bali di Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Makassar. Jurnal Agrisistem. Vol. 2 No. 2. Soulsby EJL. 1982. Helminth, Arthropods and Protozoa or Domesticated Animals. 7rd Ed. Lea and Febiger. Philadelphia. 53